Archive for year: 2014

Mereka diprogramkan menjadi kader yang akan membina daerahnya setelah menyelesaikan pendidikan.

Program ini terlaksana atas kerjasama dengan Yayasan Syeikh Eid Qatar, Pesantren Abu Lam U dan Syeikh Abdullah dari Turki serta sejumlah donatur lainnya. Mengingat kondisi muallaf yang sangat memprihatinkan dalam berbagai sisi kehidupan, maka kami mengajak agar hati kita tersentuh untuk mengambil peran masing-masing dalam  rangka kepedulian bagi mereka. Apa yang bisa dan sudah kita lakukan untuk saudara baru kita?

kepada para dermawan dan Donatur yang berminat membantu dapat menghubungi Sekretariat Dewan Da’wah Aceh di Jalan T. Nyak Arief No. 159 Lamgugob-Jeulingke Banda Aceh… Telp. 0651-7406436 Fax (0651) 7551070 email; ddiinad@yahoo.com atau hubungi langsung wakil Koordinator Pembinaan Anak Muallaf, Ruslan Ismail HP. 081263217216, via Rekening Bank Muamalat Indonesia Cabang Banda Aceh Rekening Nomor: 918.1604699 an: hasanuddin yusuf adan QQ DDII – NAD

 

Dalam Rangka melakukan kaderisasi da'i se-Indonesia, Dewan Da'wah Pusat menggelar ToT bagi Du'at se-Indonesia. kegiatan ini berlangsung dari tanggal 16-19 Desember 2014 bertempat di Kompleks Pesantren Kilat Bojong Kerta Bogor, diikuti oleh 52 da'i Dewan Da'wah dari 20 provinsi.

Daurah yang  membedah  tentang bahaya Ghazwul Fikri, Harakatul hadhamah wal irrtidad dan cara mengantisipasinya, dengan tema "Membangun Kewaspadaan Ummat" difasilitasi oleh para pakar di bidang masing-masing seperti Abu dedat dan Insan LS Mongkoginta (Pakar Kristologi), Taufiq Ismail dan Alfian Tanjung (pakar komunis), Adian Husaini dan Adnin Armas (Pakar Sipilis), Hartono Ahmad Jaiz dan Amin Djamlauddin (pakar aliran sesat), Teten Komaruddin (pakar tashawuf), Daud Rasyid (pakar pemikikran Islam), Imam Nasa-iy (pakar dan alumni LDII) dan Farid Okbah (pakar Syi'ah).

Diharapkan setelah mengikuti ToT ini para du'at dapat melakukan hal yang sama di daerah masing-masing, mengingat persoalan ghazwul fikri, harakatul hadhamah wal irtidad saat ini menjadi ancaman bagi ummat Islam Indonesia, terlebih setelah unsur-unsur ini masuk dalam institusi resmi kenegaraan baik di eksekutif dan legislatif dalam berbagai tingkatan.???????????????????????????????

LAPORAN KEGIATAN PENDAMPINGAN SYARI’AH UNTUK PARA MUALLAF Di KABUPATEN ACEH TENGGARA, ACEH SINGKIL, SUBULUSSALAM DAN ACEH TAMIANG SEPTEMBER 2014

DASAR PEMIKIRAN

Kondisi muallaf di Aceh, khususnya di daerah perbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara, rata-rata para mereka adalah para mustadh’afin, baik sisi intelektual maupun finansial. Keputusan mereka memilih menjadi muslim, lebih disebabkan, selain persoalan hidayah tentu saja, pengaruh adanya anggota keluarga, teman yang sudah duluan masuk Islam. Di samping juga karena faktor pergaulan dengan ummat Islam, dan melalui hubungan perkawinan. Sangat jarang, kalau tidak mau mengatakan tidak ada, muallaf di Aceh, karena proses pengkajian Islam secara mendalam, sehingga ketika menjadi muallaf sudah langsung siap menjalankan tugasnya sebagai seorang muslim bahkan menjadi seorang da’i. Malah sebaliknya, ada beberapa kasus, karena tidak ada pendampingan, kembali kepada agama semula setelah merasa tidak ‘nyaman” berada dalam Islam.

 

Karena itu ada persoalan yang muncul pasca seseorang memeluk Islam (setelah proses pensyahadatan). Di mana dari awal para muallaf tidak menjalani proses yang cukup untuk pemahaman Islam, dan yang menyedihkan sering mereka dibekali satu lembar surat dari pihak berwenang yang menerangkan mereka sebagai muallaf dan selanjutnya mereka menjadi “pengemis”. Realitas ini akan menoreh citra negatif terhadap Islam dan kaum muslimin lainnya. Konon lagi terjadi di Aceh, di mana secara legal formal telah ditetapkan menjadi provinsi yang memberlakukan syariat Islam secara kaffah.

 

Sampai saat ini, kendati sudah hampir 12 tahun berlakunya syari’at Islam di Provinsi Aceh, belum ada sebuah gerakan yang secara permanen dan profesional menangani pembinaan muallaf. Kegiatan yang dilakukan sering insidental dan temporer, tanpa proses keberlanjutan., kecuali apa yang sudah dan sedang dilaksanakan oleh Baitul Mal Aceh., itu pun sangat terbatas, karena Baitul Mal bukan hanya mengurus muallaf semata-semata. Ke depan, diharapkan adakan ada lembaga atau gerakan yang permanen untuk menangani muallaf secara profesional, dan tentu saja ini menjadi pekerjaan  rumah pemerintah Aceh dalam rangka membina dan mengawal aqidah anak bangsa.

 

Menyikapi kekosongan kelembagaan inilah yang mendasari pemikiran dari Dewan Da’wah Aceh sehingga memandang perlu adanya pendampingan syariat untuk muallaf secara berkesinambungan. Untuk tahap awal, mengingat kemampuan muallaf rata-rata belum mampu membaca Al-Quran secara baik dan belum lancar dalam melaksanakan ibadah shalat, maka pembinaan ini difokuskan kepada dua hal tersebut.

 

Karena Dewan Da’wah Aceh hanya sebuah organisasi sosial keagamaan yang memiliki keterbatasan, maka program pendampingan syariat untuk muallaf ini dibantu sepenuhnya oleh Baitul Mal Aceh..

 

 

TUJUAN KEGIATAN

Pendampingan Syariat bagi para muallaf ini bertujuan:

  1. Mengajari muallaf tentang tata cara membaca al-Quran secara baik dan benar sehingga mampu membaca AL-Quran menurut aturan ilmu tajwid
  2. Mengajar muallaf tentang ibadah praktis, khususnya tata cara wudhuk dan shalat menurut tuntunan sunnah.

 

 

OUT PUT

  1. Peserta tahu dan mampu membaca AL-Quran secara baik dan benar
  2. Peserta tahu dan mampu melaksanakan wudhuk, shalat sesuai tuntunan Sunnah Nabi Saw.
  3. Peserta mau melakukan praktek mengaji, wudhuk dan shalat baik ketika belajar maupun sesudah belajar.

 

INDIKATOR KEBERHASILAN

Setelah selesai pembinaan pada bulan Desember 2014 akan dievaluasi, dan indikator keberhasilannya adalah apabila 60-75 % dari peserta sudah mampu dan mau membaca al-Quran dan wudhk serta shalat dengan baik .

 

BENTUK KEGIATAN

Kegiatan dikemas dalam bentuk pelatihan dengan menggunakan metode pendidikan orang dewasa (andragogi) melalui pendekatan partisipatif, berupa presentasi, dialog, belajar kelompok dan praktek.

 

 

WAKTU DAN TEMPAT

Kegiatan ini di empat (4) Kabupaten Perbatasan Aceh, yakni di Aceh Tenggara, Aceh Singkil, Kota Subulussalam dan Aceh Tamiang, dengan rincian sebagai berikut;

  1. Di Aceh Tamiang,  tanggal 27 September 2014 di MTsN Al-Ikhlas Aceh Tamiang
  2. Di Subulussalam, tanggal 30 September 2014 bertempat di MAN Penanggalan
  3. Di Aceh Singkil, 28 September 2014 di Masjid Desa Napagaluh Danau Paris
  4. Di Aceh Tenggara, 29 September 2014 bertempat di Aula Kantor Dewan Da’wah Kutacane

 

 

PESERTA

Kegiatan ini diikuti oleh para muallaf sebanyak 30 orang per-kabupaten/kota, tergantung jumlah muallaf di masing-masing kabupaten/kota, dengan total peserta 120 orang.

 

 

MATERI DAN SCHEDUL PELATIHAN

Materi yang diajarkan adalah ibadah praktis (konsep wudhuk dan shalat) dan metode membaca al-Quran. Materi ini diajarkan teori sekaligus praktek (schedule terlampir).

 

BIAYA

Kegiatan ini menghabiskan dana sebesar Rp. 25.526.500,- (dua puluh lima juta lima ratus dua puluh enam ribu lima ratus rupiah). Rincian terlampir.

 

 

Banda Aceh, 25 Zulhijjah 1435 H

20 Oktober 2014 M

Pengurus Dewan Da’wah Aceh,

Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL., MA  Ketua Umum                                                                          

 

 

                    

Selasa  (17/6)  Dewan  Da’wah  Islamiyah  Indonesia  Aceh  Barat  Daya  melaksanakan  Workshop Pemikiran Islam dan Ghazwul Fikri di Aula Arena Motel Blangpidie. Workshop tersebut merupakan kegiatan  Dewan  Da’wah  Abdya  untuk  membendung  dan  melawan  arus  pemikiran  yang membahayakan  ummat  Islam.  Kegiatan  yang  menghadirkan  Dr.  H.  Adian  Husaini,  MA,  selakuKetua Program  Doktor  Pendidikan  Islam Universitas  Ibn  Khaldun  Bogor dan  Anggota  Badan  Pembina Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia sebagai pembicara tunggal dalam kegiatan tersebut.

Iin Supardi,S.S, M.E.I, selaku ketua umum Dewan Da’wah Abdya menyampaikan bahwa workshop dengan  tema  “Strategi  Membangun  Peradaban  Islam  dan  Menjawab  Pemikiran  Kontemporer” tersebut diikuti oeh unsure dari pemerintah, politisi, ulama, dosen, mahasiswa, pengurus ormas, pimpinan pesantren, guru dan pengurus Dewan Da’wah sebagai peserta aktif.

Workshop Ini bertujuan untuk membentuk pemikiran umat Islam yang memiliki semangat untuk membangun peradaban Islam yang kokoh di Aceh Barat Daya serta terbentengi dari Ghazwul Fikri”, ungkap Iin Supardi dalam sambutan dan laporannya.

Workshop ini dibuka oleh Sekda Abdya Drs. Ramli Bahar pada Senin malam di Mesjid Baiturrahim Pante Perak, Susoh. Beliau mengharapkan kerjasama yang baik antara pemerintah dan lembaga da’wah untuk memaksimalkan da’wah di Abdya. Dalam acara pembukaan tersebut, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah  (STIT)  Muhammadiyah  Ust.  Muchlis  Muhdi,  MA menyampaikan ceramah Islam tentang Pemetaan Da’wah Islamiyah dan Upaya Mempersatu Ummat di Aceh Barat Daya. Kegiatan yang berlangsung sampai hari selasa pukul 16.00 WIB tersebut dirangkai dengan penyampaian materi tentang Konsep Adab dan Peradaban dalam Islam, Sejarah Peradaban Islam Aceh, Indonesia dan Dunia, Infiltrasi Sekulerisme dalam Kurikulum 2013 serta Pemikiran Islam Kontemporer. Materi ini memberikan pencerahan yang cukup penting dan bermanfaat bagi peserta.

Selaku narasumber tunggal, Dr. H. Adian Husaini, MA menyampaikan pentingnya mengetahui tentang sejarah peradaban Islam sehingga akan lahir kembali peradaban Islam di masa depan. Beliau mengkritisi  tentang penetapan dan peringatan  Hari  Kartini,  karena secara adab seharusnya masih banyak tokoh wanita besar lainnya yang jauh lebih hebat, seperti Cut Nyak Dhien  dan Laksamana Malahayati  sebagai  Laksamana Perempuan terhebat,  yang pernah ada  di Indonesia yang juga perlu diperingati dan diingat perannya.

Dr. Adian berharap Aceh bisa menjadi kiblat kebangkitan Peradaban Islam tanah air, dikarenakan faktor sejarah Islam pernah jaya di Aceh dan keistimewaan Aceh untuk membangun peradaban yang berbeda dengan Indonesia secara umum. MoU Perdamaian dan UUPA yang ada bisa dijadikan modal penting  untuk  membangun  kembali  Peradaban  Islam di Aceh,  terutama  pendidikan  sebagai  syarat  awal membangun kapasitas manusia.

Abdya,  18 Juni 2014

Iin Supardi, SS, M.E.I

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 1435 H bertepatan dengan 2014 M, Dewan Da’wah Aceh kembali melaksanakan program tebar qurban, dengan tema tebar qurban untuk daerah terpencil dan untuk kaum dhuafa.
Prosesi penyembelihan hewan qurban serentak dilaksanakan pada Hari Minggu, tanggal 5 Oktober 2014 di tiga tempat; Markaz Dewan Da’wah Gampong Rumpet Krueng Barona Jaya Aceh Besar, Pesantrean Hidayatullah Gampong Nusa Lhok Nga dan Kabpaten Aceh Barat Daya.

Jumlah hewan qurban yang disembelih 5 ekor Sapi Qurban; masing-masing di Markaz Dewan Da'wah Gampong Rumpet sebanyak 3 ekor, di Abdya satu ekor dan di Pesantren Hidayatullah 1 ekor. Hewan Qurban tersebut adalah 1 ekor sumbangan dari Pengurus dan Simpatisan Dewan Da'wah Aceh yang ada di Aceh dan Luar Negeri (2 org Keluarga Besar Dewan Da'wah di London), 1 ekor berasal dari dua keluarga Orang Aceh yang berada di Malaysia dan bekerja di Timor Laste. selebihnya, satu ekor sumbangan Keluarga Besar Abdullah Agaos Semarang melalui BMH Hidayatullah Semarang (disembelih di Pesantren Hidayatullah Gampong Nusa Lhoknga Aceh Besar), 1 ekor sumbangan dari Yayasan dari Turki dan 1 ekor lagi sumbangan pegawai Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitusalam.

Dewan Da'wah Aceh mengucapkan terima kasih kepada segenap donatur dan semua pihak yang telah menyukseskan program Tebar Qurban Bersama Dewan Da'wah, semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah Swt, dan dapat kita tingkatkan di masa-masa mendatang.

MENJELANG Pemilu umat Islam kerap dihadapkan pada perdebatan hukum pemilu. Tidak jarang, diskusi itu berlanjut pada perdebatan panas yang merenggangkan ukhuwah.

Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Syuhada Bahri, mengatakan, umat Islam harus saling menghargai pada pilihan masing-masing. Kelompok Golput menghargai yang memilih, begitupun sebaliknya.

“Golput itu hak mereka. Umat Islam yang memilih harus menghargai sikap mereka. Ini soal perbedaan pemahaman atau khilafiyah. Dan yang Golput juga harus menghargai umat Islam yang memilih,“ terangnya kepadaIslampos, Senin (27/5).

Namun kalau umat Islam memilih, kata Syuhada, kita bisa mengingatkan penguasa. Dia khawatir kalau umat Islam Golput justru memberikan peluang kepada orang lain untuk menghentikan jalan dakwah kita. Sebab berdasarkan pengalaman, Syuhada dan kawan-kawan pernah mengalami itu.

“Mungkin yang Golput belum merasakannya. Namun yang jelas sikap DDII adalah tidak Golput,” tutupnya. [andi/Islampos]

http://www.islampos.com/ddii-golput-dan-tidak-golput-harus-saling-menghargai-112320/

Oleh Suhrawardi K Lubis
Secara tradisional, pemahaman masyarakat apabila disebut wakaf terus tertuju kepada sebidang tanah yang dipergunakan untuk lahan pekuburan, masjid atau madrasah.Belakangan ini, berkembang kembali kajian mengenai wakaf uang. Perkembangan ini didasari antara lain pemikiran tentang pemanfaatan harta wakaf secara produktif.

Kajian wakaf produktif ini telah banyak dilakukan, antara lain oleh Forum Zakat (2006) yang menekankan perlunya wakaf dikembangkan secara produktif. Forum Zakat mendapati umat Islam sekarang ini sedang berada dalam keterpurukan kemiskinan yang akut. Oleh karena itu, wakaf yang ada harus ditujukan kepada upaya yang lebih menghasilkan. Forum Zakat juga menegaskan wakaf produktif ini harus memiliki dua visi yang mesti berjalan seiringan, pertama; visi menghancurkan struktur-struktur sosial yang timpang, dan kedua; menyediakan lahan subur untuk menyejahterakan umat Islam.

Begitu juga temuan Tim Penyusun Buku Wakaf Tunai Dalam Perspektif Hukum Islam (2005), tim menekankan pemanfaatan harta wakaf untuk aktivitas ekonomi produktif belum banyak dilakukan. Padahal wakaf memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan umat, terutama sekali dengan konsep wakaf uang. Dapatan kajian di atas hampir sama dengan kajian Mohd Nakhaie (2007) yang berjudul Sistem Wakaf Kontemporari. Nakhaie coba menerangkan tiada halangan syara untuk membangun konsep baru mengenai wakaf. Terutama dalam rangka memudahkan untuk menyusun sistem yang dapat dilaksanakan, agar ibadah wakaf lebih bermakna, dan tujuan wakaf dapat dicapai.

Rabu (18/6/14) Pengurus Wilayah Dewan Dawah Aceh diterima di ruang tamu Kodam Iskandar Muda dalam rangka audiensi. Hadir dalam pertemuan tersebut Ketua Umum Dewan Da’wah Aceh beserta jajaran dari Ketua Majlis Syura (Prof. Dr. Iskandar Usman, MA), pengurus harian (Said Azhar, Nazar Idris, MP, Jamaluddin, MA, Dr. Abizal Yati, Lc, MA, Enzus Tinianus, SH, Murdani Amiruddin) dan dari Dewan Pakar (Dr. Sofyan A. Gani, MA, Dr. Iskandar Budiman, MCL). Sementara dari Kodam Iskandar Muda dihadiri langsung oleh Pangdam Mayjen Pandu Wibowo yang didampingi oleh Kadit Bintal Kolonel Abu Hasan, Letkol Fauzi (Aster Kodam), yang membidangi intelijen (Mayor Iskandar) dan beberapa petinggi Kodam lainnya.

Pertemuan yang berlangsung akrab tersebut diawali dengan ta’aruf tim dari Dewan Da’wah Aceh, dan dilanjutkan dengan memperkenal sejarah lahirnya Dewan Da’wah dan program yang menjadi fokus kerja Dewan Da’wah. Selanjutnya Ketua Umum Dewan Da’wah Aceh, Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL., MA, menyampaikan program yang sudah, sedang dan akan dikerjakan oleh Dewan Da’wah Aceh. Di antara progam yang menjadi prioritas pada tahun ini adalah upaya pendiri Akademi Da’wah Indonesia (ADI) dalam rangka proses pengkaderan untuk melahirkan da’i-dai yang siap pakai dan bersedia terjun ke lapangan untuk mengemban tugas da’wah. Kecuali itu, pihak Dewan Da’wah juga menyatakan siap bekerjasama dengan jajaran Kodam Iskandar Muda khususnya dalam program bintal dan pembinaan keagamaan untuk prajurit di lingkungan Kodam Iskandar Muda, serta dalam rangka bakti sosial yang sering dilakukan oleh TNI. Khusus untuk program ADI, Dewan Da’wah Aceh meminta kepada Pangdam agar dapat membantu program ini sesuai dengan kemampuan dan ketentuan yang ada.

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya jadwal audiensi dengan gubernur Aceh yang disampaikan oleh Pengurus Wilayah Dewan Da’wah Aceh terkabulkan. Melalui staf ahli bidang hukum dan Politik, Tgk. Adli Abdullah, MCL, pertemuan tersebut dillaksanakan di Meuligoe Gubernur Aceh, Selasa (19/8) pagi.

Rombongan Dewan Da’wah Aceh sejumlah enam orang, Dr. Tgk. H. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL, MA, selaku Ketua Umum, didampingi oleh Dr. H.Muhammad AR, M.Ed, Drs. Zulkarnain Gamal, Drs. Bismi Syamaun, Tgk. Jamaluddin,MA dan Said Azhar selaku sekretaris umum. Sementara Gubernur didampingi oleh Kepala Biro Isra Serta Aceh, Drs. Ilyas Nyak Tuy, pejabat bagian Humas, staf pribadi, Tgk. Muzakkir Hamid serta Staf Ahli bidang Politik dan Hukum.

Dalam pertemuan tersebut, di samping silaturrahmi, Dewan Da’wah Aceh juga menyampaikan beberapa program kerja yang sudah dan sedang dikerjakan, seperti pembinaan muallaf di daerah perbatasan bekerjasama dengan Baitul Mal Aceh, sosialisasi Syari’at Islam melaui talk show kerjasama dengan Dinas Syariat Islam, pembinaan remaja dan mahasiswa secara berkala, juga memfasilitasi pendidikan untuk anak-anak muallaf di pesantren-pesantren terpadu yang ada di Aceh dan di Pulau Jawa, serta pengiriman mahasiswa S1 ke Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah (STID) Mohammad Natsir di Jakarta dan S2 ke UIKA (Universitas Ibnu Khaldun) Bogor dalam rangka program kaderisasi ulama kerjasama dengan Baznas.

Sementara program yang prioritas saat ini adalah mendirikan Akademi Da’wah Indonesia (ADI) di Markaz Dewan Da’wah di Gampong Rumpet. Peserta program ini adalah anak-anak fakir miskin dan muallaf di daerah perbatasan yang tidak memiliki kemampuan untuk melanjutkan pendidikan. Mereka dididik selama dua tahun di ADI , kemudian dikirim ke STID Mohammad Natsir untuk melanjutkan program S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Saat ini sudah 13 mahasiswa yang sedang mengikuti program ADI.

Mengisi suasana bulan Syawal 1435 H / 2014 M Pengurus Wilayah Dewan Da’wah Aceh menggelar silaturrahim dengan sesama pengurus dan majlis syura melalui acara Halal bi Halal di Masjid Dewan Da’wah Gampong Rumpet Krueng Barona Jaya Aceh Besar, Minggu (17/8). Acara ini diawali dengan gotong royong, dilanjutkan dengan makan siang bersama dan temu ramah antara pengurus dengan majlis syura.

Dari kalangan majlis syura Dewan Da’wah Aceh hadir Prof. Dr. Iskandar Usman, MA, selaku ketua, Prof. Dr. M. Hasbi Amiruddin, MA, dan beberapa founding father/pendiri Dewan Da’wah Aceh, di antaranya Tgk. Muhammad Yus, Miswar Sulaiman, Zulkifli Amin. Sementara pengurus hadir dari jajaran pengurus harian dan masing-masing bidang.

Dalam temu ramah tersebut, Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, sebagai ketua umum Dewan Da’wah Aceh periode 2011-2015, menyampaikan beberapa hal hasil Rakernas Dewan Da’wah tahun 2014, yang menjadi fokus Dewan Da’wah saat ini baik di pusat maupun provinsi.

Adapun program kerja saat ini adalah; Pertama, Konsolidasi Organisasi Da’wah, dengan target pengurus Dewan Da’wah harus terbentuk dan aktif di semua provinsi di Indonesia, dan ini menjadi tugas pengurus pusat. Sementara tugas Pengurus Wilayah, memastikan terbentuk dan aktifnya Pengurus Daerah di Kabupaten/Kota, dan seterusnya sampai kecamatan. Kedua, Kemandirian Organisasi/Da’wah, langkah ini dilaksanakan dengan membentuk unit usaha, pengumpulan dana melalui ZIS, wakaf tunai/produktif dll dengan sasaran dapat membiayai program-program da’wah di wilayah yang bersangkutan. Ketiga, Pengkaderan, baik informal maupun melalui jalur formal. Di Pusat saat ini sudah ada program pendidikan dari TK sampai dengan program sarjana (milik sendiri) sementara untuk program pascasarjana dan doctoral, dalam rangka kaderisasi ulama, masih bekerjasama dengan beberapa universitas seperti Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, UMJ Surakarta dengan sponsor Baznas.