Oleh Afrizal Refo, MA
Pemilihan kepala daerah (Pilkada) merupakan momentum penting dalam menentukan arah kemajuan sebuah daerah, termasuk di Aceh. Aceh, yang memiliki karakteristik khas sebagai daerah yang menerapkan syariat Islam, membutuhkan pemimpin yang tidak hanya cakap dalam memimpin, tetapi juga memiliki akhlak yang baik, jujur, amanah, dan bebas dari praktek politik uang. Pemimpin yang seperti ini akan mampu membawa Aceh menuju kesejahteraan yang hakiki, terutama bagi rakyat kecil, generasi muda yang beriman, serta tetap berpegang teguh pada nilai-nilai syariat Islam.
Amanah adalah sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Dalam konteks Pilkada di Aceh, amanah ini bukan hanya soal menjalankan tugas dengan baik, tetapi juga mengenai kejujuran dalam segala aspek pemerintahan. Kejujuran adalah pondasi utama dalam menghindari penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, dan praktik money politik yang seringkali merusak tatanan demokrasi.
Pemimpin yang amanah dan jujur harus dimulai dengan memilih calon yang tidak terlibat dalam praktek money politik. Sayangnya, praktek politik uang dalam pemilu masih menjadi salah satu masalah besar di Indonesia, termasuk di Aceh. Masyarakat seringkali tergoda oleh iming-iming uang atau barang sebagai imbalan memilih calon tertentu, padahal tindakan ini merusak esensi demokrasi yang sesungguhnya, yaitu memberikan suara berdasarkan visi, misi, dan kemampuan calon pemimpin, bukan karena materi sesaat.
Pemimpin yang amanah dan jujur akan menjunjung tinggi transparansi dalam segala aspek pemerintahan. Ia tidak akan terlibat dalam korupsi atau penyalahgunaan kekuasaan demi kepentingan pribadi atau golongan. Sebaliknya, ia akan menggunakan kekuasaannya untuk mensejahterakan rakyat, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, serta memajukan ekonomi daerah tanpa mengesampingkan prinsip keadilan.
Selain itu, pemimpin yang jujur juga harus memiliki integritas tinggi dalam menjalankan syariat Islam. Syariat Islam mengajarkan pentingnya memimpin dengan penuh tanggung jawab, keadilan, dan kasih sayang terhadap sesama. Pemimpin seperti ini harus menjaga nilai-nilai agama dalam setiap kebijakan yang diambil, terutama dalam bidang sosial, pendidikan, dan ekonomi.
Bebas dari money Politik
Salah satu tantangan terbesar dalam Pilkada pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota di Aceh adalah bagaimana memastikan bahwa pemilihan kepala daerah berlangsung tanpa terkontaminasi oleh money politik. Money politik adalah praktek memberikan uang atau barang kepada pemilih sebagai imbalan atas suara yang diberikan. Meskipun ini terlihat sepele, money politik memiliki dampak yang sangat besar terhadap kualitas demokrasi dan integritas pemimpin yang terpilih.
Money politik seringkali terjadi karena masyarakat dihadapkan pada kondisi ekonomi yang sulit. Banyak pemilih yang merasa terjebak dalam dilema antara memilih dengan hati nurani atau memilih karena kebutuhan finansial. Namun, hal ini hanya menciptakan lingkaran setan yang merugikan rakyat dalam jangka panjang. Pemimpin yang terpilih melalui money politik tidak akan pernah menjalankan pemerintahan dengan baik, karena mereka lebih mengutamakan balas budi kepada pihak-pihak yang telah membiayai kemenangan mereka daripada memperhatikan kepentingan rakyat secara umum.
Untuk itu, penting bagi masyarakat Aceh untuk menyadari bahwa memilih pemimpin yang jujur dan bebas dari money politik adalah langkah pertama menuju perubahan yang lebih baik. Pendidikan politik dan kesadaran masyarakat harus terus ditingkatkan agar mereka bisa memilih pemimpin yang benar-benar mengutamakan kepentingan rakyat. Di sisi lain, penyelenggara pemilu dan lembaga pengawas pemilu juga harus memiliki peran yang kuat dalam memantau dan mencegah praktek money politik ini.
Memperhatikan Rakyat Kecil
Rakyat kecil di Aceh adalah mereka yang tinggal di desa-desa terpencil, petani, nelayan, buruh, dan pekerja sektor informal lainnya. Mereka adalah bagian terbesar dari masyarakat Aceh, namun sering kali suara mereka tidak didengar dalam proses pengambilan kebijakan. Pemimpin yang amanah dan jujur harus mampu memperhatikan nasib rakyat kecil, menjamin kesejahteraan mereka, dan memberikan akses terhadap berbagai program pembangunan yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.
Salah satu fokus utama bagi pemimpin di Aceh adalah peningkatan sektor pertanian dan perikanan. Aceh, yang memiliki potensi alam yang besar, harus memanfaatkan sumber daya alam secara bijak untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan. Pemimpin yang amanah dan jujur akan memastikan bahwa bantuan pemerintah tepat sasaran dan tidak terjebak dalam praktek korupsi. Mereka juga akan memprioritaskan pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, irigasi, dan fasilitas kesehatan yang dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh rakyat kecil.
Selain itu, pemimpin yang peduli dengan rakyat kecil akan memperjuangkan program pendidikan yang lebih merata. Akses pendidikan yang baik akan membuka peluang bagi generasi muda untuk berkembang dan memperoleh pekerjaan yang layak. Pendidikan juga menjadi kunci untuk menciptakan generasi muda yang beriman dan berbudi pekerti luhur, yang akan menjadi pelanjut pembangunan Aceh di masa depan.
Menjalankan Syariat Islam
Aceh adalah daerah yang memiliki keistimewaan dengan penerapan syariat Islam. Sebagai bagian dari Republik Indonesia, Aceh tetap harus menghormati keberagaman agama dan budaya. Namun, sebagai daerah yang mayoritas Muslim, Aceh memiliki kewajiban untuk menjalankan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pemerintahan.
Pemimpin yang baik di Aceh harus mampu mengharmonisasikan antara tuntutan syariat Islam dengan kebijakan publik. Dalam bidang ekonomi, misalnya, pemimpin harus memprioritaskan sistem perekonomian yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, seperti larangan riba, penekanan pada keadilan sosial, dan pemberdayaan umat melalui zakat, infak, dan sedekah. Dalam bidang sosial, pemimpin harus mendorong masyarakat untuk menjaga nilai-nilai moral, menghormati hak-hak individu, dan memperhatikan kesejahteraan bersama.
Penerapan syariat Islam juga harus mencakup perhatian terhadap generasi muda. Pemimpin Aceh yang baik akan menciptakan program-program yang dapat membina generasi muda untuk menjadi pribadi yang beriman, cerdas, dan tangguh. Hal ini sangat penting karena generasi muda adalah masa depan Aceh. Jika mereka dibekali dengan pendidikan yang baik, agama yang kuat, dan keterampilan yang memadai, mereka akan dapat berkontribusi positif bagi pembangunan daerah dan bangsa.
Generasi muda adalah aset berharga bagi masa depan Aceh. Pemimpin yang amanah dan jujur akan memberikan perhatian khusus terhadap pendidikan dan pembinaan karakter generasi muda. Pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai Islam akan menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara moral dan spiritual.
Penting bagi pemimpin Aceh untuk menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembangnya generasi muda yang beriman. Mereka harus menciptakan kesempatan bagi generasi muda untuk belajar, berkembang, dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, generasi muda Aceh akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya memiliki kompetensi, tetapi juga memiliki akhlak yang baik.
Penulis adalah Sekretaris Umum Dewan Dakwah Kota Langsa dan Ketua Generasi Rabbani Langsa