Oleh Prof. Dr. Muhammad Ar. M.Ed


Supriyani, guru honorer SD Negeri 4 Baito, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, yang dituduh menganianya siswa, diminta uang oleh oknum Polisi dan Jaksa sangat bernasib pilu. Ia dipenjara /ditahan karena dituduh menganianya siswa yang merupakan anak seorang polisi. Tak berhenti sampai disitu, usai dipenjara dan dimintai uang Rp.15 Juta oleh oknum Jaksa agar tak ditahan, kini mobil yang ditumpanginya, milik Camat Baito, Sudarsono, juga ditembak atau dilempar oleh orang yang tak dikenal. Dan Supriyani berada di dalam mobil tersebut (Demikian Laporan BANGKA POS, Rabu 30 Oktober 2024). Ini berita viral dalam akhir bulan Oktober 2024, namun persoalannya mobil yang ditumpangi Supriyani ditembak atau dilempar dan oknum Jaksa dan Polisi meminta uang pada terdakwa perlu bukti yang akurat agar tidak menimbulkan fitnah atau merusak nama baik seseorang.

Seorang guru honorer di SD Negeri 4 Kecamatan Baito, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, dilaporkan orang tua murid (Aipda Wibowo Hasyim) karena diduga menganiaya anaknya (salah seorang siswa di sekolah tersebut). Guru bernama Supriyani itu ditahan setelah dilaporkan ke Polsek Baito. Kepala SDN 4 Baito, Sanali, menyampaikan, salah satunya stafnya, Supriyani menghukum seorang siswa kelas satu, namun menurut pengakuan para guru lainnya dan teman-teman korban Supriyani tidak melakukan penganiayaan. “Tidak pernah ada kejadian Ibu Supriyani menganiaya siswa. Guru-guru lain juga sudah memberikan kesaksian, kenapa tiba-tiba ditangkap,” sebut Sanali seperti dilansir dari Antara.

Selain itu, Sanali juga mengatakan ada informasi bahwa siswa yang bersangkutan sempat mengalami jatuh saat di sekolah. “ demikian informasi awal yang yang diperoleh oleh Sanali mengenai anak itu yang diinformasikan sempat jatuh di sekolah.

Pertama-tama ada upaya damai telah ditempuh sebelum Supriyani dilaporkan ke polisi, dengan mendatangkan sejumlah pihak termasuk pemerintah setempat untuk mediasi. Pada saat mediasi pihak Suryani diminta untuk membayar denda Rp 50 juta. Namun, pihak sekolah hanya menyanggupi Rp 10 juta, karena tidak menemui jalan damai akhirnya kasus hukum Supriyani dilanjutkan dan ia langsung ditahan. Pihak kepolisian juga meningkatkan status ke penyidikan, serta melimpahkan kasus tersebut kepada pihak kejaksaan atau P21. Demikianlah hukum, kalau tidak cukup uang maka penjara menunggu anda, in ikan sama juga dengan pemerasan. Belum tentu salah, sudah divonis dan minta uang damai sebanyak itu.

Menurut berita Antara, Kepolisian Resor (Polres) Konawe Selatan menyebut bahwa penanganan kasus penganiayaan yang dilakukan oleh guru inisial Supriyani atau SP terhadap siswa SDN 4 Baito, Konawe Selatan (Konsel) berinisial D, telah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur atau SOP. Berita ini telah mengindonesia, artinya Mantan Kabareskrim, Komjen Pol. (purn). Susno Duaji, ikut menyorot dan menjadi saksi di Pengadilan Negeri Konawe Selatan, ketua PGRI lokal dan Nasional, Komisi III DPR-RI, LPSK, KPAI, bahkan Kapolri dan seluruh komponen masyarakat telah ikut berpartisipasi untuk mendukung Ibu Supriyani, Guru Honorer yang telah dikriminalissi oleh oknum Polisi, di Polsek Baito yang semuanya telah diperiksa oleh Propam Polda Sulawesi Tenggara dan juga Kasi Pidum, Kejari Sultra, Andi Gunawan SH.MH. kini sudah dinonaktifkan dari jabatannya. Memang kalau kita dengar pendapat Komjen Pol (Purn.) Susno Duaji, semua pihak sudah sepakat untuk menjatuhkan marwah Ibu Supriyani, sejak dari oknum Polsek, oknum Kanit Reskrim, oknum Polisi Aipda Wibowo Hasyim dll hingga oknum Jaksa di Kejaksaan Negeri Konawe Selatan. Dan efeknya hingga ke Camat Baito, Sudarsono Mandigi yang membantu Guru Supriyani dicopot oleh Bupati Konawe Selatan, Surunuddin Dangga.

Tulisan ini diangkat ke public karena peristiwa ini terjadi di lembaga pendidikan dan dilakukan oleh orang-orang yang hari-hari kerjanya di institusi pendidikan atau guru. Kalau berita ini benar bahwa Supriyani telah menganianya muridnya, maka ini adalah tindakan yang tidak terpuji, kenapa seorang guru tega melakukan hal ini terhadap muridnya. Namun demikian, kalau ini hanya salah paham atau keteledoran para pembawa berita, maka perlu diklarifikasi oleh para penegak hukum, apalagi kasus ini telah sampai di ranah hukum, yaitu sudah sampai ke tangan Polisi dan Kejaksaan. Jadi setiap orang yang bertikai di sini sehingga muncul
Perlu diketahui bahwa UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengatur tentang profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu.

Prinsip tersebut antara lain memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofessionalan. Dan juga menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung (MA) bahwa guru tidak bisa dipidana saat menjalankan profesinya dan melakukan pendisiplinan terhadap siswa. Nampaknya dari peraturan tersebut perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat secara menyeluruh agar masyarakat tidak menjadikan guru sebagai lawan atau musuh.

Semoga cukup seorang Supriyani di Konawe Selatan yang merasakan nasib yang tidak menguntungkan ini. Bermula dari laporan Wibowo Hasyim, orang tua murid yang berstatus anggota Poilisi yang berpangkat Ajun inspektur Dua (Aipda), melaporkan Supriyani ke Polsek Baito. Aipda Wibowo melaporkan Supriyani, guru honorer di SD Negeri 4 Baito, memukul paha anaknya dengan sapu ijuk pada 24 Oktober lalu. Akibatnya, tuduh Wibowo, anaknya mengalami luka. Inilah persoalan antara guru dan orang tua murid yang lagi viral sekarang ini, bahkan saya mendengar Anggota DPR-RI asal Aceh mewakili PKS, Nasir Jamil, akan memanggil pihak-pihak yang bersangkutan ke Komisi III DPR-RI di Senayan untuk mengklarifikasi berita tersebut. Mungkin pertemuan ini akan dihadiri oleh Kapolri Jenderal Listiyo Sigit Prabowo karena ini ada sangkut pautnya dengan salah seorang anggota Polisi di Polsek Baito, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.

Kalau kita Kembali kepada sejarah Islam, guru adalah sebagai pribadi mulia dan sangat patut dihormati serta diberikan apresiasi karena pengorbanannya dalam mendidik putra-putri bangsa. Coba tanya kenapa seseorang bisa membaca, menulis dan menghitung, bukankah mereka diajarkan oleh guru, terserah guru itu dari mana datangnya, dari suku apa ia, dari bangsa apa ia, itu tidak penting karena mereka bertugas mencerdaskan bangsa, membebaskan ummat dari belenggu kebodohan dan keterbelakangan. Karena itu jika ada terdapat sedikit kekeliruan dan kekurangan yang dilakukan oleh guru, silakan lapor atau diskusi dengan atasan guru tersebut semoga setiap kesalahan dan kekurangan yang dimiliki oleh guru dapat diperbaiki di masa depan.

Kalau kita pelajari tentang sejarah imam mazhab empat yaitu Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii, dan Imam Ahmad bin Hanbal, mereka ini sangat menghormati para gurunya, mereka sangat memuliakan gurunya. Kalau dalam hikayat atau nadham Aceh ada baitnya khusus tentang guru misanya, ta’dhem ke guree merempok ijazah, ta’dhem keu nambah (ayah-ibu) merempok hareuta, ta’dhem keu nabi merempok syafa’at, keu mandum ummat yang ikot baginda.”

Pernahkah kita bertanya mengapa saya menjadi presiden, gubernur, bupati, jenderal, ulama besar, professor, polisi, tentara, pegawai, dan sebagainya? Bukankah kita dulu pernah belajar pada guru? Siapa yang mengajarkan kita a.b.c.d dan seterusnya, siapa yang mengajarkan kita alif, ba. Ta, tsa dan seterusnya, kenapa kita tidak berbelas kasih kepada mereka? Katakanlah, saya diajarkan oleh guru kan saya membayar honornya, saya berikan jerih payahnya, dan sebagainya. Cukupkah bayaran yang engkau berikan kepada guru sehingga kamu masuk sorga Allah oleh karena ajaran gurumu tentang Al-Qur’an, akhlak mulia, ilmu yang bermanfaat, dan berbagai wejangan yang menyelamatkan kamu dari api neraka? Darimana engkau tau memuliakan orang adalah mendapat sorga dan menambah rezkimu serta mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, darimana engkau tahu tentang pahala bersedekah, berhaji, umrah, berjihad fisabilillah, dan menjauhi berbohong, berdiusta, dan menjauhi segala maksiat? Bukankah semua ini karena tausiyah atau kuliah dari guru-gurumu yang siang dan malam menghabiskan waktu hanya demi ummat ini cerdas dan terbebas dari apai neraka?

Jadilah kita sebagai ummat yang menghargai jasa guru, jasa orang yang telah membuka mata kita untuk melihat dunia, melihat kebenaran dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Orang yang baik dan bijak adalah orang-orang yang tidak pernah melupakan bantuan dan pertolongan seseorang. Inilah manusia yang sentiasa memerlukan satu sama lain dalam kehidupan ini, kita tidak bisa hidup sendirian tanpa bantuan orang lain seperti orang tua kita, tetangga kita, guru kita, dan lingkungan kita.

Oleh karena itu kita sering-seringlah merenungkan dan memikirkan apa kebaikan dan amalan yang telah kita lakukan selama ini atau selama hidup ini, apakah kita lebih banyak melakukan kemaksiatan atau kebajikan. Mudah-mudahan jadilah kita seperti guru yang baik dan bermanfaat yang telah melahirkan jutaaan murid baik sukses ataupun tidak, namun dalam sejarah bangsa tidak ada guru yang kaya harta, dan mewah dalam kehidupannya dan sombong dengan manusia.

Guru itu kaya hati, dan kaya ilmu, serta kaya pengalaman karena sentiasa menahan diri terhadap akhlak murid-muridnya ada yang baik dan adapula yang tidak baik. Mereka menahan diri, mengurut dadanya ketika mendapatkan murid-murid yang bandel dan keras kepala, belum lagi menghadapi berbagai macam caci makian dari orangtua murid. Makanya marilah kita semua menjadi guru, baik guru untuk anak-anak kita di rumah, guru masyarakat, guru untuk bawahan kita, guru ummat yang tidak pernah meminta balas jasa.

Ketua Dewan Dakwah Provinsi Aceh/Mantan Komisioner Pengawasan dan Perlindungan Anak Aceh.
emharahmani48@gmail.com


Oleh Prof. Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL., MA (Ketua Majlis Syura Dewan Dakwah Aceh & Dosen Pasca Sarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh)

MUQADDIMAH

Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. Al-Kahfi: 110

Sebagai seorang hamba Allah, Rasulullah S.A.W. adalah manusia biasa yang tidak beda dengan ummat manusia lainnya. Beliau makan dan minum, beliau juga merasakan susah dan senang, merasa sakit dan sehat, merasakan menang dan kalah dalam sepanjang kehidupannya. Lazimnya kehidupan manusia lain di alam raya ini maka Rasulullah menjadi bahagian dari ummat manusia biasa yang memiliki kesamaan dan perbedaan dengan manusia lainnya sehingga beliau perlu persiapan diri menuju kematangan hidup.

Selain manuasia biasa Rasulullah S.A.W. juga menjadi manusia luar biasa manakala beliau dipersiapkan oleh Allah S.W.T. menjadi nabi dan RasulNya. Dalam konteks ini beliau yang bernama resmi Muhammad bin Abdullah menjadi istimewa di mata ummat manusia lain karena telah mendapatkan gelar Rasulullah yang sudah barang tentu memiliki kelebihan-kelebihan dan keistimewaan-keistimewaan berbanding manusia lainnya. Itu semua tidak akan wujud secara spontan tanpa persiapan kematangan baik yang dipersiapkan sendiri, yang dipersiapkan keluarganya maupun yang dipersiapkan RabNya sebagai Nabi dan Rasul.

Persiapan demi persiapan itulah yang kemudian menjadikan seorang anak yatim piatu bernama Muhammad bin Abdullah menjadi terkenal, popular, disegani, ditakuti yang sekalian juga dibenci oleh orang-orang tertentu.

Namun kepopulerannya itu tidaklah pernah menjadikan beliau naik bahu dalam pergaulan, kebencian orang-orang kepadaNyapun tidaklah pernah membuat beliau minder apalagi takut dalam hidup dan kehidupan. Dalam keberagaman tanggapan dan pandangan orang-orang terhadapnya, Beliau tetap saja menjadi seorang yatim piatu yang istiqamah, konsekwen, mandiri dan percaya diri bahwa hidup itu memang demikian adanya.

MEMPERSIAPKAN DIRI

Dalam perjalanan hidup Muhammad bin Abdullah senantiasa berhadapan dengan berbagai cobaan dan tantangan, mulai dari kematian ayahnya ketika masih tiga bulan berada dalam kandungan ibu, meninggal ibu ketika sudah berusia enem tahun, ketika dipapah oleh kakeknya Abdulmuthalib, kakeknyapun meninggal dalam usia Muhammad delapan tahun. Usia-usia Muhammad belum lagi banyak tau tentang hidup dan kehidupan sehingga paman setianya Abu Thalib harus turun tangan untuk memelihara, menjaga, mendidik dan mempersiapkan kematangan dirinya. Abu Thaliblah yang mendewasakan dan mempersiapkan kematangan Muhammad bin Abdullah sehingga menjadi Rasul Allah yang penghabisan. Nabi dipelihara oleh ibunya dilanjutkan oleh kakeknya dan dimatangkan oleh pamannya.

Sebagai manusia biasa yang Bernama Muhammad bin Abdullah Rasulullah S.A.W. senantiasa mempersiapkan diri dalam hidup dan kehidupannya untuk menjadi manusia luar biasa. Salah satu contohnya adalah; Ketika beliau merasa risau dengan kehidupan di kota Makkah yang penuh dengan kriminalitas berupa pembunuhan, mabuk-mabukan, perzinaan, pelecehan, pendiskriminasian dan sejenisnya, segera mencari tempat hidup yang dirasakan aman dan tentreram, tempat yang dimaksudnya kemudian terkenal dengan nama Gua Hirak di bukit Nur.

Gua tersebut jauh dari keramaian ummat manusia, jauh dari hiruk pikuknya alam raya, jauh dari kebrutalan manusia, jauh dari kriminalitas dan kriminalisasi ummat manusia. Di sinilah beliau mempersiapkan diri seraya mencari sesuatu yang beliau sendiri belum tau sesuatu yang sedang dicarinya itu. Pencarian sesuatu itulah yang dinamakan persiapan diri untuk menjadi manusia yang manusiawi bukan mausia sebagaimana yang beliau saksikan hari-hari di wilayah Makkah tatkala itu. Waktu itu hati kecil beliau seperti menjerit melihat kenyataan hidup dalam wilayah Makkah sehingga berupaya keras untuk menghindar dari kehidupan yang penuh kriminalitas tersebut.

Di antara hal yang beliau lakukan dalam bersemadi dan berkhalwat di Gua Hirak tersebut adalah: pertama, menghindari dari banyak berbicara dengan lingkungan Makkah sehingga dapat menjurus kepada banyak salah (Qillatul Qalam). Untuk kepentingan tersebut selaras dengan sabda Beliau sendiri: man kana yukminuna billahi wal yaumil akhir falyaqul khairan aw liyasmuth (barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka berkatalah yang benar dalam hidup ini atau diam dari berkata agar tidak menjurus kepada kesalahan.

Kedua, menghindari banyak makan (Qillatuth tha’am), karena banyak makan menjadi salah satu sifat yang tidak baik dalam sebuah kehidupan, boleh jadi menjurus kepada serangan berbagai penyakit, boleh jadi akan kehilangan kehormatan seseorang, boleh jadi juga hilangnya rasa malu dengan terlalu banyak makan. Hal ini selaras pula dengan sabdanya: “makanlah kamu Ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang” Ketiga, menghindari banyaknya interaksi dengan manusia yang terkenal galak dan criminal pada waktu itu (Qillatul anam). Kalau tidak meghindari Qillatul anam dapat dipastikan akan terjadi dialog yang tidak punya ujung karena berhadapan antara manusia-manusia criminal dengan seorang yang sedang mempersiapkan diri menjadi manusia Mulya. Keempat, menghindari banyak tidur (Qillatul manam) untuk lebih banyak beribadah dan mencari kebenaran dalam berkhalwat.

Sebagai manusia biasa yang memerlukan fasilitas dan keperluan hidup harian Muhammad bin Abdullah jauh hari sebelum menjadi Rasul Allah terus saja mempersiapkan diri menjadi seorang manusia yang mandiri dan bersahaja serta bermanfa’at kepada ummat manusia lainnya. Ketika menjelang remaja beliau ikut paman dan kakeknya untuk belajar hidup mandiri mengikut tradisi dan kebiasaan bangsa pada zaman dan tempat itu. Karena kelaziman Masyarakat tatkala itu cenderung mengembala hayawan dan atau berniaga berbagai jenis perniagaan maka Muhammad kecil ikut kakek dan pamannya belajar kemandirian hidup lewat jalur tersebut. Malah manakala beliau sudah dewasa menjadi peniaga ulung dan unggul dengan modal Khadijah yang kemudian menjadi isteri pertamanya.

Bekal dari paman dan kakek itulah yang membuat Muhammad menjadi matang dalam mencari kebutuhan hidup sehingga berjaya dengan perniagaan bersama modal Khadijah. Pendidikan dan persiapan kematangan alami yang diturunkan dari paman dan kakek tersebut menghantarkan hidup dan kehidupan Muhammad menjadi seorang yatim piatu yang kekar dan kekal dalam pendirian bahwa hidup ini memang penuh tantangan. Bekal itu pulalah yang menghantar Muhammad siap menghadapi berbagai tantangan yang diperolehnya dari kafir Quraisy di Makkah manakala beliau sudah menjadi Rasulullah SAW.

Persiapan diri seorang Muhammad yang sangat beraqidah dan berakhlaq Islamiyah sangatlah bersahaja manakala beliau juga terlibat dalam Perang Fujjar walaupun hanya sekedar menjadi perantara penyuplai anak panah kepada kaum Quraisy yang berhadapan dengan suku Qais Ailan di Makkah. Perang Fujjar yang juga disebut perang Fijar terjadi selama empat tahun dalam empat periode dan delapan pasang pelaku perang, pertama, Fijar Ar-Rajul yang berhadapan antara Bani Kinanah dengan Bani Qais Ailan; kedua, Fijar Al-Qard yang berhadapan antara Bani Quraisy dengan Bani Kinanah, ketiga, Fijar Al-Mar’ah antara Bani Kinanah dan Bani Nadhar bin Mu’awiyah, dan keempat, Fijar Al-baradh antara Bani Quraisy dan bani Kinanah berhadapan dengan Bani Qais Ailan. Dalam Fijar Al-Baradh inilah Muhammad bin Abdullah banyak terlibat membantu para seniornya mempersiapkan anak panah untuk digunakan memerangi musuh.
Ternyata persiapan diri seorang Muhammad bukan hanya terkait dengan keperluan logistik dan material kehidupan kemanusiaan saja melainkan juga persiapan latihan berperang sebagai medan perjuangan penegakan kebenaran yang menjadi salah satu langkah keberhasilan dan kesuksesan hidup seorang Muhammad tatkala sudah menjadi Rasul Allah SWT.

Secara personalitas Muhammad bin Abdullah merupakan seorang anak manusia yang ringan tulangnya untuk melakukan sesuatu yang bermakna dan bermanfa’at kepada ummat manusia, dengan sifat dan sikapnya yang demikian menghantarkannya menjadi seorang pahlawan di dalam dan di luar peperangan.

DIPERSIAPKAN ALLAH

Selain persiapan keluarga dan diri sendiri untuk menjadi manusia berguna dan berfaedah untuk semua makhluk yang ada di bumi ini, Muhammad bin Abdullah juga mendapatkan persiapan Allah yang sangat Istimewa bagi dirinya. Persiapan Allah terhadapnya yang paling fundamental dan angker adalah Ketika Allah mengutuskan malaikat untuk mebersihkan hatinya dengan membelah dada beliau dalam usia baru empat tahun. Persiapan kesucian tersebut tidak pernah dirasakan semisal itu oleh hamba Allah yang lain karena Allah hanya mempersiapkan Muhammad untuk menjadi rasulNya.

Selain mempersiapkan kesucian fisik, Allah juga mempersiapkan intelektualitas kepadanya dengan turunnya wahyu pertama surah Al-‘Alaq ayat 1 sampai ayat 5 dan wahyu-wahyu selanjutnya sehingga wahyu terakhir puntungan surah Al-Maidah ayat 3 yang berbunyi:

…..Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu….
Persiapan intelektualitas itu sangat beda dengan persiapan intelektualitas ummat manusia lainnya yang harus menempuh jenjang pendidikan puluhan tahun mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA, S1, S2, dan S3 malah sampai kepada guru besar (professor). Muhammad bin Abdullah yang menjadi Rasul Allah tidaklah berpendidikan seperti manusia lain, tetapi intelektualitanya masih di atas intelektualitas manusia biasa lainnya walaupun tidak pernah sekolah seperti manusia lainnya. Itulah beda persiapan yang disediakan Allah dengan persiapan yang dipasok oleh manusia di mana persiapan Allah langsung jadi dan terpercaya serta terpuji sedangkan persiapan manusia semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin ambruk moralitas dan keyakinan diri sendiri.

Kedua persiapan tersebut walau tidak akan mungkin sama seratus persen dapat dilakukan ummat manusia hari ini tetapi rule model yang telah diprakarsai Rasulullah bolehlah menjadi pedoman dan pegangan buat ummat manusia hari ini, khususnya muslimin wal muslimat.

Persiapan diri sendiri kita dapat tiru dan tambah dari apa yang sudah beliau lakukan, sedangkan persiapan dari Allah kita dapat mengikutinya via Al-Qur’an dan As-Sunnah. Lalu kurang apa lagi bagi ummat Islam hari ini sehingga tidak malu harus tunduk patuh kepada kaum Yahudi yang membantai ummat Islam di merata dunia atau kurang apa lagi bagi seorang muslim sehingga harus menerima pembodohan oleh ummat kristiani yang merusak tatanan kehidipan ummat Islam di merata negara mayoritas muslim, atau kurang apa lagi bagi ummat Islam yang mayoritas di dunia ini sehingga mau dibantai oleh kaum komunis, Hindu dan Budha sehingga muslimin lainnya hanya seperti mampu menonton Sahaja.

Padahal persiapan diri dan persiapan dari Allah SWT sudah dipahami secara menyelurh yang tidak dipahami oleh keimanan orang-orang kafir laknatillah.

Prof Muhammad AR

Suatu ketika seorang ulama shalih yang bernama Ibrahim bin Adham, berada di kota Basrah. Orang-orang Basrah mendatanginya dan duduk bersamanya untuk mendiskusikan berbagai masalah agama. Ada sebuah diskusi yang mengarah kepada mekanisme berdoa kepada Allah agar dikabulkan. Mereka selama ini senantiasa berdoa kepada Allah, namun rasanya semua permohonan dan permintaan tersebut belum dikabulkan oleh Allah SWT. Mereka bertanya kepada sang ulama itu, “Wahai Syaikh, apa penyebabnya doa seseorang tidak dikabulkan oleh Allah SWT? Dimana letak kekurangannya atau kesalahannya? Strategi dan pendekatan apa yang harus kami lakukan semoga Allah mengabulkan doa kami? Inilah model orang-orang yang masih tahu diri dan belum terlambat untuk belajar dan bertanya kepada orang yang ahli (para ulama).

Kemudian Syaikh Ibrahim bin Adham menjawab, “Wahai penduduk Basrah, ada beberapa sebab mengapa Allah tidak mengabulkan doa seseorang. Menurut beliau adalah karena hati kita mati dalam sepuluh perkara.” Marilah kita lihat satu persatu apa gerangan doa-doa kita terlewatkan sehingga bala bencana covid-19, tsunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir dan angin yang sangat kencang semakin merajalela di tengah-tengah masyarakat kita tanpa mengenal kompromi, apakah ia rakyat kecil, pejabat tinggi, orang kaya, orang miskin, petugas kesehatan (medis), petugas kebersihan, pemungut sampah, Presiden, Gubernur, Bupati, Walikota, anggota TNI dan anggota Polri semuanya terhinggapi wabah yang berbahaya itu jika Allah berkehendak.

1. Semua kita mengenal Allah, namun kita enggan menunaikan hak Allah swt. Tanyalah kepada diri sendiri apakah kita sudah menunaikan semua hak Allah? Bagamana shalat kita (shalat sunat qabliyah dan ba’diyah, sunat zuha, shalat malam, witir, dan shala suant lainnya), zakat kita, puasa kita termasuk puasa-puasa sunat, haji bagi yang sudah mampu, sadaqah kita terhadap fakir miskin dan kepada yang membutuhkannya, dan sejauh mana pengorbanan kita terhadap agama Allah, syariat Allah dan lain-lain hak Allah yang wajib kita tunaikan. Sudahkah kita laksanakan segala apa yang diperintah? Dan sudahkan kita menghindar dari semua larangan-Nya dan bertaubat atas segala kesalahannya.

2. Mungkin semua kita membaca al-Qur’an tetapi tidak mengamalkannya secara komprehensif semua larangan dan suruhan di dalamnya. Banyak perintah al-Qur’an kita tinggalkan, seperti berbuat baik kepada ibu bapak, menolong agama Allah, berbicara yang benar, mengeluarkan zakat, berjihad di jalan Allah, membantu saudara kita di Palestina, membantu Muslim Rohingya, menolong sauadara kita di India, menolong saudara kita di Uyghur, namun sebaliknya malah kita melakukan sesuatu yang dilarang Allah misalnya tidak menjauhi sifat munafik, tidak berhenti dari tindakan sogok menyogok (suap), tidak suka berlaku adil dan jujur, tidak mau meninggalkan kebohongan dan kecurangan, tidak mau bertransaksi secara halal dan diridhai Allah (jauh dari system ribawi), tidak mau menjauhi zina, tidak berhenti melakukan pembunuhan, tidak berhenti melakukan korupsi dan memakan haram.

3. Kita bilang bahwa kita cinta kepada Rasulullah, namun kita sering meninggalkan sunnah-sunnahnya. Memang kita sering shalat lima waktu secara berjamaah di masjid-masjid Allah, lalu bagaimana dengan menjalankan amar makruh nahi mungkar baik secara individu atau secara kelompok, bagaimana dengan memelihara jenggot dan mencukur kumis, apakah kita sudah terbiasa makan dan minum dengan tangan kanan,apakah kita kita juga menjalankan seluruh puasa-puasa sunat selain dari pada puasa bulan Ramadhan, sudahkah kita berpakaian menurut sunnah baginda Nabi saw, sudahkah kita menjalin silaturrahmi dengan saudara kita, orang tua kita, guru kita, pimpinan kita, dan bagaimana dengan penyebaran salam ketika berjumpa sesama muslim, dan begitu pula dengan semua sunnah-sunnah yang lain sudahkan kita kerjakan secara kaffah?

4. Kita haqqul yakin mengaku menjadi musuh setan, namun kadang-kadang kita sepakat dengannya. Banyak ummat Islam, pemimin Islam bersekongkol dengan musuh Allah, kalian menjadikan wali dari kalangan musuh Allah dan musuh agamamu, kalian berhubungan baik dengan musuh Allah dan musuh Nabi saw dan saling bermusuhan dengan sesama muslim, dsb. Kalau kita sepakat setan sebagai musuh, maka kita tidak perlu terlalu baik dan percaya kepada musuh Allah dan musuh Nabi saw karena mereka mengajak kita untuk mengikuti setan. Lihat saja sekarang berapa banyak pemimpin negeri Islam yang berani secara terang-terangan membela saudaranya di Palestina? Muslim Rohingya? Dll.

5. Kita mengatakan mencintai Jannah (sorga), tetapi tidak ada tanda-tanda yang menuju ke arah itu. Kita suka money laundry, suka berjudi, mengundi nasib, membeli togel, minum tuak atau arak serta minuman keras, hati kta penuh dengan kedengkian, iri hati, kita senantiasa terlibat dalam memfitnah, menggosip, mengadu domba, dan mengeluarkan perkataan-perkataan yang sia-sia dan kasar serta perkataan kotor. Kita kadang-kadang jarang bersedekah, berinfak, dan membela orang-orang terdhalimi. Kita sering lupa akan nasib fakir miskin dan anak yatim, enggan berjihad fisabilillah, dan kita tidak lagi berani menyatakan yang salah itu salah, dan yang benar itu benar. Kalau semua ini masih menyatu dalam diri kita, mungkin agak sulit mendapatkan sorga Allah.

6. Kalian takut akan neraka jahannam, tetapi anda bergegas menghampirinya. Kita meninggalkan shalat, kita tidak mau bayar zakat, tidak mau tolong dan memberi makan anak yatim, tidak mau berpuasa baik wajib ataupun puasa sunat, tidak saling memaafkan, dan tidak mau peduli nasib saudara seiman dan seakidah, tidak berlaku adil ketika kita memimpin, dan tidak mau menjalankan syariat Allah baik dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat ataupun dalam kehidupan bernegara.

7. Kita sering mengatakan bahwa mati itu benar terjadi dan setiap orang akan mengalaminya, tetapi kebanyakan di antara kita sedikit sekali persiapan dan bekal yang kita bawa menuju kematian yang pasti itu.. Apakah tiket kita menuju kematian yang husnul khatimah sudah kita siapkan misalnya sadaqah jariyah, amal shalih, sifat pemaaf, shalat berjamaah, akhlak mulia, dan hati yang sejahtera. Sesungguhnya semua para sahabat Rasulullah saw seperti Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Bilal bin Rabah, Usman bin Maz’un, Sa’ad bin Abi Waqasy, Abu Ayyub al-Ansari, Khalid bin Walid, Hamzah bin Abdul Muthalib, Khadijatul Kubra (Khadijah binti Khuwailid), Fathimah binti Muhammad, Sumayyah, Yasir dan Khabab al-Arti, Mush’ab bin Umair, Shuhaib bin Sinan Ar-Rumy, Zaid bin Haritsah, Ikrimah bin Abu Jahal, dll. Insya Allah semua para sahabat Rasulullah sudah menempah tiket ke sorga dengan berbagai macam amal baik mereka secara khusus ketika mereka masih hidup.

8. Kita sering disibukkan oleh aib orang lain, dan sering lupa akan aib sendiri. Membuka aib kaum muslimin adalah sangat dilarang dalam Islam. Semut di seberang lautan nampak kita lihat, namun gajah di pelupuk mata tidak terlihat. Makanya kita dianjurkan Allah dan Rasul-Nya untuk menjaga mulut, kemaluan, mata, telinga, hati, hidung, tangan dan kaki. Kita senantiasa memohon ampun kepada Allah atas segala khliaf dan dosa agar terhindar dari perbiatan-perbuatan tercela dan ternoda.

9. Kita selalu menikmati nikmat Allah dari pagi hingg petang, namun sering lupa mensyukurinya. Bukankah Allah mengingatkan kita “Jika kamu bersyukur, Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu, dan jika kamu kufur, azab-Ku sangat pedih”. Berterima kasih kepada Allah sebagai Khalik adalah wajib bagi manusia, juga berterimakasih kepada ibu bapa, guru, dan juga kepada orang-orang yang telah membantu kita, menolong kita serta berbuat baik kepada kita adalah sangat wajar berterima kasih dengan cara dan metode masing-masing. Ini adalah adanya rasa syukur atau terima kasih. Konon lagi kepada Allah swt yang telah menjadikan kita, menjadikan langit dan bumi dan seluruh isinya.

10. Kita sering terlibat dalam menguburkan mayyit, namun kita kadang-kadang lupa mengambil pelajaran dari-nya. Berapa kali kita sudah mengkhatamkan al-Qur’an selama hidup kita, dan berapa banyak ayat yang sudah sanggup kita hafal? Berapa ribu atau juta tahlil yang telah kita lantunkan, bagaimana dengan shalat malam kita, menjalin silaturrahmi, sedekah, infak, dan puasa wajib dan puasa sunat, shalat berjamaah, mencari ilmu, mengajar manusia dengan ilmu yang bermanfaat, dan mendidik anak-anak dengan ilmu tauhid dan ilmu agama. Semua ini tidak sempat lagi kita lakukan kalau sudah menghadap Allah.

Mungkin itu hanya sekedar sepuluh hal yang sering kita lupakan yang menurut Syaikh Ibrahim bin Adham hal-hal inilah yang menyebabkan hati manusia tertutup sehingga imbasnya ketika kita berdoa kepada Allah kurang direspon oleh-Nya. Memang kalau mekanisme salah, maka tempat yang dituju lama sampainya. Oleh karena itu perbaikilah hati, lembutkan hati dengan al-Qir’an dan perbanyaklah tahlil, takbir, tahmid, dan tasbih sehingga dengan bacaan kalimah tauhid itu maka pintu langit akan terbuka. Salah satu jalan agar doa diterima adalah pengguguran dosa, karena itu tinggalkan semua maksiat, perbanyak minta ampun dan taubat nasuha, insya Allah segala permohonan kepada-Nya akan dikabulkan. Lihat saja, kebanyakan para sahabat Rasulullah dan para ulama diterima doa mereka, misalnya Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali, Sa’ad bin Abi Waqash, Khalid bin Walid, Abu Ubaidah bin Jarrah, Hasan al-Basri, Said bin Musayyab, Sufyan Tsuri, Fudhail bin ‘Iyadh, Zun-nun Al-Mishri, dll.

Kisah yang sangat nampak dan terang benderang adalah Covid-19 yang melanda seluruh dunia tanpa kecuali, bukankah semua umat Islam berdoa kepada Allah agar penyakit ini hengkang dari negeri kita atau negeri mereka masing-masing, namun penyakit tetap penyakit walau berbagai cara dilakukan. Tetapi celakanya ada pihak atau orang yang bisa meraih keuntungan ditengah-tengah musibah tersebut, ini sangat luar biasa karena bisa berfoya-foya dan bersuka ria di tengah-tengah orang-orang sedang menderita dan penuh kewaspadaan serta ketakutan.

Ternyata banyak pihak, termasuk pemerintah pada waktu itu seolah-olah Covid-19 itu jangan dulu berakhir karena penjualan obat dan alat-alat medis masih banyak tersisa. Artinya anggaran untuk menangani wabah itu masih banyak tersisa, rakyat terkurung dan malah dipaksa tinggal di rumah masing-masing walaupun kebutuhan mereka sangat tidak mencukupi. Nampaknya ada dua keinginan yang berbeda di antara manusia, yang satu dengan wabah bisa mendapat banyak keuntungan, yang satu lagi sangat menderita. Doapun ada dua jenis, yang satu memohon hengkangnya penyakit dan yang satu lagi berdoa biar saja penyakit ini eksis karena dapat menguntungkan dari segi ekonomi dan finansial. Coba kita bayangkan kalau kita sebagai penerima doa, apa yang akan kita pertimbangkan? Karena ini Allah azzawajalla pemilik alam dan penguasa langit dan bumi, maka Allah akan melihat betapa munafiknya manusia, dan betapa biadabnya manusia dalam melanggengkan kekuasaannya, dan dalam memperkaya diri dengan cara apapun asalkan dapat menambahkan pendapatan, kekayaan dan kedudukan.

Mungkin karena persolan tarik ulur antara pebisnis dan rakyat jelata atau para pembela rakyat, maka seolah-olah bencana yang kita rasakan tiadk mau hengkang dari negeri kita karena masih banyak orang yang mengundangnya atau mempertahankannya. Jadi, Allah akan mengabulkan doa orang yang memintanya. Namun sesuai dengan keputusan-Nya, doa orang-orang yang bermohon insya Allah akan diqabulkan sesuai dengan kehendak-Nya dan masanya. Karena persoalan masa dan diterimanya doa kita, tidak ada yang memiliki pengetahuan tentang itu karena ini berada dalam ilmu Allah. Oleh karena itu perbanyaklah doa dan kesabaran karena orang-orang yang sabar, ikhlas, dan penuh harap terhadap Allah akan menerima hasilnya sesuai dengan masa yang telah ditentukan Allah.

Penulis:

Prof Muhammad ARProf.Dr. Muhammad AR. M.Ed

Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Aceh

emharahmani48@gmail.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Oleh : Afrizal Refo, MA

Bulan Ramadhan telah berlalu, tetapi semangat ibadah di bulan Ramadhan setidaknya dapat kita pertahankan dan kita tingkatkan di bulan Syawal ini.

Dalam kalender Hijriah, urutan setelah bulan Ramadhan adalah bulan Syawal. Secara hakiki, kita tidak bisa terus berada dalam bulan Ramadhan yang penuh rahmat dan maghfirah Allah. Oleh karena itu, kita diharapkan bisa terus meningkatkan kualitas ibadah kita di bulan-bulan setelahnya yang salah satunya adalah bulan Syawal.

Bulan Syawal adalah bulan peningkatan, dimana seorang hamba berlomba-lomba untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Sang Pencipta. Berbagai amalan yang dianjurkan untuk dilakukan di bulan Syawal guna mengadakan peningkatan kualitas dan iman. Di antaranya adalah shalat Idul Fitri, silaturahmi, sedekah dan menikah.

Perkataan “Syawal” berasal dari kata Arab, yaitu syala yang berarti irtafa’a, naik atau meninggi. Orang Arab biasa berkata, syala al-mizan (naik timbangan), idza irtafa’a (apabila ia telah meninggi).

Lalu, yang menjadi pertanyaan, mengapa bulan setelah Ramadhan itu dinamai Syawal, bulan yang naik atau meninggi atau meningkat? Ada dua alasan yang dapat diutarakan, yaitu:

Pertama, karena derajat kaum Muslim meningkat di mata Allah. Hal ini disebabkan mereka mendapat pengampunan (maghfirah) dari Allah setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan. Sebagaimana sabda Rasulullah,“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan tulus kepada Allah, maka dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah.” Ampunan Allah tersebut, dapat diibaratkan seperti bayi yang baru lahir yang bersih dari segala dosa.

Kedua, karena secara moral dan spiritual, kaum Muslim harus mempertahankan dan meningkatkan nilai-nilai amaliah Ramadhan pada bulan ini dan bulan-bulan berikutnya hingga datang Ramadhan tahun depan.

Secara etimologi, arti kata syawal adalah peningkatan. Hal itu merupakan target ibadah puasa. Pasca-Ramadan diharapkan orang-orang yang beriman meraih derajat ketakwaan, seorang Muslim yang terlahir kembali seperti kertas yang masih bersih, sehingga di bulan Syawal ini kualitas keimanannya mengalami peningkatan. Tidak hanya kualitas ibadah, tetapi juga kualitas pribadinya, yang selama di bulan Ramadhan dilatih secara lahir batin.

Makna dan semangat peningkatan amal ini dapat dilihat dari perintah puasa di bulan ini, walaupun hukumnya sunah, tetapi sangat dianjurkan (sunnah muakkad). Setelah berlebaran pada 1 Syawal, kaum Muslim dianjurkan agar berpuasa dalam bulan Syawal selama enam hari, tidak mesti berturut-turut. Sebab, puasa tersebut amat besar pahalanya. Rasulullah bersabda,”Barang siapa berpuasa di bulan Ramadan lalu berpuasa lagi enam hari di bulan Syawal, maka ia seolah-olah berpuasa selama satu tahun.”

Kenapa puasa Syawal bisa dinilai berpuasa setahun? Mari kita lihat pada hadits Tsauban berikut ini:
“Dari Tsauban, bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa berpuasa enam hari di bulan Syawal setelah Idul Fithri, maka ia telah menyempurnakan puasa setahun penuh. Karena siapa saja yang melakukan kebaikan, maka akan dibalas sepuluh kebaikan semisal.” (HR. Ibnu Majah)

Namun tidak demikian yang terjadi di masyarakat kita, fenomena yang terjadi justru sebaliknya. Syawal, seakan-akan bulan yang ditunggu-tunggu agar terlepas dari belenggu dan bebas melakukan kegiatan apa saja seperti sedia kala. Indikatornya yang sangat jelas, antara lain adanya perayaan Idul Fitri dengan pesta atau dengan kegiatan yang bertentangan dengan nilai-nilai ke-Islam-an, pacaran bagi kawula muda kian hari makin meningkat dan membudaya, judi online makin bertebaran dimana-mana dan Kemaksiatan seperti itu justru langsung ramai sejak hari pertama bulan Syawal. Na’udzubillah! Lalu setelah itu, masjid-masjid akan kembali sepi dari jamaah shalat lima waktu. Lantunan ayat suci Alquran juga tidak lagi terdengar. Yang ada justru umpatan, ghibah, dan kemarahan kembali membudaya. Bukankah ini seperti mengotori kain putih yang tadinya telah dicuci dengan bersih kembali penuh noda?

Dengan demikian, Idul Fitri dan Syawal sesungguhnya mengandung semangat peningkatan ibadah dan amal saleh. Oleh sebab itu, sayang rasanya apabila di antara kaum Muslim pasca-Ramadhan, malah kembali melakukan dosa-dosa dan berpaling dari petunjuk Allah. Memang, pada dasarnya manusia tidak bisa lepas dari berbuat salah dan dosa. Tetapi, hendaknya kita berdoa memohon petunjuk kepada Allah untuk tidak kembali lagi ke dosa yang pernah kita lakukan maupun dosa lainnya dan berusaha meminimalkannya agar tidak larut dalam hal tersebut. Begitu pula, kesucian diri kita harus dijaga dan dipelihara sepanjang waktu, sesuai dengan prinsip istiqomah yang diajarkan oleh Islam.

Sikap istiqomah dalam beribadah dan berbuat baik harus kita jaga sampai malaikat maut mencabut nyawa kita. Semakin hari, seharusnya kita semakin giat lagi dalam beribadah dan mendekatkan diri pada Allah SWT, karena usia kita tidak ada yang mengetahui, kecuali Allah SWT. Wallahu a’lam bisshawab.

Penulis adalah Dosen PAI IAIN Langsa dan Sekretaris Dewan Da’wah Kota Langsa


Oleh: Afrizal Refo, MA

Umat muslim di seluruh dunia saat ini sudah memasuki 10 Akhir di bulan Suci Ramadhan. Ada peristiwa penting di 10 Akhir Bulan Ramadhan yaitu Lailatul Qadar. Kita sebagai umat muslim tentu berharap mendapatkan atau berjumpa dengan malam lailatul qadar yang hanya datang pada bulan suci Ramadhan.

Lantas mengapa malam lailatul qadar begitu didambakan?

Malam Lailatul Qadar sangat didambakan umat Islam di bulan Ramadhan, keistimewaan malam ini dikabarkan oleh Al-Qur’an lebih baik daripada seribu bulan. Seorang muslim yang melaksanakan ibadah pada malam lailatul qadar tersebut dianggap telah mengerjakan Ibadah selama seribu bulan yakni sekitar 83 atau 84 tahun.
Untuk menyambut malam Lailatul Qadar, umat muslim tentunya perlu memahami kriteria waktu, tanda-tanda, cara mendapatkannya hingga keutamaan malam Lailatul Qadar itu sendiri.

Malam lailatul Qadar sangat istimewa hingga Allah SWT, menurunkan surat Al-Qadr untuk memuji kemuliaan malam ini.

إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٞ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرٖ تَنَزَّلُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ بِإِذۡنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمۡرٖ سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. al-Qadr : 1–5).

Keagungan malam Lailatul Qadar juga disampaikan melalui hadits Rasulullah SAW, dimana beliau menyuruh para sahabat untuk mencari malam Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.

Waktu Malam Lailatul Qadar

Tidak ada yang tahu pasti kapan kedatangan malam Lailatul Qadar. Jadi mengapa Lailatul Qadar itu dirahasiakan kapan waktunya? Lailatul Qadar memang seakan seperti misteri yang datang pada seorang muslim. Namun, hal yang pasti diyakini soal waktu kedatangan Lailatul Qadar yakni, Lailatul Qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir pada malam-malam ganjil di bulan Ramadan sesuai sabda Rasulullah SAW.

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya: “Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan.” (HR Bukhari)

Tanda-tanda Malam Lailatul Qadar

Beberapa tandanya adalah sebagai berikut.
1. Matahari Pagi Berwarna Putih
Melalui Ubay bin Ka’ab, ia menyampaikan,

هي اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بَهَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعِ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لَا شُعَاعَ لَهَا

Artinya: “Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadan). Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru.” (HR Muslim)

2. Cuaca yang tenang dan Nyaman
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda yaitu,

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةُ سَمْحَةُ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَّمْسُ صَبِيحَتُهَا ضَعِيفَةً حَمْرَاء

Artinya: “Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.” (HR Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)

Dengan melihat tanda-tanda di atas maka tidak perlu mencari-cari tanda Lailatul Qadar, hal ini dikarenakan kebanyakan tanda yang ada muncul setelah malam itu terjadi. Hal yang harus kita persiapkan adalah untuk memperbanyak ibadah di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan, Insyaallah kita akan mendapati malam penuh kemuliaan tersebut.

Cara mendapatkan malam lailatul qadar

Tak satupun manusia yang mampu memprediksi secara tepat dan memastikan kapan malam lailatul qadar datang. Karena begitu mulia dan agungnya malam lailatul qadar sehingga tidak terjangkau oleh nalar manusia.

Di dalam Qur’an Surat Al-Qadr ayat 2 dijelaskan, wama adraka ma lailatul qadar (dan tahukah kamu malam lailatul qadar itu?). Wahyu Allah SWT tersebut ingin menegaskan bahwa betapa mulianya malam lailatul qadar.

Meski tak dapat diprediksi umat muslim dapat mempersiapkan diri untuk bertemu dengan malam lailatul qadar. Caranya dengan mempersiapkan sejak awal Ramadhan datang dengan memperbaiki ibadah. Berikut dua cara mempersiapkan diri untuk mendapatkan malam lailatul qadar.

Pertama, melakukan kebaikan karena pada malam lailatul qadar Malaikat turun (QS Al-Qadr: 4). Ketika Malaikat turun dan mengunjungi seseorang, Malaikat senang dengan kebaikan, melingkupi kebaikan apa saja. Malaikat mendukung manusia yang berbuat baik secara kontinu dan tidak menunda-nunda untuk membantu sesama.

Kedua, di malam lailatul qadar ada kedamaian sampai fajar (QS Al-Qadr: 5). Artinya, damai dengan diri dan damai dengan orang lain. Termasuk tidak mengambil hak orang lain demi mewujudkan kesejahteraan.

Keutamaan malam Lailatul Qadar

Setelah mengetahui keterangan waktu dan tanda-tanda malam Lailatul Qadar, hendaknya kita mengetahui keterangan mengenai keutamaannya. berikut ini adalah beberapa keutamaan dari malam Lailatul Qadar.

1. Malam penuh kemuliaan

Allah SWT memberitahukan perihal Lailatul Qadar dalam surat Al-Qadr yang artinya kemuliaan.

Sejak malam Lailatul Qadar diturunkan manusia diberikan kemuliaan lewat Al-Qur’an, yang mengeluarkan umat Nabi Muhammad SAW dari kegelapan menuju cahaya petunjuk dari Allah SWT.

2. Al-Qur’an diturunkan pada malam Lailatul Qadar

Allah SWT menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW di malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang penuh dengan keberkahan.
Dalam riwayat Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah SWT menurunkan Al-Qur’an sekaligus dari Lauhul Mahfuz ke Baitul ‘Izzah di langit pertama pada malam Lailatul Qadar. Kemudian, Al-Qur’an diturunkan berangsur-angsur, sesuai dengan kejadian-kejadian dalam masa kenabian Rasulullah SAW selama 23 tahun.

3. Malam Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan

Dalam surat Al-Qadr ayat ke-3, Allah SWT berfirman dengan jelas bahwa Lailatul Qadar adalah malam kemuliaan yang lebih baik daripada seribu bulan. Keutamaan Lailatul Qadar itu sama dengan seribu bulan atau bandingannya serupa lebih daripada usia manusia delapan puluh tiga tahun.

Ini untuk menghibur Rasulullah SAW yang khawatir dengan usia umatnya yang pendek, tidak seperti ahli ibadah terdahulu yang berusia panjang, dan melakukan amal ibadah sepanjang hidupnya tanpa maksiat.

Allah SWT kemudian mengutus malaikat Jibril untuk memberi kabar gembira kepada Rasulullah SAW, tentang malam Lailatul Qadar yang pahalanya lebih baik dari seribu bulan.

4. Ada Pengampunan Dosa
Dikutip melalui perkataan Abu Hurairah yang menyampaikan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: “Barangsiapa melaksanakan salat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR Bukhari)

Dikutip dari Tafsir Zaadul Masiir bahwa Mujahid Qotadah dan ulama lainnya sepakat berpendapat bahwa yang dimaksudkan dengan lebih baik di sini merujuk pada shalat dan amalan yang dilakukan pada malam Lailatul Qadar. Artinya shalat dan puasa pada malam Lailatul Qadar lebih baik daripada shalat dan puasa di seribu bulan lain yang tidak terdapat Lailatul Qadar.

Itulah sedikit banyak pembahasan mengenai malam Lailatul Qadar yaitu waktu, tanda, cara mendapatkannya dan keutamaannya. Semoga dapat bermanfaat dan membantu kita menyambut dan mengawal malam Lailatul Qadar di Ramadhan tahun ini. Aamiin yaa Rabbalalamiin.

Penulis: Dosen Pendidikan Agama Islam IAIN Langsa dan Sekjen Dewan Da’wah Kota Langsa.

Afrizal Refo, MA

Oleh Afrizal Refo, MA (Dosen PAI IAIN Langsa, Sekretaris Dewan Da’wah Kota Langsa)

Isra’ Mi’raj sebagai momentum memperbaiki kualitas ibadah shalat, Shalat merupakan salah satu ibadah yang paling utama dalam hubungan antara manusia dengan Allah SWT.

Shalat juga merupakan ibadah yang pertama kali diperiksa oleh Allah SWT. Baik ibadah shalat kita maka baik pula ibadah yang lain sehingga ibadah Shalat menjadi tolok ukur bagi kita sebagai hamba-Nya.

Shalat memiliki kedudukan yang sangat penting dan mendasar dalam Islam, yang tidak bisa disejajarkan dengan ibadah-ibadah yang lain.

Kita sebagai umat Islam berkewajiban untuk mengerjakan shalat lima waktu dalam sehari semalam. Kewajiban ini ditanggungkan oleh Allah kepada hamba-Nya ketika terjadinya peristiwa besar Isra mikraj. Kita mungkin dalam mengerjakan shalat masih belum khusyuk, tergesa – gesa. Bahkan banyak dari kita yang terbiasa menunda – nunda waktu shalat. Banyak juga dari kita yang mengesampingkan keutamaan shalat berjamaah. Oleh karena itu, peringatan Isra mikraj bisa kita jadikan momentum untuk memperbaiki kualitas shalat lima waktu kita.

Shalat adalah rukun Islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat. Shalat ini mencakup berbagai macam ibadah, seperti : dzikir kepada Allah, membaca Alquran, berdiri menghadap Allah, rukuk, sujud, do’a, tasbih dan takbir.

Allah SWT berfirman,

“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”(QS. An-Nisa : 103).

Terdapat sebagian fenomena yang patut disayangkan, yaitu adanya sebagian orang yang masih dengan mudah meninggalkan shalat tanpa ada rasa bersalah sedikitpun baik dikalangan remaja, dewasa dan juga orang tua, selain itu juga ditemukan orang yang sakit masih tidak melaksanakan shalat kecuali dia akan shalat diwaktu sembuh dari sakitnya. Padahal Allah telah memberikan rukhsah kepada hamba-Nya untuk mengerjakan shalat lima waktu dalam berbagai kondisi baik itu waktu perjalanan, sakit maupun peperangan sekalipun.

Melihat fenomena diatas ini adalah kesalahan yang sangat besar, jika banyak kaum muslimin telah meninggalkan shalat karena ketidaktahuannya dan sikapnya yang tidak bertanya kepada orang yang mengetahui ilmunya.

Allah SWT berfirman,

“Maka,bertawakalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.’’ [At-Taghabun: 16].

Sejarah Isra dan Mikraj

Dalam kitab Sirah Nabawiyah ar-Rahiq Al-Maktum karya Syeikh Syafiyurrahman Al-Mubarakfuri disebutkan tentang kisah Isra Miraj yang dialami Nabi Muhammad SAW. Dalam peristiwa Isra Mi’raj tersebut ada sebuah kisah tentang sejarah diperintahkan shalat lima waktu.

Shalat wajib bagi umat Islam adalah lima waktu dalam satu hari. Tapi, awalnya, Nabi Muhammad mendapatkan perintah dari Allah tersebut bukan lima waktu, melainkan 50 waktu.

Lima waktu shalat adalah bentuk dispensasi shalat dari Allah SWT, lantas bagaimana kisahnya?

Isra mi’raj sendiri terjadi pada 27 Rajab di masa kesepuluh kenabian. Dalam perjalanan tersebut Nabi diperlihatkan oleh Allah SWT betapa indahnya surga, lengkap dengan pelbagai hal yang membuat bahagia. Beliau juga diperlihatkan kondisi neraka, lengkap dengan kejadian mengerikan yang dialami oleh mereka yang mendapatkan

Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad pada malam hari dari Mekah menuju Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa di Palestina. Sementara Mikraj adalah perjalanan Nabi diangkat menuju langit ketujuh, Sidratul Muntaha, langit tertinggi yang tak dapat dijangkau oleh makhluk apa pun dan berjumpa dengan Allah SWT.

Perjalanan yang sangat jauh itu dialami Rasulullah dalam waktu yang sangat singkat. Ayat Al Quran yang membenarkan perjalanan Isra Miraj tersebut salah satunya Surat Al Isra ayat 1, Allah SWT berfirman:

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Israa:1)

Melihat perjuangan dan pengorbanan nabi Muhammad SAW dalam momentum Isra’ Mi’raj ini, semoga kita dapat meningkatkan kualitas ibadah shalat kita sebaik mungkin, sehingga dapat meningkatkan takwa kepada Allah swt.

Dari ulasan diatas sudah seharusnya sebagai seorang muslim kita harus menaruh perhatian yang sangat besar dalam menjalankan Shalat dengan sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab, dan bukan sekedar rutinitas atau penggugur kewajiban.

Dengan demikian kita akan menjadi orang-orang yang akan mewarisi surga Firdausnya Allah dan Insya Allah kekal di dalamnya. Aaminn.


Oleh Afrizal Refo, MA

Fenomena Lato Lato, Baru-baru ini permainan anak lato-lato tengah viral di berbagai media sosial terlebih di akun TikTok. Salah satu permainan tradisional ini banyak dimainkan oleh berbagai kalangan masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa.

Awalnya permainan ini hanya terlihat biasa saja, namun dari teknik bermainnya akan membuat seseorang ingin mencoba lagi dan bahkan diperlombakan, yang bisa membunyikan paling lama akan menjadi pemenang.

Aneh memang, hampir seluruh Indonesia khususnya Aceh, baik di kota maupun desa semuanya memainkan permainan Lato-lato tersebut, sehingga tidak heran kita terus mendengarkan bunyi tok-tok-tok tersebut dimana-mana.

Memang sebagian orang mengatakan bahwa dengan adanya permainan Lato-lato ini, terdapat banyak manfaatnya diantaranya melatih konsentrasi dan kesabaran.

diantara manfaat lainnya adalah anak-anak sudah bermain Lato-lato dan mereka sudah jarang memainkan hp jenis game FF, PUBG, maupun Mobile Legend.

Meskipun demikian, masih ada dikalangan remaja maupun dewasa yang memainkan jenis permainan tersebut yang membuat kelalaian dan menghabiskan waktunya untuk hal yang tidak bermanfaat.

Dilihat dari sejarahnya, ternyata permainan Lato-lato ini sudah ada sejak tahun 1960-an hingga 1970-an yang dipopulerkan di belahan dunia seperti Eropa dan Amerika Serikat.

Di negara asalnya permainan tersebut bernama clackers, click-clacks, atau knockers.

Dahulu terbuat dari kaca kemudian lambat laun berubah jadi kayu dan atom.

Permainan Lato-lato ini sempat dilarang dinegara tersebut karena mengandung bahan kimia maupun radioaktif serta mudah terbakar.

Tiga tahun kemudian, kewenangan tersebut diperluas, yakni dengan melarang penjualan mainan clackers di pasaran. Permainan yang awalnya dipasarkan sebagai cara untuk mengajari anak-anak koordinasi tangan dan mata itu bisa menjadi proyektil, sehingga dikeluarkan peringatan untuk mencegah kebutaan.

Dan kini entah siapa yang memulai dan mempopulerkan permainan Lato-lato tersebut di Indonesia khususnya Aceh.

Efek Lato Lato

Adapun efek dari Lato-lato tersebut yakni suara yang dihasilkan dua bandul tersebut telah merambah sampai ke sekolah, para siswa membunyikan ketika di Sekolah dan bahkan saat pelajaran sedang berlangsung sehingga menimbulkan kebisingan.

Selain itu, ada juga yang mengalami benjol di dahi karena terkena lato-lato bahkan sampai menjerat leher dan belum lagi ada yang talinya putus sehingga terkena orang lain atau pecah kaca, sehingga membuat suasana belajar pun menjadi kacau.

Baru-baru ini, viral lato-lato kena mata seorang bocah berinisial AN di Kubu Raya, Kalimantan Barat. Usai bermain dari rumah temannya, AN pulang dengan luka dibagian mata setelah terkena serpihan bola lato-lato. Hal tersebut mengakibatkannya harus menjalani operasi mata lantaran terluka di bola matanya.

Maka oleh karena itu, perlu dari pihak pemerintah terkait untuk memperhatikan dan mengatasi jenis permainan ini untuk tidak menyebar kemana-mana.

Dan sebaiknya tidak memainkan lagi permainan tersebut dan harapannya permainan Lato-lato ini bisa dibatasi sehingga tidak menyebabkan hal-hal yang buruk terjadi.

Penulis adalah Dosen Pendidikan Agama Islam IAIN Langsa, dan Sekretaris Umum Dewan Dakwah Kota Langsa.

Oleh: Muhammad Syafi’i Saragih, M.A

Bisakah membuat perubahan dengan istighfar?. Mungkin sebagian orang akan mempertanyakan bagaimana kalimat-kalimat istighfar dapat mengubah sesuatu. Tetapi, sebagian orang yang memiliki kepercayaan yang tinggi, tanpa ragu, mereka yakin hal itu. Sekarang, bagaimana istighfar dapat mengubah segalanya?.

Mungkin juga sebagian orang berpikir, kalaupun istighfar dapat membuat perubahan, pasti itu perubahan kecil. Akan tetapi, sesungguhnya istighfar dapat membuat perubahan yang sangat dahsyat, bahkan ketika langit akan pecah dan runtuhpun, dengan kekuatan istighfar, Allah menahan hal itu, sehingga selamatlah manusia.

تَكَادُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ يَتَفَطَّرْنَ مِن فَوْقِهِنَّ ۚ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِمَن فِى ٱلْأَرْضِ ۗ أَلَآ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

Artinya: “hampir saja langit itu pecah dari sebelah atas (karena kebesaran Tuhan) dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhan-nya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Penyayang. (Q.S. As-Syura: 5)

Dengan kekuatan istighfar yang dimohonkan oleh malaikat, manusia yang ada di bumi selamat dari pecahnya langit. Bayangkan, jika langit pecah berhamburan dan jatuh ke bumi, bukankah itu berarti pertanda kiamat besar?

Bukankah itu pertanda akhir dari segala kehidupan? Bukankah itu berarti kita akan terpisah dari anak dan isteri? Ayah dan ibu, sanak saudara, dan terpisah dari segala sesuatunya yang pernah kita miliki?

Jika istighfar mampu memberikan dampak yang luar biasa bagi peristiwa alam seperti itu, tentu istighfar lebih mampu lagi memberi dampak perubahan pada diri seseorang. Perubahan dari melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk menjadi kebiasaan-kebiasaan baik.

Oleh karenanya, mulailah dengan membiasakan diri senantiasa beristighfar kepada Allah Swt sang pemilik jiwa, kapanpun dan dimanapun, pada setiap kesempatan, basahilah bibir dengan kalimat-kalimat istighfar sebagai ungkapan permohonan ampun kepada-Nya.

Memang, bacaan Istighfar “Astaghfirullah” atau lengkapnya “Astaghfirullahhal’azim” adalah kalimat yang sangat pendek dan bisa diucapkan dengan mudah. Namun demikian, jika dibaca secara rutin dalam setiap waktu dan kesempatan, lebih-lebih sehabis melaksanakan shalat akan memberikan dampak yang luar biasa bagi pelakunya. Berikut ini beberapa kedahsyatan istighfar;

  1. Mengangkat derajat seseorang di surga

Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat seorang hamba di surga. Hamba itu berkata, “Wahai Allah, dari mana saya dapat kemuliaan ini?” Allah berkata “Karena istighfar anakmu untukmu.” (HR.Ahmad dengan sanad hasan).

  1. Menjadi sebaik-baik orang yang bersalah

Rasulullah bersabda,”Setiap anak Adam pernah bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang segera bertaubat.”(HR.Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Hakim)

  1. Menjadi hamba Allah yang sejati

Allah berfirman,”Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Yaitu) orang-orang yang berdo’a: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,” (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap ta’at, yang menafkahkan hartanya (dijalan Allah), dan yang memohon ampun (beristighfar) di waktu sahur.” (Q.S. Ali Imran: 15-17)

  1. Terhindar dari sifat zalim

Allah berfirman,”Barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (Q.S. Al-Hujurat: 11)

  1. Memperoleh rahmat dari Allah Swt

FirmanNya, “Hendaklah kalian meminta ampun (beristighfar) kepada Allah Ta’ala, agar kalian mendapat Rahmat” (Q.S. An-Naml :46)

Dalam firman-Nya yang lain; “Maka Aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampun (beristighfar) kepada Rabb kalian, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan dengan lebat, dan akan membanyakkan harta dan anak-anak kalian, dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untuk kalian sungai-sungai.” (Q.S. Nuh:10-12)

  1. Mengecewakan Syaitan Dan Membuat Syaitan Putus Asa

Sesungguhnya syaitan telah berkata, “Demi kemulian-Mu ya Allah, aku terus-menerus akan menggoda hamba-hamba-Mu selagi roh mereka ada dalam badan mereka (masih hidup). Maka Allah menimpalinya,”Dan demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku senantiasa mengampuni mereka selama mereka memohon ampunan (beristighfar) kepada-Ku” (HR. Ahmad dan al-Hakim)

Ali bin Abi Thalib pernah didatangi oleh seseorang,”Saya telah melakukan dosa. “Bertaubatlah kepada Allah, dan jangan kamu ulangi”, kata Ali. Orang itu menjawab, Saya telah bertaubat, tapi setelah itu saya berdosa lagi. Ali berkata, “Bertaubatlah kepada Allah, dan jangan kamu ulangi.” Orang itu bertanya lagi, Sampai kapan? Ali menjawab, Sampai syaitan berputus asa dan merasa rugi.” (Kitab Tanbihul Ghafilin: 73).

  1. Dosa-Dosanya Diampuni

Rasulullah bersabda, “Allah telah berkata, Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian pasti berdosa kecuali yang Aku jaga. Maka beristighfarlah kalian kepada-Ku, niscaya kalian Aku ampuni. Dan barangsiapa yang menyakini bahwa Aku punya kemampuan untuk mengampuni dosa-dosanya, maka Aku akan mengampuninya dan Aku tidak peduli (beberapa banyak dosanya).” (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi)

Imam Qatadah berkata, “Alquran telah menunjukkan penyakit dan obat kalian. Adapun penyakit kalian adalah dosa, dan obat kalian adalah istighfar.” (Kitab Ihya Ulumiddin: 1/410)

  1. Terbebas dari Azab Allah

Istighfar merupakan sarana yang paling pokok untuk membebaskan diri dari adzabnya, sebagaimana firman-Nya, Artinya: “Dan tidaklah Allah Ta’ala akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (Q.S. Al-Anfal: 33)

  1. Selamat Dari Api Neraka

Hudzaifah pernah berkata, “Saya adalah orang yang tajam lidah terhadap keluargaku, Wahai Rasulullah, aku takut kalau lidahku itu menyebabkan ku masuk neraka. Rasulullah bersabda, Dimana posisimu terhadap istighfar? Sesungguhnya, aku senantiasa beristighfar kepada Allah sebanyak seratus kali dalam sehari semalam.” (HR.Nasa’i, Ibnu Majah, al-Hakim dan dishahihkannya).

  1. Mendapat Balasan Syurga

Allah Berfirman; “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan syurga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (Q.S. Ali Imran: 135-136)

  1. Mengusir Kesedihan Dan Melapangkan Kesempitan

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad)

  1. Melancarkan Rezki

Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya seorang hamba bisa tertahan rezkinya karena dosa yang dilakukannya.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah)

  1. Berkepribadian Sebagai Orang Bijak

Seorang ulama berkata,”Tanda orang yang arif (bijak) itu ada enam. Apabila ia menyebut nama Allah, ia merasa bangga. Apabila menyebut dirinya, ia merasa hina. Apabila memperhatikan ayat-ayat Allah, ia ambil pelajarannya. Apabila muncul keinginan untuk bermaksiat, ia segera mencegahnya. Apabila disebutkan ampunan Allah, ia merasa gembira. Dan apabila mengingat dosanya, ia segera beristighfar.” (Kitab Tanbihul Ghafilin: 67)

  1. Membersihkan Hati

Rasulullah bersabda, “Apabila seorang mukmin melakukan suatu dosa, maka tercoretlah noda hitam di hatinya. Apabila ia bertaubat, meninggalkannya dan beristighfar, maka bersihlah hatinya.” (HR. Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Tirmidzi)

  1. Mengikuti Sunnah Rasulullah

Abu Hurairah berkata,”Saya telah mendengar Rasulullah bersabda, Demi Allah, Sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah (beristighfar) dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR.Bukhari)

Itulah beberapa keistimewaan dan kedahsyatan dari istighar. Semuanya merupakan efek istighfar tersebut. Istighfar yang dilakukan berulang-ulang sebanyak mungkin akan memberikan dampak yang luar biasa pada diri kita.

Kalau sebelumnya kita memiliki kebiasaan tidak perduli dengan orang lain, terutama mereka yang membutuhkan, dengan kalimat istighfar yang menghunjam dalam hati, kita akan lebih bermanfaat bagi orang lain karena telah memilki hati yang lebih bersih dari sebelumnya.

Tidak ada kerugian sedikitpun dengan istighfar. Sebaliknya, perubahan yang dahsyat menjadi hasil yang sepadan. Masihkah kita mengabaikan istighfar? Mengapa kita tidak memulainya dengan segera.

Kapan lagi kita meluangkan waktu untuk menghadap kepada sang Khaliq, memohon ampunan dari-Nya, merendahkan diri di hadapan-Nya dengan meletakkan kening di atas tanah dimana kita berasal darinya. (mediadakwah)

Penulis adalah Wakil Ketua DDII Kab. Simalungun, Sumut.

Oleh: Muhammad Syafi’i Saragih, M.A

Ketika anda berada dalam suatu tempat, dimana tidak ada satu orangpun yang anda lihat, tidak juga pepohonan dan hewan, anda sendirian, tak terdengar suara apapun, bahkan hentakan kaki semut juga tidak, anda berada dalam kegelapan, pandangan terbatas karena gelapnya, anda seakan jatuh dari tempat yang sangat tinggi, tak ada ranting, tak ada dahan, tak ada sesuatu untuk pijakan. Sanak saudara, handai taulan, kerabat, orang-orang di sekitar anda, tak satupun yang datang padahal anda sudah menjerit memanggil mereka, siapa lagi yang akan anda panggil?. Kepada siapa lagi anda akan bersandar?.

Atau ketika anda berada dalam kejatuhan yang menyakitkan. Usaha anda bangkrut, anda dipecat dari pekerjaan, istri dan anak-anak meninggalkan anda, rumah disita, semua harta tak tersisa, jangankan untuk membeli sesuatu, untuk mendapatkan sesuap nasi bertahan hidup saja tak mampu lagi, hingga semua orang meninggalkan anda, karena anda tak lagi punya apa-apa. Anda menjadi gelandangan di jalanan, anda hanya bisa makan dari sisa-sisa makan orang yang sudah terbuang, anda hanya bisa tidur di emperan, yang kapanpun anda bisa dibangunkan, anda tak bisa lagi berjalan membusungkan dada karena kesombongan, anda tak bisa lagi menunjuk jari untuk memerintah orang, anda tak bisa lagi berkata-kata dan didegarkan, anda tak bisa lagi apa-apa, karena anda sudah menjadi bukan apa-apa. Kepada siapa anda bergantung? Kepada siapa anda akan meminta? Kepada siapa anda akan memasrahkannya?.

Tidak ada tempat untuk hal itu semua kecuali kepada Allah sang pencipta seluruh jiwa dan raga. Tidak ada tempat meminta dan bergantung kecuali kepada-Nya. Bersandarlah kepada-Nya, sebab Dia sebaik-baik tempat sandaran. Jika anda bersandar pada orang lain, ia akan meninggalkanmu, karena manusia akan binasa. Teman yang anda sandarkan diri kepadanya, juga mencari sandaran lain yang kokoh, ketika anda tidak lagi menjadi tempat sandaran yang kuat, ia akan pergi meninggalkanmu. Ketika anda tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ketika anda tidak bisa diandalkan lagi, anda akan dibuang.

Lihatlah para pemain bola profesional, ya, memang mereka bergelimang harta, mereka selalu dipuja dimana pun mereka berada, kehadirannya selalu dinanti bahkan untuk sebuah tanda tangan dan lambaiannya. Mereka akan dibayar dengan harga yang menjulang tinggi karena kemampuannya, tapi perhatikanlah ketika mereka sudah dianggap tak lagi berdaya, mereka dijual dengan harga yang tak seberapa, mereka akan disingkirkan dari klub dimana mereka berada. Hingga satu masa, dimana mereka benar-banar tidak berharga. Apalah artinya harga di mata manusia dibandingkan harga di mata Sang Pencipta.

Begitulah kehidupan ini, ketika anda dianggap mempunyai harga di mata manusia, anda akan dipelihara, dijaga, dipuja, bahkan dilalaikan dari kehidupan nyata. Sebaliknya, ketika harga itu tidak ada pada diri anda, anda “ada” tapi “tiada”.

Oleh karenanya, bergantunglah hanya kepada-Nya. Karena Dia lah yang menciptakan semua tempat bergantung. Bagaimana anda bergantung pada yang sama dengan anda, karena dia juga diciptakan oleh-Nya, sama seperti anda.

Mulai saat ini, biasakanlah untuk tidak bergantung pada selain Allah Swt. Jangan pernah takut ketika anda dalam keadaan susah, jangan pernah ragu kepada-Nya ketika anda ditinggalkan dan sendirian, jangan pernah menyerah ketika semua orang menjauhkan anda, jangan pernah berpikir mengakhiri hidup karena anda bangkrut, jangan pernah mencari jalan yang sesat ketika anda terpaksa. Jangan pernah terbersit sedikitpun dalam pikiran mencari tempat bergantung dan bersandar kecuali kepada-Nya. Dia selalu ada ketika yang lain entah kemana, Dia selalu di sisimu, bahkan ketika anda lupa pada-Nya.

Artinya: “dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (Q.S. Qaf: 16)

Jangan pernah dengarkan bisikan syetan, kalau dia mengatakan “aku punya segalanya”, karena anda sangat memahami kalau mereka musuh yang nyata. Jangan pula bergantung pada harta, karena ia akan sirna, lagipula harta bisa jadi nestapa dan bencana.

Artinya: “dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (Q.S. Al-Anfal: 28)
Berapa banyak keluarga yang terpisah dan bermusuhan hanya karena harta. Merasa karena pembagian tidak merata. Dulunya mesra kini tak tertawa. Hanya karena rakus harta. Rasa yang begitu kuat kepada harta membuat seseorang bergantung kepadanya. Ketika harta itu tidak ada, jiwa menjadi gila.

Tidak ada sedikitpun keuntungan bergantung pada selain-Nya. Dia selalu ada untuk diminta. Segala rasa kecewa, rasa gundah dan gulana hanya akan terobati dengan menghadirkan-Nya dalam jiwa. (mediadakwah)

Penulis adalah Wakil Ketua DDII Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

Oleh: Muhammad Syafi’i Saragih

Persepsi atau cara pandang itu adalah hasil dari sebuah bentukan pikiran. Apa yang dipikirkan akan menghasilkan sebuah cara sikap, dan cara bersikap itu akan melahirkan cara berperilaku.

Menurut saya muaranya dari sini. Kita itu dituntut untuk memulai semua pandangan terhadap sesuatu dengan cara yang positif, bukan negatif. Kalau mikirnya positif, auranya juga positif. Begitu sebaliknya.

Kenapa orang, terkadang karena hal yang barangkali sepele bisa terpicu amarah yang luar biasa? Bahkan bisa sampai ke penganiayaan fisik dan bahkan pembunuhan? Banyak kejadian kita dengar dan saksikan, apakah di rumah tangga, kehidupan bertetangga, di pasar, dan di tempat umum lainnya, orang adu mulut, berkelahi yang tak jarang pula berujung pada kematian, karena masalah sepele. Kenapa? Ini lagi-lagi ini soal persepsi.

Motivator Muslim dunia Dr. Ibrahim Elfiky (2009) menulis buku fenomenal berjudul “Terapi Berpikir Positif”. Menurutnya, berpikir positif ternyata bisa menyembuhkan, menjadi obat bagi mereka yang ingin hidupnya bahagia, dan juga bisa menjadi solusi praktis bagi mereka yang saat ini hidupnya dipenuhi kesulitan demi kesulitan.

Ketika kita berpikir positif, yang dalam bahasa agama “Husnudzon”, maka itu akan membangkitkan sugesti dari dalam diri. Sehingga muncul semangat yang jika sugesti itu kian kuat, maka semangat itupun bergunung-gunung, yang mana semangat itu akan mengalirkan kekuatan pada tubuh. Orang yang lemah dengan sendirinya akan menjadi kuat, yang takut jadi berani, yang ciut jadi nekat.

Satu bukti sejarah yang tak terbantahkan tentang pikiran positif itu mampu membangkitkan kekuatan dahsyat adalah ketika raja Thalut dan pasukannya akan berperang melawan Zalut penguasan zalim. Para pasukan sudah merasa ciut mendengar kebengisan dan kekejaman Zalut, dan jumlah tentaranya yang banyak, yang kala itu menurut beberapa riwayat jumlah pasukan Thalut hanya berkisar tiga ratusan saja.
Adapun pasukan Zalut diperkirakan berjumlah ribuan orang. Namun, itu tak menyurutkan langkah para mujahidin di jalan Allah Swt, persepsi mereka tentang perang adalah jalan jihad bertemu dengan sang Rabbul Jalil, yang membuat perang menjadi ladang jihad, di mana perang bagi banyak adalah hal yang menakutkan. Kisah ini begitu apik diabadikan dalam Al-Qur’an Surah Al Baqarah ayat 249;

فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوْتُ بِالْجُنُوْدِ قَالَ اِنَّ اللّٰهَ مُبْتَلِيْكُمْ بِنَهَرٍۚ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّيْۚ وَمَنْ لَّمْ يَطْعَمْهُ فَاِنَّهٗ مِنِّيْٓ اِلَّا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً ۢبِيَدِهٖ ۚ فَشَرِبُوْا مِنْهُ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْهُمْ ۗ فَلَمَّا جَاوَزَهٗ هُوَ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗۙ قَالُوْا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوْتَ وَجُنُوْدِهٖ ۗ قَالَ الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوا اللّٰهِ ۙ كَمْ مِّنْ فِئَةٍ قَلِيْلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيْرَةً ۢبِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ

Artinya: Maka, ketika Talut keluar membawa bala tentara(-nya), dia berkata, “Sesungguhnya Allah akan mengujimu dengan sebuah sungai. Maka, siapa yang meminum (airnya), sesungguhnya dia tidak termasuk (golongan)-ku. Siapa yang tidak meminumnya, sesungguhnya dia termasuk (golongan)-ku kecuali menciduk seciduk dengan tangan.” Akan tetapi, mereka meminumnya kecuali sebagian kecil di antara mereka. Ketika dia (Talut) dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka berkata, “Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya.” Mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.” Allah bersama orang-orang yang sabar. (Q.S. Al Baqarah; 249)

Bukankah keberhasilan tentara Thalut karena pikiran dan persepsi positif? Begitulah, pikiran dan persepsi positif, sekali lagi saya katakan mampu memberikan kekuatan yang bisa jadi tak terduga. Persepsi positif ini akan melahirkan sugesti dari dalam diri yang akan menghasilkan kekuatan dan semangat yang kuat.

Seringkali, ketika orang sedang dalam keadaan sakit, dokter dan siapapun yang menjenguk pasti akan mengatakan kalimat-kalimat yang memberi semangat. Nah, kalimat-kalimat itulah yang kalau direspon dengan positif maka akan menjadi kekuatan dan sugesti terhadap diri sendiri untuk bangkit dan yakin bahwa Allah swt akan memberinya kesembuhan. Imbasnya, akan berpengaruh pada imun tubuh yang secara alamiah dan berdasarkan sunnatullah, akan berdampak pulih secara berangsur-angsur.

Orang yang sedang mengalami masalah besar, juga selalu dianjurkan untuk memandangnya secara positif. Agar apa? Agar dapat membangkitkan kembali semangatnya yang jatuh, kekuatannya yang sedang melemah, pikirannya yang sedang galau. Hal paling kecil dari pikiran positif dalam hal ini adalah terjauhkannya kita dari stress, depresi, dan bahkan mungkin kegilaan.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah Muhammad Saw junjungan kita bersabda;

“Telah bercerita kepada kami Yahya bin Bukair dari al-Laits bin Sa’ad dari Ja’far bin Rabi’ah dari al-A’raj, ia berkata: bahwa Abu Hurairah berkata dari Rasulullah SAW bersabda, “Berhati-hatilah kalian terhadap prasangka, sesungguhnya prasangka merupakan kebohongan yang terbesar (HR. Al-Bukhori)

Hadis di atas menjelaskan kepada kita tentang larangan berprasangka buruk, karena prasangka buruk memberikan dampak negatif yang sangat besar bagi kehidupan manusia, dan dampak tersebut bahkan bisa menggerogoti semua kebaikan yang telah dilakukannya.

Islam memerintahkan umatnya untuk selalu berpikir positif, meskipun berpikir positif itu sendiri kerap mendapatkan kesulitan untuk dipraktekkan. Banyak orang yang mengetahui tentang konsep berpikir positif, tetapi mereka tidak memberikan perhatian yang cukup kepada pikirannya. Sehingga sadar atau tidak, pikirannyapun masih berdampak negatif.

Lantas bagaimana cara kita membangun dan membiasakan berpikir positif?.

Menurut sebuah riset, manusia setiap harinya kurang lebih berpikir 60 ribu kali. Bahkan, riset dari Fakultas Kedokteran Universitas San Fransisco (1986) menyebutkan, 80 persen dari pikiran manusia cenderung menyuruh pada hal-hal yang negatif. Dari pikiran-pikiran negatif ini akan mengarahkan untuk berperilaku buruk dan menyimpang. Jika tidak dikendalikan sejak awal, perilaku negatif ini akan membentuk watak dan karakter buruk seseorang. Ini yang harus kita hindari bersama.

Agama juga telah mengajarkan pada kita resep sederhana, yaitu dengan riyadhah (latihan) berpikir positif bahwa segala sesuatu itu terjadi tidak lepas dari takdir Allah. Nah, kita diminta untuk selalu husnuzan kepada takdir Allah. Apa pun itu! Karena, sesuai dengan firman-Nya yang artinya:

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui“, (QS al-Baqarah: 216)

Ini bukti bahwa Allah Swt itu selalu bersama kita (muraqabah). Apa pun yang terjadi, ketika kita merasa dekat dengan Allah, kita akan terus mampu berpikir positif. (mediadakwah)

Allahu A’lam

Penulis adalah Ketua DDII Kab. Simalungun, Sumut.