Oleh Prof. Dr. Muhammad AR. M.Ed
Adanya penolakan pendaratan kaum imigran Rohingya di beberap tempat di Aceh adalah sangat menyedihkan dan menyayangkan mereka karena mereka setelah terhempas di laut lepas selama beberapa hari ditambah lagi dengan pengusiran di daerah-daerah yang mereka anggap bisa melepaskan keletihan mereka selama beberpa saat (bulan dan tahun). Mereka orang yang diusir oleh pemerintah Kafir Budha dan kemudian diambil negerinya oleh penjajah Budha.
Tidak ada tempat bagi mereka lagi untuk tinggal, mencari makan, menyekolahkan anak-anak mereka dan bersenag ria dan berbahagia. Pupuslah harapan mereka untuk hidup layak seperti manusia lainnya dan kini dialami pula oleh saudara kita ummat Islam Palestina di Gaza.
Tetapi saya ada membaca dalam al-Qur’an dan beberapa Hadis Rasulullah saw tentang persaudaraan Islam, siapa saudara kita dan siapa musuh ummat Islam namun yang jelas mereka orang Islam Rohingya bukan musuh ummat Islam walau mereka memiliki berbagai kekurangan, memang wajar karena mereka adalah ummat yang terusir dari negeri mereka sendiri sehingga bisa saja menimbulkan berbagai macam kejanggalan dan keterbatasan pada diri mereka. Akibat dari penderitaan yang mereka rasakan berbulan-bulan dan bertahun-tahun hidup dalam pengungsian, mungkin saja peradaban dan tradisi serta akhlak-pun bisa bergeser.
Berbicara yang benar, mereka adalah penyembah Allah yang Esa, dan mengaku ummat Nabi Muhammad saw. Cuma nasib mereka yang kurang beruntung karena sewaktu mereka diserang, dibunuh, diusir tidak satupun ummat Islam di belahan dunia ini yang mau menolong mereka, kalau orang Yahudi yang minoritas di tengah-tengah negeri kaum Muslimin Arab, mereka banyak penolongnya dan banyak pula yang mengakui kebiadaban mereka terhadap ummat Islam sebagai kebenaran. Inilah yang membedakan antara Rohingya dan Yahudi Israel.
Kini nasibnya sedang dirasakan oleh saudara kita di Palestina karena kebiadaban Pemerintah Yahudi Zionis laknatullah. Jika ummat Islam di dunia ini membiarkannya, maka negara Palestina juga akan dirampas oleh Yahudi Zionis.
Apakah orang Rohingya ini karena berkulit hitam, beragama Islam, atau karena membebani atau menyengsarakan kita jika mereka berada disini? Tidakkah kita berfikir jernih, mereka adalah musafir dan kaum muhajirin sementara kita adalah kaum ansar jika kita memakai bahasa itu? Mungkin banyak orang asing lain di negeri ini yang sudah mati paspor atau habis izin tinggal, tetapi ada tempat-tempat tertentu mereka ditampung kok?
Kita bisa melihat ketika Suriah dilanda perang, Libiya dilanda perang dan Irak dilanda perang, hampir saban hari ummat Islam berbondong-bondong exodus ke Eropa, masuk ke Itali, German, Belanda, dan negara-negara Scandinavia, namun mereka tidak diusir dan tidak pernah kita lihat mahasiswa mereka datang mengusir mereka dan melakukan sesuatu yang tidak patut dilakukan oleh orang yang berakhlak mulia, bertuhan Allah dan bernabi-Muhammad saw. Itu urusan pemerintah mereka dan mereka ditampung atau diberi tempat sementara, kemudian pihak UNHCR mencari dunia ketiga secara bertahap untuk memindahkan mereka. Namun ada juga yang dibiarkan menetap di negara Eropa atas hasil negosiasi puhak UN.
Mengutip pernyataan Ketua MPU Aceh Tgk. H. Faisal Ali (Abu Sibreh), dalam Serambi Indonesia , Kamis 23 November 2023, beliau tidak setuju pengusiran atau penolakan Muslim Rohingya yang mendarat pesisir Aceh. Karena menurut beliau masyarakat Aceh tidak memiliki sifat yang demikian karena mereka juga ummat Islam dan perlu dibantu walau hanya beberapa bulan atau tahun.
Namun menurut Abu Sibreh kemungkinan besar ada pihak-pihak tertentu yang mengusir mereka untuk mendarat di Aceh. Coba dibayangkan, mereka terdiri dari anak-anak, wanita dan juga orang tua. Dan umumnya mereka tidak lagi berpendidikan karena sudah sekian lama dalam pengungsian. Mungkin kita dulu pada masa konflik juga mengalami nasib yang sama seperti Rohingya, bedanya kita hanya melarikan diri buat sementara dan ketika situasi sudah aman kita bisa pulang kembali. Namun yang paling menyedihkan, mereka tidak tahu lagi mau kembali kemana? Negeri mereka sudah dirampas oleh junta militer Budha Miyanmar, tempat tinggal mereka dibakar semuanya, dan semuanya mereka tidak punya apa-apa. Yang paling biadab adalah ini terjadi di zaman modern yang semua orang sudah beradab dan berilmu, tetapi masih ada perlakuan drakula di dunia ini.
Kita mungkin tahu bahwa mereka bukan untuk selamanya di sini, cuma sambil menunggu UNHCR memindahkan mereka ke dunia ketiga secara step by step. Kalau kita berbuat buruk kepada orang, mungkin suatu saat keburukan atau kesedihan serupa akan kita rasakan juga lambat atau cepat. Kalau kita buka Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 10. Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”
Mereka adalah saudara kita seiman, seakidah, mungkin tidak salah kalau kita membantunya atau menolongnya karena hampir semua orang tahu bagaimana nasib mereka, apakah karena mereka Islam, lalu kita enggan menerimanya?
Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda yang artinya: Sikap seorang mukmin terhadap mukmin yang lain bagaikan sebuah bangunan yang bahagian-bahagiannya saling menguatkan satu sama lain.(H. R. Muslim)
Dalam hadis berikut Rasulullah saw bersabda yang artinya: Perumpamaan orang-orang mukmin di dalam kecintaan, kasih sayang antara sesama mereka, ibarat seperti satu tubuh. Apabila ada satu anggota badan yang sakit (mengeluh), maka seluruh tubuhnya tidak bisa tidur dan merasa demam. (H.R.
Jika kita merenungkan ayat al-Qur’an dan hadis Rasulullah saw, mungkin siapapun kita akan merasa terbebani dengan tanggung jawab ini karena mereka melarat, sengsara, sedih, dan diperbodohkan oleh bangsa-bangsa besar dan bangsa beradab yang tidak berdab, kalau bukan sesama muslim, siapa yang akan menolong mereka? Coba lihat Al-Qur’an ayat Al-Qur’an Surat Al-Baqarah firman Allah yang artinya:”Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu sebelum kamu mengikuti agama mereka… Contoh yang paling jelas Palestina sudah 25 ribu (Dua Puluh Lima Ribu lebih) orang Islam dibantai Israel, yang paling banyak adalah anak-anak dan wanita, tetapi coba lihat dunia mana yang membantu mereka. Bukankah ummat Islam semuanya? Lihat Amerika, Inggris, Perancis, Jerman, India, Singapura, Thailand, Miyanmar, Filipina, dll semua membela Israel untuk menggenosidakan ummat Islam Palestina, dan merampas negerinya. Ini yang perlu dicamkan, direnungkan, dan dipikirkan oleh orang-orang yang memiliki hati nurani dan takut kepada Allah.
Kita tidak perlu ikut Demokrasi dan Hak Azasi yang didengung-dengungkan oleh Barat karena apa yang ada dalam otak mereka adalah demokrasi dan Hak Azasi Manusia adalah untuk kalangan mereka sendiri dan bukan untuk ummat Islam. Lihat negara-negara demokrasi mana yang membela hak Muslim Rohingya, negara-negara pengusung HAM mana yang membela hak Muslim Rohingya, demikian pula apa yang terjadi di Palestina, Muslim di India dan di Afrika. Kita sudah muak dengan slogan-slogan kosong yang tidak ada realisasinya, semakin hari-hari merajalela pelanggaran hak hidup manusia oleh Barat yang mengklaim diri mereka beradab, padahal kalau kita rasakan dan kita lihat saban hari ummat Islam menjadi sarapan mereka, dan yang paling menyedihkan lagi apa yang dilakukan oleh Barat terhadap Islam dan kaum Muslimin, diamini oleh para penguasa negeri-negeri Muslim dan segelintir muslim juga. Lihat contoh Mislim Rohingya yang ingin mendarat untuk kesekian kalinya di daratan Aceh, mereka dihalau ke laut lepas.
Padahal menurut Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Indonesia Laksamana TNI Muhammad Ali mengatakan bahwa pengungsi Rohingya di Aceh ditangani oleh Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (United Nations High Comissioner for Refugees-UNHCR). Ini disebabkan karena mereka mengungsi akibat perang ataupun penindasan dan sebenarnya tidak boleh dihalang-halangi. Demikian pernyataan KASAL saat dikonfirmasi oleh RRI.co.id seusai menerima gelar adat dari Kesultanan Ternate, Selasa tanggal 12 Desember 2023.
Mungkin apa yang telah terjadi di Aceh dan juga di Palestina serta di negara-negara lainnya bisa menjadi pelajaran penting bagi ummat Islam dalam mensikapi persolan pengungsian, persoalan perlindungan dan bantuan terhadap orang-orang lemah, orang-orang terdhalimi dan orang-orang tertindas. Ingatlah firman Allah dalam al-Qur’an dan hadis-hadis Rasululllah saw tentang sifat-sifat orang mukmin terhadap mukmin yang lain, apa yang harus kita lakukan, dab bagaimana membantu orang-orang yang menderita dan terdhalimi. Akan tetapi kalau kita merasa diri bukan orang mukmin, maka tidaklah terbebani dengan persoalan-persoalan ini, biarkanlah berlalu apa yang seharusnya terjadi, anggaplan ini kita hidup di negeri akhirat yang setiap orang harus mengurus dirinya sendiri.
Prof. Dr. Muhammad AR. M. Ed
Guru Besar Pendidikan Islam, UIN Ar-Raniry