Oleh Prof. Dr. Muhammad AR. M.Ed
Kepemimpinan
Pada dasarnya munculnya kepemimpinan itu semenjak Adam dan Hawa di utus ke dunia ini, sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an surah An-Nisa’ ayat 1. Allah berfirman:
Artinya: Wahai manusia Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kiamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah ) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri) nya,; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu Saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.
Kemudian dari hasil penciptaan Adam dan Hawa berkembanglah manusia dengan banyaknya yang terdiri dari berbagi bangsa, suku dan kabilah-kabilah sehingga kita dianjurkan oleh Allah untuk saling kenal mengenal antara satu sama lain.
Sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 13.
Artinya: Wahai Manusia ! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal/ Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti. (Al-Hujurat: 13)
Rasulullah saw bersabda:
Artinya: Setiap kamu adalah pemimpin, dan kamu akan diminta pertanggungan jawabnya tentang apa yang kamu pimpinnya, imam adalah pemimpin dan ia akan diminta pertanggungan jawabnya tentang apa yang dipimpinnya, orang lelaki (suami ) adalah pemimpin dalam lingkungan keluarganya, dan ia akan ditanya tentang apa yang ia pimpinnya. Orang perempuan (isteri) juga pemimpin, dalam mengendalikan rumah tangga suaminya, dan ia juga akan ditanya tentang apa yang ia pimpinnya, dan pembantu rumah tangga juga pemimpin dalam mengawasi harta benda majikannya, dan ia juga akan ditanya tentang apa yang ia pimpinnya. (H.R. Bukhari),
Setiap manusia adalah pemimpin dan setiap pemimpin adalah wajib membuat LPJ (Laporan Pertangung Jawaban) masing-masing, baik untuk keperluan dunia ataupun untuk keperluan akhirat.
Demikianlah tugas dan tanggung jawab seseorang yang telah dimanahkan menjadi pemimpin ataupun petugas dimanapun seseorang bekerja.
Hadis di atas menunjukkan bahwa yang dikatakaan pemimpin bukan hanya kalangan tingkat atas atau kalangan tingkat tinggi saja, akan tetapi yang dikatakan pemimpin adalah mulai dari seorang pembantu rumah hingga kepala rumah tangga. Dari kalangan buruh bangunan atau kuli hingga kepada seorang pemimpin negara sekalipun.
Semuanya orang akan bertanggung jawab masing-masing terhdap apa yang telah diperbuatnya.
Dalam hal ini Allah berfirman:
Artinya: Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa lain… Q.S. Fathir: 18, al-An’am: 164.
Dan dalam ayat yang lain Allah berfirman:
Artinya: Barangsiapa membuat kebaikan, maka itu untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri; kemudian kepada Tuhanmu kamu dikembalikan. Q. S. al-Jasiyah: 15
Pemimpin menurut pandangan Islam adalah wakil ummat atau orang upahannya. Karena itu adalah hak orang yang mewakilkan untuk meminta pertanggungjawaban dari wakilnya, atau mencabut hak perwakilan bila diperlukan, khususnya bila sang wakil melalaikan tugasnya.
Oleh karena itu, maka arti kepemimpinan dalam Islam menjadi penting. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda : tidak halal bagi tiga orang yang berada di suatu padang luas dalam perjalanan- di muka bumi kecuali mereka mengangkat amir salah seorang diantara mereka itu.
Kepemimpinan dalam bahasa Arab disebut juga dengan imamah. Imam artinya pemimpin, seperti ketua dan yang lainnya, baik dia memberi petunjuk atau menyesatkan. Imam disebut juga khalifah, yaitu penguasa dan pemimpin tertinggi rakyat. Kata imam juga digunakan untuk orang yang mengatur kemaslahatan sesuatu, untuk pemimpin pasukan, dan untuk orang dengan fungsi lainnya.
Menurut pendapat Syekh Abu Zahra dari kelompok Sunni bahwa arti Khalifah dan Imamah adalah sama. Sebab orang yang menjadi Khalifah adalah penguasa tertinggi bagi umat Islam yang menggantikan Rasul saw. Khalifah itu juga disebut sebagai Imam (pemimpin) yang wajib ditaati. Manusia berjalan dibelakangnya, sebagaimana manusia Shalat di belakang Imam.
Dalam Islam kepemimipinan itu berasal dari perkataan khilafah yang maknanya adalah wakil. Pemakaian istilah ini setelah Rasulullah saw wafat, dan istilah tersebut dapat ditemukan dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 30 .
Artinya: Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku akan menciptakan khalifah di muka bumi”. “Mereka bertanya (keheranan), “Mengapa Engkau akan menciptakan makhluk di dalamnya yang akaan selalu menimbulkan kerusakan dan pertumpahan darah, sementara kami senantiasa bertasbih memuji dan menyucikan Engkau?” Allah berfirman. “Aku Mahatahu segala hal yang tidak kamu ketahui.”
Dalam pandangan Islam persoalan kepemimpinan adalah sangat penting dan ini terlihat ketika Rasulullah saw wafat, jasad Rasulullah saw belum dikuburkan sebelum ditentukan siapa yang akan menggantikannya.
Malah menurut sejarah ketika Rasulullah saw wafat, Umat Islam terpecah belah akibat perdebatan mengenai kepemimpinan tersebut. Namun umat Islam mengalami sedikit perpecahan khususnya mengenai proses pemilihan pemimpin dalam Islam dan siapa yang berhak atas kepemimpinan Islam. Namun ketika Abu Bakar siddiq dibai’at sebagai pengganti Rasulullah saw keadaan tenang kembali.
Setelah melalui masa kepemimpinan Rasulullah, para khulafaur rasyidin mengambil alih kepemimpinan, dan ini dimulai oleh Abu Bakar, dan kemudian dilanjutkan oleh Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib, serta Muawiyah, dan Bani Abbas. Setelah Bani Abbasiyah, kepemimpinan Islam terpecah menjadi kesultanan-kesultanan kecil.
Abu Mas’ud al-Anshary bahwa ia menuturkan: Rasulullah saw bersabda:
Artinya: Yang berhak mengimami shalat adalah orang yang paling bagus atau paling banyak hafalan al-Qur’annya. Kalau dalam al-Qur’an kemampuannya sama, dipilih yang paling mengerti tentang sunnah. Kalau dalam sunnah juga sama, dipilih yang lebih dahulu berhijrah. Kalau dalam berhijrah juga sama, dipilih yang lebih dahulu masuk Islam.
Sebenarnya kepemimipinan adalah sebuah tugas yang emban oleh seorang manusia baik untuk keperluan peribadinya ataupun untuk kepentingan orang banyak. Kepemimpinan adalah tugas mulia dalam kehidupan bermasyarakat.
Karena kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini semua para petugas haji yang telah lulus ujian tes tulis dan wawancara (kalau memang ada dilaksanakan), maka kepada anda semua dibebankan tugas mulia untuk memimpin para tamu-tamu Allah pada tahun ini melaksanakan ibadah haji di tanah suci Mekkah.
Oleh karena itu sebagai seorang pemimpin atau petugas, banyak perkara yang harus dibekali sebelum melakukan tugas nyata di lapangan nanti. Banyak hal yang harus dipersiapkan baik secara lahiriah maupun secara bathiniah. Dalam menghadapi ratusan dan bahkan jutaan manusia di tanah suci, maka persoalanpun semakin kompleks dihadapi apakah diterima atau tidak.
Makanya seseorang perlu memiliki ilmu kepemimpinan bagaimana menghadapi kenyataan hidup ini yang beraneka ragam. Hidup adalah perjuangan dan tantangan dan semakin banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi semakin dewasa dalam berfikir dan bertindak.
”Kepemimpinan adalah sifat-sifat, prilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan kerjasama antarperan, kedudukan dan suatu jabatan administratif, dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh (Wahjosumijo, 1999: 17).’
Namun menurut perspektif Islam seorang pemimpin itu adalah orang yang memiliki aqidah yang kuat dan komit terhadap ajaran agamanya, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan pandangan yang jauh kedepan, adil, berakhlak mulia, bersifat pemaaf, terbuka terhadap kritik dan saran-saran, memperoleh dukungan rakyatnya, memiliki keahlian dalam memimpin /punya ilmu kepemimpinan, memiliki visi sesuai dengan al-Qur’an, dan misinya adalah menegakkan keadilan.
Abul ‘Ala al-Maududi mengatakan bahwa pemimpin adalah sebagai orang yang bertanggung jawab dan percaya kepada kepemimpinannya, orang benar-benar bertakwa dan selalu beramal shalih, orang yang berilmu, berakal sehat, cerdas, arif dan memiliki kemampuan intelektual, setiap aksinya atau tindakannya dapat dipertanggung jawabkan.
PRINSIP-PRINSIP KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM
Kepemimpinan Islam adalah jauh dari rasialime dan diskriminasi. Siapapun dia yang penting dia orang Islam yang ta;at kepada Allah dan bukan orang kafir atau orang munafik. Dengan kata lain bahwa yang menjadi pemimpin umat Islam adalah orang Islam itu sendiri. Karena itu setiap kelompok harus ad seorang pemimpin. Lihat saja orang-orang Arab sebelum Islam dan sesudah Islam tetap memiliki kepala atau pemimpin suku mereka.
Demikian juga Rasulullah berpesan kepada kita kalau ingin berpergian maka angkatlah salah seorang pemimpin diantara kita. Ini menunjukkan bahwa pemimpin itu penting dan ia dari kalangan Islam.
Salah satu hal yang penting lainnya dalam prinsip kepemimpinan adalah pemimpin itu harus bisa diterima oleh semua golongan, lihat saja contoh Muhammad saw ketika terjadi perdebatan pemindahan hajarul aswad , akhirnya walaupun mereka tidak sukan kepadanya namun mereka semua berhenti pertengkaran dan percekcokan yang juga berkat negosiasi.
Siapapun yang menjadi pemimpin harus disadari bahwa pemimpin Yang Maha Mutlak adalah Allah swt. Semua pemimpin di dunia ini kelak akan melaporkan semua pekerjaannya di depan mahkamah Allah yang Maha Adil. Karena itu kepemimpinan kita adalah serba kekurangan dan keterbatasan dan selalu kita meminta pertolongan-Nya agar diberi kekuatan untuk melaksanakan tugas kepemimpinan dengan jujur dan adil serta kita dapat melaksanakan urusan kaum muslimin dengan seadil-adilnya.
AKHLAK KEPEMIMPINAN
Seorang pemimpin itu harus memiliki akhlak mulia dan harus memiliki sifat amanah dalam melaksanakan roda kepemimpinannya.
Amanah merupakan salah satu sifat Rasulullah saw dan sifat ini wajib ditiru dan dimiliki oleh setiap pemimpin. Seorang pemimpin itu mencintai kebenaran dan secara automatis membenci segala kejahatan dan ikhlas dalam setiap menerima sesuatu yang datangnya dari Allah swt. Artinya seorang pemimpin harus pandai bersyukur ketika Allah memberikan nikmat-Nya dan pandai bersabar ketika Allah memberikan cobaan.
Disamping berlaku adil, seorang pemimpin juga perlu memelihat kesucian dirinya dari segala sifat yang mengotori jiwanya.
Seorang pemimpin harus bersifat pemaaf dan tawadhu’ (merendah diri) di hadapan Allah swt., bersikap zuhud, qana’ah dalam masalah harta benda. Jadikan kehidupan pemimpin itu seperti kehidupan Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan sahabat-shabat yang lain yang siangnya mengurus rakyat dengan adil dan malamnya beribadah kepada Allah.swt.
Seorang pemimipin harus mencintai kebenaran, dan istiqamah berpijak pada landasan kebenaran. Dengan demikian pemimpin tersebut akan berani melaksanakan hukum Allah dan menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan serta sebaliknya membenci kemungkaran. Menjaga amanah dan ikhlas serta memiliki semangat pengabdian kepada bangsa dan negara, bergaul dengan baik terhadap seluruh rakyatnya, dan bijaksana dalam memimpin dan mngelola kaum muslimin, inilah akhlak seorang pemimpin dalam Islam yang perlu dijaga.
Pemimpin juga bertugas untuk menjadi pelayan masyarakat, bukan sebaiknya untuk dilayani oleh masyarakat. Mereka juga zuhud terhadap kekuasaan, artinya semasa dia menjabat sebagai pemimpin dia harus mengedepankan sifat amanah dan bukann tempat untuk mencari keuntungan ketika berkuasa.
Tidak munafik dalam memimpin dan jujur dalam setiap keputusannya selama mengurus urusan kaum muslimin adalah cirikhas pemimpin yang diminati oleh masyarakat Islam. Disamping itu seorang pemimpin harus pula memiliki visi keummatan artinya dia bebas dari fanatisme kedaerahan dan kesukuan sehingga perpecahan dan pemberontakan tidak akan terjadi.