Oleh Afrizal Refo, MA
Tepat Pada tanggal 26 Desember 2004 silam, dunia dikejutkan oleh bencana dahsyat yang melanda Aceh yaitu gempa dan tsunami yang menewaskan lebih dari 200.000 orang dan juga banyak korban yang hilang serta menghancurkan hampir seluruh infrastruktur di wilayah tersebut. Gempa berkekuatan 9,1 skala Richter yang memicu gelombang tsunami ini merenggut banyak nyawa dan mengubah wajah Aceh dalam sekejap. Namun, meskipun kehancuran yang begitu besar terjadi, ada satu hal yang tak bisa diabaikan: masjid-masjid Allah tetap berdiri kokoh, tak terpengaruh oleh gelombang dahsyat yang menerjang.
Peristiwa tersebut mengundang banyak refleksi, terutama bagi kita yang hidup di zaman yang kerap kali lupa akan pentingnya kembali kepada Allah. Tsunami Aceh mengajarkan banyak hal, namun di antara pelajaran-pelajaran tersebut, ada satu pesan yang jelas: betapa pentingnya untuk tidak lalai dalam menjalankan ibadah dan menjaga hubungan kita dengan Allah. Bencana besar seperti ini tidak hanya mengingatkan kita akan keterbatasan manusia, tetapi juga menunjukkan betapa dunia ini hanyalah tempat sementara. Segala sesuatu yang kita miliki yaitu harta, kekuasaan, dan bahkan bangunan megah dapat hilang dalam sekejap mata. Tetapi, hanya hubungan kita dengan Allah yang akan abadi.
Salah satu pemandangan yang paling menggugah dalam tragedi tsunami Aceh adalah bagaimana bangunan-bangunan tinggi yang dibangun dengan kekuatan manusia roboh rata dengan tanah, sementara masjid-masjid Allah tetap berdiri kokoh. Masjid yang seharusnya menjadi tempat ibadah dan pengingat kita kepada Allah, tetap menjadi simbol keteguhan dan kekuatan yang lebih tinggi dari segala sesuatu yang ada di dunia ini.
Pemandangan ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu di dunia ini pada akhirnya akan runtuh. Rumah, gedung-gedung pencakar langit, mobil-mobil mewah, dan harta benda lainnya, semua itu tidak akan kita bawa mati. Namun, masjid sebagai tempat untuk beribadah kepada Allah tetap kokoh dan kuat. Ini adalah simbol bahwa yang harus kita jaga dengan sebaik-baiknya adalah hubungan kita dengan Allah, bukan dunia yang fana ini.
Sebagai manusia, kita sering terjebak dalam godaan dunia. Kita berlomba-lomba mengejar kesenangan duniawi, mengejar kekayaan, status sosial, dan kekuasaan. Namun, bencana besar seperti tsunami Aceh mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita anggap kekal di dunia ini bisa hilang dalam sekejap. Hanya ibadah dan ketakwaan kepada Allah yang menjadi sandaran kita yang sesungguhnya.
Salah satu pesan terbesar yang dapat diambil dari peristiwa tsunami Aceh adalah pentingnya menjaga ibadah kita dan tidak lalai dengan dunia. Tsunami tersebut datang begitu tiba-tiba, tanpa ada peringatan sebelumnya. Begitu juga dengan kehidupan kita; ajal dan bencana bisa datang kapan saja tanpa kita duga. Oleh karena itu, kita harus senantiasa menjaga hubungan kita dengan Allah, menjaga ibadah kita, dan tidak terlena dengan gemerlap dunia yang sementara.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Kamu dilalaikan oleh (perhiasan dunia) sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (QS. At-Takatsur: 1-2). Ayat ini mengingatkan kita bahwa kita sering kali terlena dengan kehidupan dunia yang penuh dengan kesenangan semu, sementara kita lupa bahwa kehidupan akhirat yang kekal lebih utama. Tsunami Aceh menjadi pengingat bagi kita bahwa dunia ini tidaklah abadi. Harta yang kita kumpulkan, jabatan yang kita raih, atau rumah megah yang kita bangun, semua itu pada akhirnya akan meninggalkan kita. Yang tinggal hanyalah amal ibadah yang kita lakukan di jalan Allah.
Tsunami Aceh juga mengingatkan kita tentang pentingnya kembali kepada Allah dalam segala keadaan. Ketika bencana datang, banyak orang yang menyadari bahwa kekuatan manusia sangat terbatas. Meskipun sudah berusaha keras untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana, nyatanya tak ada yang bisa menghindari kehendak Allah. Di tengah kehancuran, banyak orang yang berdoa, meminta ampunan, dan berharap agar diberikan keselamatan. Kejadian tersebut menunjukkan bahwa dalam keadaan apapun baik dalam kesenangan maupun kesulitan kita harus senantiasa kembali kepada Allah, mengingat-Nya, dan meminta pertolongan-Nya.
Saat bencana datang, kita semua menjadi sadar akan keterbatasan kita sebagai manusia. Tsunami Aceh tidak hanya menghancurkan fisik, tetapi juga menggugah jiwa dan hati banyak orang untuk kembali kepada Allah. Tidak sedikit yang setelah bencana menjadi lebih rajin beribadah dan lebih dekat dengan Allah, menyadari bahwa dunia ini hanya sementara dan yang kekal hanyalah kehidupan akhirat.
Refleksi untuk Generasi Mendatang
Tsunami Aceh memberikan pelajaran berharga yang harus dipahami oleh generasi mendatang. Ketika kita melihat betapa banyaknya korban yang meninggal dan hilang akibat bencana tersebut, kita harus merenungkan bagaimana kehidupan kita yang sementara ini tidak bisa dijadikan fokus utama. Kita harus terus menjaga ibadah kita, memperbanyak amal saleh, dan menjalin hubungan yang baik dengan Allah.
Generasi mendatang harus diberi pemahaman bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah ujian dari Allah. Kekayaan, jabatan, dan semua kenikmatan yang kita rasakan hari ini bisa saja hilang dengan sekejap mata. Oleh karena itu, jangan sampai kita terperangkap dalam kehidupan dunia yang sementara ini. Fokuskan hati kita kepada Allah, perbaiki niat dan amal kita, dan senantiasa menjaga ibadah sebagai prioritas utama dalam hidup.
Marilah kita mengambil hikmah dari peristiwa tersebut dan kembali kepada Allah dengan sepenuh hati, tidak hanya dalam keadaan susah, tetapi juga dalam keadaan senang. Semoga kita semua bisa menjadi pribadi yang lebih dekat dengan Allah dan tidak terlena dengan kehidupan dunia yang sementara.
Penulis adalah Sekjen Dewan Dakwah Kota Langsa dan Wakil Ketua Parmusi Kota Langsa