Archive for month: Juli, 2023

Oleh Prof. Dr. Muhammad AR. M.Ed

 Ibadah qurban (penyembelihan hewan) yang dilakukan oleh kaum muslimin dan muslimat pada setiap Hari Raya Idul Adha adalah sebuah model peribadatan kepatuhan dan ketaatan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Ibadah ini bermula diawali oleh Nabi Ibrahim a.s. yang bermimpi untuk menyembelih anaknya tercinta yaitu Nabi Ismail a.s. Memang mimpi bagi para Nabi adalah sebuah kebenaran bahkan banyak wahyu yang diterima oleh para Nabi, diantaranya  adalah melalui mimpi.  Karena itu mimpi Nabi Ibrahim a.s. adalah hal yang biasa bagi beliau karena ini terjadi bukan hanya satu kali perintah untuk menyembelih anaknya Ismail. Bahkan menurut riwayat, Nabi Ibrahim tiga malam berturut-turut bermimpi menyembelih anaknya Islamil. Ketika  persoalan ini disampaikan kepada anaknya, Ismail, dia dengan senang hati menerimanya.

Mungkin jika ini berlaku bagi manusia biasa, sudah pasti tidak akan dilakukan atau dituruti karena manusia terlalu banyak menggunakan logika dan sangat kurang percaya kepada hal-hal yang transcendental (yang tidak dapat dijangkau akal). Memang benar bahwa Allah akan menguji seseorang sesuai kemampuannya. Karena itu betapapun hebatnya manusia selain Nabi atau Rasul Allah, maka kemampuan sabar menerima cobaan dan hinaan serta cacian tidak wujud pada manusia. Namun  Nabi Allah dan Rasul All-lah  yang sanggup menerima ujian betapapun hebatnya cobaan atau ujian yang menimpanya.

Cobaan dan ujian yang diterima Nabi Ibrahim a.s. dan anaknya Ismail adalah sangat berat bagi ukuran manusia biasa dan bahkan sulit dipercaya dengan akal sehat untuk menyembelih anak manusia. Namun yang diuji ini adalah para Nabi sudah pasti  segala rintangan dan tantangan ini akan dihadapi dengan kesabaran karena mereka telah dibekali oleh Allah bahwa kesabaran ujung-ujungnya adalah kemenangan dan ini pasti. Demikian pula Ibunda Nabi Ismail, Siti Hajar, yang bukan pertama kali menerima  ujian ini dari Allah, bahkan ketika Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail kecil di Lembah Bekaa (Makkah) yang tandus dan kering kerontang dan tidak ada seorang manusiapun saat itu disekelilingnya, namun mereka siap ditinggalkan oleh suaminya, Nabi Ibrahim asalkan itu datangnya dari Allah azza wajalla. Sebegitu yakinnya mereka terhadap eksistensi Allah  dalam darah dagingnya sehingga tidak terbetik sedikitpun kegusarannya.

Inilah model keluarga yang paling tangguh dari segi ketauhidannya kepada satu-satunya Penguasa Langit dan Bumi. Inilah keluarga yang memiliki ketahanan lahir dan batin dan tidak pernah terbetik sedikitpun keengganan dalam hatinya untuk mengingkari perintah Allah swt. Ketauhidan Ibrahim, Ismail, dan Hajar mungkin tidak salah kalau kita mengikutinya dalam hal bagaimana kita percaya akan Keagungan Allah, Keperkasaan-Nya, dan Kemaha-Kuasaan-Nya serta Ketepatan janji-Nya.

Ketahanan Keluarga

dicontohi oleh ummat Islam  dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Disini kita melihat keluargaMungkin model ketahanan keluarga Nabi Ibrahim, anaknya Ismail, dan isterinya Hajar patut dic Nabi Ibrahim sangat patuh atau tha’at kepada perintah Allah apapun yang diperintahkan Allah tetap patuh untuk dikerjakan; kemudian Ismail sebagai seorang anak juga tidak akan pernah mengatakan ‘tidak’, terhadap apa yang diutarakan oleh bapaknya, Ibrahim; kemudian isterinya, Siti Hajar, tidak pernah menampakkan  keengganannya atau kesedihannya akan kehilangan putranya  karena tindakan suaminya untuk menyembelihnya. Ketiga orang ini sudah memiliki  ketauhidan yang sama dan tangguh serta sangat tha’at terhadap segala perintah Allah, tidak ada rasa kerisauan sedikitpun dalam hati mereka terhadap  keputusan Allah azza wajalla.

Melalui ibadah qurban ini setiap keluarga, jika tidak keberatan, boleh mengikuti  model ketaatan kepada Rabb dalam menjalankan segala perintahnya walaupun itu pahit dan penuh resiko. Allah tidak akan membebani manusia kalau mereka tidak mampu melaksanakannya, namun sebaliknya Allah akan menguji manusia sekedar kesanggupannya.  Selanjutnya Allah tidak akan mencelakakan hambanya dengan ujian yang Dia berikan, jika hamba yang diuji  dan dicoba dan bersabar dengannya, maka kemenangan dan kemuliaan akan disandangnya. Perlu diketahui bahwa Allah tudak akan mendhalimi hamba-Nya sedikitpun. Pelajaran berikutnya yang dapat kita petik dari keluarga Nabi Ibrahim adalah menjadikan Allah  sebagai pelindungnya, sebagai tempat bergantung, sebagai tempat berdoa dan meminta  dalam segala keadaan, karena itu mereka tidak pernah putus asa dari rahmat Allah. Akibat ketaatan dan menjadikan Allah sebagai tempat bergantung dan tempat memohon sesuatu, pisau yang hendak memotong  leher Ismail menjadi tumpul, leher Ismail digantikan dengan seekor kibas, dan inilah akabat kepatuhan.

Pendidikan Akhlak

Sesungguhnya kepatuhan anak terhadap orang tua (ibu-bapak) adalah sebuah kemuliaan, kepatuhan isteri kepada suaminya juga sebagai sebuah ketaatan, demikian pula kepatuha Ibrahim a.s. kepada perintah Allah lewat mimpinya adalah kepatuhan moral yang agung kepada Rabbnya. Ibadah Qurban ini merupakan symbol ketaqwaan dan keikhlasan dan Allah akan menerima pengorbanan ini karena ketawaannya kepada Allah. Kita kembali  kepada pengornanan anak Adam antara Habil dan Qabil. Ternyata pengorbanan Habil yang diterima Allah karena ketaqwaannya dan keshalehannya. Pengorbannan Qabil ditolak karena akhlak mulianya tidak dinampakan ketika melakukan pengorbanan.    Nampaknya disini perlu mengambil kira  bagaimana akhlak terhadap Allah yang diperlihatkan oleh Ibrahim dan Ismail atau para pengorban lainnya selanjutnya akhlak anak terhadap ayahnya atau orang tuanya antara Ismail  dan Ibrahim,  kemudian akhlak seorang isteri terhadap suaminya. Semuanya perlu akhlak mulia dibarengi dengan ketaqwaan, keikhlasan, kesalehan  dan kepedulian kepada sesama ummat manusia.

 Pengorbanan Kepada Syariat

Jika kita sudah memiliki harta dan kelebihan untuk berqurban di Hari Raya Idul Adha ini dengan menyembelih hewan  Qurban, dengan tujuannya adalah untuk mencapai nilai ketaqwaan, membantu fakir miskin, dan mempertahankan syariat Islam dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, dan bernegara, maka sungguh sangat aneh kalau syariat di bidang lainnya kita tinggalkan. Kalau berqurban menyembelih binantang sudah rela dilaksanakan, kenapa kita tidak berani dan ikhlas  berkorban untuk menghapuskan sistim ribawi di Aceh, mengapa kita tidak berani berkorban perasaan  dan tenaga  untuk menjalankan syariat Islam secara kaffah di Aceh, mengapa kita tidak berani berkorban menolong pengemis di kedai-kedai dan restoran dan di lampu-lampu merah, anak-anak dibawah umur berjualan dan mengemis di traffic lights atau badut-badut berkeliaran di simpang-simpang jalan. Dan juga lain-lain fenomena di hampir seluruh kabupaten kota di Aceh, apakah dalam hal ini pemerintah tidak ada nyali untuk berkorban pemikiran, pengalokasian dana, dan pembinaan mereka yang suka mengemis dan terakhira melakukan patrol-patroli agar kota ini bersih dari orang-orang yang mengemis.  Wallahu ‘alam

Penulis adalah Guru Besar UIN Ar-Raniry

Oleh Prof. Dr. Muhammad AR. M.Ed

Guru Besar Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum UIN Suska Riau, Akhmad Mujahidin (2016) “mengatakan bahwa Dalam masyarakat beradab, kepemimpinan dibangun atas dasar konsensus nilai-nilai kearifan lokal. Jika kultur dan kearifan lokal dikaitan dengan aktivitas kepemimpinan, maka ia menjadi sebuah entitas yang tidak bisa dipisahkan. Kepemimpinan tidak bisa terlepas dari nilai-nilai budaya dan kehidupan sosial masyarakat yang dianut. Ia tidak bisa dipertentangkan, tetapi ia harus direlasikan atau bahkan diintegrasikan. Salah satu ciri kearifan lokal adalah memiliki tingkat solidaritas yang tinggi atas lingkungannya.”

Dari paparan Profesor Akhmad Mujahidin dapat diambil contoh untuk Aceh bahwa siapapun yang menjadi pemimpin khususnya  di Aceh paling tidak ia memahami syari’at Islam dan adat istiadat Aceh-pun sesuai dengan syari’at. Jika persoalan-persoalan kearifan local dilecehkan mungkin kalau dulu akan diambil solusi keacehan seperti solusi terhadap  Portugis, Belanda, dan Jepang, bahkan terakhir dengan Jakarta sekalipun selama tiga puluh tahun. Namun dewasa ini solusi keacehan  sudah berubah seiring dengan  perkembangan imu  pengetahuan  dan orang Aceh banyak yang sudah terdidik, dan cara berpikir-pun sudah berubah.

Kalau ada yang menyalahi syari’at dan tatakrama keacehan, dan kedhaliman, solusi lain akan dijalankan yaitu, dengan melapor kepada Penguasa Langit dan Bumi. Hasilnya itu tanggal  26 Desember 2004. Dia sendiri yang mengabulkan doa rakyat Aceh yang terdhalimi hingga Dia mendatangkan gempa dan tsunami hingga lahirlah MOU Helsinki.  Ketika itu kita lihat  mayat-mayat orang Aceh baik yang bersalah ataupun yang  innocent, bergelimpangan dipinggir jalan, di sungai, di gunung-gunung, di tepi pantai, dan kota-kota. Rakyat Aceh tidak tahu lagi mau mengadu kemana, kecuali Sang Maha Kuasa. Karena itu jangan biarkan rakyat melapor kepada Nya.

Dalam perspektif Islam, setiap manusia itu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin wajib mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan semasa kepemiminannya. Kalau dipikir-pikir secara normal konon lagi menyandarkan pada Hadis Rasulullah saw, maka sulit rasanya bagi seseorang untuk menghindari dirinya  untuk tidak menjadi pemimpin. Jadi atau tidak jadi kita sudah terangkat sendiri menjadi pemimpin, artinya walau kita memimpin untuk diri sendiri, memimpin keluarga ataupun, memimpn negara, maka  kepemimpinan untuk semua level itu akan ada pertanggung jawabannya dihadapan  Allah melalui pengadilan-Nya yang Maha Adil. Di sini setiap pemimpin  akan diminta pertanggung jawabannya.  Oleh karena itu, janganlah senang atau berlomba-lomba mau menjadi pemimpin baik formal ataupun non-formal,  konon lagi kalau kita memperoleh tampuk kepemimpinan dengan cara yang tidak beradab.

Jika kita benar-benar mau menjadikan Rasulullah saw, Abu Bakar Siddik, Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Azis, dan  Harun Ar-Rasyid sebagai contoh dalam memimpin, maka kemungkinan besar kita dapat  menghindari diri amukan  neraka Jahannam di Yaumul Mahsyar nanti.

Pada suatu hari, Barirah (hamba sahaya Aisyaha r.a.) berkata kepada Sulaiman bin Abdul Malik (ketika beliau sebelum menjadi khalifah), wahai Sulaiman, saya mendengar dari Nabi saw bahwa nanti di hari kiamat, seorang pemimpin ketika masuk ke dalam sorga, ia terhalang oleh noda merah. Kemudian ia bertanya kepada Allah swt, ‘Ya Rabb apa yang menyebabkan aku tidak bisa masuk ke dalam sorga-Mu?’ Allah menjawab, ‘kamu dulu seorang pemimpin, dan ketika engkau berkuasa ada darah-darah yang tercecer tanpa alasan yang jelas’.

Demikianlah susahnya seorang pemimpin untuk masuk sorga karena keteledorannya  dalam memimpin. Banyak orang mati dibawah pengendalian kita tanpa alasan yang dibolehkan syar’i, banyak orang terdhalimi dari segi keadilan dan keamanannya, banyak orang  dan binatang mati kelaparan karena kemiskinan dan ketiadaan makanan, semua itu terpulang kepada pemimpin. Karena itu  janganlah berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin formal (masyarakat) karena kemungkinan meleset akan berlaku.  Power tends to corrupt  (kekuasaan cenderung untuk korupsi). Ini tidak dapat dibantah kalau kita lihat pengadilan dan penjara selama ini.

Pemimpin dan Pendidikan

Kalau kita merujuk  ke masa lalu atau pada masa awal Islam setiap orang yang dibebankan tugas oleh Rasulullah saw semuanya berdasarkan keprofessinalannya (keilmuannya), dan ini sesuai dengan salh satu Hadis beliau yang maknanya adalah “jika suatu  urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran.”

Kalau kita memiliki kapasitas pemikiran normal dan hati yang jernih, mungkin makna hadis tersebut sangat dalam artinya, dan orang normal akan mengatakan bahwa “saya tidak mampu menjalankan urusan ini karena saya tidak mempunyai ilmu atau kemahiran tentang itu”.

Jangan gara-gara kekurangan yang saya miliki , rusak masyarakat semuanya. Ini perkataan orang-orang yang bertanggung jawab. Oleh karena itu dimanapun kita berada dan berbuatlah sesuai dengan ilmu dan pengetahuan anda.

Dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang akan nampak pada prilakunya, pemikirannya, dan idenya untuk masa depan bangsa dan negara.  Mungkin kalau orang tidak punya ilmu, jangankan untuk memikirkan persoalan ummat, persoalan pribadinya amburadul, jangankan untuk memberikan solusi untuk ummat, mendengar saran dari orang lainpun tidak bisa dipahaminya. Disinilah letak pentingnya ilmu dan kemahiran.

Pemimpin dan Tanggung Jawab

Dalam al-Qur’an Allah berfirman yang artinya : Sesungguhnya  Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, maka hukumlah denan adil. (Q.S. An-Nisa’ 58).   Kemudian Rasulullah saw bersabda yang artinya: Kamu sekalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta  pertanggung jawabannya tentang apa yang dipimpinnya, imam adalah pemimpin dan ia akan diminta pertanggung jawabannya, orang lelaki adalah pemimpin  dalam keluarganya, dan ia akan diminta pertanggung jawabannya tentag apa yang dipimpinnya. Isteri juga pemimpin yang mengendalikan rumah tangga suaminya dan ia akan diminta pertanggungjawabannya, pembantu rumah juga pemimpin terhadap harta majikannya dan ia akan diminta pertanggungjawabannya pula.  H. R. Bukhari.

Ayat dan Hadis di atas rasanya sudah lebih dari cukup sebagai landasan berpijak bagi semua kita yang tiap hari kerjanya sebagai pemimpin, oleh karena itu kehati-hatian dalam kehidupan ini sangat diperlukan karena persoalan kepemimpinan berujungnya ke dalam neraka. Banyak pertanyaan yang harus kita jawab baik di alam kubur ataupun di alam mahsyar nanti, pemimpin yang adil tempatnya di dalam sorga sementara pemimpin  dhalim dan tirani tempatnya dalam Jahannam.

Penulis adalah Guru Besar Ilmu Pendidikan Islam UIN Ar-Raniry

Pengurus Dewan Dakwah Kabupaten Nagan Raya periode 2021-2026 resmi dilantik di Aula Anjungan Bupati Nagan Raya, Rabu (15/12). Prosesi pelantikan oleh Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh Dr Muhammad AR Med dan didampingi Sekretaris Umum, Zulfikar SE MSi.
Hadir dalam pelantikan tersebut Bupati yang diwakili oleh Sekda Nagan Raya, Ir. H Adhi Martha dan sejumlah kepala SKPK di Jajaran Pemda Nagan Raya.

Adapun pengurus yang dilantik diantaranya Ketua dijabat oleh Tgk Samsul Bahri S, M.Pd, Sekretaris Tgk Abdi Yusrizal, SP, Bendahara Tgk Ali Munir SE Ak, MM dan dilengkapi dengan sejumlah Biro.

Ketua Panitia Pelaksana, Tgk Abdi Yusrizal, SP dalam laporannya mengatakan jumlah pengurus yang dilantik sejumlah 65 orang dengan sumber dana mandiri dari kalangan pengurus.

“Kami melihat antusias dari rekan-rekan untuk bergabung menjadi Pengurus Dewan Dakwah dan sekaligus menyumbangkan dananya untuk kesuksesan acara pelantikan dan Upgrading pengurus,” kata Tgk Abdi.

Ketua Dewan Dakwah Nagan Raya, Tgk Samsul Bahri S, M.Pd dalam sambutannya berterima kasih kepada para pengurus yang telah mempercayainya sebagai ketua. Ia mengatakan sebagaimana lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan tadi salah satu baitnya adalah bangunlah jiwanya. Sisi inilah barangkali yang akan menjadi fokus pengurus dalam rangka bersinergi dengan Pemerintah Daerah dalam membangun Kabupaten Nagan Raya.

“Ini juga sejalan dengan visi misi Dewan Dakwah yang bertujuan untuk meningkat mutu dakwah menuju tatanan masyarakat Islami yang bertaqwa kepada Allah Swt. Terima kasih kepada bapak Bupati yang sudah memfasilitasi akomodasi dan konsumsi untuk acara pelantikan. Kami berharap agar bantuan dan kerja sama ini dapat terus berlanjut di masa mendatang,” kata Tgk Samsul Bahri.

Bupati yang diwakili oleh Sekda Nagan Raya, Ir. H Adhi Martha mengucapkan selamat pengurus Dewan Dakwah Kabupaten Nagan Raya periode 2021-2026 yang baru dilantik. karena pelantikan ini merupakan tonggak awal untuk memulai aktivitas dakwah di Kabupaten Nagan Raya. Untuk itu, Dewan Dakwah dapat bersinergi dengan Pemda Nagan Raya dalam membina akidah ummat, menjadikan masjid sebagai pusat pertumbuhan peradaban Islam.

“Masjid tidak hanya sebatas sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat, tetapi lebih dikembangkan menjadi madrasah, tempat konsultasi hukum Islam, maupun kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya. Dan kami mengharapkan Dewan Dakwah Nagan Raya akan menjadi garda terdepan untuk menjadi terwujud cita-cita tersebu,” kata Adhi Martha.

Sementara itu Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh, Dr Muhammad AR Med dalam arahannya mengatakan tugas dakwah adalah mengajak kepada ketaatan dan ukhuwah Islamiyah. Jangan menjadikan dakwah sebagai beban, yang penting bekerja secara ikhlas nanti ada saja pihak yang digerakkan oleh Allah Swt untuk membantu aktivitas dakwah yang kita lakukan.

“Pengurus Wilayah Dewan Dakwah Aceh sudah membuktikan bahwa usaha dakwah yang selama ini dilakukan selalu ada support dana, tenaga dan pemikiran dari pihak-pihak yang sudah melihat hasil dari dakwah tersebut. Selain itu kami mengharapkan agar Dewan Dakwah Nagan Raya menyusun program kerja yang realistis dan mampu dilaksanakan, minimal menggerakkan ummat untuk shalat berjamaah,” kata Muhammad AR.

Seusai pelantikan semua pengurus Dewan Dakwah Nagan Raya mengikuti upgrading pengurus dalam rangka untuk menyamakan visi dan misi dakwah. Upgrading tersebut diisi oleh pemateri dari Pengurus Wilayah Dewan Dakwah Aceh.

Ketua Dewan Dakwah Aceh Singkil, Abdul Muhri, menyerahkan daging kurban kepada masyarakat di kampung Tulaan, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil

Singkil — Dewan Dakwah Aceh Singkil bekerjasama dengan LAZNAS Dewan Dakwah Pusat dan Dewan Dakwah Aceh pada Idul Adha 1444 H tahun 2023 ini menyembelih sebanyak 26 ekor hewan kurban, yang terdiri dari seekor sapi dan 25 domba.

Ketua Dewan Dakwah Aceh Singkil, Abdul Muhri, Sabtu (1/7/2023) mengatakan hewan kurban tersebut telah disalurkan ke berbagai kampung di Kabupaten Aceh Singkil, yang selama ini sangat jarang dilaksanakan kurban.

Di Kecamatan Gunung Meriah, telah disalurkan ke kampung Tulaan lima ekor domba dan Tanjung Betik seekor sapi. Kemudian di Kecamatan Danau Paris disalurkan ke kampung Labuhan lima ekor domba, Tran Lae Balno lima ekor domba dan Panjuharang empat ekor domba.

Selanjutnya kampung Sosor, Kecamatan Simpang Kanan dua ekor domba dan terakhir di Pulau Balai, Kecamatan Pulau Banyak empat ekor domba.

“Adapun prosesi penyembelihannya berlangsung selama dua hari, yaitu Jumat dan Sabtu, 11-12 Zulhijjah atau 30 Juni – 1 Juli 2023. Untuk hari ini berlangsung di Pulau Balai, Kecamatan Pulau Banyak dan Tulaan Kecamatan Gunung Meriah,” kata Ahdul Muhri.

Ia menjelaskan penyaluran hewan kurban itu bertujuan tujuan untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat yang membutuhkan daging hewan kurban, yang mungkin sulit dijangkau secara ekonomis oleh mereka. Selain itu juga untuk memperkuat solidaritas dan persatuan antara sesama masyarakat.

“Tak lupa kami mengucapakan terimakasih banyak kepada para mudhahhi (orang yang berqurban) yang telah memberikan kepercayaannya kepada Dewan Dakwah Aceh Singkil. Semoga Allah membalas semua kebaikan tersebut,” kata Abdul Muhri.

Ia menambahakan ibadah kurban merupakan bentuk kepedulian sosial yang kuat terhadap sesama. Melalui kurban, diharapkan masyarakat dapat mengembangkan sikap empati, saling peduli, dan membantu mereka yang membutuhkan.

“Dengan berbagi daging kurban kepada yang membutuhkan, kita dapat memperkuat ikatan sosial dan membangun kebersamaan dalam masyarakat,” pungkas Abdul Muhri.