Tag Archive for: Dakwah

Pos

Rumpet, — Sepasang suami istri asal Binjai, Sumatera Utara atas nama Sige Franuska (36) dan istrinya Rini Karela Bru Sembiring (36) dengan kesadaran sendiri melafazkan dua kalimat syahadat di Masjid Markaz Dewan Dakwah Aceh di Gampong Rumpet, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Aceh Besar, Rabu (25/8/2021).

Pensyahadatan keduanya dipimpin langsung oleh Ketua Majelis Syura Dewan Dakwah Aceh, Dr Tgk Hasanuddin Yusuf Adan MCL MA. Hadir sebagai saksi, Sekretaris Umum Dewan Dakwah Aceh, Zulfikar Tijue SE MSi dan Ketua Forum Dakwah Perbatasan dr Nurkhalis,SpJP, FIHA, FasCC.

Baca Juga: Ketua dan Anggota MUI/MPU Bebas Dari Unsur Partai, Ormas dan ASN
Prosesi itu turut disaksikan sejumlah pengurus Dewan Dakwah Aceh dan mahasiswa Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Aceh.

Suami istri ini telah dikaruniai 3 orang anak dan sebelumnya beragama Kristen. Selama ini mareka berdomisili di Kota Subulussalam. Setelah menjadi muslim, Sige Franuska diubah namanya menjadi Muslim dan istrinya Rini Karela Bru Sembiring diubah namanya menjadi Siti Aisyah.

Sekretaris Umum Dewan Dakwah Aceh, Zulfikar Tijue SE MSi berharap Mukhlis beserta keluarganya dapat istiqamah dan bersabar karena cobaan pasti akan datang. Pihaknya akan membimbing untuk belajar agama Islam lebih baik.

“Alhamdulillah, sekarang kita sudah saudara seagama dan sekeyakinan. Apa pun yang terjadi, jangan pernah lagi menukar agama. Jika nanti ada masalah, Insya Allah akan kita selesaikan bersama,” katanya.

Ia menambahkan dalam waktu dua minggu ke depan Mukhlis dan keluarganya akan tinggal di Markaz Dewan Dakwah Aceh untuk mempelajari kembali ketentuan-ketentuan yang sudah digariskan dalam Islam. Diantaranya adalah persoalan aqidah, syariah dan akhlaq. Karena itu semua menjadi petunjuk dalam hidup dan kehidupan ini.

“Dengan demikian kehidupan kita akan terarah dan Insha Allah akan bahagia di dunia dan akhirat serta akan masuk syurga. Semoga usaha kita ini dimudahkan,” tutup Zulfikar.

Aceh Besar, — Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Aceh yang merupakan lembaga pendidikan binaan Dewan Dakwah Aceh menggelar tasyakuran dan pengukuhan kepada 11 mahasiswa angkatan ketujuh tahun akademik 2020/2021 di Komplek Markaz Dewan Dakwah Aceh di Gampong Rumpet, Kec. Krueng Barona Jaya, Kab. Aceh Besar, Sabtu (21/8/2020).

Mareka berasal dari subulussalam sebanyak 7 orang, Aceh Singkil, Lhokseumawe, Abdya dan Banda Aceh, masing-masing 1 orang. Dari jumlah tersebut 2 diantaranya berpredikat “cumlaude” yaitu atas nama Abdullah dari Subulussalam dan Chalisul Abrar MZ dari Banda Aceh sedangkan 9 lainnya berpredikat “baik”.

Prosesi pengukuhan dilakukan oleh Sekretaris Umum Dewan Dakwah Aceh, Zulfikar, SE MSi yang didampingi Direktur ADI Aceh Dr Abizal M Yati, Lc MA beserta para Wakil Direktur ADI lainnya.

Tasyakuran dan pengukuhan itu juga diisi dengan orasi ilmiah oleh Wakil Rektor UIN AR Raniry, Dr Syabuddin Gade, M.Ag dengan judul “Kaderisasi Dai Dalam Rangka Mempersipakan Generasi Indonesia Yang Bermartabat”.

Ketua Panitia yang juga Wakil Ketua Dewan Dakwah Aceh, Dr Rahmadon Tosari Fauzi, MEd dalam laporannya mengatakan acara tersebut dilaksanakan dengan menerapkan prokes yang ketat di mana semua undangan diminta untuk melaksanakan 5 M.

Turut dihadiri oleh perwakilan orang tua mahasiswa, pengurus Dewan Dakwah Aceh, perwakilan Forum Dakwah Perbatasan dan juga Anggota DPD RI Syeh Fadhil Rahmi.

“Dalam kesempatan itu juga diresmikan asrama ADI Putri Aceh oleh Wakil Ketua STID Mohamad Natsir Bidang Pendidikan, Ustadz Dr Dwi Budiman, M.Pd. Semoga dengan hadirnya ADI Putri Aceh akan semakin bertambah kader dakwah,” kata Rahmadon.

Sementara itu Direktur ADI Aceh Dr Abizal M Yati, Lc MA menyampaikan lulusan ADI Aceh dari tahun pertama yaitu 2014 hingga 2021 berjumlah 83 orang. Sebanyak 63 orang diantaranya melanjutkan kuliah ke Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohd. Nastir Jakarta dan sebanyak 21 orang telah menyelesaikan program S1 nya.

Baca Juga:  MPU Aceh Kembali Ajak Masyarakat Proaktif Ikut Vaksinasi Covid-19

“Mereka saat ini sedang berdakwah dan tersebar di pedalaman dan pelosok nusantara, diantaranya di daerah Palembang, Sulawesi Selatan, Riau, Kabanjahe Sumut, Aceh Tenggara, Aceh Singkil, Pulau Banyak dan daerah lainnya. Semoga kehadiran mareka menjadi pelita bagi masyarakat ditengah kegelapan yang sedang melanda,” kata Abizal.

BANDA ACEH – Dewan Dakwah Aceh menyalurkan daging kurban kepada 440 keluarga kurang mampu, mualaf, mahasiswa Akademi Dakwah Aceh, dan masyarakat umum lainnya yang dipusatkan di Komplek Markaz Dewan Dakwah Aceh di Gampong Rumpet, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Jumat (23/7/2021).

Koordinator Pelaksana, Tgk Suwardi mengatakan, pada Idul Adha 1442 H ini, Dewan Dakwah Aceh menyembelih 10 hewan kurban, yaitu 5 ekor sapi dan 6 ekor kambing.

Hewan-hewan kurban tersebut bersumber dari pengurus Dewan Dakwah Aceh, para simpatisan, mitra kerja, dan donatur Dewan Dakwah lainnya. “Dalam pelaksanaannya, 1 ekor sapi diserahkan ke masyarakat di Desa Bunbun Alas, Kecamatan Lauser, Kabupaten Aceh Tenggara,” ujarnya.

“1 ekor kepada masyarakat Alue Riyeung, Pulau Aceh dan 1 ekor kepada masyarakat Rumpet, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Aceh Besar,” urai dia. “Sedangkan sisanya 2 ekor sapi dan 6 ekor kambing disembelih di Markaz Dewan Dakwah Aceh,” sebut Tgk Suwardi.

Sementara itu, Sekjen Dewan Dakwah Aceh, Zulfikar SE, MSi menjelaskan, meskipun saat ini masih pandemi Covid-19, akan tetapi semangat masyarakat untuk berkurban masih tinggi. Ini menunjukkan bahwa empati dan kepedulian masyarakat untuk sesama masih terbina dan terjaga dengan baik.

“Atas nama lembaga, kami sangat apresiasi dan mengucapkan banyak terima kasih kepada Keluarga Besar Travel Fatimah Zahra di Semarang dan warga Aceh yang berdomisili di Malaysia atas kurbannya serta shahibul kurban dan para donatur lainnya,” ucap Zulfikar.

Zulfikar menambahkan, Dewan Dakwah Aceh bersama Laznas Dewan Dakwah Pusat juga telah menyalurkan 73 ekor domba ke-4 kabupaten/kota yaitu Aceh Tenggara, Aceh Singkil, Kota Subulussalam, dan Abdya. “Semoga kiprah Dewan Dakwah Aceh dalam membantu masyarakat terutama di daerah pedalaman dan perbatasan Aceh dapat terus berjalan dan terlaksana sesuai dengan harapan apalagi di masa sulit seperti. Semoga dimudahkan semuanya,”pungkas Zulfikar.(*)

 

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Dewan Dakwah Aceh Salurkan Daging Kurban untuk 440 Keluarga Kurang Mampu dan Mualaf, https://aceh.tribunnews.com/2021/07/24/dewan-dakwah-acehsalurkan-dagingkurbanuntuk-440-keluarga-kurang-mampu-dan-mualaf.

Salah satu ajaran Islam di bulan Zulhijjah adalah mempersembahkan Qurban, selain dari ibadah haji bagi yang mempunyai kemudahan harta dan keamanan dalam perjalanan Haji ke Baitullah adalah  salah satu rukun Islam yang lima, sementara menyembelih qurban adalah  ibadah sunat yang sangat digalakkan dalam ajaran Islam khususnya di bulan Zulhijjah. Ini adalah warisan Nabi Ibrahim a.s.  dan sebagai symbol kepatuhan dan ketaatan kepada Allah SWT.

Menjelang Idul Adha, kaum muslimin disunatkan untuk menyembelih Qurban berupa unta, kibasy, kambing, domba, kerbau dan lembu. Daging Qurban ini sebaiknya didistribusikan kepada fakir dan miskin  (orang-orang yang sangat memerlukannya) serta kepada karib dan keluarga sebagai langkah mempererat silaturrahmi serta saling membantu antara satu sama lain.

Oleh karena itu marilah kita korbankan perasaan dan harta kita untuk  menjalankan syiar Islam ini dengan mengedepankan perintah Allah daripada perintah makhluk. Mengorbankan harta dan perasaan demi Islam adalah  tidak seberapa jika dibandingkan dengan karunia Allah yang diberikan kepada kita.

Marilah kita korbankan perasaan pelit  atau kikir serta bakhil untuk bersedekah lewat penyembelihan hewan qurban di Hari Raya Idul Adha ini. Marilah kita korbankan perasaan demi mengikuti syari’at Allah secara komprehensif termasuk berkurban di bulan Zulhijjah.

Menurut Rasulullah SAW bahwa pekerjaan anak Adam yang paling utama pada hari ini (Idul Adha) adalah menumpahkan darah (menyembelih qurban). Kemudian bertakbir, bertahmid, bertahlil, dan bertasbih di bulan Zulhijjah hingga hari keempat Idul Adha. Namun bagi orang-orang yang mempunyai kelebihan harta, aman dalam perjalanan, memiliki kesehatan yang prima, diwajibkan atasnya berhaji ke Baitullah. Namun selama Covid-19 sudah dua tahun umat Islam tidak melakukan haji karena menghindari penyakit yang berbahaya yang sedang menyebar di mana-mana.

Marilah kita korbankan perasaan untuk mengikuti syari’at Allah untuk menutup aurat sebagaimana anjuran Allah dan Rasul-Nya. Baik laki laki maupun wanita memiliki tatakrama dalam berpakaian bagi kaum muslimin dan muslimat yang sudah baligh dan berakal.  Karena itu marilah kita ikuti perintah Allah untuk tidak membuka aurat atau telanjang dalam hal berpakaian, walaupun harus korban perasaan sedikit.

Islam memiliki cara tersendiri untuk berpakaian dan mungkin tatakrama berpakaian tidak diatur dalam agama lain. Namun jika ada orang yang sengaja membuka aurat baik laki laki maupun perempuan dan didalam hatinya ada sedikit kesombongan, artinya tidak takut kepada siapapun termasuk kepada Khalik, maka hati-hatilah jika anda mati dalam keadaan demikian maka anda mati dalam keadaan tidak beriman.

Marilah pula mengorbankan perasaan kita untuk berdoa kepada Allah siang dan malam agar Allah memberikan kita rezki yang halal, ilmu yang bermanfaat, keyakinan yang benar, hati yang khusyu’, agama yang lurus, keselamatan dari segala bencana, dan rasa syukur kepada-Mu ya Allah atas segala anugerah-Mu dan Petunjuk-Mu serta hidayah yang telah Engkau berikan kepada kami.

Marilah kita korbankan perasaan untuk menjalankan amar makruf dan nahi mungkar (menjalankan dakwah) baik yang ada didepan mata kita, di rumah kita, di kantor kita, di lingkungan kita, dan di dalam rumah tangga kita agar Allah tidak mengekalkan bala bencana di negeri atau qaryah kita yang berkepanjangan.

Dan marilah kita korbankan perasaan kita untuk menjalankan syari’at Islam di Nanggroe Aceh Darussalam, dan kita korbankan perasaan kita untuk tidak menjual sejengkal-pun tanah negeri Islam kepada musuh Islam.  Juga, marilah kita korbankan perasaan kita, kita korbankan hawa nafsu kita untuk tidak menerima sogokan dari para pengkhianat Negara, dari orang asing yang ingin menggorogoti Negara kita, dan marilah kita korbankan perasaan kita untuk menjalankan keadilan secara adil dan merata kepada  semua manusia tanpa pandang bulu dan diskriminasi.

Marilah kita mengorbankan perasaan untuk hal-hal yang demikian, karena pada hakikatnya semakin banyak harta haram yang kita bawa pulang kerumah kita, maka semakin banyak penyakit yang akan kita peroleh, semakin banyak murka Allah akan diturunkan,  dan  semakin banyak anggota keluarga kita yang akan menimpa berbagai musibah karena kesalahan memasukkan penyakit dan benda haram ke dalam perutnya. Korbankan perasaan dan tuntutan anda untuk tidak mengikuti/mematuhi hawa nafsu.

Marilah kita korbankan perasaan untuk mengikuti shalat berjamaah lima waktu di Masjid atau di musalla agar semua umat Islam akan bersatu hati semuanya untuk melawan maksiat, melawan kedhaliman, kebohongan, kemusyrikan, serta kemunafikan yang tengah merajalela di bumi tercinta ini.

Mungkin dengan inilah Covid-19 akan terusir sendiri karena kesatuan, kebersamaan, dan ketaatan kita kepada Allah SWT. Marilah kita korbankan perasaan kita untuk tidak pernah bosan-bosannya dalam berdoa kepada Allah agar Yang Maha Kuasa menurunkan kepada kita Pemimpin yang adil dan taat  kepada Allah serta takut akan azab-Nya dan sayang kepada rakyatnya.

Marilah kita korbankan harta dan perasaan kita untuk berkurban apakah kerbau, lembu, kambing, domba dan unta untuk disembelih pada hari Raya Qurban tahun ini. Hikmah berkurban adalah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah; menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim a.s.; memperbanyak hadiah dan pemberian kepada keluarga dan  fakir –miskin sebagai ungkapan adanya kasih sayang antar sesama manusia; dan sebagai rasa syukur kepada Allah yang telah menundukkan binatang ternak kepada kita sehingga tidak menjadi beban ketika kita lakukan penyembelihan. Kalau bukan dengan bantuan Allah dalam hal menundukkan bintatang ternak, maka ayampun  tidak dapat disembelih karena mereka akan melawan atau berontak kepada manusia. Namun semua ini telah Allah tundukkan kepada manusia.

Oleh Dr. Muhammad AR. M.Ed

Penulis Adalah Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Aceh.

BANDA ACEH – Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Dewan Dakwah Aceh bersama Forum Dakwah Perbatasan menggelar sunatan massal gratis, di Komplek Markaz Dewan Dakwah Aceh di Gampong Rumpet, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Aceh Besar, Minggu (4/7/2021).

Kegiatan dengan tema “Khitanan Massal Anak Shaleh Ceria” itu diikuti oleh 30 anak yang sebagian besarnya berasal dari keluarga kurang mampu dan juga masyarakat umum yang berdomisili di Banda Aceh dan Aceh Besar.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut pengurus Dewan Dakwah Aceh dan Forum Dakwah Perbatasan, Kepala Puskesmas Krueng Barona Jaya Aceh Besar, Rosa Andriani SST, orang tua/wali anak dan tamu lainnya.

Ketua Forum Dakwah Perbatasan, dr Nurkhalis Sp Jp FIHA mengatakan kegiatan tersebut juga bekerjasama dengan Bagian Bedah Fakultas Kedokteran USK/RSUDZA dan Puskesmas Krueng Barona Jaya Aceh Besar.

“Kegiatan ini merupakan wujud kepedulian dan kontribusi Forum Dakwah Perbatasan terhadap berbagai permasalahan umat termasuk bidang kesehatan,” kata dr Nurkhalis.

Dokter Spesialis Jantung di RSUZA ini menjelaskan pada sunatan massal tersebut ada 31 orang anak yang dikhitan. Seusai dikhitan kepada mereka juga diberikan bingkisan kain sarung dan uang santunan.

Sementara untuk kontrol ulang dapat dilakukan di Puskesmas Krueng Barona Jaya, Aceh Besar atau di Puskesmas terdekat dari tempat tinggal masing-masing.

“Ada 20 dokter dari Bagian Bedah Fakultas Kedokteran USK/RSUDZA yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Ini juga menjadi agenda rutin dan pengabdian kepada masyarakat dari prodi Bedah FK USK,” sebut dr Nurkhalis.

Ia menjelaskan berbagai program dakwah yang dijalankan Forum Dakwah Perbatasan diantaranya pemberian beasiswa pendidikan, pembinaan muallaf, penempatan da’i di perbatasan, pembangunan masjid dan mushalla serta pembangunan markaz dakwah.

Selain itu juga ada pendidikan kader da’i, Radio Dakwah Perbatasan, pembangunan atau rehab rumah dhuafa, pemberian modal kerja tanpa riba, penyaluran hewan kurban di perbatasan, dan pengobatan massal serta bantuan bidang kesehatan lainnya.

Sementara Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh, Dr Muhammad AR MEd menambahkan kegiatan tersebut merupakan salah satu program dari BKM Dewan Dakwah Aceh.

Tujuan utamanya adalah untuk meramaikan dan memakmurkan masjid dengan berbagai program kepada penduduk setempat dan sekitarnya, baik untuk anak yatim dan fakir miskin maupun untuk semua kalangan lainnya.

“BKM Dewan Dakwah Aceh saat ini telah melakukan berbagai program keummatan untuk masyarakat. Dan seperti itulah seharusnya yang dilakukan oleh semua masjid. Sehingga dengan kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan memupuk ukhuwah dan terbinanya silaturrahmi dengan sesama sehingga kebersamaan yang terus terjaga,” kata Dr Muhammad AR.(*)

 

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Dewan Dakwah Aceh dan Forum Dakwah Perbatasan Gelar Sunatan Massal Gratis, https://aceh.tribunnews.com/2021/07/05/dewan-dakwah-aceh-dan-forum-dakwah-perbatasan-gelar-sunatan-massal-gratis.
Penulis: Mawaddatul Husna | Editor: Ansari Hasyim

KALAM PENGANTAR

Kondisi negeri dengan hadirnya Covid 19 saat ini seperti pucuk dipinta ulampun tiba bagi rezim Jokowi. Pasalnya dia bersama pendukungnya seperti sangat memanfa’atkan kondisi ini untuk mewujudkan sejumlah aturan yang melegalkan sejumlah kegiatan. Karena penduduk negeri ini mayoritas muslim maka merekalah yang merasa sangat dirugikan oleh kebijakan, misalnya terkait dengan RUU.HIP., BPIP, perubahan dan pengesahan UU.KPK., pemasukan dan penampungan rakyat Tiongkok yang melimpah ruah ke Indonesia dengan mengabaikan kearifan bangsa dan negara, pembangunan Reklamasi dan seterusnya.

Kebijakan demi  kebijakan yang dilaksanakan presiden Jokowi terkesan sangat menguntungkan kaum minoritas dan lebih terkesan lagi seperti ada agenda besar ingin merubah haluan negara dari apa yang dititipkan para pendiri dalam sebuah perjuangan kemerdekaan dahulu kala menjadi sebuah negara yang berkolaborasi dengan ideologi tertentu yang sudah dilarang di negeri ini. Kaum minoritas dan penganut ideologi tersebut sangat memanfa’atkan situasi semacam ini sehingga merapat serapat-rapatnya dengan presiden Jokowi. Salah sorang di antara mereka adalah Luhu Binsar Panjaitan.

Karena terlalu rapat antara keduanya sehingga jabatan strategispun diberikan untuk menguasai negeri ini, dia Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia dalam masa kabinet Indonesia Maju 2019-2024. Karena terlalu singkron antara keduanya maka berbagai hak dan tugas juga diberikan presiden kepada sang menteri seperti mengurus izin pembangunan Reklamasi, dikirim juga ke USA berjumpa presiden Donal Trump untuk memperoleh hutang, dijadikan perekat dengan penguasa negeri Cina, mengamankan pendatang Cina dengan berbagai dalih, dan terakhir dipercaya sebagai Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat untuk pulau Jawa dan Bali terhitung 3 sampai dengan 20 Juli 2021.

JANJI-JANJI TINGGAL JANJI

Mengenang kembali janji-janji presiden Jokowi dan wakilnya Ma’ruf Amin ketika maju sebagai calon presiden Indonesia 2019-2024 dan mengukurnya apakah sudah ditepati semuanya atau sebahagiannya, atau hanya sekedar janji-janji tinggal janji kemajuan negara dan kesejahteraan rakyat hanya mimpi. Janji-janti tersebut dimuat di berbagai media yang susah untuk dibantah eksistensinya, dalam Tribunnews dicatat ada 10 janji yang pernah dijanjikan adalah:

(1). Kemiskinan turun dan kartu sembako murah; (2). Klaim jaminan pendidikan dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah; (3). Program Mekaar dan UMI (Pembiayaan Ultra Mikro); (4). Sertifikasi tanah dan konsesi lahan; (5). Dana desa akan capai Rp 400 Triliun; (6). Koperasi petani dan bank mikro nelayan; (7). Rasio elektrifikasi dan pemanfaatan energi terbarukan; (8). Kartu Pra-Kerja; (9). Permudah usaha generasi muda; (10). Akses internet cepat.

Dalam kabar24.bisnis.com/ disebutkan: Menang Pilpres 2019, Ini Janji Manis Jokowi-Ma’ruf: Tiga Kartu Sakti, Dewi (Desa wisata) dan Dedi (Desa digital), 3500 Startup (jaminan lapangan kerja), Infrastruktur Langit (penguatan infrastruktur teknologi informasi berupa Palapa Ring), dan Dilan (digital melayani). Khusus yang terakhir ini pemaparan Jokowi kepada rakyatnya. (https://kabar24.bisnis.com/read/20190521/15/925305/menang-pilpres-2019-ini-janji-manis-jokowi-maruf-)

Sementara CNBC Indonesia memaparkan visi dan missi Jokowi dan Ma’ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia seperti ini: Misi: 1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia; 2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing; 3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan; 4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan; 5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa; 6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya; 7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga; 8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya; 9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan.

Sementara visinya adalah: 1. Pembangunan infra struktur; 2. Pembangunan SDM; 3. Mengundang investasi; 4. Mereformasi Birokrasi; 5. Menjamin penggunaan APBN yang fokus dan tepat sasaran. Masyarakat Indonesia dapat merasakan dari sekian janji politik termasuk kandungan visi missinya Jokowi dan Ma’ruf Amin berapa persenkah yang sudah dijalankan sampai hari ini. Mudah-mudahan sudah dijalankan semuanya atau sebahagiannya, atau malah belum terlaksana sama sekali. Kalau poin terakhir yang terjadi maka layaklah disebut: janji-janji tinggal janji bulan madu bukan untuk rakyat RI. atau dalam bahasa sepadan dengan kondisi sekarang: janji-janji tinggal janji bulan madu untuk rakyat RRC.

BULAN MADU HANYA MIMPI

Ketika sejumlah janji yang ditaburkan oleh seseorang kepada orang lain termasuk oleh calon presiden kepada rakyatnya, kemudian tidak mampu untuk ditepati semuanya atau sebahagiannya atau sengaja dikelabui dan diingkari, sementara yang menunggu janji tidak berdaya untuk menekan sipenjanji, maka yang menunggu janji tersebut hanya mampu berucap: janji-janji tinggal janji bulan madu hanya mimpi.

Kalau seorang presiden yang berjanji seribu janji kepada rakyatnya untuk memperoleh jabatan namun ketika jabatan itu diperolehnya bukan satu penggal malah dua periode namun janji-janji politiknya tidak pernah diusahakan untuk dipenuhi, malah sebaliknya dia mempermainkan janji tersebut untuk kepentingan rakyat negara lain dengan alasan tenaga kerja profesional padahal buruh kasar semata, sementara rakyat sendiri masih ramai yang menganggur untuk kerjaan semacam itu, namun diterlantarkan. Maka layaklah gelar The King of Lip Service diperoleh untuk dirinya.

Manakala seorang calon presiden berjanji setinggi langit untuk menyejahterakan kehidupan rakyatnya dengan berbagai kemajuan dunia yang ada, meningkatkan lapangan kerja, ternyata lapangan kerja tersebut diberikan kepada bangsa lain, memandirikan desa ternyata rakyat dalam desa berantakan dan bermusuhan, menjamin Hak Azasi Manusia (HAM) ternyata Hamdani dan Hamdiah yang diberikan haknya saja, menjamin pembangunan multi nasional ternyata semuanya dibangun dengan hutang luar negara, berjanji memberantas korupsi ternyata korupsi merajalela oleh orang yang diangkatnya, maka layaklah gelar The King of Oligarchy diperolehnya.

Kalau presiden pertama Indonesia Soekarno berjuang habis-habisan bersama rakyat untuk memperoleh kemerdekaan dari penjajah Belanda sehingga negara merdeka, maka layaklah ia disebut sebagai The Founding Father (Bapak pendiri negara), manakala ia memproklamasikan kemerdekaan negara maka ia juga layak disebut dengan Bapak Proklamator negara. Kalau presiden kedua Indonesia Soeharto banyak membangun negara dengan pembangunan infrastruktur dan SDM rakyatnya maka ada orang yang menyebutnya sebagai Bapak Pembangunan. Kalau presiden ketiga B.J.Habibi fokus kepada industri pesawat terbang selama memimpin negara Indonesia maka layaklah beliau mendapat gelar Bapak teknologi. Kalau presiden keempat Abdurrahman Wahid banyak melawak dalam memimpin negara ini maka layaklah dia disebut dengan Bapak Lelucon.

Kalau presiden kelima Megawati Soekarnoputri banyak menjual aset negara ketika memimpin negara maka layaklah gelar Ibuk peniaga diberikan kepadanya. Kalau presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertekat memberantas korupsi sehingga membentuk Komite Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam masa jabatannya maka sangat layak kalau gelar Bapak anti korupsi disandangya. Dan kalau presiden ketujuh Joko Widodo (Jokowi) banyak sekali mengumbal janji tetapi tidak sanggub malah tidak berupaya untuk memenuhinya maka layaklah baginya menyandang gelar sebagai Bapak janji-janji tinggal janji bulan madu hanya mimpi.

Berhubung banyak janji yang tidak dipenuhi Jokowi setelah terpilih menjadi presiden RI dan terkesan seperti tidak berupaya samasekali untuk memenuhinya maka wajarlah cemoohan rakyat tertuju kepadanya hari ini. Yang lebih sadis lagi adalah sebagai seorang muslim presiden Jokowi cenderung mendiskreditkan muslim dengan mengayomi dan melindungi non muslim selama memimpin bangsa dan negara. Posisi-posisi strategis dalam pemerintahannya banyak dimiliki non muslim atau minimal muslim sepilis-nasionalis-komunis. Buktinya terpampang di depan mata, hanya orang kabur saja yang tidak nampak melihatnya.

Konkrit dan konklusinya adalah Presiden Jokowi banyak berutang dan banyak berjanji tetapi belum tau membayar hutang dan belum mampu memenuhi janji. Presiden Jokowi membangun hubungan dengan luar negeri akan tetapi fokus kepada satu negeri yang bernama RRC. Presiden Jokowi betul membuka lapangan kerja dan memberi kerjaan kepada para pekerja tetapi yang dibuka dan diberikan itu kepada rakyat Cina. Presiden Jokowi memang membangun negeri dengan berbagai pembangunan yang ditunggu rakyatnya tetapi uangnya bersumber dari hutang luar negara. Presiden Jokowi memang selalu berpikir dan berusaha untuk memperkuat dan memperkokoh kabinetnya untuk Indonesia maju tetapi yang diresufle selalu muslim istiqamah dan amanah. Kecuali itu presiden Jokowi sangat inn dan syahdu dengan seorang menteri yang selalu diberikan peluang dan kesempatan untuk menangani kerjaan besar di negeri ini, di sisi lain dia banyak berjanji denngan rakyanya tetapi belum mampu dipenuhi sementara terhadap sang menteri selalu di beri, maka layaklah kita tutup tulisan ini dengan adagium: JANJI-JANJI TINGGAL JANJI BULAN MADU UNTUK LUHUT DAN JOKOWI. Wallahu ‘aklam…..

Oleh: Dr. Hasanuddin Yusuf Adan

Penulis adalah Ketua Majlis Syura Dewan Dakwah Aceh & Dosen Siyasah Fakultas Syari’ah UIN Ar-Raniry.

Banda Aceh,  — Innalillahi wa innailaihi raji’un. Pengurus Wilayah Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII) Provinsi Aceh menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya Ketua Umum DDII periode 2015-2020, Ustaz Drs.H. Mohammad Siddik, MA wafat pada Selasa (29/6/2021).

“Innalillahi wa innailaihi raji’un, kami seluruh pengurus dewan dakwah Aceh dan keluarga besar di Aceh mengucapkan duka cita yang mendalam atas meninggalnya kanda mohammad siddik, semoga Allah mengampuni segala kekhilafannya dan menerima semua amal baiknya dan ditempatkan Allah didalam Syurga Nya,” Ucap Ketua Dewan Dakwah Aceh, Dr. Muhammad AR, Selasa (29/6/2021).

Untuk diketahui, dilansir mediadakwah.id, Ustaz Siddik Allahuyarham sempat menjalani perawatan secara intensif di rumah sakit setelah terinfeksi virus Covid-19. Ustaz Siddik Allahuyarham meninggal dunia pada pukul 16.45 WIB dan rencananya akan dimakamkan pada malam hari.

Dilansir Suara Islam, perjalanan dakwah Ustaz Siddik Allahuyarham di DDII dimulai sejak tahun 1968. Satu tahun sebelumnya, tepat setelah menamatkan kuliah, beliau mendapatkan ajakan langsung dari pendiri DDII sekaligus Perdana Menteri RI pertama yakni Mohammad Natsir Allahuyarham.

Beliau pernah berkarier di UNICEF dan ditempatkan di kota New York, Amerika Serikat, dan Kathmandu, Nepal. Selama menjalani tugas di luar negeri, beliau aktif mengirimkan informasi kepada Ketua Dewan Da’wah mengenai misi Kristenisasi di berbagai negeri di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Ustaz Siddik Allahuyarham yang lahir pada 15 Januari 1942 ini juga menguasai empat bahasa asing yakni Inggris, Prancis, Arab, dan Urdhu.

Beliau juga pernah berkarier selama 17 tahun di Islamic Development Bank (IDB) yang berkantor di Jeddah, Arab Saudi. Dalam empat tahun terakhir kariernya di sana, beliau sempat menjabat sebagai Direktur Regional IDB untuk kawasan Asia Pasifik yang berkedudukan di Kuala Lumpur, Malaysia.

Seusai bertugas di Malaysia pada tahun 2002, Ustaz Siddik Allahuyarham kembali ke Indonesia dan membantu mengurus Laznas Dewan Da’wah.

Ketua Umum DDII, Dr. Adian Husaini, mengenang bagaimana sepak terjang Ustaz Siddik Allahuyarham semasa hidupnya. Menurutnya, Almarhum dikenal sebagai singa dakwah yang tak berhenti mengaum dan terus menyuarakan kebenaran.

Bahkan hingga akhir hayatnya, di usia yang sangat senja, Ustaz Siddik Allahuyarham terus memikirkan masalah umat dan solusi-solusinya.

“Bahkan terus membantu berbagai pihak untuk melanjutkan proyek-proyek dakwah. Kami sangat kehilangan beliau. Semoga kami bisa melanjutkan perjuangan beliau,” kata Dr. Adian.

Kini tunai sudah tugas dakwah Ustaz Siddik di dunia. Beliau kembali ke kampung halaman sesungguhnya. (Red)

Pria yang mempunyai filosofi “Hiduplah Sebelum Kamu Dilahirkan” ini tutur katanya begitu lembut serta santun, namun cepat dan sistematis. Boleh jadi karena pengalamannya beraktiftas selama puluhan tahun di lembaga setaraf Internasional seperti PBB, OKI dan Islamic Deveploment Bank (IDB).

Pria kelahiran Kuala Simpang- Aceh 78 tahun yang lalu ini pun masih terlihat segar, meskipun sempat mengalami operasi bedah jantung pada tahun 2005. “Alhamdulillah, ini semua karena Allah, haza min fadli Rabbi” katanya merendah.

Pria yang lahir dari sebuah keluarga yang sederhana ini merupakan keturunan dari Pakistan, Siddik besar dan tumbuh dalam sebuah lingkungan yang begitu peduli dengan pendidikan dan dakwah. Itu pulalah yang membuatnya beraktifitas di organisasi dakwah tingkat nasioanal hingga internasional.

Kakek dari 12 cucu ini tinggal dibilangan Condet Jakarta Timur, sempat diamanahi sebagai Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) periode XI (2015-2020) setelah menggantikan KH. Syuhada Bahri.

Sentuhan pertama kali dengan dakwah dimulainya sejak ketika duduk dibangku SMA. Yaitu ketika aktif menjadi anggota PII, mulai dari pengurus ranting, cabang, wilayah dan hingga pada tahun 1962 dirinya hijrah ke Jakarta menjadi anggota Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII).

Kemudian Siddik muda melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi UI. Tidak sampai selesai lalu ia pindah kuliah ke UNAS yang waktu itu kuliahnya sore–karena ayahnya meninggal dunia dan karena itu ia juga harus bekerja membiayai pendidikan dan membantu orang tua dan keluarganya. Saat kuliah di UNAS hingga tamat sarjana.

Selain karena pertimbangan harus bekerja, ada juga alasan lainnya; karena pada waktu itu UI dan banyak universitas negeri lainnya sudah mulai menerima pengarahan dan tekanan dari Bung Karno, dalam arti pelajaran yang diberikan pada waktu itu sudah tidak murni ilmu dan tidak netral. Jadi politik Bung Karno itu diajarakan dan menjadi pegangan di berbagai kampus.

Politik, ekonomi, dan semua yang terangkum dalam konsep Demokrasi Terpimpin, Manipol Usdek, jadi pelajaran wajib. Kampus UNAS yang pada waktu itu dipimpin oleh cendikiawan yang berintegritas masih independen.

Kemudian meletus peristiwa Gestapu PKI. Semua kegiatan di PII, Siddik anggap bagian dari kegiatan dakwah karena ia sering mengisi pelatihan dengan ceramah mengenai berbagai topik yang dihubungkan dengan konsep Islam.

Maka ketika tamat dibangku kuliah pada tahun 1967 beliau segera melapor kepada gurunya Allahuyarham Bapak Mohammad Natsir, dan ketika Pak Natsir mengajaknya untuk bergabung ke Dewan Da’wah yang waktu itu baru saja didirikannya di Masjid Al-Munawarah Tanah Abang Jakarta.

Kuliah Sambil Bekerja

Ketika hendak memutuskan untuk berhenti dari Kampus UI pada tahun 1964 bukan karena kemauannya sendiri. Tetapi lebih karena harus bekerja membantu keluaraga (orang tua dan adik-adik), sejak ayahnya meninggal dunia pada bulan Desember 1963.

Siddik sempat terfikir dalam benaknya tidak ada kesempatan belajar lagi karena tidak mampu untuk membiyai kulaihnya. Sebagai anak laki-laki tertua dari delapan bersaudara (masih ada kakak perempuan) saya merasa harus mengambil alih tanggung jawab keluarga.

Alhamdulillah, Ayahnya adalah seorang pedagang kecil, yang mengajarkan etos semangat kerja walaupun tidak meninggalkan harta kecuali pendidikan agama yang mendalam disanubari kami beseta keluarga besar. Itulah yang ia sangat syukuri. Ungkapnya.

Berita tentang ayahnya meninggal pun terlambat ia terima karena keterbatasan komunikasi pada waktu itu. Ketika ayahnya meninggal, Siddik sedang menghadiri acara konfrensi wilayah PII Sulawesi Utara di Manado. “Tugas menghadiri Musywil PII di Manado belum selesai, namun seperti ada desakan untuk saya segera pulang. Saya tidak tahu, tapi karena naik pesawat mahal, maka segera ia naik kapal, karena sampai di Jakarta setelah satu pekan dan satu pekan perjalanan lagi perjalanan ke kampung”, kenangnnya.

Setelah ayahnya meninggal dunia rasanya tidak mungkin ia untuk kembali menuju bangku kuliah, karena ia harus bekerja membantu keluarganya. Namun, kebesaran hati ibunya terus memberikan dorongan semangat belajar kepada Siddik muda untuk terus tetap melanjutkan kuliahnya di Jakarta. “Saya kemudian bekerja sebagai staf lokal Bagian Pers Kedutaan Pakistan pada pagi harinya, dan sore kuliah di fakultas Sosial Ekonomi Politik UNAS”.

Pada tahun 1966 ia terpilih menjadi Sekretaris Jenderal Komite Pemuda Indonesia (KPI) yang berafiliasi kepada World Assembly of Youth (WAY) sebuah organisasi yang sebelum peristiwa Gestapu pernah dibubarkan oleh Bung Karno karena dianggap berafiliasi ke Barat.

Komite Pemuda Indonesia (KPI) ini merupakan organisasi yang mewadahi para pemuda dan pelajar yang berhaluan kanan, anti Komunis sedangkan organisasi afiliasinya, WAY berpusat di Brussel, Belgia. Ada sekitar 17 organisasi pemuda pelajar dan mahasiswa yang bergabung dalam Komite Pemuda Indonesia anggota WAY.

Sebagai Sekjen KPI dan kepeduliannya melatih pemuda dan mahasiswa Indonesia agar bisa tampil dalam dinamika dunia internasional, Siddik kemudian mengirimkan beberapa belasan pemuda dan mahasiswa ke luar negeri termasuk diantaranya Lukman Harun (alm), Arif Rahman (tokoh pendidik), Asnawi Latif (mantan anggota DPR) ke Eropa, Umar Basalim ke India, Mansur Amin ke Srilanka. Mereka kemudian pulang dan membawa pengalaman dari apa yang mereka lihat di luar negeri.

Setelah pemilu 1971 Komite Pemuda Indonesia direkayasa oleh GOLKAR menjadi KNPI yang menjadi jaringannya meski sebagian organisasi tidak sedia ikut masuk KNPI.

Pada tahun 1970, setelah empat tahun menjadi Sekjen KPI, Siddik terpilih menjadi salah satu dari lima delegasi sekaligus juru bicara delegasi Indonesia pada Kongres Pemuda Sedunia yang diadakan oleh PBB di New York dalam rangka ulang tahunnya ke 25. Dengan persetujuan Departemen Pendidikan & Kebudayaan yang menyusun delegasi RI bersama Deplu, Siddik kemudian meneruskan studi Magister dalam Internasional Development Studies di Fairleigh Dickinson University, New Jersey, dan karena tidak ada beasiswa dia sempat bekerja direstoran, bahkan menjadi satpam satpam, pegawai toko buku, departemen store ia pernah jalani- untuk membiayai studinya yang diselesaikannya dalam waktu setahun. Setelah itu, dalam rentang waktu tahun 1973 hinnga 2002, ia bekerja di PBB (UNICEF) di New York, Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Jeddah dan terakhir selama hampir 18 tahun di Islamic Development Bank (IDB) juga bermarkas di Jeddah, Saudi Arabia.

Sebagai seorang staff junior di PBB pada waktu itu, Siddik terbiasa membantu para seniornya untuk memfasilitasi beberapa kegiatan keagamaan, seperti diskusi tentang Islam, sholat Jum’at berjama’ah utuk staff dan delegasi yang pada awalnya menggunakan salah satu ruang serba guna yang kecil. Ia juga biasa mempersiapkan logistik untuk pengajian rutin dan ikut menghidupkan pengajian masyarakat dan mahasiswa Muslim yang diadakan oleh Muslim Students Association (MSA) cabang Columbia University yang waktu itu ketuanya adalah Prof.Dr.Kamal Hasan mantan Rektor University Antar Bangsa Malaysia (IIUM). Khusus dikalangan masyarakat Indonesia Siddik mengambil inisiatif mengadakan pengajian rutin dari rumah ke rumah, yang Alhamdulillah, karena berkembang pindah ke aula Konsulat Jenderal RI di New York dan terakhir beberapa tahun yang lalu pindah ke Mesjid Komunitas Indonesia, Al Hikmah dibilangan Queens.

Dalam rangka tugasnya di PBB, Siddik pernah bertugas di Katmandhu, Nepal selama dua tahun. Waktu itu ia juga berusaha mengadakan aktifitas dakwah disana bersama teman-teman cendikiawan Muslim yang jumlahnya sangat sedikit karena Muslim disana minorias. Ketika itu tidak ada informasi yang memadai mengenai kaum Muslimin disana terutama di pedalaman untuk bisa membuat perencanaan untuk membantu mereka. maka beliaupun mengutus beberapa dosen muda pergi untuk ke pedalaman mencari data dan membuat studi sedehana tentang kaum Muslimin yang tinggal terisolir di kampung-kampung. Siddik juga ikut mensponsori penterjemahan dan penerbitan buku-buku tentang Islam yang pada waktu itu sangat langka di daerah pegunungan tinggi Nepal.

Bertemu dengan Ulama dan Cendikiawan Dunia

Ketika Siddik muda masih menjadi pengurus di PB PII- ia pernah mengundang Dr. Inamullah Khan, Sekjen Muktamar Alam Islami untuk menghadiri Muktamar ke-12 PII di Bandung. Dalam perjalanan memenuhi undangan WAY Siddik sempat menjasi tamu Mufti Besar Palestina, Syeikh Haji Al-Amin Al-Husaini di markasanya waktu itu di Beirut- Libanon. Pada tahun 1968, Siddik juga berjumpa dengan Dr. Said Ramadhan tokoh Ikhwanul Muslimin di Geneva, Pangeran Hassan, ketika itu Putra Mahkota Jordan, Dr. Kamil Sharif, Sekjen Muktamar Al-Quds dan pernah menjadi Menteri di Amman Jordan, Dr. Taofiq Aweidah, Direktur jendral Urusan Islam di Mesir, Syeikh Ali Al-Harakan, Sekjen Rabithah Al-Alam Al- Islami. Dan pertemuanya dengan para tokoh-tokoh dunia tersebut mempuyai kenangan tersendiri. Dan itu juga ia banyak berhutang budi kepada bapak-bapak di Dewan Da’wah, seperti Mohammad Natsir, Mohamamad Roem, dan bapak-bapak yang lainnya.

Membidani Kelahiran WAMY

Alhamdulillah, melaui berbagai acara pertemuan-pertemuan internasional di forum WAY (World Assemly of Youth) di Belgia Jerman pada akhir 1960an Siddik dengan beberapa kawan mengajak delegasi Muslim dari berbagai negeri yang berafiliasi kepada WAY, seperti Anwar Ibrahim dari Malaysia untuk mendirikan semacam WAY untuk dunia Islam. Maka setelah itu Siddik dengan beberapa kawan seperjuangnnya membuat pernyataan bersama untuk menyatakan komitmen mendirikan organisassi pemuda Islam internasional sedunia. Kebutuhan ini juga dirasakan oleh pemuda dan mahasiswa Muslim di negeri-negeri lain diluar forum WAY.

Presiden Muammar Qadhafi dari Libya pada tahun 1973 pernah mengadakan konfrensi Pemuda Islam sedunia di Tripoli yang beliau sempat hadiri disamping beberapa tokoh pemuda dan mahasiswa lain dari Indonesia. namun sayang pertemuan Tripoli ini tidak berhasil karena pihak sponsor, sesuai karekternya yang revolusioner ingin menerapkan Teori Alam Ketiga, dalam Kitabul Akhdar yang juga menjadi dasar gerakan Pan Arabisme, sedangkan mayoritas delegasi menghendaki dasar Islam saja.

Sekedar untuk diketahui dasar teori alam ketiga itu, intinya adalah dunia arab, lingkaran keduanya dunia Islam, baru lingkaran terluarnya adalah negara berkembang. Baru pada kemudian pada pertemuan yang diadakan di Saudi Arabia atas inisiatif Menteri Pendidikan Tinggi Sheikh Hasan Al Sheikh, idea ini dapat direalisir dengan lahirnya World Assembly of Moslem Youth (WAMY) dimana keiatan utamannya adalah da’wah dalam pengertian mengajak atau mengundang melalui seminar, penerbitan, dan pendistribusian buku-buku, ceramah dan lain-lain.

Putra Indonesia Pertama yang menjadi Direktur IDB

Pada tahun 1979 saat berhenti dari PBB, Siddik kemudian bekerja di Organisasi Konfrensi Islam OKI (semacam PBB dunia Islam) di Jeddah dari 1979 hingga 1984. Selama di OKI dan kemudian IDB dirinya selalu membantu gurunya yakni Allahuyarham Pak Natsir dengan mengirim informasi yang mendukung kegiatan dakwah diberbagai dunia Islam. Namun dirinya kurang puas di OKI karena tidak dapat berbuat banyak mengatasi konflik antar negeri-negeri Islam terutama Iran-Irak. Pada tahun 1984 ada kesempatan pindah di IDB maka setelah konsultasi Dubes RI waktu itu, Bapak Achmad Tirtosudiro, dirinya hijrah dan bekerja disana hampir selama 18 tahun, sebahagian besar di di kantor pusat di Jeddah, empat tahun di Kuala Lumpur sebagai Direktur IDB untuk Asia Pasifik.

Setelah menyelesaikan tugas di Kuala Lumpur dirinya ditarik mengisi posisi sebagai Direktur Technical Cooperation dan ketika memasuki umur 60 tahun, dirinya mengundurkan diri karena sudah berniat akan berkiprah di tanah air. Yang menarik saat diberi tugas ia memulai dan mengembangkan program besasiswa IDB untuk masyarakat Islam minoritas diluar negeri– anggotannya terutama untuk pendidikan kedokteran, tehnik, pertanian dan eksata lainnya. IDB memilih program tersebut sebagai sebuah terobosan untuk membangun sumber daya insani-insani di negeri-negeri Muslim minoritas yang memang sangat ketinggalan.

Survey yang diadakan di negeri-negeri seperti Philippine, Myanmar, Camboja, Sri Langka, Nepal, Di Asia; Ghana, Tanzania, Nigeria, Kenya, Siera Leone, Malawi dll. Menunjukkan sangat sedikit atau hampir tidak ada profesi dokter, insinyur, ahli pertanian, dan profesi pembangunan lainnya yang dipegang orang Islam. mereka tidak mau menyekolahkan anak-anaknya karena pendidikan umum sejak awal didirikan oleh para missionaris dan zending yang selalu berusaha mempengaruhi agama anak didiknya. Oleh karena itu orang tua enggan mengirim anak-anak mereka kesekolah umum.

Melalui program beasiswa yang diberikan IDB selama 20 tahun terakhir sudah ada lebih dari dua ribu dokter, insinyur ahli pertanian dll. Di negeri minoritas ini yang biasa menjadi basisi pembangunan mereka. di Indonesia dewasa ada 37 mahasiswa IDB dari Myanmar, Vietnam dan Camboja yang belajar di UGM, UI, IPB, Unibraw dll. Sedangkan yang sudah lulus dan mengabdi mencapai 100 orang. Untuk memaksimalkan produk dari program ini, yaitu lahirnya insani yang terdidik secara profesional dari berbagai negeri minoritas Muslim di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika yang mencapai 40-an negeri.

Naluri dakwah dirinya mendorong terlaksananya program conselling untuk mahasiswa yang sedang belajar. Untuk itu disetiap negeri dirinya mengangkat staf honorary conselor dari kalangan akademisi dan gerakan yang berwawasan Islami untuk terus memberikan bimbingan rohani dengan pengajian ta’lim setiap dua pekan minimal sebulan sekali dan mengarahkan mereka untuk terus memperkaya bekal ilmu agama dan laedership agar bila mereka kembali dapat memimpin masyarakatnya di negaranya masing-masing.

Pengalaman dirinya selama training di PII dan HMI yang dikombinasi dengan pengalaman ahli-ahli community deveploment dan conselling yang beliau rekrut khusus untuk menguatkan aspek ini. Alhamdulillah banyak dari graduates itu yang sekarang menjadi dokter, insinyur, ahli pertanian, apoteker, dll, memainkan peranan .

Kembali Ke “Rumah Besar” Dewan Da’wah

Setelah melang-lang buana di negeri orang. Ketika dirinya berusia 60 tahun memutuskan untuk pulang ke Indonesia- dirinya ingin berazam mengabdi di tanah air yang sudah lama ia tinggalkan. Saat itu juga dirinya kembali kerumah besarnya yakni Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia yang selama masih mudanya ia banyak menimba ilmu dan ketauladan dari para bapak-bapak Masyumi.

Saat dirinya kembali ke rumah besarnya-Siddik diamanahi sebagai Ketua Badan Pengawas dan pada periode sebelumnya sebagai salah seorang ketua. Dirinya juga sempat diamanahi sebgai Direktur Lembaga Amil Zakat, Infaq dan shodaqoh (LAZIS Dewan Da’wah) yang diresmikan oleh Menteri agama RI sesuai UU Zakat No. 38 tahun 1999.

Melalui LAZIS Dewan Dakwah kami ingin menghadirkan perananan Dewan Dakwah menagani korban bencana alam di seluruh Indonesia, memberikan pelayanan kesehatan gratis, membuat program rehabilitasi ekonomi untuk korban bencana alam dengan pebangunan rumah sederhana bekerjasama dengan berbagai lembaga kemanusiaan di dalam dan luar negeri. Sebelum LAZIS Dewan Da’wah berdiri- Siddik sempat membantu kegiatan KOMPAK (Komite Penganngulangan Krisis) Dewan Da’wah.

Dengan pengalaman jaringan networking yang luas dirinya juga mengusahakan dukungan untuk pendanaan da’i Dewan Da’wah yang mencapai jumlah ratusan di seluruh tanah air. Siddik juga sempat diamanahi untuk memimpin perusahan travel biro pelayanan Haji dan Umrah sebagai bagian dari kegiatan Dewan Da’wah sekaligus sebagai profit centre untuk mendukung kegiatan Dewan Da’wah.

Pada tahun 2015 adalah tahun yang berat ia jalankan-Siddik terpilih sebagai Ketua Umum Dewan Da’wah menggantikan KH. Syuhada Bahri, Bagi Siddik tentu tugas ini berat ia jalankan dengan beberapa pertimbangan- atas desakan dari para pegurus dan pimpinan Dewan Da’wah ia dikukuhkan menahkodai gerakan Dewan Da’wah tersebut yang dimana ia banyak belajar kepemimpinan, kesahajaan, ke istiqomahan dari para bapak-bapak Masyumi di Kramat Raya no 45 Jakarta.

Di era kepemimpinan Dewan Da’wa, Siddik dituntut untuk terus berjuang dengan tantangan dakwah yang kian semakin kompleks, mulai dari kaum LGBT, Syi’ah, Komunisme, Kristenisasi, Kebodohan, dan aliran-alairan yang menyimpang. Tentu kerangka Dewan Da’wah dengan gerakan bina’an wa difa’an harus terus dilakukan sepanjang zaman.

Pria Yang Gemar Membaca Kehidupan

Sejak kecil pria asal Kuala Simpang Aceh keturunan Pakistan ini banyak suka merenungkan kata-kata hikmah dan mutiara bijak yang sering ia lihat dibeberapa harian surat kabar dan majalah. Salah satu renungan hikmah yang sosok Siddik jadi inspiranya sejak kecil hingga saat ini adalah: “Hiduplah sebelum kelahirannmu dan matilah sebelum meninggalmu’ artinya jadilah orang yang baik yang selalu diidamkan orang dan selalu dikenang orang.

Orang baik itu sebelum tiba diasiatu tempat (baik itu lingkungan, kantor, sekolah, dan apa saja) atau sebelum ia dilahirkan ditempat itu, orang sudah mendengar kebaikannya dan orang mengharapkan kehadirannya, dengan kata lain ia sudah hidup sebelum kehidupannya ditempat itu. Selanjutnya meskipun nanti si orang baik itu pindah dari dari tempat itu, orang masih mengenang dirinya karena kebaikan dan jasa-jasa serta sumbangangannya untuk masyarakat yang ditinggalkannya itu, seolah-olah dia masih hidup dan masih belum mati ditempat itu. Tapi ini adalah suatu moto kehidupan atau filsafat kehidupan yang saya dambakan dan inginkan. Semoga dengan tekad kuat mudah-mudahan dicatat Allah sebagai keinginan yang diridhai-Nya. Ungkap Siddik.

Selamat Jalan Pejuang

Pria yang sejak kecilnya hobi membantu masyarakat sekitar ini wafat pada Selasa, 29 Juni di RS. Harapan Kita Jakarta. Selamat jalan ayahanda Mohammad Siddik, insyaAlah kami-kami yang muda akan melanjutkan perjuangan. Risalah merintis, dakwah melanjutkan..!

Oleh: Hadi Nur Ramadhan

*)Hadi Nur Ramadhan, “Mohammad Siddik: Tugas Ini Sangat Berat” dalam Lukman Hakiem (Editor), _Pendiri dan Pemimpin Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia,_ Jakarta: Panitia Seabad Dewan Dakwah, 2017.

BANDA ACEH – Pemerintah Aceh saat ini terus melakukan berbagai upaya dalam rangka mensukseskan beberapa program unggulan yang telah dijabarkan dalam visi-misi Aceh Hebat.

Salah satunya adalah program Aceh Meuadab yang difokuskan untuk mengembalikan khittah Aceh sebagai Serambi Mekkah melalui implementasi nilai-nilai Syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mewujudkan program Aceh Meuadab ini tentu pemerintah tidak dapat berjalan sendiri, perlu adanya dukungan semua pihak termasuk organisasi-organisasi Islam di Aceh.

Dewan Dakwah sebagai salah satu organisasi islam, diharapkan dapat mengambil peran terutama dalam penguatan pelaksanaan Syariat Islam di Aceh.

Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur Aceh, Ir H Nova Iriansyah MT dalam sambutannya yang diwakili oleh Kepala Dinas Dayah Aceh, Zahrol Fajri SAg, MH pada pelantikan Pengurus Wilayah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi Aceh Masa Khitmah 2021-2026 di Anjong Mon Mata, Banda Aceh, Sabtu (20/2/2021) malam.

“Sehubungan dengan itu, kami sangat mengharapkan peran yang besar kepada Dewan Dakwah untuk dapat berkiprah secara maksimal dalam kegiatan dakwah di Aceh. Apalagi kami melihat bahwa Dewan Dakwah menjadi wadah berkumpulnya para cendikiawan dan intelektual muslim. Kami yakin, dengan kecerdasan ilmu yang dimiliki dapat digunakan untuk tujuan memperbaiki tatanan kehidupan masyarakat muslim di Aceh,” kata Zahrol Fajri.

Ia menambahkan sinergitas Dewan Dakwah dengan pemerintah mesti terus ditingkatkan. Hal itu karena arah pembangunan Aceh Meuadab adalah melahirkan generasi Aceh yang memiliki kualifikasi terbaik lahir dan batin, berkarakter, memiliki mental juang tinggi dengan semangat pantang menyerah dan ber-akhlaqul karimah.

Tentu semangat tersebut sangat penting dimiliki oleh generasi muda Aceh saat ini. Dan diharapkan tidak mudah pudar karena pengaruh perubahan zaman.

“Kami yakin dan percaya, bahwa pengurus Dewan Dakwah Aceh yang baru dilantik ini akan dapat menyusun rencana kerja secara baik. Dan tentunya dengan studi serta terus melakukan evaluasi program-program kerja sebelumnya. Sekali lagi kami mengucapkan selamat kepada Ketua dan seluruh Pengurus Dewan Dakwah Aceh periode 2021-2026, semoga Allah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita sekalian,” kata Zahrol Fajri.

Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh, Dr Muhammad AR MEd dalam sambutannya menyampaikan bahwa dalam 7 tahun terakhir pihaknya sangat fokus dalam upaya menjaga daerah perbatasan Aceh dari pendakalan akidah dan pemurtadan serta pembinaan muallaf.

Salah satunya dengan mendirikan Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Aceh yang para mahasiswanya juga berasal dari daerah perbatasan itu, diantaranya dari Subulussalam, Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Aceh Tamiang dan Simeulue.

“Mareka belajar di ADI Aceh selama 1 tahun, kemudian melanjutkan kuliahnya di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohd Natsir di Bekasi, Jawa Barat. Dan setelah sarjana, mareka kita tempatkan kembali ke daerah perbatasan Aceh itu untuk mengawal dan menjaga daerah tersebut. Dan ini sangat diharapkan dukungan penuh dari semua pihak,” kata Muhamammad AR.

Ia manambahkan ADI Aceh telah melahirkan 12 sarjana dakwah yang saat ini sedang dalam pengabdian di berbagai daerah pedalaman di Indonesia.

Mulai 2021 juga akan diterima calon mahasiswi ADI Aceh untuk mempersiapkan da’i muslimah Aceh kedepannya. Mohon dukungan semua pihak baik tenaga, pikiran seta kemudahan harta untuk berinfaq di jalan dakwah ilallah.

Sementara itu Ketua panitia, Enzuz Tinianus, SH MH menyampaikan Pengurus Wilayah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi Aceh Masa Khitmah 2021-2026 dilantik oleh Wakil Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Pusat, Ustaz Drs H Amlir Syaifa Yasin MA.

Turut dihadir juga Wakil Sekretaris Umum Dewan Dakwah Pusat Drs H Ade Salamun MM.

Enzus menambahkan Pengurus Wilayah Dewan Dakwah Aceh yang akan dilantik untuk periode lima tahun ke depan itu merupakan hasil Musyawarah Wilayah (Muswil) V Dewan Dakwah Aceh yang dilaksanakan pada Minggu (22/11/2020) lalu di Kompleks Markaz Dewan Dakwah Aceh di Gampong Rumpet, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Aceh Besar.

Ia menambahkan acara tersebut seharusnya dihadiri oleh seluruh Pengurus Wilayah dan Kabupaten/Kota serta berbagai undangan di Luar Dewan Dakwah baik unsur pemerintah maupun lembaga kemasyarakatan dan keagamaan.

“Namun karena kita masih dalam situasi pandemi, maka Dewan Dakwah Aceh harus menahan diri untuk tidak mengundang banyak pihak, hal ini tidak lain untuk mendukung pemerintah untuk segra dapat keluar dari Pandemi Covid 19. Dan bagaimanapun kesehatan harus kita utamakan. Cuci tangan, pakai masker dan jaga jarak adalah suatu keniscayaan,” kata Enzus.

Kepengurusan Dewan Dakwah Aceh terdiri atas Majelis Syura, Pengurus Harian, Bidang-bidang dan Badan-badan khusus.

Adapun Majelis Syura Dewan Dakwah Aceh diketuai oleh Dr Tgk Hasanuddin Yusuf Adan MCL MA dan Sekretaris Said Azhar SAg.

Berikut susunan lengkap Pengurus Wilayah Dewan Dakwah Aceh 2021-2026.

Pengurus Harian

Ketua : Dr Muhammad AR, MEd
Wakil Ketua I : Drs Bismi Syamaun
Wakil Ketua II : Enzus Tinianus, SH MH
Wakil Ketua III : Dr Abizal Muhammad Yati, Lc MA
Wakil Ketua IV : Dr Rahmadon Tosari Fauzi, MEd PhD

Sekretaris : Zulfikar, SE MSi
Wakil Sekretaris I : Hanisullah, S.KomI, MPd
Wakil Sekretaris II : Murdani Amiruddin Tijue, S.PdI
Wakil Sekretaris III : Reza Adlani, S.SosI

Bendahara : Dr Ridwan Nurdin, SE MSi
Wakil Bendahara I : Taufiqurrahman, SE
Wakil Bendahara II : Arnisah Phonna

Dan dilengkapi dengan 16 bidang dan 3 badan khusus.(*)

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Usai Dilantik, Pemerintah Minta Dewan Dakwah Aceh Berperan dalam Penguatan Syariat Islam, https://aceh.tribunnews.com/2021/02/21/usai-dilantik-pemerintah-minta-dewan-dakwah-aceh-berperan-dalam-penguatan-syariat-islam.
Penulis: Subur Dani | Editor: Ansari Hasyim

Pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Aceh foto bersama seusai dilantik Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, yang diwakili Kadis Pendidikan Dayah Aceh, Zahrol Fajri SAg MH di Anjong Mon Mata, Banda Aceh, Sabtu (20/2/2021) malam.

BANDA ACEH – Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, yang diwakili Kadis Pendidikan Dayah Aceh, Zahrol Fajri SAg MH, Sabtu (20/2/2021) malam, melantik pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Aceh di Anjong Monmata, Banda Aceh. Acara itu turut dihadiri Wakil Ketua Umum dan Wakil Sekretaris Umum Dewan Dakwah Pusat, Dr Amlir Syaifa Yasin MA dan Ade Salamun MM, Kadis Syariat Islam Aceh, Dr EMK Alidar, Kakanwil Kemenag Aceh, Dr H Iqbal SAg MAg, serta sejumlah tamu undangan lainnya.

Zahrol Fajri saat membacakan sambutan Gubernur Aceh mengatakan, untuk mewujudkan program ‘Aceh Meuadab,’ tentu pemerintah tidak dapat berjalan sendiri, tapi perlu dukungan dari semua pihak termasuk organisasi-organisasi Islam di Aceh. “Dewan Dakwah Islamiyah sebagai salah satu organisasi Islam, kami harapkan dapat mengambil peran terutama dalam penguatan pelaksanaan syariat Islam di Aceh,” ujarnya.

Zahrol Fajri menyampaikan, arah pembangunan ‘Aceh Meuadab’ adalah melahirkan generasi Aceh yang memiliki kualifikasi terbaik lahir dan batin, berkarakter, memiliki mental juang tinggi dengan semangat pantang menyerah dan ber-akhlakul karimah.

“Untuk itu, dalam rangka menyukseskan program Pemerintah Aceh ini, kami mendorong agar Dewan Dakwah terus melakukan studi dan perencanaan dakwah dengan baik dan benar,” ungkap Gubernur melalui Kadis Pendidikan Dayah Aceh. Ia juga berharap Dewan Dakwah dapat berkiprah secara maksimal dalam kegiatan dakwah di Aceh. Apalagi, Dewan Dakwah menjadi wadah berkumpulnya para cendikiawan dan intelektual muslim.

Terakhir, Gubernur Aceh mengucapkan selamat kepada ketua dan para pengurus Dewan Dakwah Aceh masa bakti 2021-2026. “Kami berharap, amanah yang diemban ini mudah-mudahan dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya,” harap Gubernur, dalam rilis Dinas Pendidikan Dayah Aceh, kepada Serambi, Sabtu (20/2/2021).

Sementara itu, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Aceh, dr H Muhammad Ar MEd, mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Gubernur dan Pemerintah Aceh atas dukungan penuh dalam memfasilitasi acara pelantikan itu, sehingga terlaksana dengan baik. (jal)

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Pengurus Dewan Dakwah Aceh Dilantik, https://aceh.tribunnews.com/2021/02/22/pengurus-dewan-dakwah-aceh-dilantik.