Satu hal menarik dalam muzakarah ulama dunia yang diadakan oleh perhimpunan Ahlul Halli wal ‘Aqdi Dunia yang berpusat di Banyuasin Sumatera Selatan Selasa 2 Juli 2024 adalah kehadiran Tun Dr. Mahathir bin Muhammad mantan Perdana Menteri Malaysia keempat dan ketujuh sebagai Keynot Speaker. Dalam pemaparan taushiyahnya beliau terlihat segar dan mampu berdiri di podium hampir satu jam walaupun usianya tersisa dua bulam menuju 99 tahun. Beliau juga dapat menyampaikan pemikiran dan Analisa kondisi semasa secara cermat dan berhati-hati sehingga hampir tidak nampak kesalahan dari pemaparannya.
Berangkat dari Malaysia dengan pesawat pribadi yang ditemani oleh pengawal, ajudan, dokter, pilot dan disambut oleh Konsulat Jenderal Malaysia dari Medan, tiba di Palembang pada pukul 09.31. di Palembang beliau disambut hangat oleh PJ. Gubernur Sumsel, Bupati Banyuasin, Pangdam, Kapolda, Ketua DPRD Sumsel dan sejumlah pejabat lainnya yang berebut berfoto dengan Tun Dr. Mahathir bin Muhammad. Suasana semakin menarik Ketika ada sebahagian orang tidak sempat berfoto Ketika Tun datang mereka menunggu masa Tun mau Kembali dan mereka minta berfoto di Bandara Sultan Badaruddin II Palembang.
Kondisi tersebut Nampak seperti kerinduan lama belum tertunaikan sehingga sejumlah pejabat berucap sambil jalan: saya mau tengok langsung Tun Dr. Mahathir hari ini karena tidak puas melihat dari foto dan tayangan TV sebelumnya. Suasana semacam itu tersirat makna bahwa seorang Mahathir Mohammad itu merupakan figure dan tokoh dunia yang dirindukan bukan hanya oleh bangsa Malaysia saja melainkan juga bangsa Indonesia dan dunia Melayu lainnya. Sulit dipungkiri kenyataan ini manakala kita melihat kedatangan beliau ke Palembang tersebut berebut orang-orang ingoin berjumpa dan berfoto dengan beliau.
KONDISI UMMAH
Dalam sesi pemaparan taushiyah selama hampir satu jam tersebut Tun. Dr. Mahathir bin Mohammad mengkisahkan tentang eksistensi ummat Islam di dunia hari ini. Menurutnya ummat Islam sekarang kehilangan power, kehilangan gezah, kehilangan kekuasaan dan kekuatan sehingga bisa dibantai, dibunuh, diperkosa oleh penganut agama lain seperti kasus pembantaian muslim Falestin oleh Yahudi laknatillah. Demikian juga dengan kasus pembantaian muslim Rohiongya oleh rezim Budha di Myanmar, pembantaian muslim di India oleh rezim penganut agama Hindu dan lainnya.
Semua itu terjadi karena ummat Islam lemah dari sisi ekonomi, lemah dari sisi politik dan lemah dari pemilikan ilmu pengatahuan. Ditambah lagi dengan kejahatan lima penguasa dunia yang menjadi anggota tetap PBB yang bukan negara mayoritas muslim, mereka yang memiliki hak veto di PBB tersebut adalah Inggeris, Perancis, Rusia, Cina dan Amerika. Mereka yang mengklaim diri sebagai pengerusi pemerintahan dunia memainkan strategi standar ganda terhadap ummat Islam. Kalau ummat Islam terlanggar Hak Azasinya mereka dian seperti kasus Falestin, sebaliknya kalau ada pemimpin negara mayoritas muslim yang menegakkan kebenaran sehingga terganggu kepentingan mereka dihancurkan seperti kasus Saddam Husin di Iraq, kasus Muammar Khaddafi di Libya dan kasus-kasus lainnya.
Kondisi semacam itu menurut Tun Mahathir toidak boleh dibiarkan berlalu begitu saja melainkan harus dilawan dan diselesaikan oleh ummat Islam lewat penguasaan ilmu pengetahuan, lewat penguasaan ekonomi oleh ummat Islam dan lewat penguasaan politik terutama politik antarabangsa yang selama ini didominasi oleh kaum kuffar. Dominasi mata uang dolar Amerika untuk konsumsi dunia ikut disorot oleh Tun Mahathir karena tidak memperoleh keadilan bagi penghuni dunia di berbagai negara hari ini. Beliau mengajak para ulama yang mengikuti acara muzakarah tersebut untuk mengembangkan ekonomi sendiri agar dominasi dolar Amerika yang menjejaskan mata uang lain di dunia dapat segera berakhir.
Diyakini atau tidak kondisi ummat Islam dan negara-negara mayoritas muslim hari ini berada pada posisi dihatur bukan mengatur, dipimpin bukan memimpin, diperas bukan memeras, dihina bukan menghina, disunglap bukan menyunglap, ditipu bukan menipu, dihabisi bukan menghabisi, dirampok dan dirampas bukan merampok dan merampas, demikianlah Nampak tantangan dan kondisi Islam dan ummat Islam di dunia hari ini yang perlu dilepaskan agar menjadi bebas, yang perlu diajari agar menjadi kaum terpelajar, yang perlu disungkit agar segera bangkit dan yang perlu dipompa agar segera bergulir.
Kondisi terjepitnya ummat Islam dan negara-negara mayoritas muslim hari ini bukan factor kebetulan melainkan by design oleh kuasa besar dunia yang dirancang demikian rupa yang sangat bersahaja dan dipertahankan sehingga akhir zaman nantinya. Kalau ummat Islam pasif maka kondisi semisal itu tidak akan pernah berubah, kalau ummat Islam ragu-ragu membela diri sampai kapanpun ummat Islam tidak memiliki pe;uang dan kesempatan untuk memimpim dan menguasai. Sesungguhnya kondisi semisal itulah yang sangat diharapkkan oleh mereka agar kekuasaan dan kekuatan dunia tetap berada dalam genggaman mereka, mereka yang kita maksudkan di sini adalah para penguasa dunia yang serasi dengan sebutan kuasa besar dunia.
BERSEDIH HATI
Dalam penyampain taushiyahnya Tun Dr. Mahathir bin Muhammad berkali-kali mengumandangkan kata-kata sedih terhadap kondisi ummat Islam hari ini. Kesedihan hati beliau tersebut terkait dengan kebiadaban rezim Zionis Israil terhadap ummat Islam Falestin di Ghaza. Kkesedihan hati beliau lagi terkait dengan kelemahan ekonomi ummat Islam dan negara yang dihuni mereka. Juga beliau bersedih hati karena ummat Islam lalai dalam kehidupan sehingga tidak punya waktu untuk menuntut ilmu pengetahuan yang membuat mereka menjadi jahil sementara kaum kuffar terus maju dan berkembang dalam bidang ilmu pengetahuan, dalam bidang ekonomi juga dalam bidang politik.
Kesedihan demi kesedihan yang diucapkan Tun Mahathir bin Mohammad tersebut membuat para peserta muzakarah terpukau dan terlena seperti kehilangan akal pikiran apa yang harus dan mesti dilakukan untuk menebus kesedihan Tun tersebut. Kesedihan hati Tun tersebut boleh jadi terkait dengan usia beliau yang sudah sangat lanjut boleh jadi juga karena beliau tidak sanggup lagi melihat komnndisi ummat Islam yang menjadi objek bagi ummat beragama lain yang terkenal kkejam dan bengis.
Ucapan-ucapannya seperti: saya bersedih hati melihat kondisi ummat Islam yang sangat terpojok hari ini dapat menggambarkan sepertinya beliau berkeinginan untuk membela ummat Islam tetapi tidak punya kuasa lagi untuk melakukan itu. Maka selaras dengan usianya yang menjelang 99 tahun tersebut terasa tidak lagi berdaya dan sepertinya mengajak para generasi muda untuk mengambill alih tugas tersebut. Dalam pemaparannya berkali-kali juga Tun menaruh harapan kepada kaum muda untuk berusaha keras agar dengan cepat dan ligat sanggup menggantikan kaum tua sebagai alternatif Solusi untuk membebaskan keterjepitan ummat Islam.
Bersedih hatinya Tun terkait kondisi ummat Islam yang sangat terjepit hari ini karena tidak ada lagi negara mayoritas muslim yang berkuasa seperti zaman Turki Usmani dahulu kala. Beliau sempat menyinggung keperkasaan Turki Usmani dahulu karena kekhalifahan Turki Usmani Berjaya menguasai ilmu pengetahuaan secara mendalam sehingga sanggup membuat senjata sendiri. Hari ini tidak ada negara mayoritas muslim yang mampu membuat senjata canggih yauntuk menyaingi kemampuan negara-negara barat tersebut.
Sedihnya beliau lagi terkait ambruknya penguasaan ekonomi ooleh ummat Islam sehingga negara-negara mayorits muslim menjadi tukang hutang di mana-mana. Prihal ini dapat menjatuhkan Marwah ummat Islam karena banyak yang kehilangan pekerjaan sampai kepada kehiilangan tempat tinggal karena tidak ada pemasukan terukur hari-harinya. Kelemahan ummat Islam menguasai panggung politik juga menjadi sorotan dalam pemaparan taushiyah Tun dalam arena muzakarah ulama tersebut.
Sebagai kalam khatimah perlu kita ambil Pelajaran dari pemaparan Tun Mahathir tersebut seperti: umat Islam tidak boleh tidak harus bangkit ekonominya, umat Islam tidak boleh tidak wajib menguasai pengetahuannya dan umat Islam wajib menguasai politik selaras dengan system politik yang pernah diasaskan Rasulullah SAW pada periode negara Islam Madinah dahulu kala. Kawula muda tidak boleh lalai dan santai dalam hidup ini karena gaya hidup semacam itu bukan gaya hidupnya Rasulullah AW. Semoga Sahaja dapat direnungkan.-
Oleh: Hasanuddin Yusuf Adan