Jakarta — Netizen Indonesia, terutama umat Islam, meradang setelah selebritas terkenal Deddy Corbuzier mengundang sepasang pria homo ke acaranya. Banyak yang menganggap konten Deddy kali ini sudah keterlaluan, walaupun sebagian di antara netizen juga yang memandang konten-konten dia sebelumnya juga jauh dari kata mendidik.
Bahkan beberapa dai kondang pun turut mengeluarkan pernyataan teguran kepada Deddy Corbuzier atas konten yang dia produksi pada Sabtu 7 Mei 2022 kemarin. Lalu bagaimanakah sejarah kaum homoseksual yang disebutkan di dalam Al-Quran sebagai bagian dari umatnya Nabi Luth alaihi salam pada zaman dahulu?
Dikutip dari laman kisahmuslim.com, dakwah Nabi Luth alaihis salam kepada kaumnya dimulai ketika ia dan Nabi Ibrahim alaihis salam (pamannya) hendak menuju Palestina dari Mesir. Di tengah perjalanan Nabi Luth berpamitan kepada Nabi Ibrahim untuk pergi ke negeri Sadum (dekat laut mati di Yordania) karena Allah telah mengutusnya untuk berdakwah di sana.
Sebagai gambaran, akhlak penduduk negeri Sadum kala itu sangat buruk sekali. Mereka tidak pernah menjaga dirinya dari perbuatan maksiat dan tidak malu berbuat kemungkaran seperti berkhianat kepada kawan dan perzinaan.
Puncak kekejian perbuatan mereka yaitu para laki-laki meninggalkan kaum wanita untuk mendatangi sesama jenis dan melepaskan syahwat mereka. Sungguh-sungguh melampaui batas.
Allah merekam kekejian mereka di dalam Al-Qur’an Surah Asy Syu’ara ayat 160-161 sebagai pengingat kepada umat manusia agar jangan sampai mengikuti perbuatan yang telah dilakukan kaum Nabi Luth alaihis salam dahulu kala.
“Mengapa kamu tidak bertakwa?”– Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,–Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.–Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semeta alam.–Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia,– Dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas.”
Bukannya mendengarkan seruan tobat dari Nabi Luth, mereka malah bersikap ngeyel, memilih tak beriman kepada Allah, dan mengancam akan mengusir Nabi Luth dari negeri Sadum jika terus-menerus mengganggu perbuatan keji mereka.
Bahkan dalam Al-Qur’an Surah Al ‘Ankabbut ayat 29 mereka menantang balik Nabi Luth untuk meminta kepada Allah supaya menimpakan azab kepada mereka. “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”
Melihat kebebalan kaumnya itu Nabi Luth marah. Maka ia memilih untuk membawa keluarganya pergi menjauhi mereka. Namun alih-alih taat kepada suaminya, istri Nabi Luth lebih memilih berkhianat dan membelot kepada kaum liwath.
Allah kemudian mengutus tiga orang malaikat yang menjelma sebagai manusia yang sangat rupawan untuk membereskan urusan kaum Nabi Luth. Tapi sebelum menuju negeri Sadum ketiga malaikat itu sempat mampir terlebih dahulu ke Nabi Ibrahim alaihis salam.
Kepada Nabi Ibrahim mereka memberikan kabar gembira bahwa beliau akan dikaruniai seorang anak laki-laki dari istrinya yang bernama Sarah. Anak itu kemudian juga menjadi seorang nabi Allah bernama Ishaq alihis salam.
Selanjutnya para malaikat bercerita kepada Nabi Ibrahim bahwa mereka akan mengazab penduduk kota Sadum karena kerusakan yang mereka lakukan dan juga kekafirannya kepada Allah.
Mendengar hal tersebut Nabi Ibrahim pun berkata kepada para malaikat bahwa di sana ada Nabi Luth yang berdakwah kepada penduduk kota Sadum. Para malaikat menenangkan Nabi Ibrahim bahwa Nabi Luth bersama keluarganya telah diselamatkan Allah kecuali istrinya yang telah kafir.
Selanjutnya ketiga malaikat itu mendatangai Nabi Luth dalam wujud yang sama saat mereka menampakkan diri kepada Nabi Ibrahim. Manusia yang rupawan, yang hadir untuk memancing pelaku liwath agar menghampiri mereka.
Sambil berdesak-desakan di pintu rumah Nabi Luth setelah mendengar info ada manusia yang sangat ganteng, kaum liwath itu berteriak-teriak kepadanya untuk dibukakan pintu rumah. Rupanya mereka ingin bersenang-senang dengan ketiga orang ganteng.
Saat itulah ketiga manusia rupawan tersebut memberitahukan siapa jati diri mereka sebenarnya kepada Nabi Luth dan kaumnya. Tak lupa mereka juga menyampaikan maksud kedatangannya ke negeri Sadum yaitu untuk menimpakan azab yang sangat pedih. Bukan untuk bersenang-senang dengan kaum keji.
Karena saking gatelnya ingin bersenang-senang, kaum Nabi Luth pun nekat mendobrak pintu Nabi Luth. Brak! Tapi salah satu malaikat berhasil membuat mata mereka menjadi buta dan sempoyongan.
Nabi Luth pun diminta untuk membawa keluarganya keluar dari negeri Sadum di malam hari karena azab yang akan Allah timpakan direncanakan datang di pagi harinya. Mereka juga menasihatinya agar ia dan keluarganya tidak menoleh ke belakang saat azab itu turun, agar tidak menimpa mereka.
Di malam hari, Nabi Luth ‘alaihissalam dan keluarganya pergi meninggalkan negeri Sadum. Setelah mereka pergi meninggalkannya dan tiba waktu Subuh, maka Allah mengirimkan kepada mereka azab yang pedih yang menimpa negeri itu.
Saat itu, negeri tersebut bergoncang dengan goncangan yang keras, seorang malaikat mencabut negeri itu dengan ujung sayapnya dan mengangkat ke atas langit, lalu dibalikkan negeri itu; bagian atas menjadi bawah dan bagian bawah menjadi atas, kemudian mereka dihujani dengan batu yang panas secara bertubi-tubi. Allah Ta’ala berfirman, “Maka ketika datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,–Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang-orang yang zalim.” (QS. Huud: 82-83)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan Nabi Luth dan keluarganya selain istrinya dengan rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena mereka menjaga pesan itu, bersyukur atas nikmat Allah dan beribadah kepada-Nya.
Maka Nabi Luth dan keluarganya menjadi teladan baik dalam hal kesucian dan kebersihan diri, sedangkan kaumnya menjadi teladan buruk dan pelajaran bagi generasi yang datang setelahnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih.” (Al-Qur’an Surah Adz Dzaariyat: 37).
Sumber : Media Dakwah