Archive for month: Juli, 2022

Afrizal Refo, MA
Oleh : Afrizal Refo, MA

Hijrah merupakan salah satu risalah penting dalam Islam. Bahkan penanggalan bulan dalam Islam dimulai dari hitungan momentum hijrahnya nabi dari Makkah ke Madinah.

Mengapa fenomena hijrah menjadi mementum penting dalam sejarah Islam?

Hal ini karena hijrah memberikan arahan tentang langkah memulai perubahan dari realitas yang buruk menuju realitas yang baik.

Definisi Hijrah

Secara bahasa hijrah adalah berpindah, berpisah.

Sementara secara istilah, menurut pakar leksiografi Al-Quran, Raqib al-Isfahani berpendapat bahwa kata hijrah mengacu kepada tiga pengertian, yaitu:

Pertama, Meninggalkan negeri yang berpenduduk kafir menuju negeri yang berpenduduk muslim, seperti hijrah Rasulullah SAW dari Mekkah ke Madinah,

Kedua, Meninggalkan syahwat, akhlak yang buruk dan dosa-dosa menuju kebaikan yang diperintahkan oleh Allah SWT,

Ketiga, Mujahadah an-nafs atau menundukkan hawa nafsu untuk mencapai kemanusiaan yang hakiki.

Dalam konteks ini maka yang tepat adalah pengertian yang kedua dan ketiga. Yaitu suatu jiwa berniat untuk melakukan perubahan perbaikan diri dari dunia “hitam” menuju dunia “putih”.

Perubahan diri dari realitas hidup yang awalnya serba borju, hura-hura, foya-foya, senang-senang seakan tanpa batas, berubah menuju realitas hidup anak muda yang serba baik, suka ke masjid, hadir majelis taklim, menjadi aktifis dakwah dan segala perubahan kebaikan lainnya. Inilah sejatinya hijrah itu.

Kehidupan adalah sebuah dinamika perubahan sejak manusia lahir hingga meninggal dunia. Setiap manusia yang normal secara umum memiliki visi dan misi dalam hidupnya atau paling minimal memiliki harapan untuk hidup yang lebih baik. Upaya perubahan hidup manusia berupaya semaksimal mungkin bertujuan untuk mencapai kehidupan yang sukses baik secara individu maupun kolektif. Namun dalam realitas masih banyak manusia belum mampu mengelola perubahan yang terjadi untuk meraih kehidupan yang lebih baik.

Adapun Rasulullah saw bersama sahabatnya adalah contoh tauladan terbaik bagaimana beliau memanfaatkan semua potensi yang ada untuk membangun sebuah perubahan. Kondisi Jazirah Arab pada saat itu berada pada peradaban hidup yang rendah (jahiliyah). Meliputi kebodohan, kezaliman, perang antar kabilah, kerusakan moral, pelecehan nilai kehormatan wanita, penyembahan berhala serta berbagai bentuk kejahatan. Bagaimana Rasulullah saw dapat merubah kehidupan yang buruk itu menjadi kehidupan yang berperadaban yang tidak ada bandingannya sepanjang zaman.

Tentu semua atas bimbingan Allah swt sebagai nabi dan rasul terakhir sebagai rahmatan lil’alamin. Diharapkan menjadi contoh bagi manusia setelah beliau wafat dalam membangun peradaban kehidupan dunia sampai hari kiamat.

Ada 3 (tiga) instrumen yang dijalankan oleh Rasulullah saw dalam melakukan perubahan sebagaimana dalam al-quran surah al-baqarah ayat 218. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. yaitu iman, hijrah dan jihad atau secara umum kita sebut keyakinan, perubahan dan perjuangan.

Ketiga prinsip hidup tersebut harus berjalan serasi, sejalan dan seiring agar tujuan hidup manusia yaitu bahagia dunia dan akhirat dapat tercapai. Keyakinan adalah dasar untuk berjuang dalam melakukan perubahan. Dan sangat mustahil ada perubahan tanpa perjuangan. Demikian halnya, mustahil ada perjuangan tanpa ada keyakinan.

Allah swt berfirman dalam QS. ar-Ra’du:11 “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. Hijrah sebagai salah satu prinsip hidup, harus senantiasa kita maknai dengan benar.

Dalam suasana menjelang tahun baru Islam 1 Muharram 1444 Hijriyah yang tinggal beberapa hari lagi ini, mari kita kembali meletakkan pemahaman yang benar tentang hijrah. Hijrah tidak hanya berarti meninggalkan tempat tetapi juga berarti meninggalkan sikap/perbuatan, yang tidak produktif dan tidak diridhai Allah menuju sikap/perbuatan yang produktif dan diridhai Allah swt. Secara maknawi hijrah dibedakan beberapa macam, yaitu:

Pertama, Hijrah i’tiqadiyah atau keyakinan adalah sesuatu yang menjadi penentu setiap amal kita. Tanpa sebuah keyakinan dalam setiap amal, niscaya tidak akan sukses amal tersebut. Karena begitu pentingnya i’tiqadiyah yang benar dalam diri kita, maka inilah sesuatu yang pertama kali harus kita hijrahkan.

Diakui atau tidak, selama hidup ini, kita sering bersinggungan dengan keyakinan yang kurang benar, baik dalam hal kesehatan, pekerjaan, rezeki, jodoh dan lain sebagainya. Dan terkadang tidak banyak di antara kita yang menyadarinya padahal perbuatannya sudah mendekati bahkan masuk dalam ruang kesyirikan.

Hijrah i’tiqadiyah, menjadi sebuah keharusan bagi setiap muslim, karena i’tiqadiyah merupakan pondasi dan motivasi amal agar segala aktivitas kita diterima dan diridhoi Allah swt.

Kedua, hijrah fikriyyah atau pemikiran. Seiring perkembangan zaman, kemajuan teknologi dan informasi, seolah dunia tanpa batas. Berbagai informasi dan pemikiran bisa kita akses secara online. Dibutuhkan kemampuan untuk memfilter arus informasi agar informasi yang diterima tidak menimbulkan perubahan pikiran yang bisa merusak nilai- nilai agama, budaya dan akhlak yang baik. Dalam perang pemikiran (ghazwul fikri) berbagai pemikiran telah tersebar di medan perang tersebut laksana amunisi dari senjata-senjata perenggut nyawa.

Isu sekularisasi, kapitalisasi, liberalisasi, pluralisasi, LGBT, bahkan demokratisasi tanpa arah telah menyusup ke dalam sendi-sendi dasar pemikiran kita yang murni. Ia menjadi virus ganas yang sulit terdeteksi oleh kaca mata pemikiran biasa. Keberadaannya samar dan dipoles dengan nilai-nilai yang seolah-olah Islami.. Hijrah fikriyah menjadi sangat penting mengingat kemungkinan besar pemikiran kita telah terserang virus ganas tersebut.

Mari kita kembali mengkaji pemikiran-pemikiran Islam yang murni. Pemikiran yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, melalui para sahabat, tabi’in, tabi’t tabi’in dan para generasi pengikut salaf.

Ketiga, Hijrah Syu’uriyyah atau cita rasa, kesenangan, kesukaan dan semisalnya, semua yang ada pada diri kita sering terpengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang Islami. Banyak hal seperti hiburan, bacaan, gambar/hiasan, pakaian, idola, organisasi, dan banyak lagi, sebagian besar tak luput dari pengaruh nilai-nilai di luar Islam.

Mode pakaian juga tak kalah pentingnya untuk kita hijrahkan. Hijrah dari pakaian gaya jahiliyah menuju pakaian Islami, yaitu pakaian yang benar-benar mengedepankan fungsi bukan gaya. Apa fungsi pakaian? Tak lain hanyalah untuk menutup aurat dan estetika, bukan justru memamerkan aurat. Ironis memang, banyak diantara manusia berpakaian tapi aurat masih terbuka. Kata Nabi, berpakaian tapi telanjang. Ada yang sudah tertutup tapi ketat dan transparan, sehingga lekuk tubuhnya bahkan warna kulitnya terlihat. Dan masih banyak model-model pakaian masa kini yang nyeleneh-nyeleneh.

Keempat, Hijrah Sulukiyyah yaitu tingkah laku atau kepribadian atau biasa disebut juga akhlaq. Dalam perjalanannya akhlaq dan kepribadian manusia tidak terlepas dari degradasi dan pergeseran nilai. Pergeseran dari kepribadian mulia (akhlaqul karimah) menuju kepribadian tercela (akhlaqu sayyi’ah).

Sehingga tidak aneh jika bermunculan berbagai tindak amoral dan asusila di masyarakat. Pencurian, perampokan, pembunuhan, anarkis, pelecehan, pemerkosaan, penghinaan, gosip dan penganiayaan seolah telah menjadi biasa dalam masyarakat kita. Penipuan, korupsi, prostitusi, suap dan manipulasi, ketidak adilan hampir bisa ditemui di mana-mana.

Kelima, hijrah amaliah yaitu, setiap muslim harus memiliki komitmen untuk menerapkan nilai-nilai Islam, baik yang terkait dengan ibadah maupun muamalah. Dalam muamalah mari kita menegakkan ekonomi ilahiyah yang kita yakini dapat menjadi solusi terhadap keterpurukan dan kesenjangan ekonomi. Sehingga dapat mewujudkan tatanan ekonomi yang berkeadilan, mensejahterakan, dan memberikan kebahagiaan dunia – akhirat. Begitu pula dalam bidang lain seperti bidang politik, pendidikan, sosial, budaya, keamanan dan lingkungan dengan berupaya menerapkan nilai-nilai ilahiyah.

Oleh karena itu dalam momentum hijrah ini mari kita melakukan evaluasi terhadap masa yang telah kita lewati untuk melakukan perubahan yang lebih baik dimasa yang akan datang agar kita tidak termasuk orang yang merugi. Karena sesungguhnya orang yang beruntung adalah hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih hebat dibandingkan hari ini. Kesuksesan hanya dapat dicapai dengan perubahan dan perubahan memerlukan perjuangan dan pengorbanan. Wallahu ‘Alam

Penulis adalah Sekretaris Dewan Da’wah Kota Langsa, Dosen FTIK IAIN Langsa, Aceh.

Langsa — Ketua Umum Dewan Dakwah Kota Langsa, Dr Iskandar Budiman, MCL resmi ditetapkan sebagai Profesor/Guru Besar Bidang Ilmu Fikih Muamalah pada prodi Hukum Ekonomi Syariah (HES) Program Pascasarjana dan Prodi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa.

Ia menjadi Profesor pertama bidang ilmu tersebut pada Prodi Hukum Ekonomi Syariah (HES), Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa. Saat ini ia juga menjabat sebagai Dekan FEBI di kampus tersebut.

“Alhamdulillah, keluarga besar Dewan Dakwah Kota Langsa sangat bersyukur dan mengapresiasi atas penetapan gelar profesor tersebut. Semoga ilmu yang selama ini beliau ajarkan berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa,” kata Sekretaris Dewan Dakwah Kota Langsa, Afrizal Refo MA, Rabu (27/07/2022).

Afrizal Refo menjelaskan Prof Dr Iskandar Budiman, MCL ditetapkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Fikih Muamalah melalui Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor: 022575/B.II/3/2022 Tentang Kenaikan Jabatan Akademik/Fungsional Dosen.

Surat Keputusan penetapan tersebut diteken oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas, pada 20 Juli 2022 di Jakarta.

Sementara itu Prof Dr Iskandar Budiman, MCL sangat bersyukur dan berterima kasih atas semua dukungan yang diberikan koleganya di IAIN Langsa, termasuk jajaran pimpinan di lembaga tersebut.

Selain itu juga kepada keluarga besar Dewan Dakwah Langsa dan Dewan Dakwah Aceh yang selama ini menjadi tempat pengabdiannya setelah di IAIN Langsa.

“Alhamdulillah, semoga capaian ini memberi manfaat untuk lembaga dan masyarakat,” kata Iskandar Budiman.

Iskandar Budiman lahir 16 Juni 1965 di Peureulak, Aceh Timur. Meraih gelar master di Internasional Islamic University Malaysia (IIUM), Malaysia bidang Hukum Perjanjian/Perikatan Kerja (1994) dan gelar Doktor di University Kebangsaan Malaysia (UKM) Malaysia, bidang Hukum Ekonomi Syariah/Fiqih Muamalah (2001).

Banda Aceh — Pj Walikota Banda Aceh, Bakri Siddiq, SE MSi diminta untuk mengalokasikan dana yang cukup untuk penegakan syariat Islam yang kaffah di Kota Banda Aceh. Selama ini terkesan dana untuk penegakan Syariat Islam tersebut masih belum memadai, malah ada yang tidak dialokasikan seperti untuk operasi.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh Prof Dr Muhammad AR MEd kepada Pj Walikota Banda Aceh, Bakri Siddiq, SE MSi saat ngopi bersama di Solong Coffe Ulee Kareng usai shalat subuh berjamaah, Senin (25/07/2022).

Ikut hadir juga Sekretaris Umum Dewan Dakwah Aceh, Zulfikar SE MSi, Ketua Umum Fokusgampi Banda Aceh, Muhammad Rafsanjani, S.Sos dan jamaah lainnya.

Tadi subuh Pj Walikota Banda Aceh, Bakri Siddiq, menunaikan shalat subuh berjamaah di Masjid Baitussalihin, Ulee Kareng Banda Aceh, sekaligus menyampaikan tausiah singkat.

“Jika Syariat Islam ingin ditegakkan di Kota Banda Aceh, maka alokasikan dana yang cukup kepada dinas terkait. Selanjutnya aktifkan peran WH dan Satpol PP,” kata Prof Muhamammad AR.

Prof Muhammad AR menambahkan pemda juga diminta untuk lebih intensif lagi melakukan operasi di tempat-tempat yang kerap menimbulkan maksiat, seperti tempat wisata, cafe-cafe dan tempat-tempat yang mencurigakan lainnya di Kota Banda Aceh.

“Tentunya pelaksanaan syariat Islam ini harus di dukung oleh semua pihak. Tak terkecuali TNI dan Polri, keduanya juga harus membackup pelaksanaan syariat Islam itu,” ujar Prof Muhammad AR.

Dalam kesempatan tersebut Prof Muhammad AR mengatakan Dewan Dakwah Aceh merupakan salah satu ormas Islam yang konsen dan serius dalam urusan Syariat Islam di Aceh.

“Insha Allah Dewan Dakwah Aceh siap membantu dan mengawal agar syariat Islam berjalan secara kaffah,” ujar Prof Muhammad AR.

Sementara itu lanjut Prof Muhammad AR, Pj Walikota Banda Aceh, Bakri Siddiq, SE MSi dalam tausiahnya mengatakan akan menjalankan syariat Islam secara humanis di Kota Banda Aceh, karena Banda Aceh merupakan pintu masuk ke Aceh sebagai Serambi Mekkah. Jika Banda Aceh benar-benar dapat memperlihatkan contoh yang baik dalam pelaksanaan syariat Islam, mungkin daerah lainpun akan menirunya.

Sebagai Pj Walikota Banda Aceh, Bakri Siddiq akan mengutamakan empat hal, yaitu pertama pelaksanaan syariat Islam yang rahmatan lil alamin, kedua kebersihan kota Banda Aceh, ketiga akan membayar gaji keuchik sebelum keringatnya kering dan menangani air bersih agar lancar serta keempat, menuntaskan infrastruktur yang masih terbengkalai.

Prof Muhammad menambahkan Pj Walikota tersebut direncanakan akan mengunjungi 105 masjid yang ada di kota Banda Aceh khususnya diwaktu shalat subuh, agar semua masjid dan meunasah hidup shalat lima waktu.

“Mudah mudahan dalam waktu yang singkat ini kita mohon kepada Allah agar memberinya kesehatan yang prima untuk menjalankan roda pemerintahan di Kota Banda Aceh dengan memperhatikan benar-benar syariat Islam agar tegak dan terlaksana secara kaffah yang bermula di kota tercinta ini,” pungkas Prof Muhammad AR.

Mohammad Natsir

Jakarta – Ketua Umum PP Pemuda Dewan Da’wah, Dade Misbahul Alam mengatakan perjuangan Da’wah Mohammad Natsir dalam berbagai bidang harus dilanjutkan sebagai penunaian amanah sejarah.

Hal itu disampaikannya dalam kegiatan One Day Natsir yang dilaksanakan oleh komunitas Natsir Corner kemarin, Ahad 17 Juli 2022.

“17 Juli adalah tanggal kelahirannya pak Natsir. Hari ini tepat 114 tahun Mohammad Natsir. Ini adalah momentum bagaimana kita menguatkan tekad kembali untuk melanjutkan perjuangan beliau,” katanya dalam siaran pers, Senin (18/7/2022).

Menurut Dade, perjuangan pak Natsir sebagai seorang Muslim yang ingin agar ajaran Islam diterapkan oleh negara menjadi wasiat abadi yang harus diingat oleh para pelanjutnya. Cita-cita mewujudkan bangsa yang bersyariat harus terus diupayakan sebagai bagian dari upaya menunaikan amanah sejarah para pejuang kemerdekaan dahulu.

“Berjuang untuk mewujudkan ajaran Islam di negeri ini adalah upaya konstitusional yang telah dilakukan oleh para tokoh Islam sejak awal kemerdekaan. Oleh karenanya perjuangan ini tidak boleh berhenti,” ujar Dade.

Namun, Dade menegaskan bahwa perjuangan menegakkan syariat Islam harus tetap dalam bingkai NKRI dan Pancasila. Pancasila menurutnya memberi ruang yang sangat luas untuk mengimplementasikan ajaran Islam di Indonesia.

Mohammad Natsir adalah seorang pahlawan nasional yang berperan besar dalam kemerdekaan bangsa dan membentuk dasar-dasar berbangsa dan bernegara. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan, Perdana Menteri dan berjasa sangat besar dalam membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. [MD]

Dewan Dakwah Aceh menyalurkan daging kurban kepada 170 penerima yang terdiri atas muallaf, keluarga kurang mampu, mahasiswa Akademi Dakwah Aceh dan masyarakat umum lainnya.

Penyaluran tersebut dipusatkan di Komplek Markaz Dewan Dakwah Aceh di Gampong Rumpet, Kec. Krueng Barona Jaya, Kab. Aceh Besar, Senin (11/07/2021).

Koordinator pelaksana Tgk Suwardi mengatakan pada Idul Adha 1443 H ini Dewan Dakwah Aceh menyembelih lima hewan kurban, yaitu tiga ekor sapi dan dua ekor kambing. Hewan-hewan kurban tersebut bersumber dari donasi para Pengurus Dewan Dakwah Aceh, para simpatisan, mitra kerja dan donatur Dewan Dakwah lainnya.

“Dalam pelaksanaannya satu ekor sapi diserahkan kepada masyarakat Rumpet, Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar. Sedangkan sisanya dua ekor sapi dan dua ekor kambing disembelih di Markaz Dewan Dakwah Aceh,” kata Tgk Suwardi.

Sementara itu Sekretaris Umum Dewan Dakwah Aceh, Zulfikar Tijue SE, M.Si mengucapkan banyak terima kasih kepada Keluarga Besar Travel Fatimah Zahra di Semarang, pengurus Dewan dakwsah Aceh, shahibul kurban dan para donatur lainnya atas terlaksananya kegiatan kurban pada tahun ini.

Ia berharap kegiatan serupa akan tetap terlaksana pada tahun mendatang dan dapat dijadikan kalender rutin Dewan Dakwah Aceh. Selain itu hewan kurban yang dikumpulkan juga bisa terus meningkat.

“Atas nama lembaga kami sangat apresiasi dan mengucapakan ribuan terima kasih dimana semangat masyarakat untuk berkurban masih tinggi. Ini menunjukkan bahwa empati dan kepedulian untuk membantu sesama masih terbina dan terjaga dengan baik,” kata Zulfikar.

Zulfikar menjelaskan, selain meneladani sifat Nabi Ibrahim, banyak keistimewaan berkurban lainnya, apalagi di tengah kondisi seperti sekarang ini. Pada masa ini, sebagian besar orang mengalami kesulitan secara ekonomi.

Selain itu harga daging dipasaran cenderung masih mahal. Akibatnya sebagian besar masyarakat yang ekonominya golongan menengah ke bawah mengalami kesulitan untuk mengkonsumsi daging.

“Diharapkan dengan daging kurban yang dibagikan ini walaupun tidak banyak, setidaknya akan membantu mareka untuk tetap bisa menikmati daging bersama keluarga tercinta dirumahnya. Selain itu banyak manfaatnya juga mengkonsumsi daging untuk kesehatan kita,” kata Zulfikar.

“Semoga kiprah Dewan Dakwah Aceh dalam membantu masyarakat terutama di daerah pedalaman dan perbatasan Aceh dapat terus berjalan dan terlaksana sesuai dengan harapan apalagi di masa sulit seperti. Semoga dimudahkan semuanya,”pungkas Zulfikar.

Kegiatan diakhiri makan siang bersama dengan menu khusus kuah beulangong.

Banda Aceh — Dewan Dakwah Aceh menyerahkan sapi kurban kepada Masyarakat Rumpet, Kecamatan Kreung Barona Jaya di meunasah gampong tersebut, Sabtu (9/7/2022) sore.

Sapi kurban tersebut diserahkan oleh Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh, Prof Dr Tgk Muhammad AR, MEd yang diwakili oleh Sekretaris Umum, Zulfikar Tijue SE MSi dan diterima langsung oleh Keuchik Rumpet, Darussamin. Turut disaksikan oleh Sekretaris gampong, Muhammad Salihin, Kepala Dusun Sejahtera, Muchlis dan Ketua Panitia, Suwardi.

Zulfikar mengatakan, bahwa penyerahan hewan kurban ini telah rutin dilaksanakan pada setiap tahunnya untuk masyarakat Rumpet. Gampong tersebut merupakan tempat markaz Dewan Dakwah Aceh berdomisili dan juga lembaga pendidikan Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Aceh serta PAUD Muslimah Dewan Dakwah Aceh.

“Setiap tahunnya Dewan Dakwah Aceh selalu menyerahan hewan kurban tersebut. Selain dalam rangka menyemarakkan Idul Adha tahun ini juga agar rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang sudah terbina selama ini terus terjaga,” katanya.

Ia menjelaskan pada tahun ini Dewan Dakwah Aceh akan berkurban sebanyak tiga ekor sapi dan dua ekor kambing. Hewan kurban tersebut berasal dari donasi para pengurus dan masyarakat umum lainnya.

“Sisanya dua ekor sapi dan dua ekor kambing akan kita sembelih di Markas Dewan Dakwah Aceh. Dagingnya akan kita salurkan kepada masyarakat yang membutuhkan dan untuk shahibul kurban serta para pengurus,” kata Zulfikar.

Sementara itu Keuchik Rumpet, Darussamin mengatakan bahwa Dewan Dakwah Aceh setiap saat hadir dan memberikan perhatian khusus kepada masyarakat Rumpet yang berada di sekitar Markaz Dewan Dakwah Aceh.

“Tidak hanya hewan kurban, bantuan lainnya juga sering disalurkan kepada masyarakat,” katanya.

Keuchik Durasmin atas nama masyarakat setempat mengucapkan terima kasih semoga Dewan Dakwah Aceh terus diberikan kemudahan dalam menjalankan dakwahnya dan terus memberikan manfaat bagi masyarakat.

Afrizal Refo, MA
Oleh : Afrizal Refo, MA

Tak lama lagi umat muslim sedunia akan segera menghadapi hari raya besar kedua, yakni hari raya Idul Adha. Salah satu amalan yang sangat dianjurkan untuk dilakukan adalah menyembelih hewan Kurban.

Menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha, tanggal 10 Dzulhijjah dan hari-hari Tasyriq (tanggal 11,12,dan 13 Dzulhijjah) merupakan ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam.

Bulan Dzulhijjah adalah bulan yang sangat ditunggu-tunggu oleh setiap umat islam di seluruh dunia, karena di bulan ini umat islam menyerahkan hewan qurban untuk dibagikan kepada fakir miskin. Bulan ini juga menjadi momentum ibadah yang meneladani Nabi Ibrahim a.s yang bermuara kepada pemerataan sosial dan keadilan sosial.

Kata qurban sendiri berasal dari bahasa arab yaitu “quroba-yaqrobu-qurban, waqurbanan” yang artinya dekat, maksudnya ialah mendekatkan diri kepada Allah Swt. Adapun pengertian secara istilah, qurban adalah penyembelihan hewan dalam rangka ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt yang dilakukan pada waktu tertentu. Ibadah qurban disyariatkan pada tahun ketiga hijriah, sama halnya dengan zakat dan shalat hari raya (Terjemahan Fiqih Islam Wadillatuhu, 2011)

Ibadah qurban yang dilakukan umat Islam yakni dengan penyembelihan hewan kurban pada setiap 10 Dzulhijjah. Hewan yang boleh dijadikan untuk kurban adalah unta, sapi, dan kambing atau domba.

Tapi apakah ibadah qurban ini menjadikan agama Islam tidak berbeda dengan agama-agama lainnya. Bahwa umat Muslim menjadikan hewan-hewan tersebut sebagai persembahan kepada Allah SWT.

Ibadah qurban sama halnya dengan ibadah haji, bersifat simbolik. Qurban bukanlah sebuah ritual menumpahkan darah untuk mendapatkan pertolongan Allah melalui kematian makhluk lain. Qurban bagi umat Islam adalah ungkapan terima kasih kepada Allah atas limpahan rezeki dengan cara berbagi makanan berharga kepada mereka yang tidak mampu.

Penyembelihan hewan qurban sebenarnya sudah ada sejak pra-Islam. Bahkan dipraktekkan oleh orang-orang Arab kafir dan juga Yahudi sebagai bentuk persembahan, untuk memperoleh kekayaan dan perlindungan Allah dengan pengorbanan darah.

Islam datang untuk mengubah tradisi tersebut. Penyembelihan qurban bukan untuk mendamaikan Tuhan yang sedang marah atau untuk menebus dosa-dosa sebagaimana yang diyakini umat kristen. Penyembelihan qurban menurut Islam adalah untuk memadamkan ego dan keinginan pribadi kepada Allah.

Seperti diceritakan kisah Nabi Ismail dalam Alquran surat Ash-Shaffat ayat 102-107.

“Maka ketika (anak laki-laki) mencapai (usia) sanggup bekerja dengannya, (Ibrahim) berkata: “Wahai anakku! Sesungguhnya saya bermimpi bahwa saya menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab: “Wahai Ayahku! Lakukan apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu: Insya Allah, Engkau akan menemukanku, termasuk orang yang sabar. Maka ketika keduanya telah berserah diri (kepada Allah), dan dia (Ibrahim) membaringkannya anaknya atas pelisnya (untuk pengorbanan). Lalu kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! Sungguh engkau telah memenuhi mimpi itu! ” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat benar. Sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”

Ketulusan dan kesabaran nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail untuk melaksanakan perintah Allah Swt tidak diragukan lagi. Iblis berusaha untuk menggodanya, namun nabi Ibrahim tetap kuat dan kokoh untuk melaksanakan perintah Allah walaupun hanya lewat mimpi (ru’yah shadiqah). Dengan ketabahan, ketulusan, dan tawakal kepada Allah Swt, ia melaksanakan perintah tersebut dengan penuh keyakinan, kepasrahan dan keikhlasan.

Ujian yang dihadapi Nabi Ibrahim a.s adalah ujian penyembelihan nabi Ismail a.s yang peristiwa ini diabadikan dalam ibadah qurban yang dilakukan oleh segenap kaum muslimin di seluruh dunia. Makna dan pesan dari qurban itu sendiri yang dititahkan (disyariatkan) Allah Swt tentulah memiliki pesan sosial, tak terkecuali ibadah qurban. Selain memiliki makna ritual, ibadah qurban juga mengandung makna sosial. Oleh karena itu, umat islam yang merayakan ibadah qurban diharapkan tidak hanya sebatas ritual yang miskin makna, akan tetapi ada nilai-nilai luhur dan moral yang dapat diimplementasikan. Diantara makna moral yang terkandung di dalam ritual qurban adalah :

Pertama, ketundukan Ibrahim a.s kepada Rabbnya membawa pesan moral kepada kita semua untuk senantiasa taat dan patuh terhadap aturan Undang-undang yang telah digariskan dalam Al-Qur’an dan As-Sunah.

Kedua, dibebankannya ibadah haji ini bagi umat islam yang mampu dan mendistribusikan daging qurbannya sebagai bentuk kepedulian kepada kaum lemah menyiratkan pesan substansial kepada kita agar selalu bersemangat membantu meringankan penderitaan orang lain. Bantuan tidak hanya sebatas materi, melainkan ide tenaga atau pikiran yang akan dapat meringankan dan penyelesaian problematika hidupnya. Secara substansial belum dapat disebut “berkurban” manakala di dalam dirinya belum tumbuh semangat berkurban dan membantu penderitaan orang lain.

Ketiga, menyembelih hewan berarti menyembelih sifat-sifat kebinatangan seperti egois, serakah, rakus, menindas, tidak mengenal aturan, norma atau etika dan bertengkar bahkan membunuh hanya demi keuntungan sesaat, memperkaya diri sendiri, menindas yang lemah dan arogan. Hal ini menunjukan bahwa qurban yang dilakukan berdampak mampu memberikan kontribusi dan penyadaran untuk memperbaiki diri dan menata tatanan sosial yang baik.

Keempat, disunahkan menggemakan takbir mulai hari pertama malam 10 Dzulhijjah sampai waktu ashar di akhir hari tasyrik (tanggal 13 Dzulhijjah) memperlihatkan kepada kita bahwa hanya Allah-lah yang memiliki kekuasaan Agung dan Absolut. Oleh karenanya, tidak patut bagi kita bertindak semena-mena terhadap orang lain serta berjalan di muka bumi dengan congkak karena hanya Allah yang maha kuasa atas segalanya dan kita selaku hamba Allah tunduk dan patuh terhadap perintah Allah SWT.

Dengan momentum qurban ini dapat kita mengambil pelajaran bahwa dalam Alquran Allah menegaskan, Allah tidak pernah menyuruh Ibrahim membunuh (mengorbankan) putranya. Hal ini berbeda dengan apa yang disebut dalam Alkitab, bahwa Abraham (Ibrahim as) diperintahkan berqurban dengan membunuh putranya.

Dengan kata lain, implikasi yang mendasari umat Islam dalam berqurban bukanlah pertaubatan darah atau mencari pertolongan dari Allah melalui kematian orang lain, melainkan ungkapan rasa syukur kepada Allah atas rezeki seseorang dan pengorbanan pribadi untuk berbagi harta benda dan makanan berharga mereka dengan sesama manusia.

Sebagaimana Firman Allah SWT, “Dan bagi setiap umat telah kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang diberikan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada mereka yang tunduk patuh (kepada Allah). (Al-Hajj ayat 34)

Dari Ayat Alquran diatas maka dapat disimpulkan, bahwa Allah SWT tidak membutuhkan daging atau darah karenanya berqurban adalah simbol rasa syukur dengan cara berbagi daging qurban kepada sesama manusia. Justru yang terpenting dalam berqurban adalah, penyembelihan dilakukan dengan menyebut nama Allah.

Dengan demikian, berqurban selain untuk mengagungkan sebagian syiar Allah, juga agar mendapatkan keutamaan qurban. Ada banyak keutamaan qurban, di antaranya adalah dicatat sebagai amalan terbaik di hari Idul Adha yang paling dicintai Allah, mendapat kebaikan sebanyak bulu hewan kurban dan mendapatkan ampunan dosa.

Semoga pelaksanaan qurban kita semua menjadi ibadah yang hakiki dalam konteks ritual maupun sosial.

Penulis adalah Sekjen Dewan Da’wah Kota Langsa

Oleh Afrizal Refo, MA

Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang mulia dalam Islam. Dzulhijjah sendiri berasal dari kata ‘Dzul’ yang artinya pemilik dan ‘Al-Hajjah’ yang artinya haji.

Karena merupakan bulan yang mulia, sangat dianjurkan bagi umat Muslim untuk memperbanyak ibadah. Mulai dari berpuasa, berzikir, berkurban, hingga melaksanakan shalat Idul Adha.

Beberapa hari lagi umat Islam akan menyambut bulan Dzulhijjah. Dzulhijjah merupakan bulan ke-12 atau terakhir dalam kalender tahun Hijriah. Dzulhijjah menjadi salah satu bulan suci (syahr al haram) dalam Islam selain Dzulqaidah, Muharram, dan Rajab. Di Indonesia, bulan Dzulhijjah juga sering disebut sebagai bulan haji.

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada 12 bulan, di antaranya terdapat empat bulan yang dihormati, yakni Dzulqa’adah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dzulhijjah disebut sebagai salah satu bulan yang dimuliakan Allah SWT. Di dalamnya terdapat kewajiban haji bagi yang mampu menunaikannya. Sementara orang yang tidak mampu dianjurkan memperbanyak amalan sunah lainnya seperti sedekah, shalat, dan puasa.

Karenanya, kesempatan beribadah tidak hanya diberikan kepada jama’ah haji. Siapapun mendapat kesempatan beramal meskipun dalam bentuk yang berbeda-beda.

Saat datangnya bulan Dzulhijjah, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh. Hal itu seperti yang dijelaskan dalam sejumlah hadis Rasulullah SAW, salah satunya hadis riwayat Ibnu ‘Abbas yang ada di dalam Sunan At-Tirmidzi:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر
Artinya,

“Rasulullah SAW berkata: Tiada ada hari lain yang disukai Allah SWT untuk beribadah seperti sepuluh hari ini,” (HR At-Tirmidzi).

Di dalam bulan Dzulhijjah ada hari-hari yang dipilih oleh Allah sebagai hari-hari terbaik sepanjang tahun. Allah berfirman:

والفجر وليال عشر

“Demi fajar, dan malam yang sepuluh” (Qs. Al Fajr: 1-2)

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan 10 malam yang dimaksud oleh Allah dalam ayat tersebut. Penafsiran para ulama ahli tafsir mengerucut kepada 3 pendapat:

Yang pertama: 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.

Yang kedua: 10 malam terakhir bulan Ramadhan.

Yang ketiga: 10 hari pertama bulan Al Muharram.

Yang rajih (kuat) adalah pendapat yang menyatakan bahwa yang dimaksud adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Hal ini berdasarkan atas 2 hal sebagai berikut:
Hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dari Jabir radhiyallaahu ‘anhuma
إن العشر عشر الأضحى، والوتر يوم عرفة، والشفع يوم النحر

“Sesungguhnya yang dimaksud dengan 10 itu adalah 10 hari di bulan Al Adh-ha (bulan Dzulhijjah), dan yang dimaksud dengan “ganjil” adalah hari Arafah, dan yang dimaksud dengan “genap” adalah hari raya Idul Adh-ha. (HR. Ahmad, An-Nasaa’i, hadits ini dinilai shahih oleh Al-Haakim dan penilaiannya disepakati oleh Adz-Dzahabi)

Bulan Dzulhijjah juga penuh dengan sejarah bagi umat Islam. Di antaranya yaitu ibadah haji dan menunaikan kurban. Dua ibadah tersebut memiliki nilai pahala yang sangat besar di mata Allah SWT.

Alasan lain dijadikannya Dzulhijjah sebagai salah satu bulan yang mulia karena ada banyak peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah Islam. Apa saja peristiwa penting di bulan Dzulhijjah?

1. Nabi Ibrahim Menyembelih Ismail

Allah SWT menguji Nabi Ibrahim dengan memerintahkannya menyembelih putranya, Nabi Ismail. Perintah tersebut disampaikan melalui mimpi sebanyak tiga kali. Ibrahim pun mengatakan hal ini kepada Ismail.
Ismail menerima hal tersebut karena merupakan perintah Allah. Keesokan harinya, Ibrahim menyembelih Ismail di sekitar Mina, Mekah. Karena keikhlasan Nabi Ibrahim dan Ismail, Allah menggantikannya dengan seekor domba. Peristiwa ini terjadi pada 9 Dzulhijjah.

2. Pembangunan Ka’bah
Peristiwa lainnya yang terjadi pada bulan Dzulhijjah adalah pembangunan Ka’bah. Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membangun Ka’bah yang juga dibantu Ismail.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 127 yang artinya: “Dan ingatlah ketika Nabi Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail seraya berdo’a : Ya Tuhan kami terimalah daripada kami amalan kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah : 127)

3. Perintah Wajib Berhaji
Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyerukan ibadah haji. Peristiwa ini diyakini terjadi pada bulan Dzulhijjah. Diriwayatkan, Nabi Muhammad menunaikan ibadah haji sekali seumur hidup pada bulan Dzulhijjah.
Allah SWT berfirman: “Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” (QS. Al-‘Imran : 97)

4. Peristiwa Nabi Yunus
Nabi Yunus pernah mengalami kejadian ditelan paus raksasa setelah dilempar ke laut. Saat itu, Allah memberi mukjizat kepadanya agar mampu bertahan di dalam perut paus. Peristiwa ini diyakini terjadi pada 2 Dzulhijjah. Itu mengapa umat Muslim disunnah untuk berpuasa pada tanggal tersebut.

5. Diampuninya Dosa Nabi Adam
Adam dan Hawa dilempar Allah dari surga oleh Allah SWT ke Bumi karena memakan buah khuldi yang terlarang akibat godaan iblis. Karena kejadian tersebut, Nabi Adam terus berdoa kepada Allah agar diampuni dosanya. Pada 1 Dzulhijjah, Allah pun mengampuni dosa Nabi Adam dan pada tanggal ini pula umat Muslim dianjurkan berpuasa.

Penulis adalah Sekjen Dewan Da’wah Kota Langsa.