Oleh Dr. Muhammad AR. M.Ed
Salah satu amal ibadah yang sangat berguna, di dalam Islam, baik di dunia maupun di akhirat adalah sedeqah. Ada beberapa ayat al-Qur’an dan Hadist Nabi saw yang mengelaborasikan tentang manfaat sedeqah. Namun, ada anggapan sebagian orang kalau mau bersedekah harus kepada yang membutuhkannya, seperti kepada orang fakir, orang miskin, untuk pembangunan masjid, pembangunan tempat pengajian dan pendidikan Islam serta yang sejenisnya. Jarang sekali orang berniat memberi sedekah kepada orang kaya, kepada pelaku maksiat, kepada pencuri, kepada pelacur, kepada orang kafir dan kepada orang yang tidak membutuhkannya. Karena kebanyakan orang berpikir bahwa memberi sedeqah kepada orang-orang yang tersebut tadi tidak tepat sasaran alias pahalanya berkurang, atau tidak memperolehnya sama sekali karena mereka bukan orang yang pantas menerimanya.
Namun apa yang terjadi ketika seseorang yang sangat ikhlas memberikan sedekah tanpa melihat siapa yang akan menerimanya, kepada siapa sedekahnya akan mengalir atau diberikan, dan bagi orang seperti ini hal tersebut tidak penting karena tugas ia adalah memberi sedekah dengan penuh harap akan redha Allah swt. Ternyata dengan nawaitu keihklasan dan mencari keredhaan Allah, maka Allah-pun akan menampakkan manfaat memberi sedekah sebagaimana diperjelas dalam salah satu Hadis Rasulullah saw berikut ini.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah bersabda: “Seseorang berkata, “Aku akan bersedekah”. Ia kemudian mengeluarkan sedekah, tapi ia berikan kepada seorang pencuri. Pada pagi harinya, orang ramai berkata, ‘Seorang pencuri diberikan sedekah oleh seseorang tadi malam.’
Ia kemudian berkata, ‘Ya Allah! Bagi-Mu segala puji. Aku akan bersedekah (lagi).’ Ia kemudian mengeluarkan sedekah, tetapi ia berikan kepada seorang wanita pelacur. Pada pagi harinya, orang ramai berkata, ‘Seorang wanita pelacur diberikan sedekah oleh seseorang tadi malam.’
Kemudian orang itu berkata lagi, ‘Ya Allah! Bagi-Mu segala puji atas (sedekah yang aku berikan kepada) seorang wanita pelacur. Aku akan bersedekah (lagi). ‘Ia kemudian mengeluarkan sedekah lagi, tetapi ia berikan kepada seorang yang kaya. Pada pagi harinya, orang ramai berkata, ‘Orang kaya diberi sedekah tadi malam oleh seseorang.’ Ia kemudian berkata, ‘Ya Allah, Bagi-Mu segala puji atas (sedekah yang aku berikan kepada) seorang pencuri, seorang wanita pelacur dan orang kaya.
Ia kemudian didatangi (seseorang dalam mimpinya), lalu dikatakan kepadanya, ‘Adapun sedekahmu untuk seorang pencuri, mudah-mudahan ia menahan diri dari mencuri. Adapun sedekahmu kepada wanita pelacur, mudah-mudahan ia menahan diri dari perbuatan zina. Dan adapun sedekahmu untuk orang kaya, mudah-mudahan ia bisa memetik pelajaran, lalu menginfakkan sebagian (rezeki) yang Allah berikan kepadanya. (H.R. Bukhari dalam Sahihnya bab Zakat 1421).
Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya bahwa Yazid bin Akhnas menyerahkan uang beberapa dinar kepada seseorang di masjid dan memintanya untuk membagikan uang tersebut kepada yang berhak. Akhirnya anak Yazid: Ma’an datang dan lalu menerima uang tersebut. Ia tidak tahu uang tersebut berasal dari ayahnya. Akhirnya ia datang menemui ayahnya dan si ayah menolak uang tersebut diambil anaknya, Ma’an. Ayahnya berkata, “Bukan untuk kamu yang aku maksudkan sedekah tersebut.” “Akhirnya si anak tersebut melaporkan ayahnya di hadapan Rasulullah saw., lalu beliau bersabda sebagai seorang mufti dan hakim, “Engkau mendapatkan apa yang telah engkau niatkan, wahai Yazid! Dan engkau mendapatkan apa yang engkau terima, wahai Maan. (Shahih Muslim 1422).
Kalau kita sudah berniat untuk memberikan sedekah, maka anggaplah sedekah tersebut pasti diberikan kepada yang berhak menerimanya dan benar-benar membutuhkannya. Oleh karena itu harta yang telah disedekahkan itu sudah diterima oleh yang berhak, tidak ada lagi bersama kita, artinya itu kita sudah menyampaikannya. Jadi tidak perlu diusik atau diungkit-ungkit lagi, karena harta kita yang tinggal adalah itulah yang telah kita infakkan dan sedekahkan dan inilah saham kita yang akan kita ambil kembali di hari kiamat kelak. Demikian pula para guru, para ustad, para teungku, para dosen, para pendidik yang telah mentransfer ilmunya kepada murid-murid, siswa, dan mahasiswa, semoga inilah ilmu yang bermanfaat yang salah satu pertanyaan dalam alam Barzakh atau alam kubur adalah tentang ilmu yang bermanfaat. Mudah-mudahan segala ilmu yang diajarkan kepada manusia adalah ilmu yang bermanfaat bagi dirinya, bagi keluarganya, dan bagi masyarakat banyak. Dan inilah salah satu jawaban untuk malaikat Munkar dan Nakir di alam kubur nanti tentang al-ilmu yuntafa’u bihi.
Wahai diriku, dan saudara-saudaraku seiman dan seakidah camkanlah ada dua hal yang akan diminta oleh orang meninggal dan orang kafir ketika mereka telah mati. Allah menyebutkan dalam al-Qur’an yang artinya bahwa manusia ketika manusia meninggal dunia, ia meminta kepada Allah swt untuk dikembalikan ke dunia untuk beramal salih dan untuk bersedekah. Namun ini adalah permintaan-permintaan yang kedaluarsa yang sama sekali tidak mungkin terjadi menurut ilmu Allah sebab kita telah diberi waktu yang cukup untuk berpikir, berbuat, merenung, melihat, dan menyelidiki kebenaran Ilahi. Makanya sesuai dengan makna salah satu Hadis Nabi saw yaitu “jagalah yang lima sebelum datang lima hal; jagalah masa mudamu sebelum datang masa tuamu; jagalah masa sehatmu sebelum datangnya sakit; pergunakanlah waktu lapang sebelum datangnya waktu sempit; jagalah ketika kamu kaya sebelum datang masa papa (miskinmu); dan jagalah hidupmu sebelum datang kematianmu.
Waktu masih tersedia dan hartapun masih ada walau sedikit, para penerima sedekah ataupun bantuan masih ada, sebab ketika akhir zaman manusia semua manusia sudah kaya dan makmur sehingga orang-orang pergi ke seantero dunia untuk memberikan sedekah kepada orang, namun pada saat itu semua orang menolak sedekah atau bantuan karena mereka semua sudah berkecukupan. Tunggulah akan datang masa tersebut sebelum kiamat tiba! Janganlah menunggu hingga mata hari keluar dari arah barat. Karena pada waktu itulah segala amal tidak diperhitungkan lagi.
Dalam syarahan ayat 99-100 Surat Al-Mukminun para mufassirin menjelaskan bahwa ada beberapa kesempatan manusia memohon sangat kepada Allah agar dikembalikan ke dunia. Pertama ketika manusia sedang sakratul maut (diambang kematian); kedua ketika hari berbangkit; ketiga ketika hari manusia dibariskan dihadapan Allah Yang Maha Perkasa sambil menunggu keputusan apakah ke neraka atau ke sorga; keempat ketika manusia digiring ke neraka; dan kelima ketika manusia tenggelam di tengah kobaran api neraka. Inilah penyesalan yang tidak ada guna sama sekali, oleh yang demikian marilah kita saling mengingatkan akan peristiwa dahsyat ini, mudah-mudahan kita dan sanak keluarga kita serta semua rakan-rakan kita yang muslimin dan muslimat terbebas dari semua itu.
Saya akhiri tulisan ini dengan mengutip salah satu Hadis Raulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Al-Hakim, Ibn Hibban dan Al-Baghawi yang atinya: “Barangsiapa yang mencintai dunia, akan menimbulkan mudharat terhadap akhiratnya, dan barangsiapa mencintai akhiratnya, akan menimbulkan mudharat terhadap dunianya. Maka hendaklah kalian lebih mementingkan yang kekal dari yang fana.” Dalam bahasa yang lugas bisa kita maknai bahwa akhirat sudah jelas tujuannya dan sudah jelas pula balasan yang diperbuat seseorang. Akhirat itu pasti dan apa yang ada di dunia ini semuanya akan sirna, karena itu kejarlah kepastian dan kebenaran sebab ini pasti berlaku, dan tinggalkan keragu-raguan dan ketidakpastian—-dunia.
Penulis adalah Ketua Dewan Dakwah Aceh