Oleh Dr. Hasanuddin Yusuf Adan
KALAM PEMBUKA
Kekuatan shadaqah (The Power of Shadaqah) bagi kehidupan seorang muslim sangat luar biasa effeknya kalau diperhatikan dan dirasakan dengan penuh perasaan yang mendalam. Ianya memiliki dua nikmat yang sulit diperoleh dari ibadah selainnya bagi seorang penyedaqah, nikmat pertama ia sangat senang dan bahagia karena dapat berinfaq dan bershadaqah kepada pihak lain yang menyisakan amal shalihnya di sana. Dan yang kedua ia akan memperoleh ganjaran daripada Allah SWT di hari kemudian yang sangat luar biasa dan tidak mampu diduga ketika ia bershadaqah.
Bershadaqah itu berarti ada pihak yang menginfaqkan sejumlah hartanya secara ikhlas kepada pihak lain yang membuat pihak penerima tersebut memperoleh keuntungan dari shadaqah yang diberikan oleh penyedaqah. Dalam kontek shadaqah menyedaqah ini lahir nilai ukhuwwah, kasih sayang, rasa peduli, mengurangi beban sampai kepada mendapatkan pahala daripada Allah sang pencipta kepada kedua belah pihak yang bershadaqah dan yang menerima shadaqah atas dasar keikhlasan.
Shadaqah itu sangat sulit dikeluarkan oleh orang Islam yang belum memahami makna, hakikat dan kekuatan daripada shadaqah itu sendiri. Ia juga berat sekali dikeluarkan oleh orang kikir dan mencintai harta yang menurutnya bershadaqah itu memberi harta yang capek dicari kepada orang lain yang tidak mencarinya. Dalam pemikiran seperti itu memberikan shadaqah kepada orang lain yang membutuhkannya merupakan salah satu cara mengurangi hartanya maka ia tidak mau bershadaqah. Namun demikian bagi seseorang yang memahami makna dan hakikat bershadaqah itu sungguhlan senang berinfaq dan bershadaqah.
KENAPA HARUS BERSHADAQAH
Sejumlah orang sering bingung dengan shadaqah dan mereka juga sering bertanya-tanya kenapa harus bershadaqah, mereka tidak tau maksud dan tujuan bershadaqah sehingga shadaqah itu tidak melekat dalam kepalanya. Tetapi kalau ia tau bershadaqah itu sebagai perintah Allah yang menciptakan langit dan bumi beserta dengan isi semuanya maka ia harus berpikir bahwa shadaqah itu suatu amalan penting lagi wajib pada masa-masa tertentu. Kalau daya pikirnya sudah sampai kesitu maka terjawablah pertanyaan dan keraguan yang ada dalam kepalanya berkaitan dengan shadaqah.
Orang-orang bershadaqah itu digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai orang yang bertaqwa yang memperoleh keberuntungan, sebagaimana firman Allah berikut ini; Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. (Qur’an surah Al-Baqarah ayat 2,3,5). Jadi orang yang bershadaqah adalah mereka yang bertaqwa karena bershadaqah, beriman, mendapat petunjuk dan akhirnya mendapat keberuntungan karena infaq dan shadaqahnya, karena taqwanya dan karena imannya.
Allah juga memanggil orang-orang beriman untuk menginfaqkan hartanya sebelum datangnya hari terkhir (Q.S. Al-Baqarah; 254). Beliau juga menganjurkan dan memerintahkan hambaNya untuk berinfaq dan bershadaqah hartanya pada jalan Allah (Al-Baqarah; 195). Kedua ayat tersebut dapat menjawab pertanyaan; kenapa kita harus bershadaqah, jawabannya adalah karena berinfaq dan bershadaqah itu merupakan perintah Allah kepada muslimin dan mukminin.
KEKUATAN SHADAQAH
The power of shadaqah itu sulit sekali diperhitungkan dengan analisa dan pemikiran tetapi ia mudah sekali diukur dengan ketentuan Al-Qur’an dan kenyataan di lapangan. Dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 261 Allah menggambarkan kekuatan shadaqah yang berlipat ganda balasannya, firman Allah SWT: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Harta yang dinafqahkan di jalan Allah itu dapat dirinci seperti berinfak dan bershadaqah untuk pembangunan masjid, untuk membangun pendidikan Islam yang benar bukan Islam sepilis, untuk membebaskan kesulitan muslim fakir dan miskin, untuk menyantuni anak yatim, untuk menegakkan agama Allah (jihad fi sabilillah), untuk mengembangkan gerakan dakwah Islamiyah dan sejenisnya. Semua itu tergolong kedalam bershadaqah di jalan Allah dan semua itu harus dilakukan jauh dari ria, takabbur, dan menyakiti hati orang yang menerima shadaqah, selaras dengan firman Allah:
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan sipenerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 262). Dalam ayat lain Allah sengaja memanggil orang-orang beriman untuk menampakkan efek daripada shadaqah tersebut, firmannya: Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Al-Baqarah ayat 264)
Dalam sebuah kisah nyata yang terjadi di Jeddah negeri Saudi Arabia, seorang pembantu rumah tangga asal Jawa Timur Republik Indonesia yang bekerja pada seorang majikan yang isteri majikan tersebut mengalami sakit kanker rahim yang sudah berkali-kali berobat kerumah sakit dan dokter di sana berkesimpulan penyakit kangkernya berhadapan dengan maut. Dokter tersebut menyarankannya untuk banyak baca Al-Qur’an dan banyakkan ibadah karena harapan hidup sudah sangat tipis sekali.
Apa yang terjadi kemudian, isteri majikan tersebut hari-hari memperhatikan tingkah laku pembantunya selalu setelah selesai bekerja urusan rumah tangga majikannya masuk kamar mandi dalam limit waktu yang sangat lama. Karena sudah tiap hari terjadi demikian maka suatu hari isteri majikan tersebut memanggilnya dan menanyakan gerangan apa yang membuat pembantunya selalu berlama-lama di kamar mandi. Sang pembantu bercerita; bahwa ketika dia memohon untuk menjadi pekerja di Arab Saudi dahulu dia baru menikah dan lama sampai satu tahun tidak ada pengumuman diterima atau tidak sehingga ia melahirkan seorang bayi. Baru sebulan ia melahirkan baru ada panggilan untuk bekerja di Arab Saudi, diapun dengan besar hati meninggalkan suami dan anak tercinta untuk mencari rizki di negeri orang. Karena itulah lanjutnya saya harus berlama-lama di kamar mandi untuk membuang ASI anak saya karena terasa sakit sekali kalau saya tidak membuangnya.
Mendengar cerita tersebut isteri majikannya sontak berucap: kalau begitu kamu mempunyai tanggungjawab besar sekali untuk bayimu di sana maka kamu segera pulang menyusui bayimu, ini nomor HP saya manakala kamu sudah selesai tugas tersebut mau bekerja dengan saya lagi hubungi saya dan saya berikan gaji kamu untuk dua tahun kontrak secara full tidak saya kurangi walaupun lamanya kerjamu bersama saya belum sampai dua tahun penuh. Mendengar jawaban tersebut sang pembantu terbelai seperti berada dalam mimpi, hampir-hampir dia tidak percaya dengan ucapan tersebut. Sang majikan memintanya untuk berkemas semua pakaian dan keperluan yang mau dibawa pulang dan tiketpun segera dipesan. Esok harinya janji gaji penuh dua tahun kontrak diberikan serta dihantarkan ke bandara menuju Jawa Timur.
Berakhirlah kisah pilu sang pembantu karena susah menahan air susu yang berhak dimunum oleh bayinya yang baru berusia tiga bulan. Kembali kisah kepada isteri majikannya yang tiba giliran periksa kangker ke rumah sakit, ketika dokter memeriksanya untuk kesekian kali semua dokter jadi tercengang karena kangker yang dipastikan tidak mampu diobati lagi secara ajaib sudah tiada, para dokter menjadi heran dan bingung. Mereka bertanya kepada pasiennya: ibuk ada makan obat apa selama ini, ibu itu menjawab: saya tidak makan obat apapun selain yang dokter berikan dan anjurkan untuk saya makan. Dokter tidak percaya dan bertanya lagi apa yang pernah terjadi dengan anda selama rentang waktu kontrol ulang sebelumnya dengan hari ini. Ibu itu teringat kalau pembantunya ada masalah dengan bayinya seperti kisah tersebut di atas, mendengar jawaban sang ibu para dokter serentak berucap: itulah The Power of Shadaqah yang telah membantu ibu menghilangkan kanker kronis yang sulit diobati dengan upaya medis tetapi mudah bagi Allah untuk membalas kebaikan ibuk dengan kekuatan shadaqah, inna zalika ‘alallahi yasiyr.
Kisah serupa pernah terjadi terhadap seorang anggota parlemen Indonesia yang tiba-tiba jatuh sakit berat yang diselimuti perasaan dekat dengan maut. Merasakan sakit semacam itu dia memanggil semua anggota keluarganya mulai dari isteri, anak-anak dan menantunya untuk meninggalkan wasiat karena perasaannya berbisik bahwa ia tidak lama lagi akan meninggal dunia. Bersamaan dengan itu pula ia meminta keluarganya untuk menghubungi orang-orang yang pernah berhutang padanya untuk dibebaskan tidak dipungut bayarannya lagi termasuk hutang dari panita masjid yang apabila dijumlahkan semuanya berada pada deretan ratusan juta rupiah. Ketentuan Allah juga terjadi untuk dirinya, sepekan kemudian dia mulai banyak makan, mulai bangun dari tempat tidur dan mulai berbicara lancar dengan anggota keluarganya serta sakit parahnya pulih total di luar perkiraannya. Ternyata semua itu terjadi berkat The Power of Shadaqah, kekuatan shadaqah yang ikhlas itu tidak mampu diukur, tidak mapu diprediksi dan tidak mampu dihargai kekuatannya.
The Power of Shadaqah itu ternyata bukan hanya menjadi keaiban di dunia saja melainkan balasan Allah di akhirat nanti lebih luarbiasa lagi selaras dengan firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 133-134: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Ternyata orang-orang yang bershadaqah itu termasuk salah satu orang yang bertaqwa dan orang taqwa tersebut tentunya calon penghuni syurga; Barangsiapa tha`at kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam syurga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. (An-Nisak: 13). Untuk itu semua marilah kita berlomba-lomba untuk berinfaq dan bershadaqah terutama sekali untuk perjuangan Islam di jalan Allah yang hari ini Islam sudah dikebiri, dimanipulasi, didiskriminasi, diradikalisasi dan diterorisasi oleh kafir musuh-musuh Allah dan juga muslim KTP yang sepilis. Berinfaklah di jalan Allah agar Allah memudahkan jalan kita bertemu denganNya di syurga kelak.
Penulis adalah Ketua Majlis Syura Dewan Dakwah Aceh & Dosen Siyasah pada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Banda Aceh.