OlehDr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL., MA (Ketua Majlis Syura Dewan Dakwah Aceh & Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh)
Sejarah dan perputaran masa dalam kehidupan manusia berjalan demikian lancarnya sehingga ada manusia yang lupa akan masa lalu dan tidak mampu menganalisa masa depan walaupun hidupnya penuh sesak dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan.
Demikianlah bukti sejarah yang telah berlalu dari satu kelain zaman, di sana ada manusia yang menipu manusia, ada manusia yang mencurangi manusia, ada manusia yang menghina manusia, ada manusia yang menghancurkan massa depan manusia, ada manusia yang membunuh manusia dan seterusnya. Adakah kondisi semisal itu hadir dalam kehidupan kita? Mari kita bercermin kepada sejarah dalam upaya membaca masa depan yang masih kelam.
MARCOS
Nama penuhnya adalah; Ferdinand Emmanuel Edralin Marcos, lahir 11 September 1917 dan meningggal 28 September 1989 dalam usia 72 tahun. Ia merupakan Presiden kesepuluh Filipina yang menjabat dari 30 Desember 1965 sampai 25 Februari 1986. Banyak kisah menarik yang dapat dipetik dari sejarah panjang kehidupan dan kepemimpinan Marcos selama memimpin Negara Filipina. Alumni Fakultas Hukum Universitas Filipinan dengan nilai cum laude tahun 1939 ini berkesempatan berperang melawan Jepang dalam Perang Dunia II.
Setelah mendapat beberapa penghargaan dari hasil perjuangannya melawan Jepang, tahun 1954 Marcos menikah dengan seorang wanita cantik bernama Imelda Romualdez yang kemudian berjuang membantunya dalam gerakan memperoleh posisi presiden. Ia kemudian bergabung dengan Partai Nacionalista, lalu bergandengan dengan calon wakil presidennya Fernando Lopez berhasil mengalahkan presiden petahana; Diosdado Macapagal dalam pemilu 1965. Tatkala itu resmi Marcos menjadi presiden Filipina yang kesepuluh.
Tercatat dalam sejarah bahwa Marcos merupakan presiden Filipina pertama yang terpilih dua periode berturut-turut. Merasa dirinya sudah kuat tahun 1972 ia menjadikan gaya kepemimpinannya yang otoriter yang membolehkan dirinya berkuasa tanpa batas dengan menggunakan hukum darurat militer sebagai alat untuk menekan dan membungkam pihak oposisi. Dengan gaya kepemimpinannya yang otoriter tersebut berkembangnya praktik money politik, pelanggaran HAM, maraknya praktik korupsi, memburuknya kesehatan rakyatnya serta doyan berhutang dengan luar negeri terutama dengan Amerika Serikat untuk menghambur-hamburkan dana bagi para kroni dan para pengikutnya. Yang paling tragis adalah dalam masa-masa akhir kepemimpinannya terjadi pembunuhan terhadap tokoh oposisi Benigno Aquino pada tahun 1993.
Kasus terakhir membuat terjadinya perlawanan rakyat membela kematian tokoh mereka sehingga isteri Benigno Aquino dinobatkan sebagai lambang perlawanan terhadap rezim Marcos dan huru hara dalam negeri akhirnya tidak dapat dibendung sampai berakhirnya diktator Marcos dengan melarikan diri ke Honolulu, Hawaii Amerika Serikat. Rezim yang memiliki visi Bagong Lipunan (Masyaarakat Baru) ini mengedepankan doktrin bahwa orang-orang miskin dan orang kaya harus sama sama bekerja tanpa perbedaan untuk menuju tujuan tunggal untuk mencapai kebebasan melalui kesadaran diri.
Tercata sebuah kecurangan besar yang dilakukan dengan kekuasaannya Marcos adalah terpilih keempat kalinya sebagai presiden Filipina dalam tahun 1986 yang penuh intimidasi, kecurangan, ancaman dan tipuan. Dengan ketimpangan pemilu tersebutlah akhirnya Marcos diturunkan sebagai presiden dalam sebuah gerakan massa yang terkenal dengan Revolusi EDSA, sebuah revolusi damai yang dipimpin isteri Benigno Aquino; Corazon Aquino (Qory Aquino). People Power yang bernama Revolusi EDSA tersebut telah memaksa Marcos dan isterinya melarikan diri ke Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat. Ia hidup menumpang di sana dengan perasaan dikejar ketakutan rakyat sendiri sampai menemui ajalnya pada tanggal 28 September 1989 akibat menderita penyakit jantung, ginjal dan paru-paru. Marcos akhirnya dikebumikan di kompleks pekuburan besar indah di Kota Batac, provinsi Ilocos Utara, Hawaii (1993–2016), kemudian dipindahkan ke Heroes’ Cemetery, Taguig, Metro Manila (sejak 18 November 2016).
Marcos dalam memimpin Filipina sangat terikat dengan pengaruh pendamping hidupnya Imelda yang suka hidup mewah dan berfoya-foya. Keterikatan tersebut membuat dirinya harus melakukan sesuatu yang terkadang bertentangan dengan aturan, karena dia masih berkuasa maka kebanyakan orang tetap saja tunduk dan patuh kepadanya. Akan tetapi manakala pelanggaran demi pelanggaran terus dikerjakan yang membuat rakyat hilang kesabaran, maka orang sekuat Marcos yang tidak mampu dilawan oleh para jenderal akhirnya tumbang dari kekuasaan dengan pengaruh seorang wanita janda yang tidak pernah diduga, yaitu Cory Aquino.
Ketika rakyat sudah berkesimpulan bahwa ia seorang jahat, pelanggar aturan dan penghalal cara dalam berkuasa, lalu rakyat bergerak dengan People Powernya yang bergelar Revolusi EDSA (Epifanio de los Santos Avenue), yang diambil sempena dari sebuah jalan di Metro Manila sebagai tempat demonstrasi. Maka para jenderal tentara, polisi, para hakim dan jaksa, para buzzer, para penjilatnya yang dahulu membelanya mati-matian beralih haluan mengikuti aliran gerakan rakyat yang mengejarnya lari dari tanah airnya. Kejadian semisal itu hanya waktulah yang menentukan kapan suatu kedzaliman itu berakhir dan kapan kebenaran itu bermunculan, kita tunggu di Negara Indonesia.
NICOLAE CEAUȘESCU
Mantan pemimpin dan bangsa Rumania ini lahir di Scornicești, Olt, Rumania pada tanggal 26 Januari 1918 secara normal, dan meninggal di Târgoviște, Dâmbovița, Rumania secara luarbiasa karena dieksekusi oleh rakyatnya sendiri pada tanggal 25 Desember 1989 dalam usia 71 tahun. Ia memiliki seorang isteri bernama; Elena Petrescu yang ikut dieksekusi rakyat bersamanya dan tiga orang anak: Valentin Ceaușescu, Zoia Ceaușescu, dan Nicu Ceaușescu. Dalam usia 11 tahun Ceausescu pindah ke Bukares hanya untuk bekerja di pabrik, namun kemudian tahun 1932 ia bergabung dengan Partai Komunis Rumania sehingga jadi popular setelah ditangkap beberapa kali akibat gerak langkah politiknya yang keras.
Ia sempat ditangkap berturut-turut dalam tahun 1932, tahun 1933, tahun 1936 dan tahun 1940 karena dituduh mengembangkan propaganda faham komunis dengan anti paham fasis. Ketika bebas dari penjara tahun tahun 1940 ia berkenalan dengan Elena Petrescu dan menikah pada tahun 1946. Tahun 1943 ia dipindahkan ke kemp konsentrasi Targu Jiu dan ketika Rumania menjadi bahagian penguasaan Uni Soviet dia mendapatkan posisi Sekretaris Uni Pemuda Komunis dari tahun 1944 sampai 1945. Nasipnya semakin baik ketika Komunis berkuasa di Rumania tahun 1947 Ceausescu diangkat menjadi Menteri Pertanian dan beberapa sa’at kemudian menjadi wakil Menteri Angkatan Bersenjata, dan dalam tahun 1954 dia menjadi anggota penuh Politbiro Komunis serta menjadi orang penting dalam kekuasaan Negara Rumania.
Karir politik Ceausescu lumayan unik, dia pernah menjadi Presiden Dewan Negara Rumania mulai dari 9 Desember 1967 sampai 22 Desember 1989, Presiden Rumania sejak 28 Maret 1974 sampai 22 Desember 1989, Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis Rumania semenjak 22 Maret 1965 sampai 22 Desember 1989.
Awal masa kepresidenannya Ceausescu membuka kebijakan barunya dengan Eropa barat dan Amerika Serikat yang berbeda dengan kebijakan Negara-negara Pakta Warsawa lain yang cenderung beroposisi dengan Amerika dan Eropa Barat selama perang dingin. Dekade berikut kepemimpinannya mulai mendapatkan dukungan rakyat yang membludak karena keberaniannya dan ketajaman analisa politiknya sehingga menjurus kepada pengkultusan pada masa menjelang berakhir hidupnya. Pada masa tersebut hubungannya dengan negara barat dan Uni Soviet mulai memburuk yang membuat dia kehilangan kekuatan luar negara manakala rakyat mengeksekusinya.
Karena merasa sudah diterima oleh rakyat sepenuhnya, pola kepemimpinan Ceausescu pelan-pelan beralih dari sistem politik Komunis kepada sistem politik monarkhis yang membuat dirinya cenderung kepada pengkultusan individu. Terinspirasi oleh pimpinan Korea Utara Kim Il-Sung dan ia kagum dengan Mao Zedong di Republik Rakyat Cina yang menguasa Negara penuh dengan gaya diktator ala ideologi Komunis. Berbekal kunjungannya ke RRC dan Korea Utara tahun 1971 dan dipicu oleh pidatonya di lapangan revolusi Bukares pada 21 Agustus 1968 yang mengutuk keras invasi Pakta Warsawa ke Cekoslowakia, semenjak itulah dia sering diidentikkan dengan Rumania itu sendiri dan dari sinilah benih pengkultusan diri yang sekaligus juga pengkultusan terhadap isterinya Elana bakal berbuah petaka raya bagi pasangan suami isteri yang menjadi orang nomor satu Rumania tersebut.
Pengkultusan yang dahsyat itu digambarkan oleh media Rumania sebagai teoretikus jenius komunis yang telah banyak bersumbangsih terhadap Marxisme-Leninisme. Ia juga dicitrakan sebagai pemimpin politik dengan “pemikiran’ yang menjadi sumber semua pencapaian negara Rumania. Kumpulan karya-karyanya diterbitkan secara berkala dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. Karya ini terdiri dari lusinan volume dan selalu ada di setiap toko buku di Rumania. Sementara itu, isterinya Elena digambarkan sebagai “Ibu Bangsa. Media-media mengistiharkan zaman keemasan Ceaușescu penjamin kemajuan dan kemerdekaan bangsa, ia digambarkan sebagai perancang visioner masa depan bangsa Rumania dan digambarkan sebagai Conducător atau “pemimpin”.
Lonescu, penulis untuk Radio Free Europe merinci daftar sebutan puja-puji para penulis Rumania kepada Ceaușescu sebagai berikut: “arsitek”, “raga surgawi” (Mihai Beniuc), “pencipta buana”, “tuhan sekular” (Corneliu Vadim Tudor), “pohon cemara”, “Pangeran Tampan” (Ion Manole), “jenius”, “santo” (Eugen Barbu), “keajaiban”, “fajar menyingsing” (Vasile Andronache), “pemberi arah” (Victor Nistea), “penyelamat” (Niculae Stoian), “matahari” (Alexandru Andrițoiu),
“titan” (Ion Potopin), dan “visioner” (Viorel Cozma).
Kondisi pengkultusan yang berlebihan tersebut membuat Ceaușescu dan isterinya Elena berposisi bak sang maharaja yang tidak tersalahkan dan tak terkalahkan. Sehingga gambar-gambar keduanya yang ditayang televisipun dihatur ketat, manakala cameramen atau pemberita televisi tersalah menampilkan gambarnya akan mendapatkan sanksi diskor dari tempat kerja. Suasana maharaja di atas kayangan demikian terasa sangat sulit dirubah oleh rakyat Rumania ketika itu.
Namun demikian ketika alam berbicara, pengkultusan dan pemujaan berdasarkan rekayasa itu kemudian tiba juga masa berakhirnya. Ketika rakyat sudah muak dengan kondisi rekayasa, tipu, curang dan palsu itu maka rakyat yang dahulu memujanya mereka juga yang menghina dan mengeksekusinya. Berawal dari pidatonya yang menekankan keberhasilan revolusi sosialis Rumania tanggal 21 Desember 1989, mulailah rakyat mengoloknya dan mereka meneriakkan”Ti-mi-șoa-ra! Ti-mi-șoa-ra!”. Berbaringan dengan olok-olokan tersebut tiba-tiba terdennar suara bom dan senapan yang membuktikan kekacauan muali terjadi. Ceaușescu dan isterinya Elena menjadi panik dan bersembunyi di dalam sebuah bangunan.
Dengan cepat saja api revolusi itu menyebar keseluruh negara Rumania, tanggal 22 Desember 1989 media mengumumkan kematian menteri pertahanan Vasile Milea yang diduga hasil kerja rezim maka kemarahan rakyat semakin menjadi-jadi dan sulit dibendung. Melihat kondisi yang ada, Ceaușescu coba memberikan pidato peredaman kepada massa yang berkumpul di depan bangunan Komite Pusat. Kasihan pidatonya dijawab dengan lemparan batu dan benda keras lainnya yang memaksa dia bersama isteri masuk ke gedung tersebut tetapi rakyat kemudian mengejarnya.
Ceaușescu dan istrinya berhasil mencapai atap gedung dan melarikan diri dengan helikopter, kondisi ini merepresentasikan bubarnya Partai Komunis Romania. Dalam masa revolusi tersebut media barat mengklaim 64.000 orang tewas dibunuh oleh pihak sekuriti, klaim tersebut dibantah pihak Rumania yang mengatakan hanya 1.000 orang yang tewas.
Gambaran situasi tersebut membuat Ceaușescu dan istrinya melarikan diri dengan helicopter dari ibu kota ke kediamannya di Snagov. Mereka lalu melarikan diri lagi ke Târgoviște. Dekat Târgoviște, mereka meninggalkan helikopter dan menggunakan jalur darat. Kemanapun ia lari akhirnya ditangkap oleh polisi yang dahulu memuja dan memuji serta penuh tunduk patuh kepadanya. Terus diserahkan kepada tentara yang dahulu menjadi pembelanya dan penjaganya, lalu pada hari natal 25 Desember 1989 mereka diadili secara kilat di pengadilan militer dan dijatuhi hukuman mati dengan tuduhan berlapis, mulai dari memperkaya diri secara ilegal hingga genosida, dan kemudian dieksekusi di Târgoviște. Video pengadilan menunjukkan, setelah vonis, Ceaușescu dan istrinya diikat lalu digiring ke luar gedung pengadilan untuk dieksekusi.
Pasangan ini dieksekusi oleh regu tembak yang terdiri dari anggota pasukan terjun payung elit Rumania: Kapten Ionel Boeru, Sersan Mayor Georghin Octavian dan Dorin-Marian Cirlan, ketika ratusan prajurit lainnya juga turut serta. Ceaușescu dan istrinya dihadapkan ke dinding lalu segera ditembak sampai mati. Nicolae Ceaușescu dan istrinya Elena dimakamkan di kuburan Ghencea, Bukares. Mereka merupakan orang terakhir yang dihukum mati di Rumania sebelum penghapusan hukuman mati pada 7 Januari 1990 oleh pemerintahan baru.
Walaubagaimanapun, kenangan kehebatan menguasai posisi dan jabatan, kemahiran menggiring bangsa untuk tunduk patuh kepadanya sehingga menjadi pengkultusan keluarga dengan jargon politik dinasti, manakala semua itu sampai kepuncaknya maka prahara kekuasaan itu akhirnya datang juga. Selamat jalan diktator dan selamat menyusul diktator-diktator lainnya di muka bumi ini seperti Marcos dan Ceausescu yang telah meninggalkan pelajaran berharga bagi orang-orang yang tidak gila jabatan, tidak gila pangkat, tidak gila politik dinasti dan tidak gila dunia.
JOKOWI
Ir. H. Joko Widodo bin Widjiatno Notomihardjo (nama akrabnya; Jokowi) lahir 21 Juni 1961 merupakan presiden ketujuh Republik Indonesia yang menjabat sejak tanggal 20 Oktober 2014 bersama wakilnya Jusuf Kalla, dan terpilih kembali (dengan dugaan curang) untuk periode kedua bersama wakilnya Ma’ruf Amin dalam Pemilu Presiden 2019.
Jokowi pernah menjadi gubernur Jakarta sejak 15 Oktober 2012 hingga 16 Oktober 2014 didampingi Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai wakilnya, pernah juga menjadi Walikota Solo sejak tanggal 28 Juli 2005 hingga 1 Oktober 2012.
Selama dua periode menjadi presiden Indonesia, Jokowi menjadi sorotan dan perbincangan publik karena kelihaian dan kemahirannya mempermainkan anak bangsa Indonesia. Kesan yang ditangkap publik adalah ia pandai berjanji tapi tidak pandai menepati, ia pandai bermain palsu tapi tidak pandai menyembunyikan kepalsuan itu, ia dekat dengan non muslim tetapi tidak pandai menentramkan muslim, ia dihatur oleh oligarkhi namun dia tidak mampu mengatur rakyat sendiri, ia menempatkan orang-orang sekuler dan kafir dalam jabatan-jabatan strategis yang dengan jabatan-jabatan tersebut ummat Islam terjepit di negaranya sendiri, ia pandai berhutang dengan luar negeri tetapi tidak pandai melunasi.
Jokowi juga terkenal dengan rekayasa-rekayasa besarnya seperti pemilu curang, mobil ESEMKA, penarikan tambang emas kembali, tidak menjual asset Negara dan membeli kembali yang sudah terjual, menciptakan jutaan lapangan kerja, memindahkan IKN, mewujudkan kereta cepat Jakarta – Bandung, membuat undang-undang yang berlawanan dengan konstitusi seperti RUU-HIP, Omnibus Law, undang-undang penunjukan gubernur Jakarta oleh presiden, membiarkan pengarahan Pancasila untuk menjadi trisila atau ekasila, dan sejenisnya.
Belum cukup di situ, Jokowi juga dituduh massa menggunakan kuasa untuk mengembangkan politik dinasti dengan menjadikan puteranya Gibran calon wakil presiden dengan menggunakan kuasa adik iparnya Anwar Usman memutuskan di Mahkamah Komstitusi walaupun belum berusia 40 tahun kalau pernah menjadi kepala daerah bisa jadi cawapres. Yang tidak habis dipikir rakyat adalah gerakan cawe-cawenya Jokowi untuk memperjuangkan Prabowo dan Gibran jadi calon presiden dan wakil presiden yang dengan kasat mata belum layak dan belum berkualitas bila dibandingkan dengan dua calon presiden dan wakil presiden lainnya.
Semua itu dilakukan Jokowi setelah gagal memperjuangkan jabatannya tiga periode karena bertentangan dengan konstitusi dan tidak direstui oleh partai pendukungnya PDIP. Dan yang sangat tidak sopan dilakukannya adalah ada upaya keras untuk menggagalkan salah satu capres yang tidak disukainya. Ketika capres tersebut dicalonkan oleh partai lain maka fasilitas yang didapat untuk perusahaan ketua partai tersebut dicabut dan dipersempit. Capres itupun diintimidasi dan didiskriminasi dengan berbagai cara termasuk memaksa KPK untuk mentersangkakanya. Semua itu sudah menjadi rahasia umum bagi bangsa dan rakyat Indonesia hari ini.
Ketika semua upaya kelabu itu gagal dilakukan, mulai dari pembusukan anak bangsa yang sopan, santun, ramah, berkualitas, berilmu tinggi, berkapasitas pemimpin semenjak dari jabatan gubernur DKI sampai hari ini masih dicari upaya membungkamnya dengan menggunakan fasilitas negara, aparat negara, pejabat negara, dan buzzer bayaran negara. Terakhir tersebar pernyataan Mendagri lewat medsos yang menyatakan tentang kemungkinan capres terbunuh. Semua itu menjadi bahagian penyalahgunaan kekuasaan negara, penyimpangan demokrasi dan pelanggaran Hak Azasi.
Patut kita khawatirkan kasus pembunuhan enam orang pengawal IB-HRS di kilometer 50 yang tidak pernah diproses hukum dengan benar sampai hari ini, na’uzubillah bakal terjadi terhadap salah satu capres yang memiliki best track record dan diharapkan menjadi presiden oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia baik yang beragama Islam atau yang beragama lain, baik bumiputra maupun non bumi putra. Kalau itu bakal terjadi maka sempurnalah kejahatan seorang penguasa negara yang pilih kasih terhadap anak bangsanya, apalagi kenyataannya para ulama didiskriminasi dan dipenjara, organisai Islam dibubarkan, tokoh-tokoh bangsa yang kritis ditangkap dan dipenjara, sempurna sudah prilaku melawan hukum, melawan HAM dan melawan demokrasi yang dilakukannya.
Lalu apa yang sedang dicarinya? Boleh jadi dia dan mereka sedang mencari pengalaman seperti yang dialami mantan presiden Filipina Ferdinan Marcos dan mantan presiden Rumania Nicolae Ceaușescu. Soalnya kemiripan gaya dan strategi kepemimpinan yang dilakoni oleh tiga presiden tersebut sangatlah dekat sekali malah identik sekali antara satu sama lainnya. Pertanyaan yang muncul adalah: bagaimanakah posisi Jokowi kalau orang yang dia perjuangkan menjadi presiden tidak menang? Bagaimana pula kalau yang menang itu malah orang yang sudah dan sedang dia benci? Pertanyaan lain lagi: apakah dia sempat memimpin negara ini sampai terjadinya serah terima jabatan dengan presiden baru selepasnya? Banyak sekali pertanyaan yang muncul dari hasil kepemimpinan yang dilakoninya selama ini. Kita berdo’a Jokowi menjadi orang yang disayangi rakyatnya baik selama menjadi presiden mapun setelah selesai memegang jabatan presiden.
Kita berdo’a agar Jokowi diberikan petunjuk oleh Allah SWT menjadi hambanya yang shalih dan menjadi calon penghuni syurga. Kita berdo’a supaya pengalaman Marcos dan Ceaușescu tidak terjadi terhadap diri jokowi, dan tidak pula mengalami hal serupa dengan Soekarno sebagai pemimpin Orde Lama dan Soeharto sebagai pemimpin zaman Orde Baru. Wallahu a’lam…