Oleh: Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL., MA
MUQADDIMAH
Hidup ini terwujud karena kita dihidupkan oleh Allah, hidup ini berlanjut karena diberi fasilitas hidup oleh Allah , hidup ini menjadi kuat karena diberi kekuatan oleh Allah, hidup ini bermanfa’at karena dimanfa’ati oleh Allah dan hidup ini bermartabat karena dimartabati oleh Allah. Semua itu bermuara kearah kesempurnaan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat melalui langkah-langkah penjagaan diri yang juga diperintahkan oleh Allah. Maka siapa saja yang benar-benar menjaga diri dan seluruh keluarganya dari ancaman api neraka tentunya bakal memperoleh kesempurnaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan juga di akhirat kelak.
Tidak mungkin seseorang itu hidup kalau bukan karena dihidupkan oleh Allah, demikian juga sebaliknya tidak akan mati seseorang kita kalau bukan karena dimatikan oleh Allah. Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (Fathir: 35 ayat 11)
Bukti lain bahwa Allah yang menghidupkan dan mematikan adalah apa yang tertera dalam Al-Qur’an di bawah ini: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (Al-Mukminun: 23 ayat 12). Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. (Al-Mukminun: 23 ayat 15). Jadi tidak dapat dibantah dengan akal sehat dalam perspektif tauhid kalau manusia dihidupkan dan dimatikan oleh Allah sebagai satu-satunya Tuhan di dunia ini.
MENJAGA DIRI DAN KELUARGA
Pengertian menjaga diri dan keluarga yang kita maksudkan di sini adalah beramar ma’ruf bernahi mungkar, berbuat kebajikan dan meninggalkan kejahatan baik untuk diri sendiri maupun untuk tanggungannya seperti anak, cucu, orang tua dan lainnya, dengan demikian kita sudah mengikuti perintah Allah yang telah menghidupkan dan memberi hidup dan kehidupan kepada kita. Allah SWT berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Attahrim: 66 ayat 6)
Diriwayatkan oleh Sufyan As Sauri bahwa maksud jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka adalah didiklah dan ajarilah anak-anak dan keluargamu. Sementara Ali ibnu Abu Talhah memaknainya: amalkan keta’atan kepada Allah dan hindarilah perbuatan-perbuatan durhaka kepada Allah, serta perintahkan kepada keluargamu untuk berzikir, niscaya Allah akan menyelamatkan kamu dari api neraka. Sedangkan menurut Mujahid: bertaqwalah kamu kepada Allah dan perintahkan keluargamu untuk bertaqwa kepada Allah. Qatadah pula mengatakan: engkau perintahkan keluarga untuk ta’at kepada Allah dan engkau cegah mereka dari perbuatan durhaka terhadap Allah.
Terkait dengan menjaga keluarga wabil khusus menjaga anak, Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Turmuzi bersabda murush shabiya bish shalah iza balagha sab’a sinin, fa iza balagha ‘asyra sinin fadhribuhu ‘alaiha yang artinya: Perintahkan anakmu untuk melaksanakan shalat manakala berusia tujuh tahun dan pukul (ajari) dia manakala berumur 10 tahun. Itu merupakan bahagian dari menjaga keluarga dari ancaman api neraka.
Kenapa kita harus menjaga diri dan keluarga dari api neraka? Karena waquwduhannas wal hijarah (bahan bakar dalam neraka nanti manusia dan batu-batuan). Kalau kita tidak menjaga diri dan keluarga agar jauh dari api neraka dalam kehidupan ini dengan beramar ma’ruf bernahi mungkar maka akhir hidup kita dan anak cucu kita bertempat dalam neraka, na’uzubillah. Batu yang dimaksudkan dalam ayat ini menurut Tafsir Ibnu Katsir adalah batu-batu yang disembah oleh manusia selama hidupnya, baik disembah secara langsung dan transparan maupun disembah secara tidak langsung dan dalam bentuk kiasan. Firman Allah dalam surah Al-Anbiyak: 21 ayat 98: Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya.
Kenapa kita harus menjaga diri dan keluarga dan harus takut kepada neraka, selain api neraka sangat panas sekali, ‘alaiha malaikatun ghiladzun syidadun la ya’shunallaha ma amarahum wa yaf’aluna ma tukmarun. Di dalam neraka itu ada malaikat-malaikat yang kasar lagi keras yang tidak pernah melawan dan berbuat salah kepada Allah dan selalu menjalankan semua perintah Allah. Tentunya bagi orang-orang yang tidak menjaga diri dan keluarga dari api neraka ketika mati masuk neraka di sana akan didatangi oleh para malaikat yang kasar lagi keras tersebut untuk menyiksanya. Karena itulah kenapa ummat Islam harus menjaga diri dari ancaman api neraka.
Allah telah memperingatkan hambaNya tentang neraka yang menyala-nyala dan gambarkan siapa yang bakal menjadi penghuni neraka tersebut. Maka Kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). Al-Lail: 92 ayat 14-16. Yang dimaksud dengan mendustakan kebenaran dalam ayat ini adalah mereka sudah tau Islam dan seluruh ajarannya benar tetapi mereka merendah-rendahkan Islam dan ajarannya, mereka memburukkannya, mereka menyerangnya, mereka tidak mengikuti kebenaran yang datangnya dari Allah, untuk hari ini kaum semisal itu ada dalam kelompok Separatisme, pluralisme dan liberalisme (sepilis), nasionalis dan komunis yang berkatepe Islam tetapi mendustakan kebenaran Islam.
Mereka yang berpaling dari iman adalah orang-orang yang tidak mau beriman kepada Allah (kafir), orang-orang yang sudah beriman kepada Allah tetapi murtad dan orang-orang yang mengaku beriman tetapi dalam amalah hariannya mereka musyrik, munafik, fasik, zindiq dan semisalnya. Merekalah orang-orang yang paling celaka dalam gambaran ayat Allah tersebut dan mereka pula yang menjadi santapan api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusi-manusia seperti itu dan batu-batu yang mereka sembah dan persembahkan kepada anak cucu seperti batu bangunan rumah, kedai, toko yang melalaikan mereka menyembah dan beriman kepada Allah yang disebut dalam Al-Qur’an waquwduhannasu wal hijarah.
MENJAGA UMMAH
Surat at-Tahrim ayat enam tersebut mengindikasikan kita perintah menjaga diri dan keluarga yang dalam bahasa Al-Qur’an tersebut denga kata wa ahliykum nara. Kata ahli di sini bukan hanya mengindikasikan arti keluarga sedarah saja sebagaimana ramai dipahami orang selama ini, ia juga mengandung arti keluarga seiman dan seagama. Jadi kewajiban menjaga ahli itu termasuklah ahli yang satu ‘aqidah yakni ‘aqidah Islamiyah, selaras dengan hadis Nabi al muslim akhul muslim dan firman Allah surah al-Hujurat (49) ayat 10; Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.
Dengan demikian maka tanggung jawab seorang muslim dalam kategori umum dan tanggung jawab seorang juru dakwah dalam lingkupan khusus bukan saja menjaga diri dan keluarga sedarah dari ancaman api neraka melainkan mereka juga bertanggung jawab untuk menjaga dan mengawal diri sendir, anak cucu, suami isteri plus orang kampung, bawahannya, muridnya, pekerjanya dan ummat Islam semuanya yang hidup bersamanya maupun yang berjauhan hidup dengannya. Itulah hak dan tanggung jawab seorang muslim yang Allah perintahkan dalam hidup[ dan kehidupan.
Tidak akan sempurna Islam kalau ummat Islam hanya hidup nafi-nafsi dengan menjaga dan menyelamatkan diri sendiri dan anak cucu serta suami isterinya saja. Karena Nabi sudah mengatakan kehidupan ummat Islam ini kal jasadul wahid seperti tubuh yang satu yang apabila mulut enak makan sesuatu makanan maka yang kenyang bukan mulut tetapi perut, ketika usaha tangan menghasilkan banyak duit maka yang senang gembira bukan tangan melainkan kepala dan pikiran. Demikian juga sebaliknya, ketika seseorang dioperasi usus buntu maka yang sakit bukan tempat dioperasi bertepatan letak usus buntu saja melainkan tangan juga ikut sakit karena dipasang jarum impus, kepala juga sakit karena memikirkan di mana ambil uang untuk bayar operasi, mulut juga sakit tidak enak makan dan seterusnya.
Demikianlah gambaran perumpamaan bahwa antara seorang muslim dengan muslim lainnya tidak dapat dipisahkan, tidak boleh bercerai berai apalagi berkelahi, bermusuhan, berperang dan semisalnya. Sebagaimana tubuh yang satu ketika satu bagiannya yang senang seluruh tubuh ikut bersenang dan manakala satu bagian tubuh sakit maka seluruh tubuh ikut sakit. Ketika seorang muslim senang semestinya semua muslim harus ikut senang dan manakala seorang muslim susah dan sakit maka semestinya semua muslim juga ikut sakit sehingga seluruh muslim harus bangkit untuk meperbaiki suasana. Begitulah tanggung jawab yang tergambar dalam makna quw anfusakum wa ahliykum nara. Kalau konsep Al-Qur’an itu dapat diamalkan ummat Islam secara komprehensif maka seluruh ummat Islam akan jauh dari ancaman neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu-batu.
Penulis adalah Ketua Majlis Syura Dewan Dakwah Aceh & Dosen Fak. Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry.