Afrizal Refo, MA

Isra’ Mi’raj Sebagai Momentum Perbaiki Kualitas Ibadah Shalat


Oleh Afrizal Refo, MA (Dosen PAI IAIN Langsa, Sekretaris Dewan Da’wah Kota Langsa)

Isra’ Mi’raj sebagai momentum memperbaiki kualitas ibadah shalat, Shalat merupakan salah satu ibadah yang paling utama dalam hubungan antara manusia dengan Allah SWT.

Shalat juga merupakan ibadah yang pertama kali diperiksa oleh Allah SWT. Baik ibadah shalat kita maka baik pula ibadah yang lain sehingga ibadah Shalat menjadi tolok ukur bagi kita sebagai hamba-Nya.

Shalat memiliki kedudukan yang sangat penting dan mendasar dalam Islam, yang tidak bisa disejajarkan dengan ibadah-ibadah yang lain.

Kita sebagai umat Islam berkewajiban untuk mengerjakan shalat lima waktu dalam sehari semalam. Kewajiban ini ditanggungkan oleh Allah kepada hamba-Nya ketika terjadinya peristiwa besar Isra mikraj. Kita mungkin dalam mengerjakan shalat masih belum khusyuk, tergesa – gesa. Bahkan banyak dari kita yang terbiasa menunda – nunda waktu shalat. Banyak juga dari kita yang mengesampingkan keutamaan shalat berjamaah. Oleh karena itu, peringatan Isra mikraj bisa kita jadikan momentum untuk memperbaiki kualitas shalat lima waktu kita.

Shalat adalah rukun Islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat. Shalat ini mencakup berbagai macam ibadah, seperti : dzikir kepada Allah, membaca Alquran, berdiri menghadap Allah, rukuk, sujud, do’a, tasbih dan takbir.

Allah SWT berfirman,

“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”(QS. An-Nisa : 103).

Terdapat sebagian fenomena yang patut disayangkan, yaitu adanya sebagian orang yang masih dengan mudah meninggalkan shalat tanpa ada rasa bersalah sedikitpun baik dikalangan remaja, dewasa dan juga orang tua, selain itu juga ditemukan orang yang sakit masih tidak melaksanakan shalat kecuali dia akan shalat diwaktu sembuh dari sakitnya. Padahal Allah telah memberikan rukhsah kepada hamba-Nya untuk mengerjakan shalat lima waktu dalam berbagai kondisi baik itu waktu perjalanan, sakit maupun peperangan sekalipun.

Melihat fenomena diatas ini adalah kesalahan yang sangat besar, jika banyak kaum muslimin telah meninggalkan shalat karena ketidaktahuannya dan sikapnya yang tidak bertanya kepada orang yang mengetahui ilmunya.

Allah SWT berfirman,

“Maka,bertawakalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.’’ [At-Taghabun: 16].

Sejarah Isra dan Mikraj

Dalam kitab Sirah Nabawiyah ar-Rahiq Al-Maktum karya Syeikh Syafiyurrahman Al-Mubarakfuri disebutkan tentang kisah Isra Miraj yang dialami Nabi Muhammad SAW. Dalam peristiwa Isra Mi’raj tersebut ada sebuah kisah tentang sejarah diperintahkan shalat lima waktu.

Shalat wajib bagi umat Islam adalah lima waktu dalam satu hari. Tapi, awalnya, Nabi Muhammad mendapatkan perintah dari Allah tersebut bukan lima waktu, melainkan 50 waktu.

Lima waktu shalat adalah bentuk dispensasi shalat dari Allah SWT, lantas bagaimana kisahnya?

Isra mi’raj sendiri terjadi pada 27 Rajab di masa kesepuluh kenabian. Dalam perjalanan tersebut Nabi diperlihatkan oleh Allah SWT betapa indahnya surga, lengkap dengan pelbagai hal yang membuat bahagia. Beliau juga diperlihatkan kondisi neraka, lengkap dengan kejadian mengerikan yang dialami oleh mereka yang mendapatkan

Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad pada malam hari dari Mekah menuju Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa di Palestina. Sementara Mikraj adalah perjalanan Nabi diangkat menuju langit ketujuh, Sidratul Muntaha, langit tertinggi yang tak dapat dijangkau oleh makhluk apa pun dan berjumpa dengan Allah SWT.

Perjalanan yang sangat jauh itu dialami Rasulullah dalam waktu yang sangat singkat. Ayat Al Quran yang membenarkan perjalanan Isra Miraj tersebut salah satunya Surat Al Isra ayat 1, Allah SWT berfirman:

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Israa:1)

Melihat perjuangan dan pengorbanan nabi Muhammad SAW dalam momentum Isra’ Mi’raj ini, semoga kita dapat meningkatkan kualitas ibadah shalat kita sebaik mungkin, sehingga dapat meningkatkan takwa kepada Allah swt.

Dari ulasan diatas sudah seharusnya sebagai seorang muslim kita harus menaruh perhatian yang sangat besar dalam menjalankan Shalat dengan sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab, dan bukan sekedar rutinitas atau penggugur kewajiban.

Dengan demikian kita akan menjadi orang-orang yang akan mewarisi surga Firdausnya Allah dan Insya Allah kekal di dalamnya. Aaminn.

Fenomena Lato Lato, Sejarah dan Dampaknya


Oleh Afrizal Refo, MA

Fenomena Lato Lato, Baru-baru ini permainan anak lato-lato tengah viral di berbagai media sosial terlebih di akun TikTok. Salah satu permainan tradisional ini banyak dimainkan oleh berbagai kalangan masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa.

Awalnya permainan ini hanya terlihat biasa saja, namun dari teknik bermainnya akan membuat seseorang ingin mencoba lagi dan bahkan diperlombakan, yang bisa membunyikan paling lama akan menjadi pemenang.

Aneh memang, hampir seluruh Indonesia khususnya Aceh, baik di kota maupun desa semuanya memainkan permainan Lato-lato tersebut, sehingga tidak heran kita terus mendengarkan bunyi tok-tok-tok tersebut dimana-mana.

Memang sebagian orang mengatakan bahwa dengan adanya permainan Lato-lato ini, terdapat banyak manfaatnya diantaranya melatih konsentrasi dan kesabaran.

diantara manfaat lainnya adalah anak-anak sudah bermain Lato-lato dan mereka sudah jarang memainkan hp jenis game FF, PUBG, maupun Mobile Legend.

Meskipun demikian, masih ada dikalangan remaja maupun dewasa yang memainkan jenis permainan tersebut yang membuat kelalaian dan menghabiskan waktunya untuk hal yang tidak bermanfaat.

Dilihat dari sejarahnya, ternyata permainan Lato-lato ini sudah ada sejak tahun 1960-an hingga 1970-an yang dipopulerkan di belahan dunia seperti Eropa dan Amerika Serikat.

Di negara asalnya permainan tersebut bernama clackers, click-clacks, atau knockers.

Dahulu terbuat dari kaca kemudian lambat laun berubah jadi kayu dan atom.

Permainan Lato-lato ini sempat dilarang dinegara tersebut karena mengandung bahan kimia maupun radioaktif serta mudah terbakar.

Tiga tahun kemudian, kewenangan tersebut diperluas, yakni dengan melarang penjualan mainan clackers di pasaran. Permainan yang awalnya dipasarkan sebagai cara untuk mengajari anak-anak koordinasi tangan dan mata itu bisa menjadi proyektil, sehingga dikeluarkan peringatan untuk mencegah kebutaan.

Dan kini entah siapa yang memulai dan mempopulerkan permainan Lato-lato tersebut di Indonesia khususnya Aceh.

Efek Lato Lato

Adapun efek dari Lato-lato tersebut yakni suara yang dihasilkan dua bandul tersebut telah merambah sampai ke sekolah, para siswa membunyikan ketika di Sekolah dan bahkan saat pelajaran sedang berlangsung sehingga menimbulkan kebisingan.

Selain itu, ada juga yang mengalami benjol di dahi karena terkena lato-lato bahkan sampai menjerat leher dan belum lagi ada yang talinya putus sehingga terkena orang lain atau pecah kaca, sehingga membuat suasana belajar pun menjadi kacau.

Baru-baru ini, viral lato-lato kena mata seorang bocah berinisial AN di Kubu Raya, Kalimantan Barat. Usai bermain dari rumah temannya, AN pulang dengan luka dibagian mata setelah terkena serpihan bola lato-lato. Hal tersebut mengakibatkannya harus menjalani operasi mata lantaran terluka di bola matanya.

Maka oleh karena itu, perlu dari pihak pemerintah terkait untuk memperhatikan dan mengatasi jenis permainan ini untuk tidak menyebar kemana-mana.

Dan sebaiknya tidak memainkan lagi permainan tersebut dan harapannya permainan Lato-lato ini bisa dibatasi sehingga tidak menyebabkan hal-hal yang buruk terjadi.

Penulis adalah Dosen Pendidikan Agama Islam IAIN Langsa, dan Sekretaris Umum Dewan Dakwah Kota Langsa.

Besarnya Manfaat Istighfar

Oleh: Muhammad Syafi’i Saragih, M.A

Bisakah membuat perubahan dengan istighfar?. Mungkin sebagian orang akan mempertanyakan bagaimana kalimat-kalimat istighfar dapat mengubah sesuatu. Tetapi, sebagian orang yang memiliki kepercayaan yang tinggi, tanpa ragu, mereka yakin hal itu. Sekarang, bagaimana istighfar dapat mengubah segalanya?.

Mungkin juga sebagian orang berpikir, kalaupun istighfar dapat membuat perubahan, pasti itu perubahan kecil. Akan tetapi, sesungguhnya istighfar dapat membuat perubahan yang sangat dahsyat, bahkan ketika langit akan pecah dan runtuhpun, dengan kekuatan istighfar, Allah menahan hal itu, sehingga selamatlah manusia.

تَكَادُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ يَتَفَطَّرْنَ مِن فَوْقِهِنَّ ۚ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِمَن فِى ٱلْأَرْضِ ۗ أَلَآ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

Artinya: “hampir saja langit itu pecah dari sebelah atas (karena kebesaran Tuhan) dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhan-nya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Penyayang. (Q.S. As-Syura: 5)

Dengan kekuatan istighfar yang dimohonkan oleh malaikat, manusia yang ada di bumi selamat dari pecahnya langit. Bayangkan, jika langit pecah berhamburan dan jatuh ke bumi, bukankah itu berarti pertanda kiamat besar?

Bukankah itu pertanda akhir dari segala kehidupan? Bukankah itu berarti kita akan terpisah dari anak dan isteri? Ayah dan ibu, sanak saudara, dan terpisah dari segala sesuatunya yang pernah kita miliki?

Jika istighfar mampu memberikan dampak yang luar biasa bagi peristiwa alam seperti itu, tentu istighfar lebih mampu lagi memberi dampak perubahan pada diri seseorang. Perubahan dari melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk menjadi kebiasaan-kebiasaan baik.

Oleh karenanya, mulailah dengan membiasakan diri senantiasa beristighfar kepada Allah Swt sang pemilik jiwa, kapanpun dan dimanapun, pada setiap kesempatan, basahilah bibir dengan kalimat-kalimat istighfar sebagai ungkapan permohonan ampun kepada-Nya.

Memang, bacaan Istighfar “Astaghfirullah” atau lengkapnya “Astaghfirullahhal’azim” adalah kalimat yang sangat pendek dan bisa diucapkan dengan mudah. Namun demikian, jika dibaca secara rutin dalam setiap waktu dan kesempatan, lebih-lebih sehabis melaksanakan shalat akan memberikan dampak yang luar biasa bagi pelakunya. Berikut ini beberapa kedahsyatan istighfar;

  1. Mengangkat derajat seseorang di surga

Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat seorang hamba di surga. Hamba itu berkata, “Wahai Allah, dari mana saya dapat kemuliaan ini?” Allah berkata “Karena istighfar anakmu untukmu.” (HR.Ahmad dengan sanad hasan).

  1. Menjadi sebaik-baik orang yang bersalah

Rasulullah bersabda,”Setiap anak Adam pernah bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang segera bertaubat.”(HR.Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Hakim)

  1. Menjadi hamba Allah yang sejati

Allah berfirman,”Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Yaitu) orang-orang yang berdo’a: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,” (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap ta’at, yang menafkahkan hartanya (dijalan Allah), dan yang memohon ampun (beristighfar) di waktu sahur.” (Q.S. Ali Imran: 15-17)

  1. Terhindar dari sifat zalim

Allah berfirman,”Barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (Q.S. Al-Hujurat: 11)

  1. Memperoleh rahmat dari Allah Swt

FirmanNya, “Hendaklah kalian meminta ampun (beristighfar) kepada Allah Ta’ala, agar kalian mendapat Rahmat” (Q.S. An-Naml :46)

Dalam firman-Nya yang lain; “Maka Aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampun (beristighfar) kepada Rabb kalian, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan dengan lebat, dan akan membanyakkan harta dan anak-anak kalian, dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untuk kalian sungai-sungai.” (Q.S. Nuh:10-12)

  1. Mengecewakan Syaitan Dan Membuat Syaitan Putus Asa

Sesungguhnya syaitan telah berkata, “Demi kemulian-Mu ya Allah, aku terus-menerus akan menggoda hamba-hamba-Mu selagi roh mereka ada dalam badan mereka (masih hidup). Maka Allah menimpalinya,”Dan demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku senantiasa mengampuni mereka selama mereka memohon ampunan (beristighfar) kepada-Ku” (HR. Ahmad dan al-Hakim)

Ali bin Abi Thalib pernah didatangi oleh seseorang,”Saya telah melakukan dosa. “Bertaubatlah kepada Allah, dan jangan kamu ulangi”, kata Ali. Orang itu menjawab, Saya telah bertaubat, tapi setelah itu saya berdosa lagi. Ali berkata, “Bertaubatlah kepada Allah, dan jangan kamu ulangi.” Orang itu bertanya lagi, Sampai kapan? Ali menjawab, Sampai syaitan berputus asa dan merasa rugi.” (Kitab Tanbihul Ghafilin: 73).

  1. Dosa-Dosanya Diampuni

Rasulullah bersabda, “Allah telah berkata, Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian pasti berdosa kecuali yang Aku jaga. Maka beristighfarlah kalian kepada-Ku, niscaya kalian Aku ampuni. Dan barangsiapa yang menyakini bahwa Aku punya kemampuan untuk mengampuni dosa-dosanya, maka Aku akan mengampuninya dan Aku tidak peduli (beberapa banyak dosanya).” (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi)

Imam Qatadah berkata, “Alquran telah menunjukkan penyakit dan obat kalian. Adapun penyakit kalian adalah dosa, dan obat kalian adalah istighfar.” (Kitab Ihya Ulumiddin: 1/410)

  1. Terbebas dari Azab Allah

Istighfar merupakan sarana yang paling pokok untuk membebaskan diri dari adzabnya, sebagaimana firman-Nya, Artinya: “Dan tidaklah Allah Ta’ala akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (Q.S. Al-Anfal: 33)

  1. Selamat Dari Api Neraka

Hudzaifah pernah berkata, “Saya adalah orang yang tajam lidah terhadap keluargaku, Wahai Rasulullah, aku takut kalau lidahku itu menyebabkan ku masuk neraka. Rasulullah bersabda, Dimana posisimu terhadap istighfar? Sesungguhnya, aku senantiasa beristighfar kepada Allah sebanyak seratus kali dalam sehari semalam.” (HR.Nasa’i, Ibnu Majah, al-Hakim dan dishahihkannya).

  1. Mendapat Balasan Syurga

Allah Berfirman; “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan syurga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (Q.S. Ali Imran: 135-136)

  1. Mengusir Kesedihan Dan Melapangkan Kesempitan

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad)

  1. Melancarkan Rezki

Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya seorang hamba bisa tertahan rezkinya karena dosa yang dilakukannya.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah)

  1. Berkepribadian Sebagai Orang Bijak

Seorang ulama berkata,”Tanda orang yang arif (bijak) itu ada enam. Apabila ia menyebut nama Allah, ia merasa bangga. Apabila menyebut dirinya, ia merasa hina. Apabila memperhatikan ayat-ayat Allah, ia ambil pelajarannya. Apabila muncul keinginan untuk bermaksiat, ia segera mencegahnya. Apabila disebutkan ampunan Allah, ia merasa gembira. Dan apabila mengingat dosanya, ia segera beristighfar.” (Kitab Tanbihul Ghafilin: 67)

  1. Membersihkan Hati

Rasulullah bersabda, “Apabila seorang mukmin melakukan suatu dosa, maka tercoretlah noda hitam di hatinya. Apabila ia bertaubat, meninggalkannya dan beristighfar, maka bersihlah hatinya.” (HR. Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Tirmidzi)

  1. Mengikuti Sunnah Rasulullah

Abu Hurairah berkata,”Saya telah mendengar Rasulullah bersabda, Demi Allah, Sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah (beristighfar) dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR.Bukhari)

Itulah beberapa keistimewaan dan kedahsyatan dari istighar. Semuanya merupakan efek istighfar tersebut. Istighfar yang dilakukan berulang-ulang sebanyak mungkin akan memberikan dampak yang luar biasa pada diri kita.

Kalau sebelumnya kita memiliki kebiasaan tidak perduli dengan orang lain, terutama mereka yang membutuhkan, dengan kalimat istighfar yang menghunjam dalam hati, kita akan lebih bermanfaat bagi orang lain karena telah memilki hati yang lebih bersih dari sebelumnya.

Tidak ada kerugian sedikitpun dengan istighfar. Sebaliknya, perubahan yang dahsyat menjadi hasil yang sepadan. Masihkah kita mengabaikan istighfar? Mengapa kita tidak memulainya dengan segera.

Kapan lagi kita meluangkan waktu untuk menghadap kepada sang Khaliq, memohon ampunan dari-Nya, merendahkan diri di hadapan-Nya dengan meletakkan kening di atas tanah dimana kita berasal darinya. (mediadakwah)

Penulis adalah Wakil Ketua DDII Kab. Simalungun, Sumut.

Allah Satu-satunya Tempat Bergantung

Oleh: Muhammad Syafi’i Saragih, M.A

Ketika anda berada dalam suatu tempat, dimana tidak ada satu orangpun yang anda lihat, tidak juga pepohonan dan hewan, anda sendirian, tak terdengar suara apapun, bahkan hentakan kaki semut juga tidak, anda berada dalam kegelapan, pandangan terbatas karena gelapnya, anda seakan jatuh dari tempat yang sangat tinggi, tak ada ranting, tak ada dahan, tak ada sesuatu untuk pijakan. Sanak saudara, handai taulan, kerabat, orang-orang di sekitar anda, tak satupun yang datang padahal anda sudah menjerit memanggil mereka, siapa lagi yang akan anda panggil?. Kepada siapa lagi anda akan bersandar?.

Atau ketika anda berada dalam kejatuhan yang menyakitkan. Usaha anda bangkrut, anda dipecat dari pekerjaan, istri dan anak-anak meninggalkan anda, rumah disita, semua harta tak tersisa, jangankan untuk membeli sesuatu, untuk mendapatkan sesuap nasi bertahan hidup saja tak mampu lagi, hingga semua orang meninggalkan anda, karena anda tak lagi punya apa-apa. Anda menjadi gelandangan di jalanan, anda hanya bisa makan dari sisa-sisa makan orang yang sudah terbuang, anda hanya bisa tidur di emperan, yang kapanpun anda bisa dibangunkan, anda tak bisa lagi berjalan membusungkan dada karena kesombongan, anda tak bisa lagi menunjuk jari untuk memerintah orang, anda tak bisa lagi berkata-kata dan didegarkan, anda tak bisa lagi apa-apa, karena anda sudah menjadi bukan apa-apa. Kepada siapa anda bergantung? Kepada siapa anda akan meminta? Kepada siapa anda akan memasrahkannya?.

Tidak ada tempat untuk hal itu semua kecuali kepada Allah sang pencipta seluruh jiwa dan raga. Tidak ada tempat meminta dan bergantung kecuali kepada-Nya. Bersandarlah kepada-Nya, sebab Dia sebaik-baik tempat sandaran. Jika anda bersandar pada orang lain, ia akan meninggalkanmu, karena manusia akan binasa. Teman yang anda sandarkan diri kepadanya, juga mencari sandaran lain yang kokoh, ketika anda tidak lagi menjadi tempat sandaran yang kuat, ia akan pergi meninggalkanmu. Ketika anda tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ketika anda tidak bisa diandalkan lagi, anda akan dibuang.

Lihatlah para pemain bola profesional, ya, memang mereka bergelimang harta, mereka selalu dipuja dimana pun mereka berada, kehadirannya selalu dinanti bahkan untuk sebuah tanda tangan dan lambaiannya. Mereka akan dibayar dengan harga yang menjulang tinggi karena kemampuannya, tapi perhatikanlah ketika mereka sudah dianggap tak lagi berdaya, mereka dijual dengan harga yang tak seberapa, mereka akan disingkirkan dari klub dimana mereka berada. Hingga satu masa, dimana mereka benar-banar tidak berharga. Apalah artinya harga di mata manusia dibandingkan harga di mata Sang Pencipta.

Begitulah kehidupan ini, ketika anda dianggap mempunyai harga di mata manusia, anda akan dipelihara, dijaga, dipuja, bahkan dilalaikan dari kehidupan nyata. Sebaliknya, ketika harga itu tidak ada pada diri anda, anda “ada” tapi “tiada”.

Oleh karenanya, bergantunglah hanya kepada-Nya. Karena Dia lah yang menciptakan semua tempat bergantung. Bagaimana anda bergantung pada yang sama dengan anda, karena dia juga diciptakan oleh-Nya, sama seperti anda.

Mulai saat ini, biasakanlah untuk tidak bergantung pada selain Allah Swt. Jangan pernah takut ketika anda dalam keadaan susah, jangan pernah ragu kepada-Nya ketika anda ditinggalkan dan sendirian, jangan pernah menyerah ketika semua orang menjauhkan anda, jangan pernah berpikir mengakhiri hidup karena anda bangkrut, jangan pernah mencari jalan yang sesat ketika anda terpaksa. Jangan pernah terbersit sedikitpun dalam pikiran mencari tempat bergantung dan bersandar kecuali kepada-Nya. Dia selalu ada ketika yang lain entah kemana, Dia selalu di sisimu, bahkan ketika anda lupa pada-Nya.

Artinya: “dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (Q.S. Qaf: 16)

Jangan pernah dengarkan bisikan syetan, kalau dia mengatakan “aku punya segalanya”, karena anda sangat memahami kalau mereka musuh yang nyata. Jangan pula bergantung pada harta, karena ia akan sirna, lagipula harta bisa jadi nestapa dan bencana.

Artinya: “dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (Q.S. Al-Anfal: 28)
Berapa banyak keluarga yang terpisah dan bermusuhan hanya karena harta. Merasa karena pembagian tidak merata. Dulunya mesra kini tak tertawa. Hanya karena rakus harta. Rasa yang begitu kuat kepada harta membuat seseorang bergantung kepadanya. Ketika harta itu tidak ada, jiwa menjadi gila.

Tidak ada sedikitpun keuntungan bergantung pada selain-Nya. Dia selalu ada untuk diminta. Segala rasa kecewa, rasa gundah dan gulana hanya akan terobati dengan menghadirkan-Nya dalam jiwa. (mediadakwah)

Penulis adalah Wakil Ketua DDII Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

Dahsyatnya Husnudzan!

Oleh: Muhammad Syafi’i Saragih

Persepsi atau cara pandang itu adalah hasil dari sebuah bentukan pikiran. Apa yang dipikirkan akan menghasilkan sebuah cara sikap, dan cara bersikap itu akan melahirkan cara berperilaku.

Menurut saya muaranya dari sini. Kita itu dituntut untuk memulai semua pandangan terhadap sesuatu dengan cara yang positif, bukan negatif. Kalau mikirnya positif, auranya juga positif. Begitu sebaliknya.

Kenapa orang, terkadang karena hal yang barangkali sepele bisa terpicu amarah yang luar biasa? Bahkan bisa sampai ke penganiayaan fisik dan bahkan pembunuhan? Banyak kejadian kita dengar dan saksikan, apakah di rumah tangga, kehidupan bertetangga, di pasar, dan di tempat umum lainnya, orang adu mulut, berkelahi yang tak jarang pula berujung pada kematian, karena masalah sepele. Kenapa? Ini lagi-lagi ini soal persepsi.

Motivator Muslim dunia Dr. Ibrahim Elfiky (2009) menulis buku fenomenal berjudul “Terapi Berpikir Positif”. Menurutnya, berpikir positif ternyata bisa menyembuhkan, menjadi obat bagi mereka yang ingin hidupnya bahagia, dan juga bisa menjadi solusi praktis bagi mereka yang saat ini hidupnya dipenuhi kesulitan demi kesulitan.

Ketika kita berpikir positif, yang dalam bahasa agama “Husnudzon”, maka itu akan membangkitkan sugesti dari dalam diri. Sehingga muncul semangat yang jika sugesti itu kian kuat, maka semangat itupun bergunung-gunung, yang mana semangat itu akan mengalirkan kekuatan pada tubuh. Orang yang lemah dengan sendirinya akan menjadi kuat, yang takut jadi berani, yang ciut jadi nekat.

Satu bukti sejarah yang tak terbantahkan tentang pikiran positif itu mampu membangkitkan kekuatan dahsyat adalah ketika raja Thalut dan pasukannya akan berperang melawan Zalut penguasan zalim. Para pasukan sudah merasa ciut mendengar kebengisan dan kekejaman Zalut, dan jumlah tentaranya yang banyak, yang kala itu menurut beberapa riwayat jumlah pasukan Thalut hanya berkisar tiga ratusan saja.
Adapun pasukan Zalut diperkirakan berjumlah ribuan orang. Namun, itu tak menyurutkan langkah para mujahidin di jalan Allah Swt, persepsi mereka tentang perang adalah jalan jihad bertemu dengan sang Rabbul Jalil, yang membuat perang menjadi ladang jihad, di mana perang bagi banyak adalah hal yang menakutkan. Kisah ini begitu apik diabadikan dalam Al-Qur’an Surah Al Baqarah ayat 249;

فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوْتُ بِالْجُنُوْدِ قَالَ اِنَّ اللّٰهَ مُبْتَلِيْكُمْ بِنَهَرٍۚ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّيْۚ وَمَنْ لَّمْ يَطْعَمْهُ فَاِنَّهٗ مِنِّيْٓ اِلَّا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً ۢبِيَدِهٖ ۚ فَشَرِبُوْا مِنْهُ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْهُمْ ۗ فَلَمَّا جَاوَزَهٗ هُوَ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗۙ قَالُوْا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوْتَ وَجُنُوْدِهٖ ۗ قَالَ الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوا اللّٰهِ ۙ كَمْ مِّنْ فِئَةٍ قَلِيْلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيْرَةً ۢبِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ

Artinya: Maka, ketika Talut keluar membawa bala tentara(-nya), dia berkata, “Sesungguhnya Allah akan mengujimu dengan sebuah sungai. Maka, siapa yang meminum (airnya), sesungguhnya dia tidak termasuk (golongan)-ku. Siapa yang tidak meminumnya, sesungguhnya dia termasuk (golongan)-ku kecuali menciduk seciduk dengan tangan.” Akan tetapi, mereka meminumnya kecuali sebagian kecil di antara mereka. Ketika dia (Talut) dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka berkata, “Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya.” Mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.” Allah bersama orang-orang yang sabar. (Q.S. Al Baqarah; 249)

Bukankah keberhasilan tentara Thalut karena pikiran dan persepsi positif? Begitulah, pikiran dan persepsi positif, sekali lagi saya katakan mampu memberikan kekuatan yang bisa jadi tak terduga. Persepsi positif ini akan melahirkan sugesti dari dalam diri yang akan menghasilkan kekuatan dan semangat yang kuat.

Seringkali, ketika orang sedang dalam keadaan sakit, dokter dan siapapun yang menjenguk pasti akan mengatakan kalimat-kalimat yang memberi semangat. Nah, kalimat-kalimat itulah yang kalau direspon dengan positif maka akan menjadi kekuatan dan sugesti terhadap diri sendiri untuk bangkit dan yakin bahwa Allah swt akan memberinya kesembuhan. Imbasnya, akan berpengaruh pada imun tubuh yang secara alamiah dan berdasarkan sunnatullah, akan berdampak pulih secara berangsur-angsur.

Orang yang sedang mengalami masalah besar, juga selalu dianjurkan untuk memandangnya secara positif. Agar apa? Agar dapat membangkitkan kembali semangatnya yang jatuh, kekuatannya yang sedang melemah, pikirannya yang sedang galau. Hal paling kecil dari pikiran positif dalam hal ini adalah terjauhkannya kita dari stress, depresi, dan bahkan mungkin kegilaan.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah Muhammad Saw junjungan kita bersabda;

“Telah bercerita kepada kami Yahya bin Bukair dari al-Laits bin Sa’ad dari Ja’far bin Rabi’ah dari al-A’raj, ia berkata: bahwa Abu Hurairah berkata dari Rasulullah SAW bersabda, “Berhati-hatilah kalian terhadap prasangka, sesungguhnya prasangka merupakan kebohongan yang terbesar (HR. Al-Bukhori)

Hadis di atas menjelaskan kepada kita tentang larangan berprasangka buruk, karena prasangka buruk memberikan dampak negatif yang sangat besar bagi kehidupan manusia, dan dampak tersebut bahkan bisa menggerogoti semua kebaikan yang telah dilakukannya.

Islam memerintahkan umatnya untuk selalu berpikir positif, meskipun berpikir positif itu sendiri kerap mendapatkan kesulitan untuk dipraktekkan. Banyak orang yang mengetahui tentang konsep berpikir positif, tetapi mereka tidak memberikan perhatian yang cukup kepada pikirannya. Sehingga sadar atau tidak, pikirannyapun masih berdampak negatif.

Lantas bagaimana cara kita membangun dan membiasakan berpikir positif?.

Menurut sebuah riset, manusia setiap harinya kurang lebih berpikir 60 ribu kali. Bahkan, riset dari Fakultas Kedokteran Universitas San Fransisco (1986) menyebutkan, 80 persen dari pikiran manusia cenderung menyuruh pada hal-hal yang negatif. Dari pikiran-pikiran negatif ini akan mengarahkan untuk berperilaku buruk dan menyimpang. Jika tidak dikendalikan sejak awal, perilaku negatif ini akan membentuk watak dan karakter buruk seseorang. Ini yang harus kita hindari bersama.

Agama juga telah mengajarkan pada kita resep sederhana, yaitu dengan riyadhah (latihan) berpikir positif bahwa segala sesuatu itu terjadi tidak lepas dari takdir Allah. Nah, kita diminta untuk selalu husnuzan kepada takdir Allah. Apa pun itu! Karena, sesuai dengan firman-Nya yang artinya:

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui“, (QS al-Baqarah: 216)

Ini bukti bahwa Allah Swt itu selalu bersama kita (muraqabah). Apa pun yang terjadi, ketika kita merasa dekat dengan Allah, kita akan terus mampu berpikir positif. (mediadakwah)

Allahu A’lam

Penulis adalah Ketua DDII Kab. Simalungun, Sumut.

KIAT-KIAT MENGHADAPI MUSHIBAH

Oleh Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL., MA

Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Ath-Thaghabun: 11).

Manakala Allah berkehendak untuk melakukan sesuatu maka segalanya mudah bagi beliau; Inna zalika ‘alallahi yasir (sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah), Fathir (35): 11. Untuk melakukan sesuatu Allah tidak perlu persipan dengan segala macam peralatan seperti usaha seorang tukang, tetapi Allah cukup mengatakan: “kun” (jadilah), “fayakun” (maka jadilah ia apa yang Allah kehendaki). Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”. Lalu jadilah ia. (Al-Baqarah: 117). Biasanya mushibah itu terjadi sebagai peringatan Allah kepada hambaNya yang barangkali sudah lupa atau sengaja melupakan perintahNya, melaksanakan laranganNya atau sebagai cobaan Allah kepada mereka, atau sebagai pelajaran dari Allah kepada orang-orang yang Allah spesifikkan dalam kehidupan ini.

Oleh karenanya ketika mushibah itu datang tiada seorangpun yang mampu melarang apalagi menghambat dan mempertahankan untuk tidak terjadi. Yang boleh dilakukan seseorang adalah menghindari untuk tidak terjadi mushibah, kalau sudah terlanjur terjadi maka seorang hamba tidak dapat melakukan apa-apa melainkan bersabar, memperbaiki hidup dan kehidupan dengan menjauhi perbuatan ma’shiyat, meningkatkan ketaqwaan, memperbanyak amal shalih, saling menolong dan membantu sesama hamba, jangan putuas asa dan menyerahkan semuanya kepada Allah.

BERSABAR

Bersabar dari sebuah mushibah merupakan salah satu tugas seorang hamba Allah yang baik karena kesabaran itu selalu dapat menghasilkan kemenangan; man shabara dhafara, (barang siapa yang bersabar akan memperoleh kemenangan). Sabar merupakan salah satu solusi terbaik bagi seorang muslim yang tha’at dan bertaqwa karena orang-orang yang sabar itu akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`, (al-Baqarah; 45). Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (al-Baqarah; 153).

Dalam surah Az-Zumar ayat 10 Allah berfirman: … Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. Sabar itu merupakan salah satu prilaku orang beriman, Rasulullah SAW.bersabda: Mengagumkan perihal orang mukmin, tidak sekali-kali Allah menetapkan suatu ketetapan baginya, melaikan itu yang terbaik baginya. Jika dia mendapat kesenangan, maka bersyukurlah ia karena yang demikian itu lebih baik baginya; dan jika ditimpa kesengsaraan, maka bersabarlah dia karena hal tersebut lebih baik baginya.

MENJAUHI MAKSHIYAT

Perbuatan ma’shiyat dan perbuatan dzalim merupakan sejumlah usaha dan kerja ummat manusia yang bersifat mengundang bala dan musibah dari Allah SWT. Dalam surah Al-An’am ayat 151 Allah berfirman: dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, perbuatan keji itu salah satunya adalah perbuatan ma’shiyat yang sangat dibenci oleh Allah SWT seperti berzina, minum khamar, berjudi, membunuh dan semisalnya.

Kita paham Allah turunkan hujan batu dan telungkupkan bumi Siddim sehingga menjadi laut mati kepada kaum nabi Luth adalah karena mereka suka berma’shiyat kepada Allah dengan mengamalkan perbuatan liwath atau momo seksual. Untuk menghindari sebuah mushibah dari Allah SWT maka jagalah diri masing-masing kita untuk tidak berma’shiyat dalam bentuk apapun, kapanpu dan dimana pun seraya memohon kasih sayang daripada Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahim. Tiada siapapun yang lebih Rahman dan lebih Rahimnya melebihi Rahman dan Rahimnya Allah SWT.

MENINGKATKAN KETAQWAAN

Dalam surah Al-A’raf ayat 96 Allah SWT. berfirman: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Siksa yang terdapat dalam surat ini tentunya sangat beragam karena tidak dispesifikasi di sini, termasuklah salah satunya mushibah yang menimpa ummat manusia. Untuk menghindari mushibah tersebut salah satu solusi yang ditawarkan ayat ini adalah bertaqwa kepada Allah SWT.

Dalam surah An-Nahl ayat 112 Allah berfirman: Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari ni`mat-ni`mat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. Pakaian kelaparan dalam ayat ini identik dengan mala petaka atau mushibah yang menimpa hamba, maka solusi untuk semua itu adalah bertaqwa dengan sebenar-benar taqwa kepada Allah SWT.sebagaimana yang selalu diingatkan khathib setiap hari Jum’at: ittaqillaha haqqa tuqatih (bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa). Ali Imran ayat 102.

MEMPERBANYAK AMAL SHALIH

Memperbanyak amal shalih bagi muslimin dan mukminin merupakan salah satu solusi lain daripada menghindarkan diri dari berbagai mala petaka dan mushibah yang (bakal) melanda, karena Allah telah bersumpah akan kerugian ummat manusia kecuali bagi orang-orang yang beramal shalih. Firman Allah SWT.dalam surah Al-‘Ashr: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Untuk menghindari kerugian dalam hidup ini maka salah satunya adalah melakukan amal shalih sebanyak-banyaknya tanpa batas dan tanpa mengenal waktu yang dibenarkan agama. Amal shalih itu adalah segala sesuatu yang baik-baik kita lakukan terutama sekali yang diwajibkan seperti shalat, puasa, zakat, naik haji, menolong orang lain, menasehati orang berbuat salah, memberikan solusi kepada orang yang sedang berhadapan dengan masalah, memperbanyak shalat sunnat, puasa sunnat, meperbanyak bershadaqah, mempererat ukhuwwah Islamiyyah dan semisalnya.

SALING MENOLONG DAN MEMBANTU

Langkah lain yang harus dilakukan oleh setiap muslim dalam menghadapi mushibah adalah saling membantu dan saling menolong sesama muslim, karena bantu membantu dan tolong menolong merupakan bahagian daripada perintah dalam Islam. Allah berfirman: wa ta’awanu ‘alal birri wattaqwa wa la ta’awanu ‘alal itsmi wal ‘udwan (… tolong menolonglah kamu pada kebajikan dan taqwa dan jangan tolong menolong pada perbuatan dosa dan permusuhan…) (Al-Maidah: 2). Tolong menolong tersebut harus juga dibarengi dengan saling mema’afkan sesama muslim, selaras dengn perkara ini Allah SWT.berfirman:

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali Imran ayat 133-134).

JANGAN PUTUS ASA

Putus asa merupakan salah satu sifat dan juga sikap seseoran manusia yang terjadi ketika berhadapan dengan sesuatu mushibah lalu dia tidak siap dengan mushibah tersebut. Dalam Islam sebenarnya tidak ada istilah putus asa karena apa yang terjadi terhadap seseorang itu datangnya dari Allah SWT, dan Allah tidak jahat terhadap hambaNya dengan cara menganiayanya. Karena itulah manakala terjadi sesuatu terhada seseorang muslim yang harus dilakukan adalah bermuhasabah diri untuk mengetahui kenapa itu terjadi.

Selain itu seorang muslim harus bersabar terhadap sesuatu yang menimpanya dengan kesabaran yang komprehensif karena power dari kesabaran tersebut luar biasa sekali. Hujung dari sabar ada tawakkal kepada Allah, itulah solusi untuk semua massalah bukan putus asa, apalagi kalau sempat patah hati, itu lebih dahsyat lagi karena kalau paha yang patah masih bisa diurut atau dioperasi. Namun kalau hati yang patah siapa yang sanggup dan mampu mengurut dan mengoperasinya. Firman Allah dalam surah Az-Zumar ayat 53:

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

MENYERAHKAN SEMUANYA KEPADA ALLAH SWT

Salah satu solusi paling baik dan jitu adalah manakala mushibah terjadi maka serahkanlah semua yang menimpa itu kepada Allah SWT.karena Allahlah yang memberikan dan Allah pulalah yang mengakhirinya. Dalam bahasa Islam penyerahan diri kepada Allah itu salah satunya adalah bertawakkal kepada Allah SWT. tawakkal itu dilakukan setelah berusaha untuk bangkit dan sukses namun kegagalam yang terjadi, maka solusinya tawakkal ‘alallah.

Dalam surah Al-Anfal ayat 2 Allah SWT.berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, orang-orang Islam yang bertawakkal itu senantiasa mendapatkan limpahan rahmat dari Allah SWT.sebagaimana Rasul Allah gambarkan dalam haditsnya:

Seandainya  kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal maka Allah akan memberi rizki kepada kalian sebagaimana Allah memberi rizki kepada burung-burung yang pergi pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang. Firman Allah dalam surah At-Thalaq ayat 3: … Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya

Karena mushibah itu datangnya dari Allah dan Allah tetapkan itu kepada siapa yang Allah kehendaki maka tuga kita menerima, mencari tau penyebabnya serta memenuhi perintahNya agar mushibah itu tidak datang berkali-kali dalam bentuk murka Allah kepada hamba. Karena segala sesuatu yang baik pada diri kita itu datangnya dari Allah sebaliknya datangnya dari usaha kita sendiri selaras dengan firman Allah dalam surah An-Nisak ayat 79: Apa saja ni`mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. Dalam surah Asy-Syura ayat 30 Allah berfirman: Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

Penulis adalah Ketua Majlis Syura Dewan Dakwah Aceh & Dosen Fiqh Siyasah pada Fakultas Syari’ah UIN Ar-Raniry.

BERSEDEKAHLAH WALAU TIDAK TEPAT SASARAN

Oleh Dr. Muhammad AR. M.Ed

Salah satu amal ibadah yang sangat berguna, di dalam Islam,  baik di dunia maupun di akhirat adalah sedeqah. Ada beberapa ayat al-Qur’an dan Hadist Nabi saw yang mengelaborasikan tentang manfaat sedeqah. Namun, ada anggapan sebagian orang kalau mau bersedekah harus kepada yang membutuhkannya, seperti kepada orang fakir, orang miskin, untuk pembangunan masjid, pembangunan tempat pengajian dan pendidikan Islam serta yang  sejenisnya. Jarang sekali orang berniat memberi sedekah kepada orang kaya, kepada pelaku maksiat, kepada pencuri, kepada pelacur,  kepada orang kafir dan kepada  orang yang tidak membutuhkannya. Karena kebanyakan orang berpikir bahwa memberi sedeqah kepada orang-orang yang tersebut tadi tidak tepat sasaran alias pahalanya berkurang, atau tidak memperolehnya sama sekali karena mereka bukan orang yang pantas menerimanya.

Namun apa yang terjadi ketika seseorang yang sangat ikhlas memberikan sedekah tanpa melihat siapa yang akan menerimanya, kepada siapa sedekahnya akan mengalir atau diberikan, dan bagi orang seperti ini hal tersebut tidak penting karena tugas ia adalah memberi sedekah dengan penuh  harap akan  redha Allah swt. Ternyata dengan nawaitu keihklasan  dan mencari keredhaan Allah, maka Allah-pun akan menampakkan manfaat memberi sedekah sebagaimana diperjelas dalam salah satu Hadis Rasulullah saw berikut ini.

Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah bersabda: “Seseorang berkata, “Aku akan bersedekah”.  Ia kemudian mengeluarkan sedekah, tapi ia berikan kepada seorang pencuri.  Pada pagi harinya, orang ramai berkata,  ‘Seorang pencuri diberikan sedekah oleh seseorang tadi malam.’

Ia kemudian berkata, ‘Ya Allah! Bagi-Mu segala puji. Aku akan bersedekah (lagi).’ Ia kemudian mengeluarkan sedekah, tetapi ia berikan kepada  seorang wanita pelacur. Pada pagi harinya,  orang ramai  berkata, ‘Seorang wanita pelacur diberikan sedekah oleh seseorang tadi malam.’

Kemudian orang itu berkata lagi, ‘Ya Allah! Bagi-Mu segala puji atas (sedekah yang aku berikan kepada)  seorang wanita pelacur. Aku akan bersedekah (lagi). ‘Ia kemudian mengeluarkan sedekah lagi, tetapi ia berikan kepada seorang yang kaya. Pada pagi harinya, orang ramai berkata, ‘Orang kaya diberi sedekah tadi malam oleh seseorang.’  Ia kemudian berkata, ‘Ya Allah, Bagi-Mu segala puji atas (sedekah yang aku berikan kepada)  seorang pencuri, seorang wanita pelacur dan orang kaya.

Ia kemudian didatangi (seseorang dalam mimpinya), lalu dikatakan kepadanya, ‘Adapun sedekahmu untuk seorang pencuri, mudah-mudahan ia menahan diri dari mencuri. Adapun sedekahmu kepada wanita pelacur, mudah-mudahan ia menahan diri dari perbuatan zina. Dan adapun sedekahmu untuk orang kaya, mudah-mudahan ia  bisa memetik pelajaran, lalu  menginfakkan sebagian  (rezeki) yang Allah berikan kepadanya. (H.R. Bukhari dalam Sahihnya  bab Zakat 1421).

Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya bahwa Yazid bin Akhnas menyerahkan  uang  beberapa dinar kepada  seseorang di masjid dan memintanya untuk membagikan uang tersebut kepada yang berhak. Akhirnya anak  Yazid: Ma’an datang dan  lalu menerima  uang tersebut.  Ia tidak tahu uang tersebut berasal dari ayahnya.  Akhirnya ia datang menemui ayahnya dan si ayah menolak uang tersebut diambil anaknya, Ma’an. Ayahnya berkata, “Bukan untuk kamu  yang aku maksudkan sedekah tersebut.” “Akhirnya si anak tersebut melaporkan   ayahnya di hadapan Rasulullah saw., lalu beliau  bersabda  sebagai seorang  mufti dan hakim, “Engkau mendapatkan apa yang telah engkau niatkan, wahai Yazid!  Dan engkau mendapatkan apa  yang engkau  terima, wahai Maan. (Shahih Muslim 1422).

Kalau kita sudah berniat untuk memberikan sedekah, maka anggaplah sedekah tersebut pasti diberikan kepada yang berhak menerimanya dan benar-benar membutuhkannya. Oleh karena itu  harta yang telah disedekahkan itu sudah diterima oleh yang berhak,  tidak ada lagi bersama kita, artinya itu kita sudah menyampaikannya. Jadi tidak perlu diusik atau diungkit-ungkit lagi, karena harta kita yang tinggal adalah itulah yang telah kita infakkan dan sedekahkan  dan inilah saham kita yang akan kita ambil kembali di hari kiamat kelak.  Demikian pula para guru, para ustad, para teungku, para dosen, para pendidik yang telah mentransfer ilmunya kepada murid-murid, siswa, dan mahasiswa, semoga inilah ilmu yang  bermanfaat yang salah satu pertanyaan dalam alam Barzakh atau alam kubur adalah tentang ilmu yang bermanfaat. Mudah-mudahan segala ilmu yang diajarkan kepada manusia adalah ilmu yang bermanfaat bagi dirinya, bagi keluarganya, dan bagi masyarakat banyak.  Dan inilah salah satu jawaban untuk malaikat Munkar dan Nakir di alam kubur nanti tentang  al-ilmu yuntafa’u bihi.

Wahai diriku, dan  saudara-saudaraku seiman dan seakidah camkanlah ada dua hal yang akan diminta oleh orang meninggal dan orang kafir ketika mereka telah mati. Allah menyebutkan dalam al-Qur’an yang artinya bahwa manusia ketika manusia meninggal dunia, ia meminta kepada Allah swt untuk dikembalikan ke dunia untuk   beramal salih dan  untuk bersedekah. Namun ini adalah permintaan-permintaan yang kedaluarsa yang sama sekali tidak mungkin terjadi menurut ilmu Allah sebab kita telah diberi waktu yang cukup untuk berpikir, berbuat, merenung, melihat, dan menyelidiki kebenaran Ilahi.  Makanya sesuai dengan makna salah satu Hadis Nabi saw yaitu “jagalah yang  lima sebelum datang  lima hal; jagalah masa mudamu sebelum  datang masa tuamu; jagalah masa sehatmu sebelum datangnya sakit;  pergunakanlah waktu lapang sebelum datangnya waktu sempit; jagalah ketika kamu kaya sebelum datang masa papa (miskinmu); dan jagalah hidupmu sebelum datang kematianmu.

Waktu  masih tersedia dan hartapun  masih ada walau sedikit, para penerima sedekah ataupun bantuan masih ada, sebab ketika akhir zaman manusia semua manusia sudah kaya dan makmur sehingga orang-orang pergi ke seantero dunia untuk memberikan sedekah kepada orang, namun pada saat itu semua orang menolak sedekah atau bantuan karena mereka semua sudah berkecukupan. Tunggulah akan datang masa tersebut sebelum kiamat tiba! Janganlah menunggu hingga mata hari keluar dari arah barat. Karena pada waktu itulah segala amal tidak diperhitungkan lagi.

Dalam syarahan  ayat 99-100 Surat Al-Mukminun para mufassirin menjelaskan bahwa ada beberapa kesempatan manusia memohon sangat kepada Allah agar dikembalikan ke dunia. Pertama  ketika  manusia sedang sakratul maut (diambang kematian); kedua  ketika hari berbangkit; ketiga  ketika hari manusia dibariskan dihadapan Allah Yang Maha Perkasa sambil menunggu keputusan apakah ke neraka atau ke sorga; keempat  ketika manusia digiring ke neraka; dan kelima  ketika manusia tenggelam di tengah kobaran api neraka. Inilah penyesalan yang tidak ada guna sama sekali, oleh yang demikian marilah kita saling mengingatkan akan peristiwa dahsyat ini, mudah-mudahan kita dan sanak keluarga kita serta semua rakan-rakan kita yang muslimin dan muslimat terbebas dari semua itu.

Saya akhiri tulisan ini  dengan mengutip salah satu Hadis Raulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Al-Hakim, Ibn Hibban dan Al-Baghawi yang atinya: “Barangsiapa yang mencintai dunia, akan menimbulkan mudharat terhadap akhiratnya, dan barangsiapa mencintai akhiratnya, akan  menimbulkan mudharat terhadap dunianya. Maka hendaklah kalian lebih mementingkan yang kekal dari yang fana.”  Dalam bahasa yang lugas  bisa kita maknai bahwa  akhirat sudah jelas tujuannya dan  sudah jelas pula balasan yang diperbuat seseorang.  Akhirat itu pasti dan  apa yang ada di dunia ini semuanya akan sirna, karena itu kejarlah kepastian dan kebenaran sebab ini pasti berlaku, dan tinggalkan keragu-raguan dan ketidakpastian—-dunia.

Penulis adalah Ketua Dewan Dakwah Aceh

Mengorbankan Perasaan Demi Islam

Salah satu ajaran Islam di bulan Zulhijjah adalah mempersembahkan Qurban, selain dari ibadah haji bagi yang mempunyai kemudahan harta dan keamanan dalam perjalanan Haji ke Baitullah adalah  salah satu rukun Islam yang lima, sementara menyembelih qurban adalah  ibadah sunat yang sangat digalakkan dalam ajaran Islam khususnya di bulan Zulhijjah. Ini adalah warisan Nabi Ibrahim a.s.  dan sebagai symbol kepatuhan dan ketaatan kepada Allah SWT.

Menjelang Idul Adha, kaum muslimin disunatkan untuk menyembelih Qurban berupa unta, kibasy, kambing, domba, kerbau dan lembu. Daging Qurban ini sebaiknya didistribusikan kepada fakir dan miskin  (orang-orang yang sangat memerlukannya) serta kepada karib dan keluarga sebagai langkah mempererat silaturrahmi serta saling membantu antara satu sama lain.

Oleh karena itu marilah kita korbankan perasaan dan harta kita untuk  menjalankan syiar Islam ini dengan mengedepankan perintah Allah daripada perintah makhluk. Mengorbankan harta dan perasaan demi Islam adalah  tidak seberapa jika dibandingkan dengan karunia Allah yang diberikan kepada kita.

Marilah kita korbankan perasaan pelit  atau kikir serta bakhil untuk bersedekah lewat penyembelihan hewan qurban di Hari Raya Idul Adha ini. Marilah kita korbankan perasaan demi mengikuti syari’at Allah secara komprehensif termasuk berkurban di bulan Zulhijjah.

Menurut Rasulullah SAW bahwa pekerjaan anak Adam yang paling utama pada hari ini (Idul Adha) adalah menumpahkan darah (menyembelih qurban). Kemudian bertakbir, bertahmid, bertahlil, dan bertasbih di bulan Zulhijjah hingga hari keempat Idul Adha. Namun bagi orang-orang yang mempunyai kelebihan harta, aman dalam perjalanan, memiliki kesehatan yang prima, diwajibkan atasnya berhaji ke Baitullah. Namun selama Covid-19 sudah dua tahun umat Islam tidak melakukan haji karena menghindari penyakit yang berbahaya yang sedang menyebar di mana-mana.

Marilah kita korbankan perasaan untuk mengikuti syari’at Allah untuk menutup aurat sebagaimana anjuran Allah dan Rasul-Nya. Baik laki laki maupun wanita memiliki tatakrama dalam berpakaian bagi kaum muslimin dan muslimat yang sudah baligh dan berakal.  Karena itu marilah kita ikuti perintah Allah untuk tidak membuka aurat atau telanjang dalam hal berpakaian, walaupun harus korban perasaan sedikit.

Islam memiliki cara tersendiri untuk berpakaian dan mungkin tatakrama berpakaian tidak diatur dalam agama lain. Namun jika ada orang yang sengaja membuka aurat baik laki laki maupun perempuan dan didalam hatinya ada sedikit kesombongan, artinya tidak takut kepada siapapun termasuk kepada Khalik, maka hati-hatilah jika anda mati dalam keadaan demikian maka anda mati dalam keadaan tidak beriman.

Marilah pula mengorbankan perasaan kita untuk berdoa kepada Allah siang dan malam agar Allah memberikan kita rezki yang halal, ilmu yang bermanfaat, keyakinan yang benar, hati yang khusyu’, agama yang lurus, keselamatan dari segala bencana, dan rasa syukur kepada-Mu ya Allah atas segala anugerah-Mu dan Petunjuk-Mu serta hidayah yang telah Engkau berikan kepada kami.

Marilah kita korbankan perasaan untuk menjalankan amar makruf dan nahi mungkar (menjalankan dakwah) baik yang ada didepan mata kita, di rumah kita, di kantor kita, di lingkungan kita, dan di dalam rumah tangga kita agar Allah tidak mengekalkan bala bencana di negeri atau qaryah kita yang berkepanjangan.

Dan marilah kita korbankan perasaan kita untuk menjalankan syari’at Islam di Nanggroe Aceh Darussalam, dan kita korbankan perasaan kita untuk tidak menjual sejengkal-pun tanah negeri Islam kepada musuh Islam.  Juga, marilah kita korbankan perasaan kita, kita korbankan hawa nafsu kita untuk tidak menerima sogokan dari para pengkhianat Negara, dari orang asing yang ingin menggorogoti Negara kita, dan marilah kita korbankan perasaan kita untuk menjalankan keadilan secara adil dan merata kepada  semua manusia tanpa pandang bulu dan diskriminasi.

Marilah kita mengorbankan perasaan untuk hal-hal yang demikian, karena pada hakikatnya semakin banyak harta haram yang kita bawa pulang kerumah kita, maka semakin banyak penyakit yang akan kita peroleh, semakin banyak murka Allah akan diturunkan,  dan  semakin banyak anggota keluarga kita yang akan menimpa berbagai musibah karena kesalahan memasukkan penyakit dan benda haram ke dalam perutnya. Korbankan perasaan dan tuntutan anda untuk tidak mengikuti/mematuhi hawa nafsu.

Marilah kita korbankan perasaan untuk mengikuti shalat berjamaah lima waktu di Masjid atau di musalla agar semua umat Islam akan bersatu hati semuanya untuk melawan maksiat, melawan kedhaliman, kebohongan, kemusyrikan, serta kemunafikan yang tengah merajalela di bumi tercinta ini.

Mungkin dengan inilah Covid-19 akan terusir sendiri karena kesatuan, kebersamaan, dan ketaatan kita kepada Allah SWT. Marilah kita korbankan perasaan kita untuk tidak pernah bosan-bosannya dalam berdoa kepada Allah agar Yang Maha Kuasa menurunkan kepada kita Pemimpin yang adil dan taat  kepada Allah serta takut akan azab-Nya dan sayang kepada rakyatnya.

Marilah kita korbankan harta dan perasaan kita untuk berkurban apakah kerbau, lembu, kambing, domba dan unta untuk disembelih pada hari Raya Qurban tahun ini. Hikmah berkurban adalah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah; menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim a.s.; memperbanyak hadiah dan pemberian kepada keluarga dan  fakir –miskin sebagai ungkapan adanya kasih sayang antar sesama manusia; dan sebagai rasa syukur kepada Allah yang telah menundukkan binatang ternak kepada kita sehingga tidak menjadi beban ketika kita lakukan penyembelihan. Kalau bukan dengan bantuan Allah dalam hal menundukkan bintatang ternak, maka ayampun  tidak dapat disembelih karena mereka akan melawan atau berontak kepada manusia. Namun semua ini telah Allah tundukkan kepada manusia.

Oleh Dr. Muhammad AR. M.Ed

Penulis Adalah Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Aceh.

Mengenang Perjuangan Ayahanda Mohammad Siddik: “Tugas Ini Sangat Berat”

Pria yang mempunyai filosofi “Hiduplah Sebelum Kamu Dilahirkan” ini tutur katanya begitu lembut serta santun, namun cepat dan sistematis. Boleh jadi karena pengalamannya beraktiftas selama puluhan tahun di lembaga setaraf Internasional seperti PBB, OKI dan Islamic Deveploment Bank (IDB).

Pria kelahiran Kuala Simpang- Aceh 78 tahun yang lalu ini pun masih terlihat segar, meskipun sempat mengalami operasi bedah jantung pada tahun 2005. “Alhamdulillah, ini semua karena Allah, haza min fadli Rabbi” katanya merendah.

Pria yang lahir dari sebuah keluarga yang sederhana ini merupakan keturunan dari Pakistan, Siddik besar dan tumbuh dalam sebuah lingkungan yang begitu peduli dengan pendidikan dan dakwah. Itu pulalah yang membuatnya beraktifitas di organisasi dakwah tingkat nasioanal hingga internasional.

Kakek dari 12 cucu ini tinggal dibilangan Condet Jakarta Timur, sempat diamanahi sebagai Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) periode XI (2015-2020) setelah menggantikan KH. Syuhada Bahri.

Sentuhan pertama kali dengan dakwah dimulainya sejak ketika duduk dibangku SMA. Yaitu ketika aktif menjadi anggota PII, mulai dari pengurus ranting, cabang, wilayah dan hingga pada tahun 1962 dirinya hijrah ke Jakarta menjadi anggota Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII).

Kemudian Siddik muda melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi UI. Tidak sampai selesai lalu ia pindah kuliah ke UNAS yang waktu itu kuliahnya sore–karena ayahnya meninggal dunia dan karena itu ia juga harus bekerja membiayai pendidikan dan membantu orang tua dan keluarganya. Saat kuliah di UNAS hingga tamat sarjana.

Selain karena pertimbangan harus bekerja, ada juga alasan lainnya; karena pada waktu itu UI dan banyak universitas negeri lainnya sudah mulai menerima pengarahan dan tekanan dari Bung Karno, dalam arti pelajaran yang diberikan pada waktu itu sudah tidak murni ilmu dan tidak netral. Jadi politik Bung Karno itu diajarakan dan menjadi pegangan di berbagai kampus.

Politik, ekonomi, dan semua yang terangkum dalam konsep Demokrasi Terpimpin, Manipol Usdek, jadi pelajaran wajib. Kampus UNAS yang pada waktu itu dipimpin oleh cendikiawan yang berintegritas masih independen.

Kemudian meletus peristiwa Gestapu PKI. Semua kegiatan di PII, Siddik anggap bagian dari kegiatan dakwah karena ia sering mengisi pelatihan dengan ceramah mengenai berbagai topik yang dihubungkan dengan konsep Islam.

Maka ketika tamat dibangku kuliah pada tahun 1967 beliau segera melapor kepada gurunya Allahuyarham Bapak Mohammad Natsir, dan ketika Pak Natsir mengajaknya untuk bergabung ke Dewan Da’wah yang waktu itu baru saja didirikannya di Masjid Al-Munawarah Tanah Abang Jakarta.

Kuliah Sambil Bekerja

Ketika hendak memutuskan untuk berhenti dari Kampus UI pada tahun 1964 bukan karena kemauannya sendiri. Tetapi lebih karena harus bekerja membantu keluaraga (orang tua dan adik-adik), sejak ayahnya meninggal dunia pada bulan Desember 1963.

Siddik sempat terfikir dalam benaknya tidak ada kesempatan belajar lagi karena tidak mampu untuk membiyai kulaihnya. Sebagai anak laki-laki tertua dari delapan bersaudara (masih ada kakak perempuan) saya merasa harus mengambil alih tanggung jawab keluarga.

Alhamdulillah, Ayahnya adalah seorang pedagang kecil, yang mengajarkan etos semangat kerja walaupun tidak meninggalkan harta kecuali pendidikan agama yang mendalam disanubari kami beseta keluarga besar. Itulah yang ia sangat syukuri. Ungkapnya.

Berita tentang ayahnya meninggal pun terlambat ia terima karena keterbatasan komunikasi pada waktu itu. Ketika ayahnya meninggal, Siddik sedang menghadiri acara konfrensi wilayah PII Sulawesi Utara di Manado. “Tugas menghadiri Musywil PII di Manado belum selesai, namun seperti ada desakan untuk saya segera pulang. Saya tidak tahu, tapi karena naik pesawat mahal, maka segera ia naik kapal, karena sampai di Jakarta setelah satu pekan dan satu pekan perjalanan lagi perjalanan ke kampung”, kenangnnya.

Setelah ayahnya meninggal dunia rasanya tidak mungkin ia untuk kembali menuju bangku kuliah, karena ia harus bekerja membantu keluarganya. Namun, kebesaran hati ibunya terus memberikan dorongan semangat belajar kepada Siddik muda untuk terus tetap melanjutkan kuliahnya di Jakarta. “Saya kemudian bekerja sebagai staf lokal Bagian Pers Kedutaan Pakistan pada pagi harinya, dan sore kuliah di fakultas Sosial Ekonomi Politik UNAS”.

Pada tahun 1966 ia terpilih menjadi Sekretaris Jenderal Komite Pemuda Indonesia (KPI) yang berafiliasi kepada World Assembly of Youth (WAY) sebuah organisasi yang sebelum peristiwa Gestapu pernah dibubarkan oleh Bung Karno karena dianggap berafiliasi ke Barat.

Komite Pemuda Indonesia (KPI) ini merupakan organisasi yang mewadahi para pemuda dan pelajar yang berhaluan kanan, anti Komunis sedangkan organisasi afiliasinya, WAY berpusat di Brussel, Belgia. Ada sekitar 17 organisasi pemuda pelajar dan mahasiswa yang bergabung dalam Komite Pemuda Indonesia anggota WAY.

Sebagai Sekjen KPI dan kepeduliannya melatih pemuda dan mahasiswa Indonesia agar bisa tampil dalam dinamika dunia internasional, Siddik kemudian mengirimkan beberapa belasan pemuda dan mahasiswa ke luar negeri termasuk diantaranya Lukman Harun (alm), Arif Rahman (tokoh pendidik), Asnawi Latif (mantan anggota DPR) ke Eropa, Umar Basalim ke India, Mansur Amin ke Srilanka. Mereka kemudian pulang dan membawa pengalaman dari apa yang mereka lihat di luar negeri.

Setelah pemilu 1971 Komite Pemuda Indonesia direkayasa oleh GOLKAR menjadi KNPI yang menjadi jaringannya meski sebagian organisasi tidak sedia ikut masuk KNPI.

Pada tahun 1970, setelah empat tahun menjadi Sekjen KPI, Siddik terpilih menjadi salah satu dari lima delegasi sekaligus juru bicara delegasi Indonesia pada Kongres Pemuda Sedunia yang diadakan oleh PBB di New York dalam rangka ulang tahunnya ke 25. Dengan persetujuan Departemen Pendidikan & Kebudayaan yang menyusun delegasi RI bersama Deplu, Siddik kemudian meneruskan studi Magister dalam Internasional Development Studies di Fairleigh Dickinson University, New Jersey, dan karena tidak ada beasiswa dia sempat bekerja direstoran, bahkan menjadi satpam satpam, pegawai toko buku, departemen store ia pernah jalani- untuk membiayai studinya yang diselesaikannya dalam waktu setahun. Setelah itu, dalam rentang waktu tahun 1973 hinnga 2002, ia bekerja di PBB (UNICEF) di New York, Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Jeddah dan terakhir selama hampir 18 tahun di Islamic Development Bank (IDB) juga bermarkas di Jeddah, Saudi Arabia.

Sebagai seorang staff junior di PBB pada waktu itu, Siddik terbiasa membantu para seniornya untuk memfasilitasi beberapa kegiatan keagamaan, seperti diskusi tentang Islam, sholat Jum’at berjama’ah utuk staff dan delegasi yang pada awalnya menggunakan salah satu ruang serba guna yang kecil. Ia juga biasa mempersiapkan logistik untuk pengajian rutin dan ikut menghidupkan pengajian masyarakat dan mahasiswa Muslim yang diadakan oleh Muslim Students Association (MSA) cabang Columbia University yang waktu itu ketuanya adalah Prof.Dr.Kamal Hasan mantan Rektor University Antar Bangsa Malaysia (IIUM). Khusus dikalangan masyarakat Indonesia Siddik mengambil inisiatif mengadakan pengajian rutin dari rumah ke rumah, yang Alhamdulillah, karena berkembang pindah ke aula Konsulat Jenderal RI di New York dan terakhir beberapa tahun yang lalu pindah ke Mesjid Komunitas Indonesia, Al Hikmah dibilangan Queens.

Dalam rangka tugasnya di PBB, Siddik pernah bertugas di Katmandhu, Nepal selama dua tahun. Waktu itu ia juga berusaha mengadakan aktifitas dakwah disana bersama teman-teman cendikiawan Muslim yang jumlahnya sangat sedikit karena Muslim disana minorias. Ketika itu tidak ada informasi yang memadai mengenai kaum Muslimin disana terutama di pedalaman untuk bisa membuat perencanaan untuk membantu mereka. maka beliaupun mengutus beberapa dosen muda pergi untuk ke pedalaman mencari data dan membuat studi sedehana tentang kaum Muslimin yang tinggal terisolir di kampung-kampung. Siddik juga ikut mensponsori penterjemahan dan penerbitan buku-buku tentang Islam yang pada waktu itu sangat langka di daerah pegunungan tinggi Nepal.

Bertemu dengan Ulama dan Cendikiawan Dunia

Ketika Siddik muda masih menjadi pengurus di PB PII- ia pernah mengundang Dr. Inamullah Khan, Sekjen Muktamar Alam Islami untuk menghadiri Muktamar ke-12 PII di Bandung. Dalam perjalanan memenuhi undangan WAY Siddik sempat menjasi tamu Mufti Besar Palestina, Syeikh Haji Al-Amin Al-Husaini di markasanya waktu itu di Beirut- Libanon. Pada tahun 1968, Siddik juga berjumpa dengan Dr. Said Ramadhan tokoh Ikhwanul Muslimin di Geneva, Pangeran Hassan, ketika itu Putra Mahkota Jordan, Dr. Kamil Sharif, Sekjen Muktamar Al-Quds dan pernah menjadi Menteri di Amman Jordan, Dr. Taofiq Aweidah, Direktur jendral Urusan Islam di Mesir, Syeikh Ali Al-Harakan, Sekjen Rabithah Al-Alam Al- Islami. Dan pertemuanya dengan para tokoh-tokoh dunia tersebut mempuyai kenangan tersendiri. Dan itu juga ia banyak berhutang budi kepada bapak-bapak di Dewan Da’wah, seperti Mohammad Natsir, Mohamamad Roem, dan bapak-bapak yang lainnya.

Membidani Kelahiran WAMY

Alhamdulillah, melaui berbagai acara pertemuan-pertemuan internasional di forum WAY (World Assemly of Youth) di Belgia Jerman pada akhir 1960an Siddik dengan beberapa kawan mengajak delegasi Muslim dari berbagai negeri yang berafiliasi kepada WAY, seperti Anwar Ibrahim dari Malaysia untuk mendirikan semacam WAY untuk dunia Islam. Maka setelah itu Siddik dengan beberapa kawan seperjuangnnya membuat pernyataan bersama untuk menyatakan komitmen mendirikan organisassi pemuda Islam internasional sedunia. Kebutuhan ini juga dirasakan oleh pemuda dan mahasiswa Muslim di negeri-negeri lain diluar forum WAY.

Presiden Muammar Qadhafi dari Libya pada tahun 1973 pernah mengadakan konfrensi Pemuda Islam sedunia di Tripoli yang beliau sempat hadiri disamping beberapa tokoh pemuda dan mahasiswa lain dari Indonesia. namun sayang pertemuan Tripoli ini tidak berhasil karena pihak sponsor, sesuai karekternya yang revolusioner ingin menerapkan Teori Alam Ketiga, dalam Kitabul Akhdar yang juga menjadi dasar gerakan Pan Arabisme, sedangkan mayoritas delegasi menghendaki dasar Islam saja.

Sekedar untuk diketahui dasar teori alam ketiga itu, intinya adalah dunia arab, lingkaran keduanya dunia Islam, baru lingkaran terluarnya adalah negara berkembang. Baru pada kemudian pada pertemuan yang diadakan di Saudi Arabia atas inisiatif Menteri Pendidikan Tinggi Sheikh Hasan Al Sheikh, idea ini dapat direalisir dengan lahirnya World Assembly of Moslem Youth (WAMY) dimana keiatan utamannya adalah da’wah dalam pengertian mengajak atau mengundang melalui seminar, penerbitan, dan pendistribusian buku-buku, ceramah dan lain-lain.

Putra Indonesia Pertama yang menjadi Direktur IDB

Pada tahun 1979 saat berhenti dari PBB, Siddik kemudian bekerja di Organisasi Konfrensi Islam OKI (semacam PBB dunia Islam) di Jeddah dari 1979 hingga 1984. Selama di OKI dan kemudian IDB dirinya selalu membantu gurunya yakni Allahuyarham Pak Natsir dengan mengirim informasi yang mendukung kegiatan dakwah diberbagai dunia Islam. Namun dirinya kurang puas di OKI karena tidak dapat berbuat banyak mengatasi konflik antar negeri-negeri Islam terutama Iran-Irak. Pada tahun 1984 ada kesempatan pindah di IDB maka setelah konsultasi Dubes RI waktu itu, Bapak Achmad Tirtosudiro, dirinya hijrah dan bekerja disana hampir selama 18 tahun, sebahagian besar di di kantor pusat di Jeddah, empat tahun di Kuala Lumpur sebagai Direktur IDB untuk Asia Pasifik.

Setelah menyelesaikan tugas di Kuala Lumpur dirinya ditarik mengisi posisi sebagai Direktur Technical Cooperation dan ketika memasuki umur 60 tahun, dirinya mengundurkan diri karena sudah berniat akan berkiprah di tanah air. Yang menarik saat diberi tugas ia memulai dan mengembangkan program besasiswa IDB untuk masyarakat Islam minoritas diluar negeri– anggotannya terutama untuk pendidikan kedokteran, tehnik, pertanian dan eksata lainnya. IDB memilih program tersebut sebagai sebuah terobosan untuk membangun sumber daya insani-insani di negeri-negeri Muslim minoritas yang memang sangat ketinggalan.

Survey yang diadakan di negeri-negeri seperti Philippine, Myanmar, Camboja, Sri Langka, Nepal, Di Asia; Ghana, Tanzania, Nigeria, Kenya, Siera Leone, Malawi dll. Menunjukkan sangat sedikit atau hampir tidak ada profesi dokter, insinyur, ahli pertanian, dan profesi pembangunan lainnya yang dipegang orang Islam. mereka tidak mau menyekolahkan anak-anaknya karena pendidikan umum sejak awal didirikan oleh para missionaris dan zending yang selalu berusaha mempengaruhi agama anak didiknya. Oleh karena itu orang tua enggan mengirim anak-anak mereka kesekolah umum.

Melalui program beasiswa yang diberikan IDB selama 20 tahun terakhir sudah ada lebih dari dua ribu dokter, insinyur ahli pertanian dll. Di negeri minoritas ini yang biasa menjadi basisi pembangunan mereka. di Indonesia dewasa ada 37 mahasiswa IDB dari Myanmar, Vietnam dan Camboja yang belajar di UGM, UI, IPB, Unibraw dll. Sedangkan yang sudah lulus dan mengabdi mencapai 100 orang. Untuk memaksimalkan produk dari program ini, yaitu lahirnya insani yang terdidik secara profesional dari berbagai negeri minoritas Muslim di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika yang mencapai 40-an negeri.

Naluri dakwah dirinya mendorong terlaksananya program conselling untuk mahasiswa yang sedang belajar. Untuk itu disetiap negeri dirinya mengangkat staf honorary conselor dari kalangan akademisi dan gerakan yang berwawasan Islami untuk terus memberikan bimbingan rohani dengan pengajian ta’lim setiap dua pekan minimal sebulan sekali dan mengarahkan mereka untuk terus memperkaya bekal ilmu agama dan laedership agar bila mereka kembali dapat memimpin masyarakatnya di negaranya masing-masing.

Pengalaman dirinya selama training di PII dan HMI yang dikombinasi dengan pengalaman ahli-ahli community deveploment dan conselling yang beliau rekrut khusus untuk menguatkan aspek ini. Alhamdulillah banyak dari graduates itu yang sekarang menjadi dokter, insinyur, ahli pertanian, apoteker, dll, memainkan peranan .

Kembali Ke “Rumah Besar” Dewan Da’wah

Setelah melang-lang buana di negeri orang. Ketika dirinya berusia 60 tahun memutuskan untuk pulang ke Indonesia- dirinya ingin berazam mengabdi di tanah air yang sudah lama ia tinggalkan. Saat itu juga dirinya kembali kerumah besarnya yakni Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia yang selama masih mudanya ia banyak menimba ilmu dan ketauladan dari para bapak-bapak Masyumi.

Saat dirinya kembali ke rumah besarnya-Siddik diamanahi sebagai Ketua Badan Pengawas dan pada periode sebelumnya sebagai salah seorang ketua. Dirinya juga sempat diamanahi sebgai Direktur Lembaga Amil Zakat, Infaq dan shodaqoh (LAZIS Dewan Da’wah) yang diresmikan oleh Menteri agama RI sesuai UU Zakat No. 38 tahun 1999.

Melalui LAZIS Dewan Dakwah kami ingin menghadirkan perananan Dewan Dakwah menagani korban bencana alam di seluruh Indonesia, memberikan pelayanan kesehatan gratis, membuat program rehabilitasi ekonomi untuk korban bencana alam dengan pebangunan rumah sederhana bekerjasama dengan berbagai lembaga kemanusiaan di dalam dan luar negeri. Sebelum LAZIS Dewan Da’wah berdiri- Siddik sempat membantu kegiatan KOMPAK (Komite Penganngulangan Krisis) Dewan Da’wah.

Dengan pengalaman jaringan networking yang luas dirinya juga mengusahakan dukungan untuk pendanaan da’i Dewan Da’wah yang mencapai jumlah ratusan di seluruh tanah air. Siddik juga sempat diamanahi untuk memimpin perusahan travel biro pelayanan Haji dan Umrah sebagai bagian dari kegiatan Dewan Da’wah sekaligus sebagai profit centre untuk mendukung kegiatan Dewan Da’wah.

Pada tahun 2015 adalah tahun yang berat ia jalankan-Siddik terpilih sebagai Ketua Umum Dewan Da’wah menggantikan KH. Syuhada Bahri, Bagi Siddik tentu tugas ini berat ia jalankan dengan beberapa pertimbangan- atas desakan dari para pegurus dan pimpinan Dewan Da’wah ia dikukuhkan menahkodai gerakan Dewan Da’wah tersebut yang dimana ia banyak belajar kepemimpinan, kesahajaan, ke istiqomahan dari para bapak-bapak Masyumi di Kramat Raya no 45 Jakarta.

Di era kepemimpinan Dewan Da’wa, Siddik dituntut untuk terus berjuang dengan tantangan dakwah yang kian semakin kompleks, mulai dari kaum LGBT, Syi’ah, Komunisme, Kristenisasi, Kebodohan, dan aliran-alairan yang menyimpang. Tentu kerangka Dewan Da’wah dengan gerakan bina’an wa difa’an harus terus dilakukan sepanjang zaman.

Pria Yang Gemar Membaca Kehidupan

Sejak kecil pria asal Kuala Simpang Aceh keturunan Pakistan ini banyak suka merenungkan kata-kata hikmah dan mutiara bijak yang sering ia lihat dibeberapa harian surat kabar dan majalah. Salah satu renungan hikmah yang sosok Siddik jadi inspiranya sejak kecil hingga saat ini adalah: “Hiduplah sebelum kelahirannmu dan matilah sebelum meninggalmu’ artinya jadilah orang yang baik yang selalu diidamkan orang dan selalu dikenang orang.

Orang baik itu sebelum tiba diasiatu tempat (baik itu lingkungan, kantor, sekolah, dan apa saja) atau sebelum ia dilahirkan ditempat itu, orang sudah mendengar kebaikannya dan orang mengharapkan kehadirannya, dengan kata lain ia sudah hidup sebelum kehidupannya ditempat itu. Selanjutnya meskipun nanti si orang baik itu pindah dari dari tempat itu, orang masih mengenang dirinya karena kebaikan dan jasa-jasa serta sumbangangannya untuk masyarakat yang ditinggalkannya itu, seolah-olah dia masih hidup dan masih belum mati ditempat itu. Tapi ini adalah suatu moto kehidupan atau filsafat kehidupan yang saya dambakan dan inginkan. Semoga dengan tekad kuat mudah-mudahan dicatat Allah sebagai keinginan yang diridhai-Nya. Ungkap Siddik.

Selamat Jalan Pejuang

Pria yang sejak kecilnya hobi membantu masyarakat sekitar ini wafat pada Selasa, 29 Juni di RS. Harapan Kita Jakarta. Selamat jalan ayahanda Mohammad Siddik, insyaAlah kami-kami yang muda akan melanjutkan perjuangan. Risalah merintis, dakwah melanjutkan..!

Oleh: Hadi Nur Ramadhan

*)Hadi Nur Ramadhan, “Mohammad Siddik: Tugas Ini Sangat Berat” dalam Lukman Hakiem (Editor), _Pendiri dan Pemimpin Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia,_ Jakarta: Panitia Seabad Dewan Dakwah, 2017.

Mohammad Natsir

Keteladanan Natsir yang Patut Dicontoh Politisi

Mantan Sekretaris Mohammad Natsir, Lukman Hakiem, menilai sosok Natsir sudah melampaui seorang politisi, melainkan seorang negarawan. Natsir, kata dia, sudah tidak memikirkan kepentingan pribadi lagi. Yang dipikirkannya adalah kepentingan masyarakat dan umat.

Contohnya, tutur Lukman, ketika hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) tidak memasukkan Irian Barat ke wilayah Indonesia, Natsir tidak mau. Dibujuk Soekarno masuk kabinet pun, ia tidak mau. Karena baginya, Irian Barat itu wilyah yang penting.

“Padahal tawarannya jadi menteri loh, tapi Pak Natsir memilih berdiri di luar, membantu dari luar. Jadi bukan kepentingan pribadi,” ujarnya kepada hidayatullah.com usai seminar Mosi Integral Natsir di Aula Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Jakarta, Rabu (11/04/2018).

Selain tidak memikirkan kepentingan pribadi, kata Lukman, Natsir adalah seorang yang punya visi jauh ke depan. Itu dibuktikannya dengan merumuskan mosi integral yang bisa diterima semua kalangan.

“Bayangkan seorang Presiden Indonesia Timur sampai mau berhenti untuk bergabung ke RI. Kalau bukan Natsir yang bujuk, belum tentu bisa,” ucapnya. Bacaan Natsir juga luas, kata Lukman. Natsir adalah seorang pembaca dan penulis. Sehingga gagasannya banyak. “Kebanyakan politisi sekarang itu tiba saat tiba akal. Ketika ditanya langsung jawab. Spontan-spontan dan enggak mendalam,” kritik mantan anggota DPR ini.

Kemudian, yang patut dicontoh dari Natsir, kata Lukman adalah sifat kesederhanaannya.

Pernah Lukman melihat Natsir di gedung DDII mengenakan baju koko putih yang ada noda tintanya. “Tapi beliau enggak merasa martabatnya jatuh dan kita enggak kurang hormat,” pungkasnya. Acara yang digelar adalah  untuk mengenang Mosi Integral Natsir yang jatuh pada tanggal 3 April, panitia mengusulkan agara hari tersebut menjadi hari libur nasional.

Sumber : hidcom