Suatu ketika seorang ulama shalih yang bernama Ibrahim bin Adham, berada di kota Basrah. Orang-orang Basrah mendatanginya dan duduk bersamanya untuk mendiskusikan berbagai masalah agama. Ada sebuah diskusi yang mengarah kepada mekanisme berdoa kepada Allah agar dikabulkan. Mereka selama ini senantiasa berdoa kepada Allah, namun rasanya semua permohonan dan permintaan tersebut belum dikabulkan oleh Allah SWT. Mereka bertanya kepada sang ulama itu, “Wahai Syaikh, apa penyebabnya doa seseorang tidak dikabulkan oleh Allah SWT? Dimana letak kekurangannya atau kesalahannya? Strategi dan pendekatan apa yang harus kami lakukan semoga Allah mengabulkan doa kami? Inilah model orang-orang yang masih tahu diri dan belum terlambat untuk belajar dan bertanya kepada orang yang ahli (para ulama).
Kemudian Syaikh Ibrahim bin Adham menjawab, “Wahai penduduk Basrah, ada beberapa sebab mengapa Allah tidak mengabulkan doa seseorang. Menurut beliau adalah karena hati kita mati dalam sepuluh perkara.” Marilah kita lihat satu persatu apa gerangan doa-doa kita terlewatkan sehingga bala bencana covid-19, tsunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir dan angin yang sangat kencang semakin merajalela di tengah-tengah masyarakat kita tanpa mengenal kompromi, apakah ia rakyat kecil, pejabat tinggi, orang kaya, orang miskin, petugas kesehatan (medis), petugas kebersihan, pemungut sampah, Presiden, Gubernur, Bupati, Walikota, anggota TNI dan anggota Polri semuanya terhinggapi wabah yang berbahaya itu jika Allah berkehendak.
1. Semua kita mengenal Allah, namun kita enggan menunaikan hak Allah swt. Tanyalah kepada diri sendiri apakah kita sudah menunaikan semua hak Allah? Bagamana shalat kita (shalat sunat qabliyah dan ba’diyah, sunat zuha, shalat malam, witir, dan shala suant lainnya), zakat kita, puasa kita termasuk puasa-puasa sunat, haji bagi yang sudah mampu, sadaqah kita terhadap fakir miskin dan kepada yang membutuhkannya, dan sejauh mana pengorbanan kita terhadap agama Allah, syariat Allah dan lain-lain hak Allah yang wajib kita tunaikan. Sudahkah kita laksanakan segala apa yang diperintah? Dan sudahkan kita menghindar dari semua larangan-Nya dan bertaubat atas segala kesalahannya.
2. Mungkin semua kita membaca al-Qur’an tetapi tidak mengamalkannya secara komprehensif semua larangan dan suruhan di dalamnya. Banyak perintah al-Qur’an kita tinggalkan, seperti berbuat baik kepada ibu bapak, menolong agama Allah, berbicara yang benar, mengeluarkan zakat, berjihad di jalan Allah, membantu saudara kita di Palestina, membantu Muslim Rohingya, menolong sauadara kita di India, menolong saudara kita di Uyghur, namun sebaliknya malah kita melakukan sesuatu yang dilarang Allah misalnya tidak menjauhi sifat munafik, tidak berhenti dari tindakan sogok menyogok (suap), tidak suka berlaku adil dan jujur, tidak mau meninggalkan kebohongan dan kecurangan, tidak mau bertransaksi secara halal dan diridhai Allah (jauh dari system ribawi), tidak mau menjauhi zina, tidak berhenti melakukan pembunuhan, tidak berhenti melakukan korupsi dan memakan haram.
3. Kita bilang bahwa kita cinta kepada Rasulullah, namun kita sering meninggalkan sunnah-sunnahnya. Memang kita sering shalat lima waktu secara berjamaah di masjid-masjid Allah, lalu bagaimana dengan menjalankan amar makruh nahi mungkar baik secara individu atau secara kelompok, bagaimana dengan memelihara jenggot dan mencukur kumis, apakah kita sudah terbiasa makan dan minum dengan tangan kanan,apakah kita kita juga menjalankan seluruh puasa-puasa sunat selain dari pada puasa bulan Ramadhan, sudahkah kita berpakaian menurut sunnah baginda Nabi saw, sudahkah kita menjalin silaturrahmi dengan saudara kita, orang tua kita, guru kita, pimpinan kita, dan bagaimana dengan penyebaran salam ketika berjumpa sesama muslim, dan begitu pula dengan semua sunnah-sunnah yang lain sudahkan kita kerjakan secara kaffah?
4. Kita haqqul yakin mengaku menjadi musuh setan, namun kadang-kadang kita sepakat dengannya. Banyak ummat Islam, pemimin Islam bersekongkol dengan musuh Allah, kalian menjadikan wali dari kalangan musuh Allah dan musuh agamamu, kalian berhubungan baik dengan musuh Allah dan musuh Nabi saw dan saling bermusuhan dengan sesama muslim, dsb. Kalau kita sepakat setan sebagai musuh, maka kita tidak perlu terlalu baik dan percaya kepada musuh Allah dan musuh Nabi saw karena mereka mengajak kita untuk mengikuti setan. Lihat saja sekarang berapa banyak pemimpin negeri Islam yang berani secara terang-terangan membela saudaranya di Palestina? Muslim Rohingya? Dll.
5. Kita mengatakan mencintai Jannah (sorga), tetapi tidak ada tanda-tanda yang menuju ke arah itu. Kita suka money laundry, suka berjudi, mengundi nasib, membeli togel, minum tuak atau arak serta minuman keras, hati kta penuh dengan kedengkian, iri hati, kita senantiasa terlibat dalam memfitnah, menggosip, mengadu domba, dan mengeluarkan perkataan-perkataan yang sia-sia dan kasar serta perkataan kotor. Kita kadang-kadang jarang bersedekah, berinfak, dan membela orang-orang terdhalimi. Kita sering lupa akan nasib fakir miskin dan anak yatim, enggan berjihad fisabilillah, dan kita tidak lagi berani menyatakan yang salah itu salah, dan yang benar itu benar. Kalau semua ini masih menyatu dalam diri kita, mungkin agak sulit mendapatkan sorga Allah.
6. Kalian takut akan neraka jahannam, tetapi anda bergegas menghampirinya. Kita meninggalkan shalat, kita tidak mau bayar zakat, tidak mau tolong dan memberi makan anak yatim, tidak mau berpuasa baik wajib ataupun puasa sunat, tidak saling memaafkan, dan tidak mau peduli nasib saudara seiman dan seakidah, tidak berlaku adil ketika kita memimpin, dan tidak mau menjalankan syariat Allah baik dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat ataupun dalam kehidupan bernegara.
7. Kita sering mengatakan bahwa mati itu benar terjadi dan setiap orang akan mengalaminya, tetapi kebanyakan di antara kita sedikit sekali persiapan dan bekal yang kita bawa menuju kematian yang pasti itu.. Apakah tiket kita menuju kematian yang husnul khatimah sudah kita siapkan misalnya sadaqah jariyah, amal shalih, sifat pemaaf, shalat berjamaah, akhlak mulia, dan hati yang sejahtera. Sesungguhnya semua para sahabat Rasulullah saw seperti Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Bilal bin Rabah, Usman bin Maz’un, Sa’ad bin Abi Waqasy, Abu Ayyub al-Ansari, Khalid bin Walid, Hamzah bin Abdul Muthalib, Khadijatul Kubra (Khadijah binti Khuwailid), Fathimah binti Muhammad, Sumayyah, Yasir dan Khabab al-Arti, Mush’ab bin Umair, Shuhaib bin Sinan Ar-Rumy, Zaid bin Haritsah, Ikrimah bin Abu Jahal, dll. Insya Allah semua para sahabat Rasulullah sudah menempah tiket ke sorga dengan berbagai macam amal baik mereka secara khusus ketika mereka masih hidup.
8. Kita sering disibukkan oleh aib orang lain, dan sering lupa akan aib sendiri. Membuka aib kaum muslimin adalah sangat dilarang dalam Islam. Semut di seberang lautan nampak kita lihat, namun gajah di pelupuk mata tidak terlihat. Makanya kita dianjurkan Allah dan Rasul-Nya untuk menjaga mulut, kemaluan, mata, telinga, hati, hidung, tangan dan kaki. Kita senantiasa memohon ampun kepada Allah atas segala khliaf dan dosa agar terhindar dari perbiatan-perbuatan tercela dan ternoda.
9. Kita selalu menikmati nikmat Allah dari pagi hingg petang, namun sering lupa mensyukurinya. Bukankah Allah mengingatkan kita “Jika kamu bersyukur, Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu, dan jika kamu kufur, azab-Ku sangat pedih”. Berterima kasih kepada Allah sebagai Khalik adalah wajib bagi manusia, juga berterimakasih kepada ibu bapa, guru, dan juga kepada orang-orang yang telah membantu kita, menolong kita serta berbuat baik kepada kita adalah sangat wajar berterima kasih dengan cara dan metode masing-masing. Ini adalah adanya rasa syukur atau terima kasih. Konon lagi kepada Allah swt yang telah menjadikan kita, menjadikan langit dan bumi dan seluruh isinya.
10. Kita sering terlibat dalam menguburkan mayyit, namun kita kadang-kadang lupa mengambil pelajaran dari-nya. Berapa kali kita sudah mengkhatamkan al-Qur’an selama hidup kita, dan berapa banyak ayat yang sudah sanggup kita hafal? Berapa ribu atau juta tahlil yang telah kita lantunkan, bagaimana dengan shalat malam kita, menjalin silaturrahmi, sedekah, infak, dan puasa wajib dan puasa sunat, shalat berjamaah, mencari ilmu, mengajar manusia dengan ilmu yang bermanfaat, dan mendidik anak-anak dengan ilmu tauhid dan ilmu agama. Semua ini tidak sempat lagi kita lakukan kalau sudah menghadap Allah.
Mungkin itu hanya sekedar sepuluh hal yang sering kita lupakan yang menurut Syaikh Ibrahim bin Adham hal-hal inilah yang menyebabkan hati manusia tertutup sehingga imbasnya ketika kita berdoa kepada Allah kurang direspon oleh-Nya. Memang kalau mekanisme salah, maka tempat yang dituju lama sampainya. Oleh karena itu perbaikilah hati, lembutkan hati dengan al-Qir’an dan perbanyaklah tahlil, takbir, tahmid, dan tasbih sehingga dengan bacaan kalimah tauhid itu maka pintu langit akan terbuka. Salah satu jalan agar doa diterima adalah pengguguran dosa, karena itu tinggalkan semua maksiat, perbanyak minta ampun dan taubat nasuha, insya Allah segala permohonan kepada-Nya akan dikabulkan. Lihat saja, kebanyakan para sahabat Rasulullah dan para ulama diterima doa mereka, misalnya Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali, Sa’ad bin Abi Waqash, Khalid bin Walid, Abu Ubaidah bin Jarrah, Hasan al-Basri, Said bin Musayyab, Sufyan Tsuri, Fudhail bin ‘Iyadh, Zun-nun Al-Mishri, dll.
Kisah yang sangat nampak dan terang benderang adalah Covid-19 yang melanda seluruh dunia tanpa kecuali, bukankah semua umat Islam berdoa kepada Allah agar penyakit ini hengkang dari negeri kita atau negeri mereka masing-masing, namun penyakit tetap penyakit walau berbagai cara dilakukan. Tetapi celakanya ada pihak atau orang yang bisa meraih keuntungan ditengah-tengah musibah tersebut, ini sangat luar biasa karena bisa berfoya-foya dan bersuka ria di tengah-tengah orang-orang sedang menderita dan penuh kewaspadaan serta ketakutan.
Ternyata banyak pihak, termasuk pemerintah pada waktu itu seolah-olah Covid-19 itu jangan dulu berakhir karena penjualan obat dan alat-alat medis masih banyak tersisa. Artinya anggaran untuk menangani wabah itu masih banyak tersisa, rakyat terkurung dan malah dipaksa tinggal di rumah masing-masing walaupun kebutuhan mereka sangat tidak mencukupi. Nampaknya ada dua keinginan yang berbeda di antara manusia, yang satu dengan wabah bisa mendapat banyak keuntungan, yang satu lagi sangat menderita. Doapun ada dua jenis, yang satu memohon hengkangnya penyakit dan yang satu lagi berdoa biar saja penyakit ini eksis karena dapat menguntungkan dari segi ekonomi dan finansial. Coba kita bayangkan kalau kita sebagai penerima doa, apa yang akan kita pertimbangkan? Karena ini Allah azzawajalla pemilik alam dan penguasa langit dan bumi, maka Allah akan melihat betapa munafiknya manusia, dan betapa biadabnya manusia dalam melanggengkan kekuasaannya, dan dalam memperkaya diri dengan cara apapun asalkan dapat menambahkan pendapatan, kekayaan dan kedudukan.
Mungkin karena persolan tarik ulur antara pebisnis dan rakyat jelata atau para pembela rakyat, maka seolah-olah bencana yang kita rasakan tiadk mau hengkang dari negeri kita karena masih banyak orang yang mengundangnya atau mempertahankannya. Jadi, Allah akan mengabulkan doa orang yang memintanya. Namun sesuai dengan keputusan-Nya, doa orang-orang yang bermohon insya Allah akan diqabulkan sesuai dengan kehendak-Nya dan masanya. Karena persoalan masa dan diterimanya doa kita, tidak ada yang memiliki pengetahuan tentang itu karena ini berada dalam ilmu Allah. Oleh karena itu perbanyaklah doa dan kesabaran karena orang-orang yang sabar, ikhlas, dan penuh harap terhadap Allah akan menerima hasilnya sesuai dengan masa yang telah ditentukan Allah.
Penulis:
Prof.Dr. Muhammad AR. M.Ed
Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Aceh
emharahmani48@gmail.com