Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengapresiasi kinerja Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Aceh yang dinilai sangat efektif dan substansial dalam mendukung tegaknya syariat dan aqidah umat Islam di Aceh terutama di kawasan perbatasan.
Pernyataan itu disampaikan Nova saat menerima kunjungan silaturrahmi dan audiensi pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Aceh, di Ruang Kerjanya, Kantor Gubernur Aceh, Rabu (5/1).
Turut mendampingi gubernur, Kepala Dinas Syariat Islam Aceh EMK Alidar, Kepala Biro Keistimewaan dan Kesejahteraan Rakyat (Isra) Setda Aceh Usamah El Madny dan Staf Khusus Gubernur Aceh Wiratmadinata.
Menurut Nova, kerja nyata DDII Aceh cukup substantif, efektif dan bermanfaat besar bagi keberlangsungan syariat Islam di Aceh, melalui pendekatan yang mereka bangun, sehingga dapat membangkitkan kembali jiwa keislaman masyarakat Aceh khususnya di daerah perbatasan.
“Saya yakin sekali, bukan hanya output saja yang diberikan, namun juga input yang sudah mengubah eksistensi masyarakat terhadap dakwah, apalagi dakwah untuk mualaf dan zona-zona yang rentan (kristenisasi),” kata Nova.
Apalagi, selama ini, kata Nova, banyak sekali praktik buruk yang telah mengubah agama asli, budaya dan citra agama asal, untuk menggunakan agama tertentu, atau dikenal dengan istilah pemurtadan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.
Karenanya, Pemerintah Aceh mendukung penuh kegiatan organisasi dakwah paling terkemuka di Indonesia itu dalam menyiarkan Islam. Di samping hal tersebut juga menjadi tugas pokok utama Pemerintah Aceh dalam menjalankan kekhususannya, yaitu berlandaskan syariah di Bumi Serambi Mekkah ini.
Ketua DDII Aceh Dr Muhammad AR menyampaikan, sudah banyak kegiatan yang dilakukan pihaknya. Setidaknya sudah 18 kabupaten/kota sudah terbentuk kepengurusan organisasi DDII Aceh.
Selama ini terus melakukan kolaborasi dan bersinergi dengan dinas-dinas terkait, dalam memperkuat akidah umat, terutamanya bagi mereka yang berada di wilayah perbatasan Aceh.
Ia menambahkan, saat ini, DDII juga sedang membina 16 mualaf dari wilayah perbatasan Aceh dari Subulussalam, Aceh Singkil, dan Aceh Tenggara.
DDII Aceh juga, sedang mendorong gerakan dakwah dan wakaf, yang menyasar pengurus masjid di perbatasan.
Gerakan itu mendorong dana wakaf masjid digunakan untuk membeli lahan di perbatasan yang selama ini ditengarai digunakan untuk penyelewengan aqidah umat di sana.
“Jadi dananya tidak dihabiskan untuk kebutuhan masjid saja, tapi juga di gunakan untuk membeli lahan yang sebelumnya telah dikuasai oleh bukan pribumi setempat dan patut diduga menjadi lokasi pemurtadan, dan kita akan jadikan tanah yang dibeli itu menjadi wakaf produktif untuk umat Islam di perbatasan,” ujarnya. (IA)