Archive for month: September, 2024


Oleh Afrizal Refo, MA


Musibah sering kali datang tanpa peringatan. Di Aceh, disaat berlangsungnya PON XXX di Sumut – Aceh, kita beberapa hari ini saja mengalami angin kencang disertai hujan lebat yang mengakibatkan kerusakan gedung-gedung Arena PON, Gedung sekolah rubuh, banjir dan kesedihan di berbagai tempat.

Momen-momen seperti ini mengingatkan kita akan kekuasaan Allah dan pentingnya untuk kembali mendekat kepada-Nya. Mari kita telaah bagaimana musibah ini dapat menjadi pengingat untuk mengingat Allah dan meningkatkan keimanan kita.

Fenomena Alam yang Tidak Terduga

Musibah alam seperti angin kencang dan hujan lebat bisa datang secara tiba-tiba. Di Aceh, yang dikenal dengan keindahan alamnya, perubahan cuaca yang drastis dapat menyebabkan kerugian yang besar. Beberapa daerah mengalami banjir, pohon tumbang, dan kerusakan pada infrastruktur. Ini semua menimbulkan rasa cemas dan ketidakpastian di kalangan masyarakat.

Perubahan cuaca ini seharusnya menyadarkan kita bahwa sebagai manusia, kita tidak dapat mengendalikan alam. Kita hanya bisa berusaha untuk menghadapinya dengan bijak dan bersabar. Dalam situasi seperti ini, kita diingatkan akan kekuasaan Allah yang lebih besar daripada apapun yang kita alami.

Ketika musibah datang, sering kali hati kita bergetar dan pikiran kita berkecamuk. Di sinilah pentingnya mengingat Allah. Dalam kondisi terdesak, banyak dari kita yang berdoa, berharap akan perlindungan dan pertolongan-Nya. Ini menunjukkan bahwa meskipun kita mungkin terlena dalam kesibukan sehari-hari, ketika menghadapi kesulitan, kita kembali kepada-Nya.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan apabila kamu ditimpa musibah, maka ingatlah kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 153). Ayat ini mengajarkan kita bahwa musibah adalah panggilan untuk kita memperkuat hubungan dengan Sang Pencipta. Dengan berdoa dan berzikir, kita bisa menemukan ketenangan dalam hati dan kekuatan untuk menghadapi ujian.

Setiap musibah membawa pelajaran berharga. Ketika angin kencang menerpa Aceh, kita bisa belajar tentang pentingnya persiapan dan kewaspadaan. Musibah mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap tanda-tanda alam dan menjaga lingkungan sekitar.

Selain itu, musibah juga mengingatkan kita tentang pentingnya solidaritas. Dalam situasi sulit, kita melihat bagaimana masyarakat Aceh saling membantu. Banyak yang memberikan bantuan kepada korban, baik berupa makanan, pakaian, maupun dukungan moral. Ini menunjukkan bahwa kita harus selalu siap untuk membantu satu sama lain, terutama di saat-saat sulit.

Kesadaran akan Ketidakpastian Hidup

Musibah seperti ini mengingatkan kita bahwa hidup ini penuh ketidakpastian. Meskipun kita merencanakan banyak hal, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ketika angin kencang datang, semua rencana bisa terganggu. Inilah saatnya bagi kita untuk merenung dan menyadari bahwa Allah lah yang mengatur segalanya.

Penting bagi kita untuk bersyukur atas nikmat yang telah kita terima dan menyadari bahwa setiap saat bisa menjadi ujian. Dalam surah Al-Anfal (8:28), Allah berfirman, “Dan ketahuilah bahwa harta dan anak-anakmu adalah ujian.” Kita harus ingat bahwa semua yang kita miliki adalah titipan Allah yang bisa diambil kapan saja.

Setiap kali musibah datang, ini adalah waktu yang tepat untuk berdoa. Doa bukan hanya sebagai permohonan, tetapi juga sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Allah. Kita harus berdoa untuk keselamatan, ketabahan, dan pemulihan bagi mereka yang terkena dampak.

Berdoa juga adalah cara kita untuk mengingat kembali semua nikmat yang telah diberikan. Ketika kita mengalami kesulitan, penting untuk tidak melupakan semua hal baik yang ada dalam hidup kita. Dalam keadaan sulit, ingatlah untuk selalu bersyukur.

Musibah adalah ujian yang bisa memperkuat iman kita. Ketika kita menghadapi kesulitan, kita belajar untuk bersabar dan tetap berpegang pada ajaran agama. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk meningkatkan ketahanan diri dan meningkatkan ibadah yang mungkin selama pelaksanaan PON ke XXX di Sumut – Aceh, banyak orang yang melalaikan shalatnya dan musibah yang terjadi saat ini adalah teguran dari Allah SWT.

Dengan menjalani hidup sesuai dengan nilai-nilai agama, kita dapat menemukan ketenangan dan kekuatan untuk menghadapi ujian.Banyak orang yang setelah mengalami musibah, menjadi lebih aktif dalam beribadah dan melakukan amal baik. Ini adalah transformasi positif yang dapat terjadi setelah kita mengalami kesulitan. Dengan mendekatkan diri kepada Allah, kita akan mendapatkan ketenangan hati dan bimbingan dalam menjalani hidup.

Solidaritas dan Kemanusiaan

Dalam situasi bencana, kita sering melihat solidaritas yang luar biasa di antara masyarakat. Orang-orang bersatu untuk membantu sesama, memberikan dukungan, dan berbagi sumber daya. Ini menunjukkan bahwa kita sebagai manusia memiliki tanggung jawab untuk saling membantu, terutama di saat-saat sulit.

Musibah mengingatkan kita bahwa kita tidak hidup sendirian di dunia ini. Kita perlu membangun rasa saling peduli dan empati terhadap orang lain. Dengan saling membantu, kita dapat menghadapi setiap ujian dengan lebih baik.

Oleh karena itu musibah angin kencang disertai hujan yang melanda Aceh adalah panggilan untuk kita semua. Ini adalah waktu untuk merenung, kembali kepada Allah, dan memperkuat iman. Setiap ujian yang datang mengajarkan kita tentang ketidakpastian hidup dan pentingnya bersyukur. Mari kita jadikan musibah ini sebagai kesempatan untuk saling membantu, berdoa, dan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan cara ini, kita dapat menghadapi setiap tantangan dengan penuh harapan dan keyakinan bahwa Allah selalu bersama kita. Musibah adalah bagian dari kehidupan, dan bagaimana kita menyikapinya adalah kunci untuk menemukan kebahagiaan dan ketenangan di hati.

Penulis : Dosen PAI IAIN Langsa , Sekretaris Dewan Dakwah Kota Langsa dan Wakil Ketua PARMUSI Kota Langsa.


Oleh Afrizal Refo, MA


Pada tanggal 12 Rabiul Awal, umat Islam di seluruh dunia memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Hari ini menjadi salah satu hari yang paling ditunggu-tunggu dalam kalender Islam, karena sebagian besar umat Islam bersyukur atas hadirnya seorang nabi yang memperjuangkan kebaikan, menjunjung tinggi nilai-nilai moral, dan menjadi panutan dalam kehidupan sehari-hari.

Kelahiran Nabi Muhammad SAW juga menjadi tonggak penting dalam sejarah umat manusia, karena dalam sosoknya, lahir pemimpin yang amanah, yang membawa pesan kemanusiaan dan keadilan untuk seluruh dunia.

Aceh sebagai salah satu provinsi dengan mayoritas umat muslim di Indonesia, seharusnya dapat mengambil pelajaran dari momentum kelahiran Nabi Muhammad SAW untuk menjadikan dirinya sebagai daerah yang menjalankan syariat Islam, yang ramah dan toleran bagi setiap orang, serta menjadikan kepemimpinan yang amanah..

Pada awalnya Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1511 M. Aceh menjadi salah satu daerah yang menjadi pusat perdagangan, sehingga terkenal dengan kerajaan Islam yang memegang rahasia perdagangan tersendiri. Oleh karena itu, kedudukan Aceh sebagai pusat perdagangan telah menarik banyak pengaruh dari negara-negara luar, terutama dari India, Yaman, Persia, dan Timur Tengah.

Namun, sejak datangnya Belanda di Indonesia pada tahun 1607, Aceh mulai kehilangan kedaulatannya. Kota-kota dan pelabuhan ditaklukkan dan digantikan oleh Belanda sebagai pusat perdagangan di kawasan itu. Dalam era modern, Aceh terkenal karena banyaknya konflik lokal yang terjadi antara daerah-daerah di Aceh, terutama konflik horizontal yang memicu diskriminasi terhadap etnis tertentu dalam masyarakat.

Oleh karena itu, momentum kelahiran Nabi Muhammad SAW dapat menjadi teladan bagi calon gubernur di Aceh untuk memimpin dengan kebaikan dan keadilan, serta menghindari terjadinya diskriminasi atau konflik antara masyarakat.

Nabi Muhammad SAW merupakan sosok yang sangat menghargai keadilan. Oleh karena itu, calon gubernur di Aceh harus memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil harus melibatkan semua pihak dan dapat memberikan manfaat bagi rakyat Aceh. Kebijakan yang diambil harus dijalankan dengan transparansi dan mengacu pada prinsip-prinsip yang adil.

Dalam konteks Aceh, sebagai salah satu provinsi dengan populasi muslim terbesar di Indonesia, momentum kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diperingati setiap tahun juga dapat menjadi pengingat bagi calon gubernur dalam membangun Aceh yang lebih baik. Semoga calon Gubernur Aceh terpilih nantinya dapat memikirkan kepentingan umat Islam yaitu menjalankan syariat Islam secara menyeluruh dan juga membangun daerah yang lebih maju, dan tentunya mindset yang lebih baik tentang diri kita sebagai seorang pemimpin, untuk membangun negeri dengan keadilan dan perdamaian.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami betapa besar pengaruh sosok Nabi Muhammad SAW dalam sejarah umat manusia. Nabi Muhammad SAW bukanlah hanya pemimpin agama, tetapi juga pemimpin sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Sikap-sikap yang dicontohkannya, termasuk amanah, bertanggung jawab, keadilan, saling menghormati, kerja sama, kejujuran, dan integritas harus bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam memperingati momentum kelahiran Nabi Muhammad SAW, kita harus meningkatkan kecintaan kita kepada Allah SWT dan makhluk-Nya, serta meningkatkan kualitas hidup kita melalui perilaku yang baik. Dalam upaya membangun Aceh yang lebih baik, keberadaan calon gubernur yang memiliki prinsip kepemimpinan yang baik dan teladan sangat diperlukan. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama mendukung calon gubernur Aceh yang memiliki komitmen tinggi dalam memimpin Aceh dengan kebaikan dan keadilan.

Pada akhirnya, menjadi pemimpin yang amanah dan berkualitas dalam mengelola Aceh adalah tugas berat dan tak mudah. Namun, jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, membangun Aceh yang maju dan sejahtera dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan sejarah, sosok Nabi Muhammad SAW adalah teladan dalam kepemimpinan yang ideal, mengajarkan umatnya tentang kerja sama, keadilan, dan amanah, serta menghindari kekerasan dan diskriminasi.

Pada akhirnya, tentu saja hal tersebut tidak dapat dicapai dalam waktu singkat dan membutuhkan dukungan dan partisipasi dari seluruh masyarakat Aceh. Tantangan terberat adalah bagaimana masyarakat Aceh juga terlibat aktif dalam menghadapi permasalahan dan melakukan perubahan-perubahan positif untuk meningkatkan kualitas hidup di Aceh dengan mengacu pada nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran. Dengan kerjasama, partisipasi, dan komitmen yang kuat antara pemerintah dan masyarakat, Aceh bisa menjadi daerah yang maju, sejahtera, dan menjadi contoh bagi yang lainnya.

Oleh karena itu penting untuk diingatkan kembali bagi calon gubernur di Aceh ataupun bagi siapa saja yang memiliki peran dan tanggung jawab dalam menentukan arah asa Aceh. Momentum kelahiran Nabi Muhammad SAW harus menjadi momen refleksi bagi setiap individu dalam menjalankan kepemimpinan, guna menciptakan masyarakat Aceh yang ramah, Islami, adil dan sejahtera. Agar cita-cita Aceh sebagai daerah yang maju dan sejahtera dapat tergapai sesuai dengan prinsip yang berlandaskan Alquran dan hadits serta mendukung terhadap peradaban dunia.

Semoga kita dapat terus berjuang dan memperlihatkan kepedulian kepada masyarakat, serta memberikan kontribusi menghasilkan perubahan positif bagi Aceh yang kita cintai. Semangat!

Penulis adalah Sekretaris Umum Dewan Dakwah Kota Langsa


Oleh: Prof. Dr. Muhammad AR. M.Ed


Paus Fransiskus tiba di Indonesia 3 September 2024 dan 4 September langsung bertemu dengan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo di Istana Negara. Namun bukan hanya sebatas itu, yang menarik lagi bahwa ada seseorang dalam medsos mencium tangan Paus dan ini sangat tidak senang kalau yang cium itu orang Islam. Karena ia salah cium, seharusnya kalau orang Islam perlu mencium tangan ayah dan ibunya dan gurunya. Namun, ada issu yang mencium tangan Paus itu adalah warga NU atau warga GP Ansor. Kalau ini yang terjadi ini artinya sudah menyalahi kultur K.H. Hasyim Asy’ari, dan para Kyai lainnya. Walaupun demikian setelah ditelusuri, foto yang tersebar ketika kunjungan GP Anshor bertemu dengan Pemimpin Vatikan tersebut, bukan dari NU dan Ansor.

Menurut Wakil Sekjen Pengurus Pusat GP Ansor, KH Aunullah A’la Habib (Gus Aun) bahwa yang mencium tangan Paus Fransiskus adalah A.M. Adiyarto Sumardjono, seorang beragama Katolik. “Ia adalah Kepala Biro Umum di Kantor Wantimpres. Rupanya budaya cium tangan itu bukan hanya ada di Islam saja, tetapi dalam agama Khatolik pun ada seperti yang kita lihat dalam hari-hari kedatangan Paus ke Indonesia.

Cuma yang tidak ada adalah jika umat agama lain yang mencium tangan ulama Islam, demikian pula umat Islam yang mencium tangan Paus atau mencium kepala Paus. Kalaupun ada dikalangan ummat Islam yang mencium tangan dan kepala Paus itu namanya bahagian dari Khatolik, bukan lagi Islam tapi Islam KTP.

Memang menarik sekali Ketika kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia bak seorang anak yang sudah lama berpisah dengan ayahnya, namun pada saat ayahnya pulang dia peluk dan cium dan penuh haru dan tangis. Itu wajar sekali antara anak dan ayah/bapaknya.

Namun ketika Paus mengunjungi Masjid Istiqlal dengan baju keimamannya datang mencium kening Paus Fransisku, entah ini sama seperti anak mencium kening bapaknya atau murid mencium gurunya. Menurut berita CNN Indonesia, Kamis 5 September 2024 Imam besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar sangat terharu dan hormat kepada Paus sehingga dalam gambar beliau mencium kening dan kepala Paus. Nampak dalam gambar di medsos Prof. Nasaruddin Umar sangat melekat dan memuliakan Paus seperti seseorang memuliakan Ulama atau orang tuanya. Atau seperti memuliakan Nabi? Padahal Paus Fransisikus, menurut BBC News Indonesia 19 Desember 2023, Paus mengatakan bahwa para pastor dibolehkan untuk memberkati kepada pasangan sesame jenis, atau LGBT yang menganut agama Katolik Roma.

Detiknews Selasa 19 Desember 2023 menambahkan bahwa Doktrin Vatikan 2021 masih melarang pemberkatan kawin sesama jenisdengan alas an pada waktu itu Tuhan tidak bisa memberkati dosa. Namun pada 18 Desember 2023 pastor boleh memberkati pasangan sesama jenis kelamin. Sejak terpilih tahun 2013 lalu, Paus berusaha membuat gereja yang beranggotakan 1.35 miliar orang itu lebuh ramah terhdap kelompok LGBT tanpa mengubah doktrin moral.

Dulu di Aceh ada seorang Ulama yang bernama Teungku Muhammad Daud Beureueh, ketika datang orang-orang atau masyarakat datang berjumpa atau menziarahinya, ada yang berjabat tangan dengannya dan ada yang menciumnya. Ketika ada orang yang mencium tangannya, beliau bertanya, “Apakah kamu mencium tangan ibumu atau ayahmu” , kalau kamu tidak mencium tangan ibumu dan ayahmu, maka tidak perlu mencium tanganku.

Ada yang bilang kalau orang Khatolik mencium tangan dan kepala Paus Fransiskus, wajar saja karena itu imam mereka dan orang yang paling suci dalam anggapan mereka. Tetapi kalau ada ummat Islam yang dengan penuh haru dan hormat mencium tangan dan kening Paus, itu namanya kurang ajar, karena meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Itu namanya tasyabbuh, atau menyerupai mereka.

Dalam kaedah Islam barang siapa yang menyerupai sesuatu kaum, makai ia adalah bahagian dari mereka (kaum tersebut). Kalau ada ummat Islam yang melakukan seperti yang terlihat dalam medsos terhadap Paus bermakna orang itu sudah salah minum obat. Apalagi yang paling kurang ajar lagi adalah yang menyuruh orang (mayoritas) ummat Islam untuk meniadakan suara azan maghrib dan menggantikan dengan running text ketika ummat Khatolik melakukan misa. Ini kebablasan benar dan mereka sangat mencintai harta dan tahta.

Persoalan yang paling parah lagi adalah jika ada orang yang menandatangani surat agar seluruh saluran TV baik milik negara ataupun swasta pada waktu misa dilakukan, maka suara azan harus diganti dengan running text. Ini artinya mereka baik yang mendengar atau yang menyuruh matikan azan adalah Iblis, karena makhluk yang paling takut mendengar suara azan adalah mereka (iblis). Namun kalau ini datangnya dari ummat Islam, perlu dilihat penyakitnya, apakah ini sakit fisik atau sakit jiwa? Jangan sampe salah minum obat, atau kadang-kadang perlu chemoteraphi akibat penyakitnya yang sudah sangat parah.

Dalam Bahasa Aceh disebut “bek peupungo-pungo droe” sebab nanti akan gila benaran. Berita dari kemenag.go.id melaporkan bahwa Kominfo Kementerian Agama telah bersurat kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika terkait penyiaran Azan Maghrib dan Misa Akbar Bersama Paus Fransiskus. Surat yang ditandatangani oleh Dirjen Bimas Islam, Kamaruddin Amin dan Dirjen Bimas Khatolik, Suparman merupakan respons atas surat yang disampaikan oleh Panitia Kedatangan Paus Fransiskus. Dalam surat ini ke Kominfo bersifat permohonan yang mengandung dua hal: Pertama, agar Misa Bersama Paus Fransiskus pada tanggal 5 September 2024 diasiarkan secara langsung pada pukul 17.00 WIB hingga 19.00 WIB. Kedua, agar penanda waktu maghrib ditunjukkan dalam bentuk running text sehingga misa bisa diikuti secara utuh oleh umat katolik seluruh Indonesia.

Menurul akal sehat dan pikiran Islam yang sangat jernih, kedua persoalan di atas sangat erat hubungannya dengan Aqidah/tauhid, kalau gara-gara persoalan ini menyebabkan aqidah kita tergadaikan, maka silakan berhenti dari tempat kerja atau tinggalkan jabatan tersebut biar digantikan oleh orang lain yang imannya abal-abal. Bukankah kita ini milik Allah yang nantinya destinasi akhir kita adalah mati dan masuk ke dalam kuburan, dan mempertanggung jawabkan semua tindakan kita di dunia, dan juga menunggu pengadilan Allah di yaumil hisab.

Apakah kita sanggup menghentikan tugas malaikat maut untuk merampas nyawa kita, apakah kita mampu melawan Mungkar dan Nakir ketika menyodorkan beberapa pertanyaan di alam kubur dan menyiksa kita para pesalah semasa didunia, atau apakah kita mampu menghadang para penjaga neraka untuk tidak masuk kedalamnya? Oleh karena itu wahai anak manusia yang sangat dhaif dan penuh keterbatasan, Allah itu Maha Kuat, Allah itu Maha Mengetahui, Allah Maha melihat dan Allah itu pemilik dunia dan akhirat, manusia itu sangat terbatas kuasanya.

Lihat betapa hebatnya Suharto, tetapi 32 tahun jatuh dan phak luyak di tangan mahasiswa. Lihat Presiden Ferdinand Marcos dengan kekuasaannya yang sangat hebat, semua Angkatan darat, laut, udara dan Polisi semua warehnya tetapi dihancurkan oleh Benigno Aquino, seorang janda yang suaminya dibunuh Marcos, lihat Shah Iran yang begitu kejamnya dengan pasukan berenjatanya serta inteljennya Savak yang sangat biadab, tetapi akhirnya Kerajaan Shan Reza Pahlevi harus bertekukuk lutut pada Imam Khomeny, orang tua berjenggot yang tak berdaya tetapi dapat meluluh lantakkan Kerajaan Shah Iran. Demikian lah Fiaraun dan sebangasanya. Semua sirna dan mengigit jarai jika Allah menyempurnakan janji-Nya.
Demikianlah orang Indonesia, baik Katolik dan orang Islam model Katolik mengagungkan orang yang melegakan LGBT dan mencium kepala dan tangannya yang pikirannya sudah sarat dengan boleh kawin sesama jenis dan membolehkan LGBT. Padahal kalau ia orang Islam apalagi Imam Besar Masjid Istiqlal sudah salah tempat sembahyang. Sebenarnya ia harus sembahyang sebelah yaitu ke Katedral supaya sama-sama membela LGBT. Kita semua tahu LGBT dan pelaku Kaum LUTH disuruh bunuh oleh Nabi Muhammad saw. Kita malah memberkatinya, benar-benar slah masuk kendang. Itulah kekuatan ummat Islam Indonesia yang dapat ditundukkan oleh kekuatan dua saja. Mari sama-sama kita melihat tokoh-tokoh munafik nanti di Yaumil Hisab, apakah mereka mengikuti Nabi Muhammad ke sorga atau mengikuti Abdullah bin Ubay bin Salul ke Jahannam.

Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi Aceh


Oleh Afrizal Refo, MA


Agama Islam adalah identitas kita sebagai seorang muslim dan menjadi pondasi moral dalam kehidupan kita. Agama Islam juga membantu kita dalam menemukan makna dalam hidup dan memperkuat hubungan kita dengan Sang Pencipta.

Di dunia yang semakin terbuka dan mudahnya akses teknologi akibat arus globalisasi, kita mudah terpengaruh oleh berbagai ajaran agama lain yang tidak sesuai dengan kepercayaan kita. Namun, penting untuk diingat bahwa kita sebagai umat beragama harus mempertahankan keyakinan kita dan tidak tergoda oleh ajaran lain.

Setiap manusia mempunyai keyakinan dan nilai-nilai yang ia anut. Dalam agama Islam, iman dan aqidah adalah elemen yang sangat penting. Iman yang kuat akan menjadikan seseorang semakin teguh dan kokoh dalam mengarungi kehidupan. Namun, di era modern ini, banyak sekali orang yang berpaling dari aqidah dan mencoba mengikuti ajaran agama lain baik secara langsung maupun tidak langsung.

Memperkuat aqidah kita dengan iman adalah hal yang sangat penting. Iman yang kuat akan mempersatukan hati dan pikiran kita, sehingga kita mampu menjalani hidup dengan lebih mantap dan penuh dengan kebahagiaan. Dalam Islam, aqidah adalah landasan agama yang harus dikuatkan setiap umat Muslim. Aqidah yang benar akan membebaskan kita dari keraguan dan kebingungan, serta membuat kita semakin teguh dalam menghadapi cobaan dan godaan di dunia ini.

Namun, di tengah banyaknya ajaran agama lain yang bertebaran di masyarakat, kita harus tetap waspada dan tidak mengikuti mereka. Setiap agama memiliki aqidah dan keyakinan masing-masing. Memilih untuk mengikuti ajaran agama lain bisa membuat kita kehilangan jalan yang benar dan membuat kita tersesat dalam mencari kebenaran hidup. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk selalu memperkuat aqidah kita dengan iman dan tetap istiqamah dalam mengikuti ajaran agama yang kita anut.

Selain memperkuat aqidah kita, kita juga harus berusaha untuk memahami dengan benar ajaran agama Islam yang kita anut. Kita harus belajar dari ulama dan ahli agama yang memahami tafsir Al-Quran dan Hadits dengan baik. Dengan ilmu yang benar, kita akan semakin yakin dan kokoh dalam menghadapi rintangan dan masalah dalam hidup kita.

Saat ini, isu toleransi seringkali terdengar di telinga kita. Digagas sebagai bentuk menghargai perbedaan dalam masyarakat, toleransi menjadi pilar penting dalam menjaga harmoni sosial. Tidak bisa dipungkiri, Indonesia merupakan negara dengan masyarakat multi-etnis, multi-budaya dan multi-agama yang membutuhkan adanya toleransi untuk mencapai kehidupan yang berdampingan dalam keberagaman. Namun, sering kali toleransi disalahgunakan dengan dalih menggadaikan aqidah dan keyakinan seseorang.

Dalam prakteknya, toleransi seharusnya tidak akan merugikan diri sendiri atau orang lain, serta tidak boleh merusak prinsip atau keyakinan agama. Namun, seringkali dalam kehidupan sehari-hari, terjadi penyalahgunaan nilai toleransi dalam masyarakat. Contohnya, seorang muslim merasa takut untuk menolak tindakan-tindakan yang bertentangan dengan Islam meskipun dirinya sendiri tidak merasa cocok dengan hal tersebut, semata-mata untuk menghindari kesan yang tidak sopan atau bisa disebut sebagai intoleran. Hal seperti inilah yang sebenarnya menggadaikan aqidah dan keyakinan seseorang dengan dalih toleransi.

Menggadaikan aqidah dengan toleransi jelas merugikan sendiri. Dalam dunia pendidikan, ini bisa dilihat dari cara pembelajaran agama. Di beberapa tempat, terutama di sekolah umum, pembelajaran agama seringkali sekadar menjadi penghias kurikulum tanpa memberi pengaruh yang memadai pada diri siswa. Hal ini terjadi karena kesanggupan untuk menghargai perbedaan agama, seakan akan membenarkan untuk mengajarkan “pengetahuan” pada siswa tanpa bobot sebenarnya. Akibatnya, muncul generasi yang tidak memahami aqidahnya sendiri untuk menghindari keterlibatan dalam tindakan yang dapat merusak dirinya sendiri, seperti bullying atau tawuran, meski dalam agamanya sendiri mengutuk kekerasan.

Sementara itu, penyalahgunaan toleransi bagi yang lain dengan menggadaikan aqidah juga dapat merusak keberagaman dan keharmonian dalam masyarakat. Tidak ada jaminan bahwa hukum untuk merujuk pada toleransi akan sejalan dengan kebijakan toleransi yang sesungguhnya. Jika tidak terjadi kerja sama dan tindakan tegas di antara masyarakat, terutama yang terlibat dalam pelanggaran, tindakan merugikan dan mengingkari prinsip-prinsip keyakinan suatu agama akan terus terjadi dan berkembang di masyarakat.

Dalam kesimpulan, memperkuat aqidah kita dengan iman sangatlah penting, terlebih di era modern yang kompleks seperti sekarang ini. Kita harus tetap waspada dan tidak mengikuti ajaran agama lain, serta selalu memperdalam pemahaman kita tentang aqidah dan iman dengan cara yang benar. Dengan begitu, kita akan semakin kokoh dan teguh dalam mengarungi hidup ini, serta mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Penulis adalah Dosen PAI IAIN Langsa dan Sekretaris Umum Dewan Dakwah Kota Langsa.


Oleh: Prof. Dr. Muhammad AR. M.Ed


Salah satu pertanyaan di alam kubur nanti apabila manusia mati adalah man imamuka? Memang jawaban ini sederhana kalau kita didunia ini selalu membaca al-Qur’an dan juga mengamalkan ajaran al-Qur’an tersebut.

Namun bagi orang yang mengabaikan al-Qur’an konon lagi para penentang al-Qur’an, maka mereka akan menjadi buala-bulan malaikat hingga ke hari kiamat. Begitu pentingnya al-Qur’an dalam kehidupan ummat Islam karena al-Qur’an ini adalah salah satu pilar utama hukum Islam. Jika seseorang tidak memahami membaca al-Qur’an, tidak memahami isi al-Qur’an dan tidak mau menjalankan isi al-Qur’an, silakan membaca petunjuk Rasulullah dalam banyak hadisnya atau silakan bertanya kepada ahl zikri atau para ulama. Maka untuk ummat Islam di Aceh, kita sangat berterima kasih kepada saudara-saudara kita yang telah merumuskan bahwa setiap orang yang ingin menjadi pemimpin di Aceh, maka wajib kepada mereka itu harus bisa membaca al-Qur’an, semoga kehidupan para pembuat qanun ini diberkati Allah semuanya.

Al-Qur’an kalam Allah, al-Qur’an Kitabullah, al-Qur’an Undang-undang Islam, al-Qur’an adalah sumber segala ilmu dan sumber hukum Islam, jika kita mengaku Islam dan dibesarkan dari keluarga Islam, dalam lingkungan Islam, dan nenek moyang kita beragama Islam, sungguh amat dhaif kalau kita tidak bisa membaca al-Qur’an. Ini bermakna kita jarang sekali menyentuh Kitab Allah itu. Khalid bin Walid, seorang jenderal Islam, ketika dia pensiun dari jihad ketika mencapai umur 70 tahun, di pulang ke Madinah dan mengambil al-Qur’an dan mengatakan kepadayany, “Wahai al-Qur’an, mohon maaf selama ini (telah lama aku) tidak menyentuhmu, jarang membacamu, karena aku telah dilalaikan oleh jihad dalam rangka memperluas territorial Islam, dalam rangka menyebarkan risalah Rasulullah. Kalau demikian perkataan Jenderal Khalid bin Walid, bagaimana dengan kit aini, siapa yang melalaikan kita sehingga kita tidak sempat menyentuh dan membaca Kita Suci itu. Camkanlah whai ummat Islam sebelum masuk kea lam kubur.

Jenderal Khalid mengatakan “dialalaikan” oleh jihad, oleh sebab itu ia tidak sempat menyentuh lembaran-lembaran al-Qur’an. Seharusnya kitalah yang lalai dengan kerja mencari fee haram, membeli pekerjaan secara haram, melakukan sogok menyogok untuk mencapai tujuan, dan membunuh lawan politik dan lawan pendapat, sehingga membenci al-Qur’an dan mentalak tiga al-Qur’an. Banyak diantara kita melakukan, shalat, melakukan puasa wajib dan puasa sunat, memberi sedekah, naik haji dan umrah, namun kita enggan mengamalkan al-Qur’an secara komprehensif.

Kita membohongi al-Qur’an, kita menyepelekan al-Qur’an, kita menjadikan al-Qur’an untuk mencapai tujuan dan setelah itu kita injak-injak isi al-Qur’an, betapa biadabnya kita, betapa hancurnya akhlak kita, betapa kering kerontangnya hati nurani kita terhadap isi al-Qur’an. Sebelum terlambat, marilah kita bertobat kepada Allah kalau dosa itu berkaitan dengan Allah, namun kalau dosa itu terkait dengan manusia, maka carilah masjid-masjid dan rapat-rapat umum untuk meminta ampun kepada mereka.

Karena itu hati-hatilah dengan janji palsu, sumpah palsu, penipuan, penggelapan, dan kebohongan. Al-Qur’an tidak pernah menghalalkan kita untuk berbohong, intimidasi, membunuh, mencerca, memfitnah, berdusta, dan bersikap munafik.
Betapa memalukan kita ketika masa-masa calon anggota legislatif dahulu, banyak saudara kita yang gugur menjadi calon anggota legislatif disebabkan karena gagal membaca al-Qur’an dengan sempurna, dan kita berterima kasih kepada para juri baca al-Qur’an yang telah menjalankan tugas dengan adil, artinya yang bisa baca al-Qur’an wajar diluluskan dan bisa melangkah ke tahap selanjutnya, namun kalau ada juri baca al-Qur’an yang mau menerima sogok atau menutup mata ketika menilai bacaan al-Qur’an, artinya meluluskan yang tidak layak, atau sebaliknya. Maka kita serahkan kepada Allah atas kebohongan ini.

Kalau mereka benar, selamatkan mereka dunia akhirat ya Rabb. Maknanya kalau juri al-Qur’an sudah berani berbohong, tidak ada lagi juri yang benar di dunia ini. Kita bisa merujuk kepada pepatah Aceh terkait dengan hakim/juri yaitu “padumna leu hakim-hakim asoe jahim uroe dudoe”, Karena itu hati-hatilah dengan al-Qur’an, jangan jadikan al-Qur’an sebagai alat untuk mencapai tujuan duniawi dengan cara yang tidak benar. Ingatlah wahai juri yang menghakimi orang yang baca al-Qur’an dan hakim-hakim lain yang mengadili urusan kaum muslimin, anda orang pertama yang akan berhadapan dengan Pengadilan Allah di yaumil mahsyar nanti.

Demikian pula wahai juri yang telah mendengar atau menjadi hakim bacaan al-Qur’an calon gubernur Aceh, berlaku jujurlah syedara sebab ini berhadapan dengan Allah di yaumil hisab. Kalau mereka tidak lulus baca al-Qur’an, silakan tulis tidak lulus supaya bisa diperpanjang waktu untuk merekrut calon yang lain.

Al-Qur’an adalah jalan keselamatan, dan ini rambu-rambu kehidupan bagi manusia yang mau mengambilnya sebagai way of life. Sebagai ummat Islam, orang Aceh, dan penduduk di bumi syariat, sungguh sangat memalukan jika kita tidak bisa membaca kalam Allah, sungguh tidak berani mengaku Muslim kalau kitab sucinya saja tidak mampu membacanya apalagi menjalankan semua isi kandungannya.

Secara rasional tidak mungkin kita menjalankan syariat Allah atau undang-undang al-Qur’an kalau kita tidak memahami al-Qur’an itu sendiri, tidak mungkin kita memuliakan al-Qur’an sedangkan roh al-Qur’an tidak pernah bercampur dalam darah daging kita, tidak mungkin. Ditakutkan bagi orang-orang yang menjadi pemimpin di Aceh akan melanggar sumpah semuanya jika tidak menjalankan syariat Islam ketika menjadi pemimpin.

Karena setiap calaon gubernur, wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, walikota dan wakil walikota telah menanda tangani formulir diatas materai Rp. 10.000.- bersedia menjalankan syariat Islam jika nanti terpilih. Kita bisa bertanya sudah berapa persenkah syaraiat Islam berlaku di Aceh selama lebih kurang 23 tahun sudah berlaku? Lalu siapa yang disalahkan, rakyat atau pemimpin?

Sekarang bisa dibayangkan siapa yang melaukan sogok menyogok? Apakah mereka pikir ini ini anjuran al-Qur’an? Dan siapa yang menerima sogok atau meminta uang sogokan dan perantara sogok. Apakah mereka ini pecinta al-Qur’an? Demikian pula ketika seseorang menerima bantuan dari non-Muslim dan toke minuman keras atau toke barang haram untuk keperluan atau biaya kampanye, apakah ini ditolerir oleh al-Qur’an? Karena itu al-Qur’an bukan hanya dibaca akan tetapi diamalkan seluruh isinya, jadi kalau tidak mampu membaca, tidak memahami maknanya, tidak pernah menyentuhnya, dan tidak menjiwai al-Quir’an itu, maka tidak mungkin mengedepankan undang-undang al-Qur’an.

Dosen Pasca Sarjana UIN Ar-Raniry-Banda Aceh
Muhammad.ar@ar-raniry.ac.id


Oleh: Afrizal Refo, MA

Sebagai kepala daerah baik Gubernur maupun Bupati/ Walikota memiliki tanggung jawab besar dalam menjalankan tugasnya. Salah satu tugas penting yang harus dilaksanakan oleh kepala daerah adalah menyelesaikan masalah yang kompleks dengan baik.

Oleh karena itu, kepala daerah harus memiliki kualitas kepemimpinan yang bersih, jujur, dan tegas. Selain itu, kepala daerah juga harus dapat mendengarkan ketika masyarakat berbicara dan mampu memahami berbagai permasalahan yang dihadapinya.

Dalam hal ini, salah satu syarat yang harus dilalui oleh calon kepala daerah di Aceh baik gubernur, wakil gubernur, Bupati, wakil Bupati, Walikota dan Wakil walikota wajib mengikuti tes baca Alquran. Tes baca Alquran adalah salah satu hal yang dapat membantu meningkatkan integritas kepala daerah. Alquran adalah kitab suci yang dipercaya sebagai sumber hukum, moral, dan spiritual. Dalam Alquran, terdapat banyak ayat-ayat yang dapat membantu seseorang menjadi pemimpin yang bijaksana dan terhormat.

Maka dengan melakukan tes baca Alquran, kepala daerah akan mempelajari berbagai ayat-ayat penting yang dapat membantunya mengembangkan kepemimpinannya. Tes baca Alquran juga membantu kepala daerah meningkatkan pemahaman tentang etika kepemimpinan dan menunjukkan bahwa dirinya adalah pemimpin yang dapat diandalkan.

Tes baca Alquran juga dapat membantu kepala daerah dalam menghadapi tekanan dan polarisasi yang mungkin terjadi dalam pekerjaannya. Dalam rangka melaksanakan tugasnya dengan baik, seorang kepala daerah harus dapat memahami serta menjaga harmoni dalam masyarakatnya. Oleh karena itu, tes baca Alquran dapat memperluas pandangan kepala daerah tentang perbedaan budaya dan pandangan yang dapat membantu menjaga koeksistensi dalam masyarakat.

Namun, tes baca Alquran bukanlah satu-satunya cara untuk meningkatkan integritas kepala daerah. Sangat penting juga bagi kepala daerah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara baik dan adil. Mereka juga harus mempunyai kualitas kepemimpinan yang baik serta mampu melayani kepentingan masyarakat dengan sepenuh hati.

Dengan demikian, tes baca Alquran bukan hanya sekadar ritual formalitas semata, tetapi dapat menjadi cara penting untuk membantu meningkatkan kualitas kepemimpinan seorang kepala daerah. Dalam konteks filosofisnya, tes baca Alquran menjadi refleksi tentang pentingnya berpegang teguh pada prinsip kesetiaan dan kejujuran, serta menjadi teladan bagi keadilan, integritas, dan moralitas puri kita. Oleh karena itu, kepala daerah harus melakukannya dengan penuh kesadaran akan kepentingannya untuk memperoleh kebaikan yang sejati bagi masyarakat yang dipimpinnya.

Dalam era yang serba modern ini, terkadang nilai-nilai spiritual dan moral sering kali diabaikan dalam kehidupan bersosial yang semakin kompleks. Namun, tes baca Alquran menjadi pengingat bahwa sebagai manusia, kita juga harus selalu terhubung dengan yang Maha Kuasa. Kita harus selalu mengambil waktu untuk membaca ayat-ayat suci dalam Alquran sebagai pengingat bahwa Allah selalu ada di setiap langkah kehidupan kita.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan dalam kepemimpinannya, seorang kepala daerah dapat mengambil inspirasi dari ayat-ayat pada Alquran. Ayat-ayat tersebut dapat membantunya mengambil keputusan bijaksana dan tetap menjaga harmoni dalam masyarakat.

Sebagai kesimpulan, Tes baca Alquran menjadi penting bagi kepala daerah sebagai salah satu tanda bahwa mereka adalah pemimpin dengan integritas dan kejujuran dan juga menjadi pengingat betapa pentingnya nilai-nilai spiritual dan moral dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai masyarakat, mari kita selalu menghormati nilai-nilai keagamaan dan menjadikannya sebagai acuan dalam setiap tindakan kita. Namun, tetap dibutuhkan aksi nyata dari kepala daerah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik serta adil. Semoga artikel ini dapat memberikan pandangan yang bermanfaat bagi pembaca.

Penulis adalah Dosen PAI IAIN Langsa dan Sekretaris Umum Dewan Dakwah Kota Langsa.


Oleh: Prof Dr. Muhammad. AR. M.Ed


Jika kita telusuri apa yang tengah terjadi di negeri KONOHA dewasa ini semuanya serba tidak jelas dan semuanya sudah kehilangan arah dan tujuan hidup sehingga benarlah apa yang telah disabdakan oleh baginda Nabi SAW 15 abad yang lalu. Maksud dari peringatan Rasulullah tersebut adalah “hati-hatilah kamu nanti akan datang suatu masa manusia di waktu pagi masih dalam keadaan beriman, namun di sore harinya mereka sudah menjadi kafir, dan begitulah sebaliknya.” Panorama ini sedang berlangsung di negeri Konoha, orang tidak lagi mengedepankan iman/tauhid dan idealisme keagamaannya, namun yang nampak menganga adalah orang-orang di negeri itu adalah persahabatan diukur dengan harta benda (uang) dan jabatan, inilah nuansa para pengikut di negeri konoha tersebut. Dajjal belum datang atau belum hadir, namun para pengikutnya sudah merajalela di mana-mana dan mereka sedang menyusun welcoming Dajjal Committee bersama zionis di Israel. Orang-orang di negeri-negeri konoha itu bersama keluarga, handai taulan, kroni dan saudara baru karena uang dan jabatan memimpin negeri-negeri itu. Mereka sefikrah menjadikan diri sebagai tandingan Malikiyaumiddin.

Pada suatu ketika mereka berkata atau berjanji pada jamaah kaum muslimin, bahkan jamaah shalat lima waktu sekalipun, untuk menjaga agama, memperjuangkan sunnah Rasulullah, memperjuangkan risalah yang dibawa oleh Rasulullah, memperjuangkan amanah, menjaga hak ummat banyak, hak orang terdhalimi, dan hak orang Islam secara khusus, namun ketika mereka berhadapan dengan uang, jabatan, dan angin sorga dunia, mereka lupa semuanya apa yang pernah dijanjikan, maka benarlah apa yang disabdakan oleh baginda Nabi SAW yang maksudnya adalah: “ The signs of hypocrite consists of three: if they are talking, they tell a lie; if they are promised, they will brake it; if they are trusted, they betray.” Inilah penyakit yang sangat berbahaya telah terhinggapi hampir mayoritas ummat Islam di seluruh negeri-negeri konoha. Mereka mengira bahwa Allah itu buta, Allah itu tuli, dan Allah itu lalai, sehingga mereka penduduk konoha itu berpesta pora diatas penderitaan rakyat.

Saudara atau sahabat mereka adalah siapa yang dapat memberi banyak manfaat kepada mereka, yang dapat menyenangkan mereka secara duniawi, yang dapat melindungi mereka dari neraka dunia, dan yang dapat membahagiakan mereka, keluarga mereka, anak isteri mereka dan suadara mara mereka serta para anggota-anggota mereka yang sefikrah untuk menipu Allah Pemilik alam ini. Rupanya tidak salah apa yang telah diutarakan oleh Baginda Nabi SAW bahwa “iman itu naik turuh seperti gelombang laut”. Satu saat iman kita kuat ketika uang dan jabatan belum ada dan belum terpikir ke arah itu, namun ketika badan sudah sehat, pikiran sudah segar, keluarga sudah bertambah, kebutuhan sudah meningkat, maka pada waktu itulah mereka mengucapkan “Selamat tinggal wahai halal dan haram, selamat tinggal wahai manusia bodoh, siapa suruh memilih aku dan golonganku serta soe yue tamong lam geurupoh lon”. Air tuba dibalas dengan racun berbisa yaitu kebohongan, dan itu sudah terbiasa bagi orang-orang konoha yang panutannya adalah Abdullah bin Ubay bin Salul, selamat berjumpa kembali di hadapan Pengadilan Allah yang disana tidak perlu backing dan pengacara.

Oleh karena itu bagi ummat Islam dalam rukun iman, ada enam hal yang harus dipercayai oleh ummat Islam , yang harus diimani, dan yang harus diikuti dalam kehidupannya. Ini jelas dan terukur serta ini merupakan landasan untuk terbebas dari kemusyrikan, kecurangan, kebohongan dan kedunguan. Jadi, kalau manusia tidak ada perintah untuk dipercayai apalagi selama manusia itu masih hidup, karena kita ini diciptakan Allah dengan sifat tergesa-gesa, kikir, dan berkeluh kesah, demikian kata Allah dalam Kitab Suci al-Qur’an.

Kapan seorang manusia bisa dikatakan baik dan jujur, apabila ia telah meninggal dunia karena semua aktivitasnya yang baik telah ditinggalkan dan telah dipersembahkan semasa hidup, nasib baik ia telah menghadap Allah dengan berbagai kebaikan. Kalau seseorang tidak sempat bertaubat atas kelapaannya, kesalahannya dan kekurangannya semasa hidup, maka tidak mungkin kita akan percaya kepadanya. Karena itu berhati-hatilah mendengar ocehan, mulut manis, dan haba mangat dari seseorang selama ia masih hidup. Ummat Islam tidak akan terperosok ke dalam lobang yang sama untuk kesekian kalinya kecuali minim pengetahuan atau kebutaan hati. Buta mata tidak berbahaya dan yang paling mencemaskan adalah karena buta hati dari kebenaran dan kemahakuasaan Allah.

Mengapa manusia tega berbuat curang, salah, dan bohong, karena mereka minim tauhid atau Aqidah tentang kepada keagungan Allah, kekuasaan Allah dan kemahaperkasaan Allah.

Kaum hypokrit itu merajalela di mana-mana dan mereka kalau dideteksi dengan kacamata agama sangat mudah ditemukan, namun kalau kita tinggalkan koridor agama, samar-samar dalam pandangan kita karena mereka sangat pandai dalam bersilat lidah dan berbaur walau dalam barisan salat. Bukankah Abdullah bin Ubay bi atau hipokrasin Salul selalu berjamaah bersama Rasulullah SAW namun sifat kehipokritannya tetap bersemayanam dalam dadanya. Perlu digaris bawahi bahwa orang mukmin mengajak manusia untuk berbuat yang makruf, sedangkan orang hipokrit mengajak manusia untuk berbuat kemungkaran. Namun yang sulit dipantau apakah seseorang baru dihinggapi dari penyakit hipokrit itu atau sudah lama, itu sangat tergantung dengan siapa ia berkawan, apakah sama-sama dalam kelompok konoha atau kelompok yang lain di bibir lain di hati.

Rahmat dan ampunan Allah masih terbuka sebelum nyawa sampai di kerongkongan, tiada manusia yang tidak bersalah dan ini sesuia dengan salah satu hadis dari Rasulullah SAW yang bermakna: “Semua anak cucu Adam bersalah, dan sebaik-baik para pesalah adalah yang sentiasa memohon ampun dan bertaubat kepada Allah”. Oleh karena itu marilah sama-sama memohon ampun kepada Allah yang Maha Pengampun dan Maha penerima taubat sebelum kita menghadap Pengadilan Allah yang Maha Adil. Janganlah berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang dhalim.

Ingatlah bahaya kemunafikan adalah neraka solusinya. Banyak ayat dalam al-Qur’an yang berbicara tentang kemunafikan, karena itu marilah kita hindari sifat-sifat ini yang mencoreng kemukminan kita dan jangan terpengaruh dengan penguasa negeri Konoha.

Penulis adalah Dosen Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Banda Aceh