Archive for month: Oktober, 2014

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 1435 H bertepatan dengan 2014 M, Dewan Da’wah Aceh kembali melaksanakan program tebar qurban, dengan tema tebar qurban untuk daerah terpencil dan untuk kaum dhuafa.
Prosesi penyembelihan hewan qurban serentak dilaksanakan pada Hari Minggu, tanggal 5 Oktober 2014 di tiga tempat; Markaz Dewan Da’wah Gampong Rumpet Krueng Barona Jaya Aceh Besar, Pesantrean Hidayatullah Gampong Nusa Lhok Nga dan Kabpaten Aceh Barat Daya.

Jumlah hewan qurban yang disembelih 5 ekor Sapi Qurban; masing-masing di Markaz Dewan Da'wah Gampong Rumpet sebanyak 3 ekor, di Abdya satu ekor dan di Pesantren Hidayatullah 1 ekor. Hewan Qurban tersebut adalah 1 ekor sumbangan dari Pengurus dan Simpatisan Dewan Da'wah Aceh yang ada di Aceh dan Luar Negeri (2 org Keluarga Besar Dewan Da'wah di London), 1 ekor berasal dari dua keluarga Orang Aceh yang berada di Malaysia dan bekerja di Timor Laste. selebihnya, satu ekor sumbangan Keluarga Besar Abdullah Agaos Semarang melalui BMH Hidayatullah Semarang (disembelih di Pesantren Hidayatullah Gampong Nusa Lhoknga Aceh Besar), 1 ekor sumbangan dari Yayasan dari Turki dan 1 ekor lagi sumbangan pegawai Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitusalam.

Dewan Da'wah Aceh mengucapkan terima kasih kepada segenap donatur dan semua pihak yang telah menyukseskan program Tebar Qurban Bersama Dewan Da'wah, semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah Swt, dan dapat kita tingkatkan di masa-masa mendatang.

MENJELANG Pemilu umat Islam kerap dihadapkan pada perdebatan hukum pemilu. Tidak jarang, diskusi itu berlanjut pada perdebatan panas yang merenggangkan ukhuwah.

Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Syuhada Bahri, mengatakan, umat Islam harus saling menghargai pada pilihan masing-masing. Kelompok Golput menghargai yang memilih, begitupun sebaliknya.

“Golput itu hak mereka. Umat Islam yang memilih harus menghargai sikap mereka. Ini soal perbedaan pemahaman atau khilafiyah. Dan yang Golput juga harus menghargai umat Islam yang memilih,“ terangnya kepadaIslampos, Senin (27/5).

Namun kalau umat Islam memilih, kata Syuhada, kita bisa mengingatkan penguasa. Dia khawatir kalau umat Islam Golput justru memberikan peluang kepada orang lain untuk menghentikan jalan dakwah kita. Sebab berdasarkan pengalaman, Syuhada dan kawan-kawan pernah mengalami itu.

“Mungkin yang Golput belum merasakannya. Namun yang jelas sikap DDII adalah tidak Golput,” tutupnya. [andi/Islampos]

http://www.islampos.com/ddii-golput-dan-tidak-golput-harus-saling-menghargai-112320/

Oleh Suhrawardi K Lubis
Secara tradisional, pemahaman masyarakat apabila disebut wakaf terus tertuju kepada sebidang tanah yang dipergunakan untuk lahan pekuburan, masjid atau madrasah.Belakangan ini, berkembang kembali kajian mengenai wakaf uang. Perkembangan ini didasari antara lain pemikiran tentang pemanfaatan harta wakaf secara produktif.

Kajian wakaf produktif ini telah banyak dilakukan, antara lain oleh Forum Zakat (2006) yang menekankan perlunya wakaf dikembangkan secara produktif. Forum Zakat mendapati umat Islam sekarang ini sedang berada dalam keterpurukan kemiskinan yang akut. Oleh karena itu, wakaf yang ada harus ditujukan kepada upaya yang lebih menghasilkan. Forum Zakat juga menegaskan wakaf produktif ini harus memiliki dua visi yang mesti berjalan seiringan, pertama; visi menghancurkan struktur-struktur sosial yang timpang, dan kedua; menyediakan lahan subur untuk menyejahterakan umat Islam.

Begitu juga temuan Tim Penyusun Buku Wakaf Tunai Dalam Perspektif Hukum Islam (2005), tim menekankan pemanfaatan harta wakaf untuk aktivitas ekonomi produktif belum banyak dilakukan. Padahal wakaf memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan umat, terutama sekali dengan konsep wakaf uang. Dapatan kajian di atas hampir sama dengan kajian Mohd Nakhaie (2007) yang berjudul Sistem Wakaf Kontemporari. Nakhaie coba menerangkan tiada halangan syara untuk membangun konsep baru mengenai wakaf. Terutama dalam rangka memudahkan untuk menyusun sistem yang dapat dilaksanakan, agar ibadah wakaf lebih bermakna, dan tujuan wakaf dapat dicapai.

Rabu (18/6/14) Pengurus Wilayah Dewan Dawah Aceh diterima di ruang tamu Kodam Iskandar Muda dalam rangka audiensi. Hadir dalam pertemuan tersebut Ketua Umum Dewan Da’wah Aceh beserta jajaran dari Ketua Majlis Syura (Prof. Dr. Iskandar Usman, MA), pengurus harian (Said Azhar, Nazar Idris, MP, Jamaluddin, MA, Dr. Abizal Yati, Lc, MA, Enzus Tinianus, SH, Murdani Amiruddin) dan dari Dewan Pakar (Dr. Sofyan A. Gani, MA, Dr. Iskandar Budiman, MCL). Sementara dari Kodam Iskandar Muda dihadiri langsung oleh Pangdam Mayjen Pandu Wibowo yang didampingi oleh Kadit Bintal Kolonel Abu Hasan, Letkol Fauzi (Aster Kodam), yang membidangi intelijen (Mayor Iskandar) dan beberapa petinggi Kodam lainnya.

Pertemuan yang berlangsung akrab tersebut diawali dengan ta’aruf tim dari Dewan Da’wah Aceh, dan dilanjutkan dengan memperkenal sejarah lahirnya Dewan Da’wah dan program yang menjadi fokus kerja Dewan Da’wah. Selanjutnya Ketua Umum Dewan Da’wah Aceh, Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL., MA, menyampaikan program yang sudah, sedang dan akan dikerjakan oleh Dewan Da’wah Aceh. Di antara progam yang menjadi prioritas pada tahun ini adalah upaya pendiri Akademi Da’wah Indonesia (ADI) dalam rangka proses pengkaderan untuk melahirkan da’i-dai yang siap pakai dan bersedia terjun ke lapangan untuk mengemban tugas da’wah. Kecuali itu, pihak Dewan Da’wah juga menyatakan siap bekerjasama dengan jajaran Kodam Iskandar Muda khususnya dalam program bintal dan pembinaan keagamaan untuk prajurit di lingkungan Kodam Iskandar Muda, serta dalam rangka bakti sosial yang sering dilakukan oleh TNI. Khusus untuk program ADI, Dewan Da’wah Aceh meminta kepada Pangdam agar dapat membantu program ini sesuai dengan kemampuan dan ketentuan yang ada.

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya jadwal audiensi dengan gubernur Aceh yang disampaikan oleh Pengurus Wilayah Dewan Da’wah Aceh terkabulkan. Melalui staf ahli bidang hukum dan Politik, Tgk. Adli Abdullah, MCL, pertemuan tersebut dillaksanakan di Meuligoe Gubernur Aceh, Selasa (19/8) pagi.

Rombongan Dewan Da’wah Aceh sejumlah enam orang, Dr. Tgk. H. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL, MA, selaku Ketua Umum, didampingi oleh Dr. H.Muhammad AR, M.Ed, Drs. Zulkarnain Gamal, Drs. Bismi Syamaun, Tgk. Jamaluddin,MA dan Said Azhar selaku sekretaris umum. Sementara Gubernur didampingi oleh Kepala Biro Isra Serta Aceh, Drs. Ilyas Nyak Tuy, pejabat bagian Humas, staf pribadi, Tgk. Muzakkir Hamid serta Staf Ahli bidang Politik dan Hukum.

Dalam pertemuan tersebut, di samping silaturrahmi, Dewan Da’wah Aceh juga menyampaikan beberapa program kerja yang sudah dan sedang dikerjakan, seperti pembinaan muallaf di daerah perbatasan bekerjasama dengan Baitul Mal Aceh, sosialisasi Syari’at Islam melaui talk show kerjasama dengan Dinas Syariat Islam, pembinaan remaja dan mahasiswa secara berkala, juga memfasilitasi pendidikan untuk anak-anak muallaf di pesantren-pesantren terpadu yang ada di Aceh dan di Pulau Jawa, serta pengiriman mahasiswa S1 ke Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah (STID) Mohammad Natsir di Jakarta dan S2 ke UIKA (Universitas Ibnu Khaldun) Bogor dalam rangka program kaderisasi ulama kerjasama dengan Baznas.

Sementara program yang prioritas saat ini adalah mendirikan Akademi Da’wah Indonesia (ADI) di Markaz Dewan Da’wah di Gampong Rumpet. Peserta program ini adalah anak-anak fakir miskin dan muallaf di daerah perbatasan yang tidak memiliki kemampuan untuk melanjutkan pendidikan. Mereka dididik selama dua tahun di ADI , kemudian dikirim ke STID Mohammad Natsir untuk melanjutkan program S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Saat ini sudah 13 mahasiswa yang sedang mengikuti program ADI.

Mengisi suasana bulan Syawal 1435 H / 2014 M Pengurus Wilayah Dewan Da’wah Aceh menggelar silaturrahim dengan sesama pengurus dan majlis syura melalui acara Halal bi Halal di Masjid Dewan Da’wah Gampong Rumpet Krueng Barona Jaya Aceh Besar, Minggu (17/8). Acara ini diawali dengan gotong royong, dilanjutkan dengan makan siang bersama dan temu ramah antara pengurus dengan majlis syura.

Dari kalangan majlis syura Dewan Da’wah Aceh hadir Prof. Dr. Iskandar Usman, MA, selaku ketua, Prof. Dr. M. Hasbi Amiruddin, MA, dan beberapa founding father/pendiri Dewan Da’wah Aceh, di antaranya Tgk. Muhammad Yus, Miswar Sulaiman, Zulkifli Amin. Sementara pengurus hadir dari jajaran pengurus harian dan masing-masing bidang.

Dalam temu ramah tersebut, Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, sebagai ketua umum Dewan Da’wah Aceh periode 2011-2015, menyampaikan beberapa hal hasil Rakernas Dewan Da’wah tahun 2014, yang menjadi fokus Dewan Da’wah saat ini baik di pusat maupun provinsi.

Adapun program kerja saat ini adalah; Pertama, Konsolidasi Organisasi Da’wah, dengan target pengurus Dewan Da’wah harus terbentuk dan aktif di semua provinsi di Indonesia, dan ini menjadi tugas pengurus pusat. Sementara tugas Pengurus Wilayah, memastikan terbentuk dan aktifnya Pengurus Daerah di Kabupaten/Kota, dan seterusnya sampai kecamatan. Kedua, Kemandirian Organisasi/Da’wah, langkah ini dilaksanakan dengan membentuk unit usaha, pengumpulan dana melalui ZIS, wakaf tunai/produktif dll dengan sasaran dapat membiayai program-program da’wah di wilayah yang bersangkutan. Ketiga, Pengkaderan, baik informal maupun melalui jalur formal. Di Pusat saat ini sudah ada program pendidikan dari TK sampai dengan program sarjana (milik sendiri) sementara untuk program pascasarjana dan doctoral, dalam rangka kaderisasi ulama, masih bekerjasama dengan beberapa universitas seperti Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, UMJ Surakarta dengan sponsor Baznas.

Menindak lanjuti kunjungan kerja dan pertemuan dengan pimpinan Dewan Da’wah Pusat yang membidangi pendidikan, Dr. Muhammad Noer, MA dan Dr. Imam Zamroji, M.Pd.I, pada Selasa (3/6) di Markaz Dewan Da’wah Aceh yang mengamanahi pendirian Akademi Da’wah Indonesia (ADI di Provinsi Aceh, dan amanah Rakernas Ketiga Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia pada awal Tahun 2014 di Bogor, maka pada tanggal 23 Agustus 2014 ADI Aceh resmi didirikan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Nomor 136 tahun 2014 tentang Pendirian Akademi Da’wah Indonesia (ADI) Provinsi Aceh.

Program kaderisasi da’i melalui Akademi Da’wah Indonesia (ADI) merupakan salah satu dari tiga program unggulan Dewan Da’wah periode 2010-2015, di samping program penguatan organisasi da’wah dan kemandirian dana da’wah. Tujuan utama pendirian ADI untuk mengembangkan program pendidikan da’wah bagi para calon da’i seluruh wilayah Nusantara dalam sebuah program pendidikan yang khas. Kekhasan pendidikan tersebut tercermin dari orientasi pendidikan yang mengarah kepada penguatan intergritas sebagai da’i illallah, penguatan ulum ad din dan ulum ad da’wah.

Dalam rangka menyahuti kebijakan Dewan Da’wah Pusat, salah satunya penguatan organisasi, yang ditandai dengan adanya sekretariat yang aktif untuk mengkoordinasikan semua aktivitas da’wah, maka Pengurus Daerah Dewan Da’wah Kota Subulussalam pada tahun 2013 mulai membangun sebuah masjid dan MCK di atas tanah wakaf seluas 2625 M2. Tanah yang terletak di Kecamatan Penanggalan tersebut diwakafkan oleh dua warga Kota Subulussalam masing-masing Tumirin seluas 225 M2 dan Hj.