Oleh: Prof. Dr. Muhammad AR. M.Ed


Paus Fransiskus tiba di Indonesia 3 September 2024 dan 4 September langsung bertemu dengan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo di Istana Negara. Namun bukan hanya sebatas itu, yang menarik lagi bahwa ada seseorang dalam medsos mencium tangan Paus dan ini sangat tidak senang kalau yang cium itu orang Islam. Karena ia salah cium, seharusnya kalau orang Islam perlu mencium tangan ayah dan ibunya dan gurunya. Namun, ada issu yang mencium tangan Paus itu adalah warga NU atau warga GP Ansor. Kalau ini yang terjadi ini artinya sudah menyalahi kultur K.H. Hasyim Asy’ari, dan para Kyai lainnya. Walaupun demikian setelah ditelusuri, foto yang tersebar ketika kunjungan GP Anshor bertemu dengan Pemimpin Vatikan tersebut, bukan dari NU dan Ansor.

Menurut Wakil Sekjen Pengurus Pusat GP Ansor, KH Aunullah A’la Habib (Gus Aun) bahwa yang mencium tangan Paus Fransiskus adalah A.M. Adiyarto Sumardjono, seorang beragama Katolik. “Ia adalah Kepala Biro Umum di Kantor Wantimpres. Rupanya budaya cium tangan itu bukan hanya ada di Islam saja, tetapi dalam agama Khatolik pun ada seperti yang kita lihat dalam hari-hari kedatangan Paus ke Indonesia.

Cuma yang tidak ada adalah jika umat agama lain yang mencium tangan ulama Islam, demikian pula umat Islam yang mencium tangan Paus atau mencium kepala Paus. Kalaupun ada dikalangan ummat Islam yang mencium tangan dan kepala Paus itu namanya bahagian dari Khatolik, bukan lagi Islam tapi Islam KTP.

Memang menarik sekali Ketika kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia bak seorang anak yang sudah lama berpisah dengan ayahnya, namun pada saat ayahnya pulang dia peluk dan cium dan penuh haru dan tangis. Itu wajar sekali antara anak dan ayah/bapaknya.

Namun ketika Paus mengunjungi Masjid Istiqlal dengan baju keimamannya datang mencium kening Paus Fransisku, entah ini sama seperti anak mencium kening bapaknya atau murid mencium gurunya. Menurut berita CNN Indonesia, Kamis 5 September 2024 Imam besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar sangat terharu dan hormat kepada Paus sehingga dalam gambar beliau mencium kening dan kepala Paus. Nampak dalam gambar di medsos Prof. Nasaruddin Umar sangat melekat dan memuliakan Paus seperti seseorang memuliakan Ulama atau orang tuanya. Atau seperti memuliakan Nabi? Padahal Paus Fransisikus, menurut BBC News Indonesia 19 Desember 2023, Paus mengatakan bahwa para pastor dibolehkan untuk memberkati kepada pasangan sesame jenis, atau LGBT yang menganut agama Katolik Roma.

Detiknews Selasa 19 Desember 2023 menambahkan bahwa Doktrin Vatikan 2021 masih melarang pemberkatan kawin sesama jenisdengan alas an pada waktu itu Tuhan tidak bisa memberkati dosa. Namun pada 18 Desember 2023 pastor boleh memberkati pasangan sesama jenis kelamin. Sejak terpilih tahun 2013 lalu, Paus berusaha membuat gereja yang beranggotakan 1.35 miliar orang itu lebuh ramah terhdap kelompok LGBT tanpa mengubah doktrin moral.

Dulu di Aceh ada seorang Ulama yang bernama Teungku Muhammad Daud Beureueh, ketika datang orang-orang atau masyarakat datang berjumpa atau menziarahinya, ada yang berjabat tangan dengannya dan ada yang menciumnya. Ketika ada orang yang mencium tangannya, beliau bertanya, “Apakah kamu mencium tangan ibumu atau ayahmu” , kalau kamu tidak mencium tangan ibumu dan ayahmu, maka tidak perlu mencium tanganku.

Ada yang bilang kalau orang Khatolik mencium tangan dan kepala Paus Fransiskus, wajar saja karena itu imam mereka dan orang yang paling suci dalam anggapan mereka. Tetapi kalau ada ummat Islam yang dengan penuh haru dan hormat mencium tangan dan kening Paus, itu namanya kurang ajar, karena meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Itu namanya tasyabbuh, atau menyerupai mereka.

Dalam kaedah Islam barang siapa yang menyerupai sesuatu kaum, makai ia adalah bahagian dari mereka (kaum tersebut). Kalau ada ummat Islam yang melakukan seperti yang terlihat dalam medsos terhadap Paus bermakna orang itu sudah salah minum obat. Apalagi yang paling kurang ajar lagi adalah yang menyuruh orang (mayoritas) ummat Islam untuk meniadakan suara azan maghrib dan menggantikan dengan running text ketika ummat Khatolik melakukan misa. Ini kebablasan benar dan mereka sangat mencintai harta dan tahta.

Persoalan yang paling parah lagi adalah jika ada orang yang menandatangani surat agar seluruh saluran TV baik milik negara ataupun swasta pada waktu misa dilakukan, maka suara azan harus diganti dengan running text. Ini artinya mereka baik yang mendengar atau yang menyuruh matikan azan adalah Iblis, karena makhluk yang paling takut mendengar suara azan adalah mereka (iblis). Namun kalau ini datangnya dari ummat Islam, perlu dilihat penyakitnya, apakah ini sakit fisik atau sakit jiwa? Jangan sampe salah minum obat, atau kadang-kadang perlu chemoteraphi akibat penyakitnya yang sudah sangat parah.

Dalam Bahasa Aceh disebut “bek peupungo-pungo droe” sebab nanti akan gila benaran. Berita dari kemenag.go.id melaporkan bahwa Kominfo Kementerian Agama telah bersurat kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika terkait penyiaran Azan Maghrib dan Misa Akbar Bersama Paus Fransiskus. Surat yang ditandatangani oleh Dirjen Bimas Islam, Kamaruddin Amin dan Dirjen Bimas Khatolik, Suparman merupakan respons atas surat yang disampaikan oleh Panitia Kedatangan Paus Fransiskus. Dalam surat ini ke Kominfo bersifat permohonan yang mengandung dua hal: Pertama, agar Misa Bersama Paus Fransiskus pada tanggal 5 September 2024 diasiarkan secara langsung pada pukul 17.00 WIB hingga 19.00 WIB. Kedua, agar penanda waktu maghrib ditunjukkan dalam bentuk running text sehingga misa bisa diikuti secara utuh oleh umat katolik seluruh Indonesia.

Menurul akal sehat dan pikiran Islam yang sangat jernih, kedua persoalan di atas sangat erat hubungannya dengan Aqidah/tauhid, kalau gara-gara persoalan ini menyebabkan aqidah kita tergadaikan, maka silakan berhenti dari tempat kerja atau tinggalkan jabatan tersebut biar digantikan oleh orang lain yang imannya abal-abal. Bukankah kita ini milik Allah yang nantinya destinasi akhir kita adalah mati dan masuk ke dalam kuburan, dan mempertanggung jawabkan semua tindakan kita di dunia, dan juga menunggu pengadilan Allah di yaumil hisab.

Apakah kita sanggup menghentikan tugas malaikat maut untuk merampas nyawa kita, apakah kita mampu melawan Mungkar dan Nakir ketika menyodorkan beberapa pertanyaan di alam kubur dan menyiksa kita para pesalah semasa didunia, atau apakah kita mampu menghadang para penjaga neraka untuk tidak masuk kedalamnya? Oleh karena itu wahai anak manusia yang sangat dhaif dan penuh keterbatasan, Allah itu Maha Kuat, Allah itu Maha Mengetahui, Allah Maha melihat dan Allah itu pemilik dunia dan akhirat, manusia itu sangat terbatas kuasanya.

Lihat betapa hebatnya Suharto, tetapi 32 tahun jatuh dan phak luyak di tangan mahasiswa. Lihat Presiden Ferdinand Marcos dengan kekuasaannya yang sangat hebat, semua Angkatan darat, laut, udara dan Polisi semua warehnya tetapi dihancurkan oleh Benigno Aquino, seorang janda yang suaminya dibunuh Marcos, lihat Shah Iran yang begitu kejamnya dengan pasukan berenjatanya serta inteljennya Savak yang sangat biadab, tetapi akhirnya Kerajaan Shan Reza Pahlevi harus bertekukuk lutut pada Imam Khomeny, orang tua berjenggot yang tak berdaya tetapi dapat meluluh lantakkan Kerajaan Shah Iran. Demikian lah Fiaraun dan sebangasanya. Semua sirna dan mengigit jarai jika Allah menyempurnakan janji-Nya.
Demikianlah orang Indonesia, baik Katolik dan orang Islam model Katolik mengagungkan orang yang melegakan LGBT dan mencium kepala dan tangannya yang pikirannya sudah sarat dengan boleh kawin sesama jenis dan membolehkan LGBT. Padahal kalau ia orang Islam apalagi Imam Besar Masjid Istiqlal sudah salah tempat sembahyang. Sebenarnya ia harus sembahyang sebelah yaitu ke Katedral supaya sama-sama membela LGBT. Kita semua tahu LGBT dan pelaku Kaum LUTH disuruh bunuh oleh Nabi Muhammad saw. Kita malah memberkatinya, benar-benar slah masuk kendang. Itulah kekuatan ummat Islam Indonesia yang dapat ditundukkan oleh kekuatan dua saja. Mari sama-sama kita melihat tokoh-tokoh munafik nanti di Yaumil Hisab, apakah mereka mengikuti Nabi Muhammad ke sorga atau mengikuti Abdullah bin Ubay bin Salul ke Jahannam.

Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi Aceh


Oleh Afrizal Refo, MA


Agama Islam adalah identitas kita sebagai seorang muslim dan menjadi pondasi moral dalam kehidupan kita. Agama Islam juga membantu kita dalam menemukan makna dalam hidup dan memperkuat hubungan kita dengan Sang Pencipta.

Di dunia yang semakin terbuka dan mudahnya akses teknologi akibat arus globalisasi, kita mudah terpengaruh oleh berbagai ajaran agama lain yang tidak sesuai dengan kepercayaan kita. Namun, penting untuk diingat bahwa kita sebagai umat beragama harus mempertahankan keyakinan kita dan tidak tergoda oleh ajaran lain.

Setiap manusia mempunyai keyakinan dan nilai-nilai yang ia anut. Dalam agama Islam, iman dan aqidah adalah elemen yang sangat penting. Iman yang kuat akan menjadikan seseorang semakin teguh dan kokoh dalam mengarungi kehidupan. Namun, di era modern ini, banyak sekali orang yang berpaling dari aqidah dan mencoba mengikuti ajaran agama lain baik secara langsung maupun tidak langsung.

Memperkuat aqidah kita dengan iman adalah hal yang sangat penting. Iman yang kuat akan mempersatukan hati dan pikiran kita, sehingga kita mampu menjalani hidup dengan lebih mantap dan penuh dengan kebahagiaan. Dalam Islam, aqidah adalah landasan agama yang harus dikuatkan setiap umat Muslim. Aqidah yang benar akan membebaskan kita dari keraguan dan kebingungan, serta membuat kita semakin teguh dalam menghadapi cobaan dan godaan di dunia ini.

Namun, di tengah banyaknya ajaran agama lain yang bertebaran di masyarakat, kita harus tetap waspada dan tidak mengikuti mereka. Setiap agama memiliki aqidah dan keyakinan masing-masing. Memilih untuk mengikuti ajaran agama lain bisa membuat kita kehilangan jalan yang benar dan membuat kita tersesat dalam mencari kebenaran hidup. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk selalu memperkuat aqidah kita dengan iman dan tetap istiqamah dalam mengikuti ajaran agama yang kita anut.

Selain memperkuat aqidah kita, kita juga harus berusaha untuk memahami dengan benar ajaran agama Islam yang kita anut. Kita harus belajar dari ulama dan ahli agama yang memahami tafsir Al-Quran dan Hadits dengan baik. Dengan ilmu yang benar, kita akan semakin yakin dan kokoh dalam menghadapi rintangan dan masalah dalam hidup kita.

Saat ini, isu toleransi seringkali terdengar di telinga kita. Digagas sebagai bentuk menghargai perbedaan dalam masyarakat, toleransi menjadi pilar penting dalam menjaga harmoni sosial. Tidak bisa dipungkiri, Indonesia merupakan negara dengan masyarakat multi-etnis, multi-budaya dan multi-agama yang membutuhkan adanya toleransi untuk mencapai kehidupan yang berdampingan dalam keberagaman. Namun, sering kali toleransi disalahgunakan dengan dalih menggadaikan aqidah dan keyakinan seseorang.

Dalam prakteknya, toleransi seharusnya tidak akan merugikan diri sendiri atau orang lain, serta tidak boleh merusak prinsip atau keyakinan agama. Namun, seringkali dalam kehidupan sehari-hari, terjadi penyalahgunaan nilai toleransi dalam masyarakat. Contohnya, seorang muslim merasa takut untuk menolak tindakan-tindakan yang bertentangan dengan Islam meskipun dirinya sendiri tidak merasa cocok dengan hal tersebut, semata-mata untuk menghindari kesan yang tidak sopan atau bisa disebut sebagai intoleran. Hal seperti inilah yang sebenarnya menggadaikan aqidah dan keyakinan seseorang dengan dalih toleransi.

Menggadaikan aqidah dengan toleransi jelas merugikan sendiri. Dalam dunia pendidikan, ini bisa dilihat dari cara pembelajaran agama. Di beberapa tempat, terutama di sekolah umum, pembelajaran agama seringkali sekadar menjadi penghias kurikulum tanpa memberi pengaruh yang memadai pada diri siswa. Hal ini terjadi karena kesanggupan untuk menghargai perbedaan agama, seakan akan membenarkan untuk mengajarkan “pengetahuan” pada siswa tanpa bobot sebenarnya. Akibatnya, muncul generasi yang tidak memahami aqidahnya sendiri untuk menghindari keterlibatan dalam tindakan yang dapat merusak dirinya sendiri, seperti bullying atau tawuran, meski dalam agamanya sendiri mengutuk kekerasan.

Sementara itu, penyalahgunaan toleransi bagi yang lain dengan menggadaikan aqidah juga dapat merusak keberagaman dan keharmonian dalam masyarakat. Tidak ada jaminan bahwa hukum untuk merujuk pada toleransi akan sejalan dengan kebijakan toleransi yang sesungguhnya. Jika tidak terjadi kerja sama dan tindakan tegas di antara masyarakat, terutama yang terlibat dalam pelanggaran, tindakan merugikan dan mengingkari prinsip-prinsip keyakinan suatu agama akan terus terjadi dan berkembang di masyarakat.

Dalam kesimpulan, memperkuat aqidah kita dengan iman sangatlah penting, terlebih di era modern yang kompleks seperti sekarang ini. Kita harus tetap waspada dan tidak mengikuti ajaran agama lain, serta selalu memperdalam pemahaman kita tentang aqidah dan iman dengan cara yang benar. Dengan begitu, kita akan semakin kokoh dan teguh dalam mengarungi hidup ini, serta mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Penulis adalah Dosen PAI IAIN Langsa dan Sekretaris Umum Dewan Dakwah Kota Langsa.


Oleh: Prof. Dr. Muhammad AR. M.Ed


Salah satu pertanyaan di alam kubur nanti apabila manusia mati adalah man imamuka? Memang jawaban ini sederhana kalau kita didunia ini selalu membaca al-Qur’an dan juga mengamalkan ajaran al-Qur’an tersebut.

Namun bagi orang yang mengabaikan al-Qur’an konon lagi para penentang al-Qur’an, maka mereka akan menjadi buala-bulan malaikat hingga ke hari kiamat. Begitu pentingnya al-Qur’an dalam kehidupan ummat Islam karena al-Qur’an ini adalah salah satu pilar utama hukum Islam. Jika seseorang tidak memahami membaca al-Qur’an, tidak memahami isi al-Qur’an dan tidak mau menjalankan isi al-Qur’an, silakan membaca petunjuk Rasulullah dalam banyak hadisnya atau silakan bertanya kepada ahl zikri atau para ulama. Maka untuk ummat Islam di Aceh, kita sangat berterima kasih kepada saudara-saudara kita yang telah merumuskan bahwa setiap orang yang ingin menjadi pemimpin di Aceh, maka wajib kepada mereka itu harus bisa membaca al-Qur’an, semoga kehidupan para pembuat qanun ini diberkati Allah semuanya.

Al-Qur’an kalam Allah, al-Qur’an Kitabullah, al-Qur’an Undang-undang Islam, al-Qur’an adalah sumber segala ilmu dan sumber hukum Islam, jika kita mengaku Islam dan dibesarkan dari keluarga Islam, dalam lingkungan Islam, dan nenek moyang kita beragama Islam, sungguh amat dhaif kalau kita tidak bisa membaca al-Qur’an. Ini bermakna kita jarang sekali menyentuh Kitab Allah itu. Khalid bin Walid, seorang jenderal Islam, ketika dia pensiun dari jihad ketika mencapai umur 70 tahun, di pulang ke Madinah dan mengambil al-Qur’an dan mengatakan kepadayany, “Wahai al-Qur’an, mohon maaf selama ini (telah lama aku) tidak menyentuhmu, jarang membacamu, karena aku telah dilalaikan oleh jihad dalam rangka memperluas territorial Islam, dalam rangka menyebarkan risalah Rasulullah. Kalau demikian perkataan Jenderal Khalid bin Walid, bagaimana dengan kit aini, siapa yang melalaikan kita sehingga kita tidak sempat menyentuh dan membaca Kita Suci itu. Camkanlah whai ummat Islam sebelum masuk kea lam kubur.

Jenderal Khalid mengatakan “dialalaikan” oleh jihad, oleh sebab itu ia tidak sempat menyentuh lembaran-lembaran al-Qur’an. Seharusnya kitalah yang lalai dengan kerja mencari fee haram, membeli pekerjaan secara haram, melakukan sogok menyogok untuk mencapai tujuan, dan membunuh lawan politik dan lawan pendapat, sehingga membenci al-Qur’an dan mentalak tiga al-Qur’an. Banyak diantara kita melakukan, shalat, melakukan puasa wajib dan puasa sunat, memberi sedekah, naik haji dan umrah, namun kita enggan mengamalkan al-Qur’an secara komprehensif.

Kita membohongi al-Qur’an, kita menyepelekan al-Qur’an, kita menjadikan al-Qur’an untuk mencapai tujuan dan setelah itu kita injak-injak isi al-Qur’an, betapa biadabnya kita, betapa hancurnya akhlak kita, betapa kering kerontangnya hati nurani kita terhadap isi al-Qur’an. Sebelum terlambat, marilah kita bertobat kepada Allah kalau dosa itu berkaitan dengan Allah, namun kalau dosa itu terkait dengan manusia, maka carilah masjid-masjid dan rapat-rapat umum untuk meminta ampun kepada mereka.

Karena itu hati-hatilah dengan janji palsu, sumpah palsu, penipuan, penggelapan, dan kebohongan. Al-Qur’an tidak pernah menghalalkan kita untuk berbohong, intimidasi, membunuh, mencerca, memfitnah, berdusta, dan bersikap munafik.
Betapa memalukan kita ketika masa-masa calon anggota legislatif dahulu, banyak saudara kita yang gugur menjadi calon anggota legislatif disebabkan karena gagal membaca al-Qur’an dengan sempurna, dan kita berterima kasih kepada para juri baca al-Qur’an yang telah menjalankan tugas dengan adil, artinya yang bisa baca al-Qur’an wajar diluluskan dan bisa melangkah ke tahap selanjutnya, namun kalau ada juri baca al-Qur’an yang mau menerima sogok atau menutup mata ketika menilai bacaan al-Qur’an, artinya meluluskan yang tidak layak, atau sebaliknya. Maka kita serahkan kepada Allah atas kebohongan ini.

Kalau mereka benar, selamatkan mereka dunia akhirat ya Rabb. Maknanya kalau juri al-Qur’an sudah berani berbohong, tidak ada lagi juri yang benar di dunia ini. Kita bisa merujuk kepada pepatah Aceh terkait dengan hakim/juri yaitu “padumna leu hakim-hakim asoe jahim uroe dudoe”, Karena itu hati-hatilah dengan al-Qur’an, jangan jadikan al-Qur’an sebagai alat untuk mencapai tujuan duniawi dengan cara yang tidak benar. Ingatlah wahai juri yang menghakimi orang yang baca al-Qur’an dan hakim-hakim lain yang mengadili urusan kaum muslimin, anda orang pertama yang akan berhadapan dengan Pengadilan Allah di yaumil mahsyar nanti.

Demikian pula wahai juri yang telah mendengar atau menjadi hakim bacaan al-Qur’an calon gubernur Aceh, berlaku jujurlah syedara sebab ini berhadapan dengan Allah di yaumil hisab. Kalau mereka tidak lulus baca al-Qur’an, silakan tulis tidak lulus supaya bisa diperpanjang waktu untuk merekrut calon yang lain.

Al-Qur’an adalah jalan keselamatan, dan ini rambu-rambu kehidupan bagi manusia yang mau mengambilnya sebagai way of life. Sebagai ummat Islam, orang Aceh, dan penduduk di bumi syariat, sungguh sangat memalukan jika kita tidak bisa membaca kalam Allah, sungguh tidak berani mengaku Muslim kalau kitab sucinya saja tidak mampu membacanya apalagi menjalankan semua isi kandungannya.

Secara rasional tidak mungkin kita menjalankan syariat Allah atau undang-undang al-Qur’an kalau kita tidak memahami al-Qur’an itu sendiri, tidak mungkin kita memuliakan al-Qur’an sedangkan roh al-Qur’an tidak pernah bercampur dalam darah daging kita, tidak mungkin. Ditakutkan bagi orang-orang yang menjadi pemimpin di Aceh akan melanggar sumpah semuanya jika tidak menjalankan syariat Islam ketika menjadi pemimpin.

Karena setiap calaon gubernur, wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, walikota dan wakil walikota telah menanda tangani formulir diatas materai Rp. 10.000.- bersedia menjalankan syariat Islam jika nanti terpilih. Kita bisa bertanya sudah berapa persenkah syaraiat Islam berlaku di Aceh selama lebih kurang 23 tahun sudah berlaku? Lalu siapa yang disalahkan, rakyat atau pemimpin?

Sekarang bisa dibayangkan siapa yang melaukan sogok menyogok? Apakah mereka pikir ini ini anjuran al-Qur’an? Dan siapa yang menerima sogok atau meminta uang sogokan dan perantara sogok. Apakah mereka ini pecinta al-Qur’an? Demikian pula ketika seseorang menerima bantuan dari non-Muslim dan toke minuman keras atau toke barang haram untuk keperluan atau biaya kampanye, apakah ini ditolerir oleh al-Qur’an? Karena itu al-Qur’an bukan hanya dibaca akan tetapi diamalkan seluruh isinya, jadi kalau tidak mampu membaca, tidak memahami maknanya, tidak pernah menyentuhnya, dan tidak menjiwai al-Quir’an itu, maka tidak mungkin mengedepankan undang-undang al-Qur’an.

Dosen Pasca Sarjana UIN Ar-Raniry-Banda Aceh
Muhammad.ar@ar-raniry.ac.id


Oleh: Afrizal Refo, MA

Sebagai kepala daerah baik Gubernur maupun Bupati/ Walikota memiliki tanggung jawab besar dalam menjalankan tugasnya. Salah satu tugas penting yang harus dilaksanakan oleh kepala daerah adalah menyelesaikan masalah yang kompleks dengan baik.

Oleh karena itu, kepala daerah harus memiliki kualitas kepemimpinan yang bersih, jujur, dan tegas. Selain itu, kepala daerah juga harus dapat mendengarkan ketika masyarakat berbicara dan mampu memahami berbagai permasalahan yang dihadapinya.

Dalam hal ini, salah satu syarat yang harus dilalui oleh calon kepala daerah di Aceh baik gubernur, wakil gubernur, Bupati, wakil Bupati, Walikota dan Wakil walikota wajib mengikuti tes baca Alquran. Tes baca Alquran adalah salah satu hal yang dapat membantu meningkatkan integritas kepala daerah. Alquran adalah kitab suci yang dipercaya sebagai sumber hukum, moral, dan spiritual. Dalam Alquran, terdapat banyak ayat-ayat yang dapat membantu seseorang menjadi pemimpin yang bijaksana dan terhormat.

Maka dengan melakukan tes baca Alquran, kepala daerah akan mempelajari berbagai ayat-ayat penting yang dapat membantunya mengembangkan kepemimpinannya. Tes baca Alquran juga membantu kepala daerah meningkatkan pemahaman tentang etika kepemimpinan dan menunjukkan bahwa dirinya adalah pemimpin yang dapat diandalkan.

Tes baca Alquran juga dapat membantu kepala daerah dalam menghadapi tekanan dan polarisasi yang mungkin terjadi dalam pekerjaannya. Dalam rangka melaksanakan tugasnya dengan baik, seorang kepala daerah harus dapat memahami serta menjaga harmoni dalam masyarakatnya. Oleh karena itu, tes baca Alquran dapat memperluas pandangan kepala daerah tentang perbedaan budaya dan pandangan yang dapat membantu menjaga koeksistensi dalam masyarakat.

Namun, tes baca Alquran bukanlah satu-satunya cara untuk meningkatkan integritas kepala daerah. Sangat penting juga bagi kepala daerah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara baik dan adil. Mereka juga harus mempunyai kualitas kepemimpinan yang baik serta mampu melayani kepentingan masyarakat dengan sepenuh hati.

Dengan demikian, tes baca Alquran bukan hanya sekadar ritual formalitas semata, tetapi dapat menjadi cara penting untuk membantu meningkatkan kualitas kepemimpinan seorang kepala daerah. Dalam konteks filosofisnya, tes baca Alquran menjadi refleksi tentang pentingnya berpegang teguh pada prinsip kesetiaan dan kejujuran, serta menjadi teladan bagi keadilan, integritas, dan moralitas puri kita. Oleh karena itu, kepala daerah harus melakukannya dengan penuh kesadaran akan kepentingannya untuk memperoleh kebaikan yang sejati bagi masyarakat yang dipimpinnya.

Dalam era yang serba modern ini, terkadang nilai-nilai spiritual dan moral sering kali diabaikan dalam kehidupan bersosial yang semakin kompleks. Namun, tes baca Alquran menjadi pengingat bahwa sebagai manusia, kita juga harus selalu terhubung dengan yang Maha Kuasa. Kita harus selalu mengambil waktu untuk membaca ayat-ayat suci dalam Alquran sebagai pengingat bahwa Allah selalu ada di setiap langkah kehidupan kita.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan dalam kepemimpinannya, seorang kepala daerah dapat mengambil inspirasi dari ayat-ayat pada Alquran. Ayat-ayat tersebut dapat membantunya mengambil keputusan bijaksana dan tetap menjaga harmoni dalam masyarakat.

Sebagai kesimpulan, Tes baca Alquran menjadi penting bagi kepala daerah sebagai salah satu tanda bahwa mereka adalah pemimpin dengan integritas dan kejujuran dan juga menjadi pengingat betapa pentingnya nilai-nilai spiritual dan moral dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai masyarakat, mari kita selalu menghormati nilai-nilai keagamaan dan menjadikannya sebagai acuan dalam setiap tindakan kita. Namun, tetap dibutuhkan aksi nyata dari kepala daerah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik serta adil. Semoga artikel ini dapat memberikan pandangan yang bermanfaat bagi pembaca.

Penulis adalah Dosen PAI IAIN Langsa dan Sekretaris Umum Dewan Dakwah Kota Langsa.


Oleh: Prof Dr. Muhammad. AR. M.Ed


Jika kita telusuri apa yang tengah terjadi di negeri KONOHA dewasa ini semuanya serba tidak jelas dan semuanya sudah kehilangan arah dan tujuan hidup sehingga benarlah apa yang telah disabdakan oleh baginda Nabi SAW 15 abad yang lalu. Maksud dari peringatan Rasulullah tersebut adalah “hati-hatilah kamu nanti akan datang suatu masa manusia di waktu pagi masih dalam keadaan beriman, namun di sore harinya mereka sudah menjadi kafir, dan begitulah sebaliknya.” Panorama ini sedang berlangsung di negeri Konoha, orang tidak lagi mengedepankan iman/tauhid dan idealisme keagamaannya, namun yang nampak menganga adalah orang-orang di negeri itu adalah persahabatan diukur dengan harta benda (uang) dan jabatan, inilah nuansa para pengikut di negeri konoha tersebut. Dajjal belum datang atau belum hadir, namun para pengikutnya sudah merajalela di mana-mana dan mereka sedang menyusun welcoming Dajjal Committee bersama zionis di Israel. Orang-orang di negeri-negeri konoha itu bersama keluarga, handai taulan, kroni dan saudara baru karena uang dan jabatan memimpin negeri-negeri itu. Mereka sefikrah menjadikan diri sebagai tandingan Malikiyaumiddin.

Pada suatu ketika mereka berkata atau berjanji pada jamaah kaum muslimin, bahkan jamaah shalat lima waktu sekalipun, untuk menjaga agama, memperjuangkan sunnah Rasulullah, memperjuangkan risalah yang dibawa oleh Rasulullah, memperjuangkan amanah, menjaga hak ummat banyak, hak orang terdhalimi, dan hak orang Islam secara khusus, namun ketika mereka berhadapan dengan uang, jabatan, dan angin sorga dunia, mereka lupa semuanya apa yang pernah dijanjikan, maka benarlah apa yang disabdakan oleh baginda Nabi SAW yang maksudnya adalah: “ The signs of hypocrite consists of three: if they are talking, they tell a lie; if they are promised, they will brake it; if they are trusted, they betray.” Inilah penyakit yang sangat berbahaya telah terhinggapi hampir mayoritas ummat Islam di seluruh negeri-negeri konoha. Mereka mengira bahwa Allah itu buta, Allah itu tuli, dan Allah itu lalai, sehingga mereka penduduk konoha itu berpesta pora diatas penderitaan rakyat.

Saudara atau sahabat mereka adalah siapa yang dapat memberi banyak manfaat kepada mereka, yang dapat menyenangkan mereka secara duniawi, yang dapat melindungi mereka dari neraka dunia, dan yang dapat membahagiakan mereka, keluarga mereka, anak isteri mereka dan suadara mara mereka serta para anggota-anggota mereka yang sefikrah untuk menipu Allah Pemilik alam ini. Rupanya tidak salah apa yang telah diutarakan oleh Baginda Nabi SAW bahwa “iman itu naik turuh seperti gelombang laut”. Satu saat iman kita kuat ketika uang dan jabatan belum ada dan belum terpikir ke arah itu, namun ketika badan sudah sehat, pikiran sudah segar, keluarga sudah bertambah, kebutuhan sudah meningkat, maka pada waktu itulah mereka mengucapkan “Selamat tinggal wahai halal dan haram, selamat tinggal wahai manusia bodoh, siapa suruh memilih aku dan golonganku serta soe yue tamong lam geurupoh lon”. Air tuba dibalas dengan racun berbisa yaitu kebohongan, dan itu sudah terbiasa bagi orang-orang konoha yang panutannya adalah Abdullah bin Ubay bin Salul, selamat berjumpa kembali di hadapan Pengadilan Allah yang disana tidak perlu backing dan pengacara.

Oleh karena itu bagi ummat Islam dalam rukun iman, ada enam hal yang harus dipercayai oleh ummat Islam , yang harus diimani, dan yang harus diikuti dalam kehidupannya. Ini jelas dan terukur serta ini merupakan landasan untuk terbebas dari kemusyrikan, kecurangan, kebohongan dan kedunguan. Jadi, kalau manusia tidak ada perintah untuk dipercayai apalagi selama manusia itu masih hidup, karena kita ini diciptakan Allah dengan sifat tergesa-gesa, kikir, dan berkeluh kesah, demikian kata Allah dalam Kitab Suci al-Qur’an.

Kapan seorang manusia bisa dikatakan baik dan jujur, apabila ia telah meninggal dunia karena semua aktivitasnya yang baik telah ditinggalkan dan telah dipersembahkan semasa hidup, nasib baik ia telah menghadap Allah dengan berbagai kebaikan. Kalau seseorang tidak sempat bertaubat atas kelapaannya, kesalahannya dan kekurangannya semasa hidup, maka tidak mungkin kita akan percaya kepadanya. Karena itu berhati-hatilah mendengar ocehan, mulut manis, dan haba mangat dari seseorang selama ia masih hidup. Ummat Islam tidak akan terperosok ke dalam lobang yang sama untuk kesekian kalinya kecuali minim pengetahuan atau kebutaan hati. Buta mata tidak berbahaya dan yang paling mencemaskan adalah karena buta hati dari kebenaran dan kemahakuasaan Allah.

Mengapa manusia tega berbuat curang, salah, dan bohong, karena mereka minim tauhid atau Aqidah tentang kepada keagungan Allah, kekuasaan Allah dan kemahaperkasaan Allah.

Kaum hypokrit itu merajalela di mana-mana dan mereka kalau dideteksi dengan kacamata agama sangat mudah ditemukan, namun kalau kita tinggalkan koridor agama, samar-samar dalam pandangan kita karena mereka sangat pandai dalam bersilat lidah dan berbaur walau dalam barisan salat. Bukankah Abdullah bin Ubay bi atau hipokrasin Salul selalu berjamaah bersama Rasulullah SAW namun sifat kehipokritannya tetap bersemayanam dalam dadanya. Perlu digaris bawahi bahwa orang mukmin mengajak manusia untuk berbuat yang makruf, sedangkan orang hipokrit mengajak manusia untuk berbuat kemungkaran. Namun yang sulit dipantau apakah seseorang baru dihinggapi dari penyakit hipokrit itu atau sudah lama, itu sangat tergantung dengan siapa ia berkawan, apakah sama-sama dalam kelompok konoha atau kelompok yang lain di bibir lain di hati.

Rahmat dan ampunan Allah masih terbuka sebelum nyawa sampai di kerongkongan, tiada manusia yang tidak bersalah dan ini sesuia dengan salah satu hadis dari Rasulullah SAW yang bermakna: “Semua anak cucu Adam bersalah, dan sebaik-baik para pesalah adalah yang sentiasa memohon ampun dan bertaubat kepada Allah”. Oleh karena itu marilah sama-sama memohon ampun kepada Allah yang Maha Pengampun dan Maha penerima taubat sebelum kita menghadap Pengadilan Allah yang Maha Adil. Janganlah berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang dhalim.

Ingatlah bahaya kemunafikan adalah neraka solusinya. Banyak ayat dalam al-Qur’an yang berbicara tentang kemunafikan, karena itu marilah kita hindari sifat-sifat ini yang mencoreng kemukminan kita dan jangan terpengaruh dengan penguasa negeri Konoha.

Penulis adalah Dosen Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Banda Aceh


Oleh Prof. Dr. Muhammad AR. M. ED


PP Nomor 28 Tahun 2024 mengandung aturan pemberian alat kontrasepsi bagi siswa sekolah. Majlis Ulama Indonesia (MUI) menolak pemberian kondom kepada siswa sekolah dengan alasan apapun dan mekanisme apapun juga karena ia bertentangan dengan ideologi bangsa yang menjunjung tinggi nilai nilai agama dan Sila Pertama—Ketuhanan Yang Maha Esa.

Namun belum selesai masalah ini, muncul lagi masalah baru, yaitu tidak boleh memakai hijab/jilbab atau menutup aurat bagi wanita yang ikut Paskibraka.

Menurut Irwan Indra, Pembina Paskibraka Nasional 2021, bahwa kewajiban copot jilbab bagi Paskibraka perempuan merupakan ulah BPIP (Badan Pembina Ideologi Pancasila) yaitu datangnya dari BPIP. Demikian laporan Republika. CO.ID. Karena dulu yang menangani KEMENPORA (Kementerian Pemuda dan Olahraga).

Namun yang menjadi sasarannya adalah Pancasila dan agama khususnya Islam. Beginikah perlakuan pemerintah negeri ini selama ini terhadap ummat Islam dan agamanya? Apakah di negeri ini tidak ada lagi umat Islam yang punya kuasa dalam negara ini yang punya hati dan ruh keislamannya?

Dalam sebulan dua pil pahit yang harus ditelan oleh ummat Islam, nasib baik masih ada saudara kita yang memiliki ruh Islam di Majlis Ulama Pusat yang mau berjibaku dengan peraturan tersebut. Sedangkan saudara-saudara kita di Senayan duduk-duduk saja membenarkan yang salah dan diam seribu Bahasa. Sedangkan ummat Islam yang lain dianggap golongan yang ketiga, yaitu tergolong manusia yang memiliki selemah-lemah iman.

Kalau menurut Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, dalam salah satu diskusinya beberapa hari yang lalu di Pasca Sarjana UIN Ar-Raniry bahwa yang harus melaksanakan amar makruf Nahi Mungkar adalah bukan ulama, tetapi polisi, tantara dan kejaksaan, karena mereka mempunyai kuasa dan senjata.

Kita berdoa saja kepada Allah swt mudah-mudahan nanti akan ada diantara mereka yang mau membela kebenaran dan Pancasila seperti Jendral Gatot Nurmantio ketika pensiun. Karena rezim kali ini sudah mencapai puncaknya untuk menghina Pancasila dan agama khususnya Islam. Selanjutnya mengacaukan pelaksanaan Hari Kemerdekaan dengan issu-issu yang menyayat hati bagi ummat Islam untuk menanggalkan jilbab. Bagaimana anak-anak kita yang sudah pakai jilbab sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah hingga ke perguruan tinggi, tiba-tiba harus menanggalkan jilbab mereka.

Bukankah kemerdekaan ini hasil perjuangan ummat Islam dalam menghalau penjajah? Lalu ketika mengadakan upacara kemerdekaan malah ummat Islam lagi yang disakiti. Ini memang benar-benar keterlaluan.

Rezim ini bukan menunjukkan husnul khatimah di akhir-akhir hayatnya, malah memamerkan pendurhakaan kepada hukum Allah dan ummat Islam sebagai pejuang kemerdekaan Republik ini. Namun sayang seribu kali sayang yang hanya merasa tersinggung atas semua ini adalah kalangan bawah yang tidak memiliki kemampuan, kekuatan, dan backing yang kuat, jadi akhirnya rakyat jelata ini menjadi domba-domba makanan lezat serigala.

Namun rakyat jelata ini yang masih memiliki iman dan mengakui KEKUASAAN ALLAH azzawajalla sebagai satu-satunya Zat Yang Maha Perkasa, hanya bisa berkomat-kamit, menadahkan tangan ke langit, memohon ampun dan kekuatan serta perlindungan kepada-Nya. Ingat! Jika rakyat jelata, orang awam, dan orang-orang terdhalimi sudah menyerahkan sesuatu kepada Penguasa Alam ini, tunggu saja kehancuran total yang akan dikirimkan Allah secara menyeluruh.

Kalau untuk Bangsa Aceh tidak usah lagi ditanyakan bagaimana dahsyatnya Yang Maha Kuasa, dan ini telah dipertotonkan pada Hari Ahad tanggal 26 Desember 2004.

Maka sangat wajar bangsa yang berada di ujung Pulau Sumatera ini harus sangat takut dan berserah diri secara totalitas kepada Allah. Pada waktu terjadinya gempa dan tsunami tidak ada satupun makhluk saat itu yang menunjukkan kehebatannya, keangkuhannya, kebiadabannya, dan kesombongannya, akan tetapi semuanya tersungkur, tertunduk layu dan terhina. Karena itu jangan main-main dengan hukum dan agama Allah.

Dan jangan mengundang lagi pasukan Allah seperti gempa bumi, tsunami, banjir, burung ababil, hujan batu, peting beliung, halilintar, dan sebagainya untuk menamatkan riwayatmu dengan tragis.

Ingatlah wahai orang-orang yang punya kuasa, nanti anda semua merupakan orang-orang pertama diadili didepan MAHKAMAH Allah di hari kiamat. Kehidupan dunia hanya sebentar saja, harta tidak akan membawanya ke alam kubur, isteri cantik tidak bisa bersama di alam kubur, suami yang gagah tidak pula menemani anda alm barzakh, jabatan dan pangkat tidak bisa menggertak Malaikat Maut ketika roh kita dicabut, mampukan kita melawan Munkar dan Nakir ketika berada di perut bumi.

Wahai orang-orang munafik, nanti anda akan menggigit jari ketika sakratul maut, akan bertekuk lutut dihadapan pengadilan Allah, dan penuh jeritan dan raungan ketika berhadapan dengan para penjaga neraka.

Wahai para pembenar yang salah, dan para penyalah yang benar , ingatlah waktu anda tidak lama di dunia ini, semua kita adalah sama dihadapan Allah, namun siapa yang banyak beramal shalih dan berkorban demi agama Allah, maka merekalah yang mendapat prioritas sorga-Nya. Bagi orang-orang yang memperoleh kesenangan di dunia ini, apalagi dengan cara menjilat penguasa, membenarkan kesalahan penguasa, menipu rakyat dan merampok harta negara, mempermaikan hukum, menjadikan hukum rimba, menjadikan negara ini seperti NEGERI KONOHA, maka anda akan bersama Abu Lahab, Abu Jahal, Abdullah bin Ubay bin Salul, Firaun, Namrud, Haman, Qarun, Ariel Sharon, Yitzak Shamir, Yitzak Rabin, Netanyahu dan kawan-kawannya di dalam neraka nanti.

Memang peraturan membolehkan pemakaian alat kontrasepsi atau kondom untuk siswa untuk apa? Apakah untuk membiarkan anak-anak sekolah untuk melakukan zina di sekolah, di kelas-kelas kosong, di toilet-tolet sekolah atau akan disediakan tempat-temoat tertentu di setiap sekolah? Kenapa tidak dimulai saja di rumah-rumah orang yang mencetuskan ide ini, kenapa anda merusak anak orang lain, rusaklah anakmu sendiri dulu? Ini sama saja dengan orang yang bilang “kawin sesama jenis adalah sunnatullah”, seharusnya ini harus dimulai oleh orang yang mencetuskan ide ini, bukan untuk orang lain. Itu baru dikatakan orang istiqamah dalam berpikiran kotor dan berpikirah Tel Aviv.

Demikian pula orang yang menyuruh orang lain membuka jilbab, atau membuka aurat, kenapa ini terjadi? Wajar ini datangnya dari pelakunya, karena isterinya pamer aurat, anak perempuannya pamer aurat, saudara-saudara perempuannya pamer aurat. Gak jadi masalah bagi mereka.

Tapi ini masa sedang panas-panasnya moderasi beragama, hargai pendapat orang lain, bukan menghargai pendapatmu saja, bukan memaksa pendapamu saja kepada orang lain. Namun kalau mereka ini beragama Islam, bertuhan Allah, bernabi Muhammad saw, tidak mungkin menjadi seperti musang berbulu ayam.

Jangan-jangan mereka ini adalah sahabat-sahabat dari C. Snouck Hurgronje, Charles Adam, Annemarie Schimmel, Arthur J. Arberry, D.S. Margoliouth, Fuat Sezgin, Gabriel Said Reynolds, Gustav Flugrel, Gustav Weil, H.A.R. Gibb, dll. Yang mereka ini ahli dalam agama Islam, tetapi mati di luar Islam. Mempelajari Islam hanya untuk mencari-cari kelemahan Islam dan Nabi Muhammad saw.

Memang selama ini tidak dapat dinafikan, bahwa banyak orang-orang yang mengatasnakan Islam tetapi pikirannya merusak Islam, seperti musuh dalam selimut. Inilah model pengikut Abdullah bin Ubay bin Salul. Nauzubillah!

Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Aceh


Oleh Prof Dr. Muhammad AR. M.Ed


Memang tidak dinafikan selama Aceh masih mempertahankan Syariat Islam, Bank Syariat, Laundry Syariat, Pegadaian Syariat, Hotel Syariat, Wisata Syariat, maka kritikan, hujatan, hinaan dan cercaan sudah menjadi bahagian dari kehidupan umat Islam di Aceh.

Terakhir adalah konsert kecantikan Waria/bencong/pondan/ transgender yang dilakukan di Hotel Orchardz Jakarta hari Ahad tanggal 4 Agustus 20245 telah selesai, namun yang celakanya konsert Kaum Luth ini dimenangkan oleh Waria yang mengatasnamakan Aceh. Entah benar tidak ada yang tahu, siapa waria itu, kenapa panitia itu sengaja mengumumkan pemenangnya dari Aceh, apakah karena Aceh negeri bersyariat Islam, siapa yang mempublish pertama kali, apa tujuannya dan berapa untungnya yang diterima oleh yang membuat konsert tersebut.

Ini merupakan sebuah hinaan kepada masyarakat Aceh yang kali ini dilakukan oleh WARIA atau pendukung Kaum Luth alias orang-oarang dari negeri Sodom.
Persoalan ini sarat dengan kemunafikan dan kedurhakaan dan ini bukan dilakukan oleh orang biasa yang tidak punya pendidikan, akan tetapi ini dilakukan oleh think tank perusak Islam atau agama Allah, ata mungkin ini bisa dikelompokkan ke dalam dua kelompok manusia yaitu, kelompok anti Syariat, dan kedua adalah kelompok komunis anti Tuhan. Ini bukan murni dari Waria itu, tetapi ada sutradara dibelakang bencong-bencong tersebut yang jelas mereka adalah pengagum bencong (kaum Luth). Beginilah model-modelanti syariat terhadap Aceh yang sengaja dilakukan oleh orang-orang psikisnya sudah terjangkiti penyakit kaum Sodom. Penyakit ini tidak mapan lagi ke psychiatrist, akan tetapi harus diamputasi total dan anastesi total super dosis supaya katup-katup jantungnya tersumbat semuanya. Mohon maaf memakai istilah medis kalau kurang benar atau tidak sesuai.

Pemerintah Aceh, dalam hal ini Kepala Dinas Syriat Islam telah menngeluarkan pernyataannya bahwa waria tersebut tidak ada hubungannya dengan Aceh atau pemerintah Aceh. Tidak ada yang mengirimnya dan tidak ada yang bertanggung jawab kepada waria tersebut.

Aceh dihina oleh orang dalam yang memakai baju Islam tetapi berhati munafik dan orang luar Islam yang sudah jelas bahwa mereka memang anti syariat serta mereka ini bergorombolan menyerang Islam walaupun mereka bercerai berai sesama sendiri, namun dalam menyerang Islam mereka bersatu, inilah rujukannya dalam Surat Al-Baqarah Ayat 120. Perkara ini perlu diusut oleh pihak yang berwenang atas nama siapa LGBT mengikut konsert waria, mewakili daerah mana ia, dan dari mana tiket,siapa yang membiayai sewa pakaian dan make up mereka untuk mengikuti konsert tersebut di Batavia? Juga para pelaksana itu di Hotel Orchardz Jakarta. Jika tidak, maka kedepan akan lebih gagah lagi mereka dalam mencerca Islam. Maka di sini perlu orang yang memiliki ruh Islam yang berkuasa di Aceh agar masalah-masalah sebegini rupa terus dibawa ke ranah hukum.

Apakah Islam atau syariat Islam melegalkan mereka para Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender LGBT) menjalankan aktivitasnya di tengah masyarakat kaum Muslimin? , Ini ada unsur kesengajaan dari pihak-pihak yang anti syariat, untuk mendiskreditkan Aceh, dan kalau bangsa Aceh diam saja maka kedepan akan ada lagi penghinaaan, cercaan, dan olok-olokan semacam itu, bahkan lebih parah lagi akan kita terima. Maka solusinya adalah dakwah di setiap kalangan, karena upaya genosida bukan hanya membantai ras msnusia seperti di Gaza dan Rohingya, dan Muslim di India, akan tetapi penghancuran agama, budaya dan peradaban Islam oleh orang orang yang anti Allah dan Rasul secara bergerombolan baik dari dalam maupun dari luar Islam.

Upaya pemurtadan dan penghancuran akhlak dan peradaban Islam merajalela dan inilah perlakuan pengikut dajjal yang tengah dipertontonkan. Makanya semua kita dan di setiap level atau jenjang harus menghidupkan dakwah dalam sisa-sisa kehidupan ini. Dengan dakwahlah negara ini akan tetap eksis. Para penentang dakwah terus membombardir Aceh melalui stigma negative seperti perkosaan, kemiskinan, narkoba, korupsi dan sejenisnya. Kita tidak menafikan hal-hal tersebut, namanya manusia bisa saja salah dan bisa saja benar tetapi tidak seperti yang mereka publish karena daerah lain lebih teruk dari Aceh tetapi tidak diekspos, banyak kasus di Republik ini dilakukan oleh pejabat tinggi, oleh penguasa dan barisannya, namun semua hilang sirna. Tetapi kalau sudah berkaitan dengan Aceh, dengan Syariat Islam, luar dalam bersorak sorai untuk mempublikasikannya, dari yang tidak ada dicongkel sehingga muncul ke permukaan, yang kecil diperbesar, yang yang besar ditambah besar, dan yang sudah tersembunyi dibuka supaya terang. Inilah upaya penjegalan syariat dan muslimin. Sekarang upaya-upaya penjegalan ini sedang mulai dilakukan di United Kingdom untuk membasmi ummat Islam, dan para pendatang. Kenapa demikian, Islam sedang sangat peopuler di UK.

Memang kadang-kadang orang luar juga tidak salah karena ada orang dalam seperti duri dalam daging yang menggerogoti dari dalam dan hal seperti ini adalah kerja munfiqun. Coba dibayangkan kontes warian Aceh nomor wahid, kemiskinan Aceh juga nomor wahid di Sumatera, Pemerkosaan juga masuk sepuluh besar, peringkat korupsi juga tidak kalah tenarnya, pendidikan-pun dibawah Papua, begitulah kira-kira ekspose berita untuk Aceh. Saya berasumsi bahwa jika semua label ini diborong oleh Aceh, kita akan melihat dengan jeli siapa jurinya, siapa yang supporternya, dan siapa sutradaranya, apakah zionis Israel?

Namun demikian dengan adanya berita-berita yang menyayat hati tersebut, masyarakat Aceh cepat-cepat muhasabah dan memohon ampun kepada Allah atas kelalaian kita selama ini, meminta maaf kepada Allah atas ketelanjuran kita selama ini sehingga diterima sebagai hamba-Nya yang mendapat pengampunan karena sabar atas segala persoalan yang menimpa kita untuk mendiskreditkan ummat Islam dan syariat Islam. Namun semua orang harus menyelidik semua kesimpangsiuran dan ketidak benaran berita tersebut hingga motif tersebut harus dibongkar.

Tantangan syariat Islam adalah kejahiliyahan, kemunafikan, kebohongan, dan keabulahaban yang bersimaharajalela di tengah ummat dan biasanya ada supporter kuat di belakangnya.

Inilah yang harus diselidiki, di investigasi dan dibongkar supaya kebohongan dan kedustaannya tidak terulang lagi. Coba renungkan dengan seksama, apakah Islam melegalkan LGBT, atau mengharamkannya? Rupanya upaya penghancur syariat bukan hanya di daerah perbatasan di kota pun lebih parah yang dilakukan oleh orang orang berilmu dan orang yang berperadaban.

Demikianlah kita hidup di era penantian dajjal. Semua orang memikirkan dunia sahaja tanpa sedikitpun merenungkan kesengsaraan akhirat. Semua manusia berfikir duniawi semata-mata yang penuh kebohongan dan kemunafikan dan meninggalkan keakhiratan yang sudah jelas kebenarannya dan kekekalannnya.

Oleh Prof. Dr. Muhammad AR. M.Ed

Kepemimpinan

Pada dasarnya munculnya kepemimpinan itu semenjak Adam dan Hawa di utus ke dunia ini, sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an surah An-Nisa’ ayat 1. Allah berfirman:

Artinya: Wahai manusia Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kiamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah ) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri) nya,; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu Saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.
Kemudian dari hasil penciptaan Adam dan Hawa berkembanglah manusia dengan banyaknya yang terdiri dari berbagi bangsa, suku dan kabilah-kabilah sehingga kita dianjurkan oleh Allah untuk saling kenal mengenal antara satu sama lain.

Sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 13.
Artinya: Wahai Manusia ! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal/ Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti. (Al-Hujurat: 13)

Rasulullah saw bersabda:
Artinya: Setiap kamu adalah pemimpin, dan kamu akan diminta pertanggungan jawabnya tentang apa yang kamu pimpinnya, imam adalah pemimpin dan ia akan diminta pertanggungan jawabnya tentang apa yang dipimpinnya, orang lelaki (suami ) adalah pemimpin dalam lingkungan keluarganya, dan ia akan ditanya tentang apa yang ia pimpinnya. Orang perempuan (isteri) juga pemimpin, dalam mengendalikan rumah tangga suaminya, dan ia juga akan ditanya tentang apa yang ia pimpinnya, dan pembantu rumah tangga juga pemimpin dalam mengawasi harta benda majikannya, dan ia juga akan ditanya tentang apa yang ia pimpinnya. (H.R. Bukhari),

Setiap manusia adalah pemimpin dan setiap pemimpin adalah wajib membuat LPJ (Laporan Pertangung Jawaban) masing-masing, baik untuk keperluan dunia ataupun untuk keperluan akhirat.

Demikianlah tugas dan tanggung jawab seseorang yang telah dimanahkan menjadi pemimpin ataupun petugas dimanapun seseorang bekerja.

Hadis di atas menunjukkan bahwa yang dikatakaan pemimpin bukan hanya kalangan tingkat atas atau kalangan tingkat tinggi saja, akan tetapi yang dikatakan pemimpin adalah mulai dari seorang pembantu rumah hingga kepala rumah tangga. Dari kalangan buruh bangunan atau kuli hingga kepada seorang pemimpin negara sekalipun.

Semuanya orang akan bertanggung jawab masing-masing terhdap apa yang telah diperbuatnya.

Dalam hal ini Allah berfirman:
Artinya: Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa lain… Q.S. Fathir: 18, al-An’am: 164.
Dan dalam ayat yang lain Allah berfirman:
Artinya: Barangsiapa membuat kebaikan, maka itu untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri; kemudian kepada Tuhanmu kamu dikembalikan. Q. S. al-Jasiyah: 15
Pemimpin menurut pandangan Islam adalah wakil ummat atau orang upahannya. Karena itu adalah hak orang yang mewakilkan untuk meminta pertanggungjawaban dari wakilnya, atau mencabut hak perwakilan bila diperlukan, khususnya bila sang wakil melalaikan tugasnya.

Oleh karena itu, maka arti kepemimpinan dalam Islam menjadi penting. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda : tidak halal bagi tiga orang yang berada di suatu padang luas dalam perjalanan- di muka bumi kecuali mereka mengangkat amir salah seorang diantara mereka itu.

Kepemimpinan dalam bahasa Arab disebut juga dengan imamah. Imam artinya pemimpin, seperti ketua dan yang lainnya, baik dia memberi petunjuk atau menyesatkan. Imam disebut juga khalifah, yaitu penguasa dan pemimpin tertinggi rakyat. Kata imam juga digunakan untuk orang yang mengatur kemaslahatan sesuatu, untuk pemimpin pasukan, dan untuk orang dengan fungsi lainnya.

Menurut pendapat Syekh Abu Zahra dari kelompok Sunni bahwa arti Khalifah dan Imamah adalah sama. Sebab orang yang menjadi Khalifah adalah penguasa tertinggi bagi umat Islam yang menggantikan Rasul saw. Khalifah itu juga disebut sebagai Imam (pemimpin) yang wajib ditaati. Manusia berjalan dibelakangnya, sebagaimana manusia Shalat di belakang Imam.

Dalam Islam kepemimipinan itu berasal dari perkataan khilafah yang maknanya adalah wakil. Pemakaian istilah ini setelah Rasulullah saw wafat, dan istilah tersebut dapat ditemukan dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 30 .
Artinya: Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku akan menciptakan khalifah di muka bumi”. “Mereka bertanya (keheranan), “Mengapa Engkau akan menciptakan makhluk di dalamnya yang akaan selalu menimbulkan kerusakan dan pertumpahan darah, sementara kami senantiasa bertasbih memuji dan menyucikan Engkau?” Allah berfirman. “Aku Mahatahu segala hal yang tidak kamu ketahui.”

Dalam pandangan Islam persoalan kepemimpinan adalah sangat penting dan ini terlihat ketika Rasulullah saw wafat, jasad Rasulullah saw belum dikuburkan sebelum ditentukan siapa yang akan menggantikannya.

Malah menurut sejarah ketika Rasulullah saw wafat, Umat Islam terpecah belah akibat perdebatan mengenai kepemimpinan tersebut. Namun umat Islam mengalami sedikit perpecahan khususnya mengenai proses pemilihan pemimpin dalam Islam dan siapa yang berhak atas kepemimpinan Islam. Namun ketika Abu Bakar siddiq dibai’at sebagai pengganti Rasulullah saw keadaan tenang kembali.

Setelah melalui masa kepemimpinan Rasulullah, para khulafaur rasyidin mengambil alih kepemimpinan, dan ini dimulai oleh Abu Bakar, dan kemudian dilanjutkan oleh Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib, serta Muawiyah, dan Bani Abbas. Setelah Bani Abbasiyah, kepemimpinan Islam terpecah menjadi kesultanan-kesultanan kecil.

Abu Mas’ud al-Anshary bahwa ia menuturkan: Rasulullah saw bersabda:
Artinya: Yang berhak mengimami shalat adalah orang yang paling bagus atau paling banyak hafalan al-Qur’annya. Kalau dalam al-Qur’an kemampuannya sama, dipilih yang paling mengerti tentang sunnah. Kalau dalam sunnah juga sama, dipilih yang lebih dahulu berhijrah. Kalau dalam berhijrah juga sama, dipilih yang lebih dahulu masuk Islam.

Sebenarnya kepemimipinan adalah sebuah tugas yang emban oleh seorang manusia baik untuk keperluan peribadinya ataupun untuk kepentingan orang banyak. Kepemimpinan adalah tugas mulia dalam kehidupan bermasyarakat.

Karena kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini semua para petugas haji yang telah lulus ujian tes tulis dan wawancara (kalau memang ada dilaksanakan), maka kepada anda semua dibebankan tugas mulia untuk memimpin para tamu-tamu Allah pada tahun ini melaksanakan ibadah haji di tanah suci Mekkah.

Oleh karena itu sebagai seorang pemimpin atau petugas, banyak perkara yang harus dibekali sebelum melakukan tugas nyata di lapangan nanti. Banyak hal yang harus dipersiapkan baik secara lahiriah maupun secara bathiniah. Dalam menghadapi ratusan dan bahkan jutaan manusia di tanah suci, maka persoalanpun semakin kompleks dihadapi apakah diterima atau tidak.

Makanya seseorang perlu memiliki ilmu kepemimpinan bagaimana menghadapi kenyataan hidup ini yang beraneka ragam. Hidup adalah perjuangan dan tantangan dan semakin banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi semakin dewasa dalam berfikir dan bertindak.

”Kepemimpinan adalah sifat-sifat, prilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan kerjasama antarperan, kedudukan dan suatu jabatan administratif, dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh (Wahjosumijo, 1999: 17).’

Namun menurut perspektif Islam seorang pemimpin itu adalah orang yang memiliki aqidah yang kuat dan komit terhadap ajaran agamanya, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan pandangan yang jauh kedepan, adil, berakhlak mulia, bersifat pemaaf, terbuka terhadap kritik dan saran-saran, memperoleh dukungan rakyatnya, memiliki keahlian dalam memimpin /punya ilmu kepemimpinan, memiliki visi sesuai dengan al-Qur’an, dan misinya adalah menegakkan keadilan.
Abul ‘Ala al-Maududi mengatakan bahwa pemimpin adalah sebagai orang yang bertanggung jawab dan percaya kepada kepemimpinannya, orang benar-benar bertakwa dan selalu beramal shalih, orang yang berilmu, berakal sehat, cerdas, arif dan memiliki kemampuan intelektual, setiap aksinya atau tindakannya dapat dipertanggung jawabkan.

PRINSIP-PRINSIP KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM

Kepemimpinan Islam adalah jauh dari rasialime dan diskriminasi. Siapapun dia yang penting dia orang Islam yang ta;at kepada Allah dan bukan orang kafir atau orang munafik. Dengan kata lain bahwa yang menjadi pemimpin umat Islam adalah orang Islam itu sendiri. Karena itu setiap kelompok harus ad seorang pemimpin. Lihat saja orang-orang Arab sebelum Islam dan sesudah Islam tetap memiliki kepala atau pemimpin suku mereka.

Demikian juga Rasulullah berpesan kepada kita kalau ingin berpergian maka angkatlah salah seorang pemimpin diantara kita. Ini menunjukkan bahwa pemimpin itu penting dan ia dari kalangan Islam.

Salah satu hal yang penting lainnya dalam prinsip kepemimpinan adalah pemimpin itu harus bisa diterima oleh semua golongan, lihat saja contoh Muhammad saw ketika terjadi perdebatan pemindahan hajarul aswad , akhirnya walaupun mereka tidak sukan kepadanya namun mereka semua berhenti pertengkaran dan percekcokan yang juga berkat negosiasi.

Siapapun yang menjadi pemimpin harus disadari bahwa pemimpin Yang Maha Mutlak adalah Allah swt. Semua pemimpin di dunia ini kelak akan melaporkan semua pekerjaannya di depan mahkamah Allah yang Maha Adil. Karena itu kepemimpinan kita adalah serba kekurangan dan keterbatasan dan selalu kita meminta pertolongan-Nya agar diberi kekuatan untuk melaksanakan tugas kepemimpinan dengan jujur dan adil serta kita dapat melaksanakan urusan kaum muslimin dengan seadil-adilnya.

AKHLAK KEPEMIMPINAN

Seorang pemimpin itu harus memiliki akhlak mulia dan harus memiliki sifat amanah dalam melaksanakan roda kepemimpinannya.

Amanah merupakan salah satu sifat Rasulullah saw dan sifat ini wajib ditiru dan dimiliki oleh setiap pemimpin. Seorang pemimpin itu mencintai kebenaran dan secara automatis membenci segala kejahatan dan ikhlas dalam setiap menerima sesuatu yang datangnya dari Allah swt. Artinya seorang pemimpin harus pandai bersyukur ketika Allah memberikan nikmat-Nya dan pandai bersabar ketika Allah memberikan cobaan.

Disamping berlaku adil, seorang pemimpin juga perlu memelihat kesucian dirinya dari segala sifat yang mengotori jiwanya.

Seorang pemimpin harus bersifat pemaaf dan tawadhu’ (merendah diri) di hadapan Allah swt., bersikap zuhud, qana’ah dalam masalah harta benda. Jadikan kehidupan pemimpin itu seperti kehidupan Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan sahabat-shabat yang lain yang siangnya mengurus rakyat dengan adil dan malamnya beribadah kepada Allah.swt.

Seorang pemimipin harus mencintai kebenaran, dan istiqamah berpijak pada landasan kebenaran. Dengan demikian pemimpin tersebut akan berani melaksanakan hukum Allah dan menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan serta sebaliknya membenci kemungkaran. Menjaga amanah dan ikhlas serta memiliki semangat pengabdian kepada bangsa dan negara, bergaul dengan baik terhadap seluruh rakyatnya, dan bijaksana dalam memimpin dan mngelola kaum muslimin, inilah akhlak seorang pemimpin dalam Islam yang perlu dijaga.

Pemimpin juga bertugas untuk menjadi pelayan masyarakat, bukan sebaiknya untuk dilayani oleh masyarakat. Mereka juga zuhud terhadap kekuasaan, artinya semasa dia menjabat sebagai pemimpin dia harus mengedepankan sifat amanah dan bukann tempat untuk mencari keuntungan ketika berkuasa.

Tidak munafik dalam memimpin dan jujur dalam setiap keputusannya selama mengurus urusan kaum muslimin adalah cirikhas pemimpin yang diminati oleh masyarakat Islam. Disamping itu seorang pemimpin harus pula memiliki visi keummatan artinya dia bebas dari fanatisme kedaerahan dan kesukuan sehingga perpecahan dan pemberontakan tidak akan terjadi.

Satu hal menarik dalam muzakarah ulama dunia yang diadakan oleh perhimpunan Ahlul Halli wal ‘Aqdi Dunia yang berpusat di Banyuasin Sumatera Selatan Selasa 2 Juli 2024 adalah kehadiran Tun Dr. Mahathir bin Muhammad mantan Perdana Menteri Malaysia keempat dan ketujuh sebagai Keynot Speaker. Dalam pemaparan taushiyahnya beliau terlihat segar dan mampu berdiri di podium hampir satu jam walaupun usianya tersisa dua bulam menuju 99 tahun. Beliau juga dapat menyampaikan pemikiran dan Analisa kondisi semasa secara cermat dan berhati-hati sehingga hampir tidak nampak kesalahan dari pemaparannya.
Berangkat dari Malaysia dengan pesawat pribadi yang ditemani oleh pengawal, ajudan, dokter, pilot dan disambut oleh Konsulat Jenderal Malaysia dari Medan, tiba di Palembang pada pukul 09.31. di Palembang beliau disambut hangat oleh PJ. Gubernur Sumsel, Bupati Banyuasin, Pangdam, Kapolda, Ketua DPRD Sumsel dan sejumlah pejabat lainnya yang berebut berfoto dengan Tun Dr. Mahathir bin Muhammad. Suasana semakin menarik Ketika ada sebahagian orang tidak sempat berfoto Ketika Tun datang mereka menunggu masa Tun mau Kembali dan mereka minta berfoto di Bandara Sultan Badaruddin II Palembang.
Kondisi tersebut Nampak seperti kerinduan lama belum tertunaikan sehingga sejumlah pejabat berucap sambil jalan: saya mau tengok langsung Tun Dr. Mahathir hari ini karena tidak puas melihat dari foto dan tayangan TV sebelumnya. Suasana semacam itu tersirat makna bahwa seorang Mahathir Mohammad itu merupakan figure dan tokoh dunia yang dirindukan bukan hanya oleh bangsa Malaysia saja melainkan juga bangsa Indonesia dan dunia Melayu lainnya. Sulit dipungkiri kenyataan ini manakala kita melihat kedatangan beliau ke Palembang tersebut berebut orang-orang ingoin berjumpa dan berfoto dengan beliau.
KONDISI UMMAH
Dalam sesi pemaparan taushiyah selama hampir satu jam tersebut Tun. Dr. Mahathir bin Mohammad mengkisahkan tentang eksistensi ummat Islam di dunia hari ini. Menurutnya ummat Islam sekarang kehilangan power, kehilangan gezah, kehilangan kekuasaan dan kekuatan sehingga bisa dibantai, dibunuh, diperkosa oleh penganut agama lain seperti kasus pembantaian muslim Falestin oleh Yahudi laknatillah. Demikian juga dengan kasus pembantaian muslim Rohiongya oleh rezim Budha di Myanmar, pembantaian muslim di India oleh rezim penganut agama Hindu dan lainnya.
Semua itu terjadi karena ummat Islam lemah dari sisi ekonomi, lemah dari sisi politik dan lemah dari pemilikan ilmu pengatahuan. Ditambah lagi dengan kejahatan lima penguasa dunia yang menjadi anggota tetap PBB yang bukan negara mayoritas muslim, mereka yang memiliki hak veto di PBB tersebut adalah Inggeris, Perancis, Rusia, Cina dan Amerika. Mereka yang mengklaim diri sebagai pengerusi pemerintahan dunia memainkan strategi standar ganda terhadap ummat Islam. Kalau ummat Islam terlanggar Hak Azasinya mereka dian seperti kasus Falestin, sebaliknya kalau ada pemimpin negara mayoritas muslim yang menegakkan kebenaran sehingga terganggu kepentingan mereka dihancurkan seperti kasus Saddam Husin di Iraq, kasus Muammar Khaddafi di Libya dan kasus-kasus lainnya.
Kondisi semacam itu menurut Tun Mahathir toidak boleh dibiarkan berlalu begitu saja melainkan harus dilawan dan diselesaikan oleh ummat Islam lewat penguasaan ilmu pengetahuan, lewat penguasaan ekonomi oleh ummat Islam dan lewat penguasaan politik terutama politik antarabangsa yang selama ini didominasi oleh kaum kuffar. Dominasi mata uang dolar Amerika untuk konsumsi dunia ikut disorot oleh Tun Mahathir karena tidak memperoleh keadilan bagi penghuni dunia di berbagai negara hari ini. Beliau mengajak para ulama yang mengikuti acara muzakarah tersebut untuk mengembangkan ekonomi sendiri agar dominasi dolar Amerika yang menjejaskan mata uang lain di dunia dapat segera berakhir.
Diyakini atau tidak kondisi ummat Islam dan negara-negara mayoritas muslim hari ini berada pada posisi dihatur bukan mengatur, dipimpin bukan memimpin, diperas bukan memeras, dihina bukan menghina, disunglap bukan menyunglap, ditipu bukan menipu, dihabisi bukan menghabisi, dirampok dan dirampas bukan merampok dan merampas, demikianlah Nampak tantangan dan kondisi Islam dan ummat Islam di dunia hari ini yang perlu dilepaskan agar menjadi bebas, yang perlu diajari agar menjadi kaum terpelajar, yang perlu disungkit agar segera bangkit dan yang perlu dipompa agar segera bergulir.
Kondisi terjepitnya ummat Islam dan negara-negara mayoritas muslim hari ini bukan factor kebetulan melainkan by design oleh kuasa besar dunia yang dirancang demikian rupa yang sangat bersahaja dan dipertahankan sehingga akhir zaman nantinya. Kalau ummat Islam pasif maka kondisi semisal itu tidak akan pernah berubah, kalau ummat Islam ragu-ragu membela diri sampai kapanpun ummat Islam tidak memiliki pe;uang dan kesempatan untuk memimpim dan menguasai. Sesungguhnya kondisi semisal itulah yang sangat diharapkkan oleh mereka agar kekuasaan dan kekuatan dunia tetap berada dalam genggaman mereka, mereka yang kita maksudkan di sini adalah para penguasa dunia yang serasi dengan sebutan kuasa besar dunia.
BERSEDIH HATI
Dalam penyampain taushiyahnya Tun Dr. Mahathir bin Muhammad berkali-kali mengumandangkan kata-kata sedih terhadap kondisi ummat Islam hari ini. Kesedihan hati beliau tersebut terkait dengan kebiadaban rezim Zionis Israil terhadap ummat Islam Falestin di Ghaza. Kkesedihan hati beliau lagi terkait dengan kelemahan ekonomi ummat Islam dan negara yang dihuni mereka. Juga beliau bersedih hati karena ummat Islam lalai dalam kehidupan sehingga tidak punya waktu untuk menuntut ilmu pengetahuan yang membuat mereka menjadi jahil sementara kaum kuffar terus maju dan berkembang dalam bidang ilmu pengetahuan, dalam bidang ekonomi juga dalam bidang politik.
Kesedihan demi kesedihan yang diucapkan Tun Mahathir bin Mohammad tersebut membuat para peserta muzakarah terpukau dan terlena seperti kehilangan akal pikiran apa yang harus dan mesti dilakukan untuk menebus kesedihan Tun tersebut. Kesedihan hati Tun tersebut boleh jadi terkait dengan usia beliau yang sudah sangat lanjut boleh jadi juga karena beliau tidak sanggup lagi melihat komnndisi ummat Islam yang menjadi objek bagi ummat beragama lain yang terkenal kkejam dan bengis.
Ucapan-ucapannya seperti: saya bersedih hati melihat kondisi ummat Islam yang sangat terpojok hari ini dapat menggambarkan sepertinya beliau berkeinginan untuk membela ummat Islam tetapi tidak punya kuasa lagi untuk melakukan itu. Maka selaras dengan usianya yang menjelang 99 tahun tersebut terasa tidak lagi berdaya dan sepertinya mengajak para generasi muda untuk mengambill alih tugas tersebut. Dalam pemaparannya berkali-kali juga Tun menaruh harapan kepada kaum muda untuk berusaha keras agar dengan cepat dan ligat sanggup menggantikan kaum tua sebagai alternatif Solusi untuk membebaskan keterjepitan ummat Islam.
Bersedih hatinya Tun terkait kondisi ummat Islam yang sangat terjepit hari ini karena tidak ada lagi negara mayoritas muslim yang berkuasa seperti zaman Turki Usmani dahulu kala. Beliau sempat menyinggung keperkasaan Turki Usmani dahulu karena kekhalifahan Turki Usmani Berjaya menguasai ilmu pengetahuaan secara mendalam sehingga sanggup membuat senjata sendiri. Hari ini tidak ada negara mayoritas muslim yang mampu membuat senjata canggih yauntuk menyaingi kemampuan negara-negara barat tersebut.
Sedihnya beliau lagi terkait ambruknya penguasaan ekonomi ooleh ummat Islam sehingga negara-negara mayorits muslim menjadi tukang hutang di mana-mana. Prihal ini dapat menjatuhkan Marwah ummat Islam karena banyak yang kehilangan pekerjaan sampai kepada kehiilangan tempat tinggal karena tidak ada pemasukan terukur hari-harinya. Kelemahan ummat Islam menguasai panggung politik juga menjadi sorotan dalam pemaparan taushiyah Tun dalam arena muzakarah ulama tersebut.
Sebagai kalam khatimah perlu kita ambil Pelajaran dari pemaparan Tun Mahathir tersebut seperti: umat Islam tidak boleh tidak harus bangkit ekonominya, umat Islam tidak boleh tidak wajib menguasai pengetahuannya dan umat Islam wajib menguasai politik selaras dengan system politik yang pernah diasaskan Rasulullah SAW pada periode negara Islam Madinah dahulu kala. Kawula muda tidak boleh lalai dan santai dalam hidup ini karena gaya hidup semacam itu bukan gaya hidupnya Rasulullah AW. Semoga Sahaja dapat direnungkan.-
Oleh: Hasanuddin Yusuf Adan
Prof Muhammad AR

Suatu ketika seorang ulama shalih yang bernama Ibrahim bin Adham, berada di kota Basrah. Orang-orang Basrah mendatanginya dan duduk bersamanya untuk mendiskusikan berbagai masalah agama. Ada sebuah diskusi yang mengarah kepada mekanisme berdoa kepada Allah agar dikabulkan. Mereka selama ini senantiasa berdoa kepada Allah, namun rasanya semua permohonan dan permintaan tersebut belum dikabulkan oleh Allah SWT. Mereka bertanya kepada sang ulama itu, “Wahai Syaikh, apa penyebabnya doa seseorang tidak dikabulkan oleh Allah SWT? Dimana letak kekurangannya atau kesalahannya? Strategi dan pendekatan apa yang harus kami lakukan semoga Allah mengabulkan doa kami? Inilah model orang-orang yang masih tahu diri dan belum terlambat untuk belajar dan bertanya kepada orang yang ahli (para ulama).

Kemudian Syaikh Ibrahim bin Adham menjawab, “Wahai penduduk Basrah, ada beberapa sebab mengapa Allah tidak mengabulkan doa seseorang. Menurut beliau adalah karena hati kita mati dalam sepuluh perkara.” Marilah kita lihat satu persatu apa gerangan doa-doa kita terlewatkan sehingga bala bencana covid-19, tsunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir dan angin yang sangat kencang semakin merajalela di tengah-tengah masyarakat kita tanpa mengenal kompromi, apakah ia rakyat kecil, pejabat tinggi, orang kaya, orang miskin, petugas kesehatan (medis), petugas kebersihan, pemungut sampah, Presiden, Gubernur, Bupati, Walikota, anggota TNI dan anggota Polri semuanya terhinggapi wabah yang berbahaya itu jika Allah berkehendak.

1. Semua kita mengenal Allah, namun kita enggan menunaikan hak Allah swt. Tanyalah kepada diri sendiri apakah kita sudah menunaikan semua hak Allah? Bagamana shalat kita (shalat sunat qabliyah dan ba’diyah, sunat zuha, shalat malam, witir, dan shala suant lainnya), zakat kita, puasa kita termasuk puasa-puasa sunat, haji bagi yang sudah mampu, sadaqah kita terhadap fakir miskin dan kepada yang membutuhkannya, dan sejauh mana pengorbanan kita terhadap agama Allah, syariat Allah dan lain-lain hak Allah yang wajib kita tunaikan. Sudahkah kita laksanakan segala apa yang diperintah? Dan sudahkan kita menghindar dari semua larangan-Nya dan bertaubat atas segala kesalahannya.

2. Mungkin semua kita membaca al-Qur’an tetapi tidak mengamalkannya secara komprehensif semua larangan dan suruhan di dalamnya. Banyak perintah al-Qur’an kita tinggalkan, seperti berbuat baik kepada ibu bapak, menolong agama Allah, berbicara yang benar, mengeluarkan zakat, berjihad di jalan Allah, membantu saudara kita di Palestina, membantu Muslim Rohingya, menolong sauadara kita di India, menolong saudara kita di Uyghur, namun sebaliknya malah kita melakukan sesuatu yang dilarang Allah misalnya tidak menjauhi sifat munafik, tidak berhenti dari tindakan sogok menyogok (suap), tidak suka berlaku adil dan jujur, tidak mau meninggalkan kebohongan dan kecurangan, tidak mau bertransaksi secara halal dan diridhai Allah (jauh dari system ribawi), tidak mau menjauhi zina, tidak berhenti melakukan pembunuhan, tidak berhenti melakukan korupsi dan memakan haram.

3. Kita bilang bahwa kita cinta kepada Rasulullah, namun kita sering meninggalkan sunnah-sunnahnya. Memang kita sering shalat lima waktu secara berjamaah di masjid-masjid Allah, lalu bagaimana dengan menjalankan amar makruh nahi mungkar baik secara individu atau secara kelompok, bagaimana dengan memelihara jenggot dan mencukur kumis, apakah kita sudah terbiasa makan dan minum dengan tangan kanan,apakah kita kita juga menjalankan seluruh puasa-puasa sunat selain dari pada puasa bulan Ramadhan, sudahkah kita berpakaian menurut sunnah baginda Nabi saw, sudahkah kita menjalin silaturrahmi dengan saudara kita, orang tua kita, guru kita, pimpinan kita, dan bagaimana dengan penyebaran salam ketika berjumpa sesama muslim, dan begitu pula dengan semua sunnah-sunnah yang lain sudahkan kita kerjakan secara kaffah?

4. Kita haqqul yakin mengaku menjadi musuh setan, namun kadang-kadang kita sepakat dengannya. Banyak ummat Islam, pemimin Islam bersekongkol dengan musuh Allah, kalian menjadikan wali dari kalangan musuh Allah dan musuh agamamu, kalian berhubungan baik dengan musuh Allah dan musuh Nabi saw dan saling bermusuhan dengan sesama muslim, dsb. Kalau kita sepakat setan sebagai musuh, maka kita tidak perlu terlalu baik dan percaya kepada musuh Allah dan musuh Nabi saw karena mereka mengajak kita untuk mengikuti setan. Lihat saja sekarang berapa banyak pemimpin negeri Islam yang berani secara terang-terangan membela saudaranya di Palestina? Muslim Rohingya? Dll.

5. Kita mengatakan mencintai Jannah (sorga), tetapi tidak ada tanda-tanda yang menuju ke arah itu. Kita suka money laundry, suka berjudi, mengundi nasib, membeli togel, minum tuak atau arak serta minuman keras, hati kta penuh dengan kedengkian, iri hati, kita senantiasa terlibat dalam memfitnah, menggosip, mengadu domba, dan mengeluarkan perkataan-perkataan yang sia-sia dan kasar serta perkataan kotor. Kita kadang-kadang jarang bersedekah, berinfak, dan membela orang-orang terdhalimi. Kita sering lupa akan nasib fakir miskin dan anak yatim, enggan berjihad fisabilillah, dan kita tidak lagi berani menyatakan yang salah itu salah, dan yang benar itu benar. Kalau semua ini masih menyatu dalam diri kita, mungkin agak sulit mendapatkan sorga Allah.

6. Kalian takut akan neraka jahannam, tetapi anda bergegas menghampirinya. Kita meninggalkan shalat, kita tidak mau bayar zakat, tidak mau tolong dan memberi makan anak yatim, tidak mau berpuasa baik wajib ataupun puasa sunat, tidak saling memaafkan, dan tidak mau peduli nasib saudara seiman dan seakidah, tidak berlaku adil ketika kita memimpin, dan tidak mau menjalankan syariat Allah baik dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat ataupun dalam kehidupan bernegara.

7. Kita sering mengatakan bahwa mati itu benar terjadi dan setiap orang akan mengalaminya, tetapi kebanyakan di antara kita sedikit sekali persiapan dan bekal yang kita bawa menuju kematian yang pasti itu.. Apakah tiket kita menuju kematian yang husnul khatimah sudah kita siapkan misalnya sadaqah jariyah, amal shalih, sifat pemaaf, shalat berjamaah, akhlak mulia, dan hati yang sejahtera. Sesungguhnya semua para sahabat Rasulullah saw seperti Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Bilal bin Rabah, Usman bin Maz’un, Sa’ad bin Abi Waqasy, Abu Ayyub al-Ansari, Khalid bin Walid, Hamzah bin Abdul Muthalib, Khadijatul Kubra (Khadijah binti Khuwailid), Fathimah binti Muhammad, Sumayyah, Yasir dan Khabab al-Arti, Mush’ab bin Umair, Shuhaib bin Sinan Ar-Rumy, Zaid bin Haritsah, Ikrimah bin Abu Jahal, dll. Insya Allah semua para sahabat Rasulullah sudah menempah tiket ke sorga dengan berbagai macam amal baik mereka secara khusus ketika mereka masih hidup.

8. Kita sering disibukkan oleh aib orang lain, dan sering lupa akan aib sendiri. Membuka aib kaum muslimin adalah sangat dilarang dalam Islam. Semut di seberang lautan nampak kita lihat, namun gajah di pelupuk mata tidak terlihat. Makanya kita dianjurkan Allah dan Rasul-Nya untuk menjaga mulut, kemaluan, mata, telinga, hati, hidung, tangan dan kaki. Kita senantiasa memohon ampun kepada Allah atas segala khliaf dan dosa agar terhindar dari perbiatan-perbuatan tercela dan ternoda.

9. Kita selalu menikmati nikmat Allah dari pagi hingg petang, namun sering lupa mensyukurinya. Bukankah Allah mengingatkan kita “Jika kamu bersyukur, Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu, dan jika kamu kufur, azab-Ku sangat pedih”. Berterima kasih kepada Allah sebagai Khalik adalah wajib bagi manusia, juga berterimakasih kepada ibu bapa, guru, dan juga kepada orang-orang yang telah membantu kita, menolong kita serta berbuat baik kepada kita adalah sangat wajar berterima kasih dengan cara dan metode masing-masing. Ini adalah adanya rasa syukur atau terima kasih. Konon lagi kepada Allah swt yang telah menjadikan kita, menjadikan langit dan bumi dan seluruh isinya.

10. Kita sering terlibat dalam menguburkan mayyit, namun kita kadang-kadang lupa mengambil pelajaran dari-nya. Berapa kali kita sudah mengkhatamkan al-Qur’an selama hidup kita, dan berapa banyak ayat yang sudah sanggup kita hafal? Berapa ribu atau juta tahlil yang telah kita lantunkan, bagaimana dengan shalat malam kita, menjalin silaturrahmi, sedekah, infak, dan puasa wajib dan puasa sunat, shalat berjamaah, mencari ilmu, mengajar manusia dengan ilmu yang bermanfaat, dan mendidik anak-anak dengan ilmu tauhid dan ilmu agama. Semua ini tidak sempat lagi kita lakukan kalau sudah menghadap Allah.

Mungkin itu hanya sekedar sepuluh hal yang sering kita lupakan yang menurut Syaikh Ibrahim bin Adham hal-hal inilah yang menyebabkan hati manusia tertutup sehingga imbasnya ketika kita berdoa kepada Allah kurang direspon oleh-Nya. Memang kalau mekanisme salah, maka tempat yang dituju lama sampainya. Oleh karena itu perbaikilah hati, lembutkan hati dengan al-Qir’an dan perbanyaklah tahlil, takbir, tahmid, dan tasbih sehingga dengan bacaan kalimah tauhid itu maka pintu langit akan terbuka. Salah satu jalan agar doa diterima adalah pengguguran dosa, karena itu tinggalkan semua maksiat, perbanyak minta ampun dan taubat nasuha, insya Allah segala permohonan kepada-Nya akan dikabulkan. Lihat saja, kebanyakan para sahabat Rasulullah dan para ulama diterima doa mereka, misalnya Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali, Sa’ad bin Abi Waqash, Khalid bin Walid, Abu Ubaidah bin Jarrah, Hasan al-Basri, Said bin Musayyab, Sufyan Tsuri, Fudhail bin ‘Iyadh, Zun-nun Al-Mishri, dll.

Kisah yang sangat nampak dan terang benderang adalah Covid-19 yang melanda seluruh dunia tanpa kecuali, bukankah semua umat Islam berdoa kepada Allah agar penyakit ini hengkang dari negeri kita atau negeri mereka masing-masing, namun penyakit tetap penyakit walau berbagai cara dilakukan. Tetapi celakanya ada pihak atau orang yang bisa meraih keuntungan ditengah-tengah musibah tersebut, ini sangat luar biasa karena bisa berfoya-foya dan bersuka ria di tengah-tengah orang-orang sedang menderita dan penuh kewaspadaan serta ketakutan.

Ternyata banyak pihak, termasuk pemerintah pada waktu itu seolah-olah Covid-19 itu jangan dulu berakhir karena penjualan obat dan alat-alat medis masih banyak tersisa. Artinya anggaran untuk menangani wabah itu masih banyak tersisa, rakyat terkurung dan malah dipaksa tinggal di rumah masing-masing walaupun kebutuhan mereka sangat tidak mencukupi. Nampaknya ada dua keinginan yang berbeda di antara manusia, yang satu dengan wabah bisa mendapat banyak keuntungan, yang satu lagi sangat menderita. Doapun ada dua jenis, yang satu memohon hengkangnya penyakit dan yang satu lagi berdoa biar saja penyakit ini eksis karena dapat menguntungkan dari segi ekonomi dan finansial. Coba kita bayangkan kalau kita sebagai penerima doa, apa yang akan kita pertimbangkan? Karena ini Allah azzawajalla pemilik alam dan penguasa langit dan bumi, maka Allah akan melihat betapa munafiknya manusia, dan betapa biadabnya manusia dalam melanggengkan kekuasaannya, dan dalam memperkaya diri dengan cara apapun asalkan dapat menambahkan pendapatan, kekayaan dan kedudukan.

Mungkin karena persolan tarik ulur antara pebisnis dan rakyat jelata atau para pembela rakyat, maka seolah-olah bencana yang kita rasakan tiadk mau hengkang dari negeri kita karena masih banyak orang yang mengundangnya atau mempertahankannya. Jadi, Allah akan mengabulkan doa orang yang memintanya. Namun sesuai dengan keputusan-Nya, doa orang-orang yang bermohon insya Allah akan diqabulkan sesuai dengan kehendak-Nya dan masanya. Karena persoalan masa dan diterimanya doa kita, tidak ada yang memiliki pengetahuan tentang itu karena ini berada dalam ilmu Allah. Oleh karena itu perbanyaklah doa dan kesabaran karena orang-orang yang sabar, ikhlas, dan penuh harap terhadap Allah akan menerima hasilnya sesuai dengan masa yang telah ditentukan Allah.

Penulis:

Prof Muhammad ARProf.Dr. Muhammad AR. M.Ed

Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Aceh

emharahmani48@gmail.com