Archive for year: 2022

Oleh Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan

MUQADDIMAH

Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik (salama). (Al-Furqan [25] ayat 63).

Ummat manusia semuanya pada satu sisi bergelar dengan makhluk Allah sama posisinya dengan makhluk-makhluk Allah lainnya baik dari kalangan hayawan, tumbuh-tumbuhan, maupun kandungan alam lainnya. Pada dataran ini tidak ada perbedaan hakikat antara manusia dengan makhluk ciptaan Allah lainnya karena semuanya sama-sama hasil ciptaan Allah. Namun manakala kepada manusia Allah berikan, aqidah, syari’ah dan akhlak, lalu mereka berpegang kuat serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, barulah di sana terjadi perbedaan antara manusia dengan makhluk Allah lainnya.

Walaubagaimanapun, ketika manusia mengabaikan ketiga unsur tersebut yang membuat mereka hidup dan prilaku kehidupan tidak berbeda dengan hayawan maka di sana pula kedudukan manusia tidak dapat dibedakan dengan hayawan, jin, iblis dan syaitan. Persoalannya adalah manusia itu ril menjadi manusia dalam bentuk fisik berpenampilan beda dengan hayawan karena Allah ciptakan fisik manusia berbeda dengan fisik hayawan dan makhluk lainnya. Di sisi lain manusia diberikan atribut khusus yang tidak diberikan kepada hayawan, yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak. Makanya ketika manusia mengikat diri dan mengaplikasikan ketiga unsur tersebut dalam kehidupannya mereka ril sebagai manusia yang normal.

Manakala manusia menyisihkan dan tidak mengikat diri dengan tiga unsur tersebut maka jadilah mereka sebagai makhluk Allah yang bertubuh manusia dan berperangai non manusia. Pada dataran inilah sering dilabelkan sebahagian manusia sebagai binatang, jin, iblis atau syaitan dikarenakan manusia telah meninggalkan kriteria kemanusiaannya dengan mengambil atribut hayawan sehingga mereka keluar dari label Hamab Allah atawa ‘ibad Ar-Rahman.

MAKNA HAMBA AR-RAHMAN

Al-Qur’an sudah memberikan gambaran watak muslihat yang sopan lagi santun seseorang yang tersebut di sana dengan nama ‘Ibadur-Rahman. Sementara Ar-Rahman sendiri merupakan nama lain kepada Allah SWT.yang terkafer dalam Al-Asma-ul Husna (99 nama indah bagi Allah SWT).dengan demikian dapat diartikan juga bahwa istilah “’ibadur-rahman” bermakna “’abdullah” yang sering disebut Hamba Allah. Bedanya kalau “’ibadurrahman itu dalam bentuk jamak dan ‘Abdullah dalam bentuk mufrad. Kalau mau kita teliti lebih serius dan mendalam pada hakikatnya antara ‘Ibadur-Rahman dengan ‘Abdullah memiliki makna yang serupa Cuma berbeda kateginya saja, yaitu yang satu dalam bentuk singgel dan yang lainnya dalam bentuk plural.

Berasaskan kepada kata asal (‘abdun) yang jamaknya ‘ibad maka dalam beberapa kamus diartikan sebagai hamba, hamba sahaya, tukang emas dan semacamnya. Manakala kata-kata tersebut disandarkan kepada nama Allah menjadi ‘Abdullah yang bermakna hamba Allah, ketika disandarkan kepada kata Ar-Rahim menjadi ‘Abdur-Rahim yang mengandung arti hamba dari yang maha pengasih lagi maha penyayang, ketika disandarkan kepada kata Ar-Razzaq jadilah ia ‘Abdur-Razzaq yang mengandung makna Hamba yang maha Memberi Rizki, demikian juga ketika disematkan kepada kata Ar-Rahman jadilah ia ‘Abdurrahman dalam bentuk mufrad (singgel) dan ‘ibadur-Rahman dalam bentuk jamak (plural), yang artinya Hamba atau Hamba-hamba Ar-Rahman.

Lalu bagaimana posisi kata ‘abdun itu kalau dipasang pada nama-nama selain nama Allah seperti disandarkan kepada nama Ibrahim sehingga menjadi ‘Abdul Ibrahim, disandarkan kepada nama Hasan umpamanya sehingga menjadi ‘abdul hasan, ‘abdul uzza dan semisalnya. Berlandaskan kepada keyakinan tauhid dalam bingkai aqidah Islamiyah bahwa memberikan nama orang yang disandarkan nama abdun kepada selain nama Allah dan Asmaul-Husna sepakat para ulama hukumnya haram dan tidak boleh dilakukan demikian karena itu menjurus kepada amalan syirik yang dahulukala telah diamalkan oleh orang-orang kafir Makkah seperti nama abdul ‘uzza (hamba berhala) dan sejenisnya. Sebaliknya tidak boleh juga seseorang memberi nama anaknya dengan nama Allah atau nama-nama dalam Al-Asma ul Husna, seperti Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Lathif, Al-Qawi dan seterusnya karena itu nama-nama Allah.

HAKIKAT DAN EKSISTENSI HAMBA AR-RAHMAN

Ketika kita kembali kepada kandungan surah Al-Furqan ayat 63; Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik (salama). Terdapat beberapa poin yang perlu kita catat dalam ayat tersebut, di antaranya adalah: Hamba Ar-Rahman itu adalah orang-orang yang sopan dan rendah hati, orang-orang tersebut ketika dicemooh, dicerca dan dimaki oleh orang lain tidak pernah membalas cacian dan cemoohan tersebut melainkan berucap dengan kata selamat yang mengandung do’a.

Statemen Allah: allazina yamsyuna alal ardhi hauna, yang menyatakan ciri khas Hamba Ar-Rahman diperkuat oleh pernyataan Allah lainnya dalam surah Al-Israk ayat 37 (wa la tamsyi fil ardhi maraha) yang bermakna: janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan angkuh dan sombong, dijelaskan lagi oleh ayat Allah yang lain (An-Nisak [4];36) kenapa hamba Allah tidak boleh sombong dalam kehidupan dunia ini, Allah menyatakan: innallaha la yuhibbu man kana mukhtalam fakhura (Allah benci kepada orang-orang yang bersifat angkuh, arrogan, sobong dan membangga-banggakan diri) karena sifat itu merupakan sifat Allah (Al-Mutakabbir) yang haram dimiliki oleh manusia.

Pengertian hauna di sini diartikan para ulama sebagai lemah lembut, sopan santun, muslihat, tidak sombong, tidak kasar, tidak arrogan dan semisalnya sehingga disematkan kepada prilaku dan kepribadian Rasulullah SAW yang melekat kata hauna pada dirinya. Karenanya Hamba Ar-Rahman itu mestilah berprilaku sebagaimana prilakunya Rasulullah SAW yang penuh kemuslihatan, penuh kesabaran, penuh kebijakan, penuh kesabaran dan penuh keikhlasan. Namun demikian Islam tidak membolehkan juga memperolok-olok semua sifat Rasulullah SAW tersebut dilakoni secara berlebihan oleh seseorang yang sesungguhnya tidak ada sifat-sifat tersebut pada dirinya. Namun ketika dia berjumpa dengan orang-orang tertentu berjalan dengan membungkuk-bungkukkan diri menampakkan sifat hauna pada dirinya, yang semisal ini puran-pura namanya.

Pada zama Amirul Mukminin Umar bin Khaththab, beliau pernah berjumpa dengan seorang pemuda yang berjalan di hadapannya dengan sengaja membungkuk-bungkukkan diri meniru sifat hauna yang diada-adakan. Lalu Umar bertanya kepadanya: wahai pemuda kenapa kamu berjalan terbungkuk-bungkuk seperti jalannya orang tua bangka. Pemuda itu menjawab: saya meniru sifat hauna wahai amirul mukminin, Umar bertanya lagi: kemarin dulu ada kamu berjalan seperti ini? Dia menjawab: tidak wahai Amirul Mukminin, lalu Umar mengambil cambuk menyebatnya/mencambuknya seraya mengingatkannya jangan buat-buat seperti itu lagi karena itu prihal imitasi yang diada-adakan bukan murni sifat hauna seseorang insan.

Terkait dengan kata qalu salama dalam ayat tersebut, pernah terjadi pada suatu ketika manakala seorang lelaki mencaci maki seorang lelaki lain di hadapan Rasulullah SAW. lalu yang kena caci berucap: ‘alaikassalam (semoga engkau selamat), tatkala itu Rasulullah SAW.bersabda: “ingatlah sesungguhnya ada malaikat di antara kamu berdua yang membelamu, setiap kali orang itu mencacimu, malaikat tersebut berkata: “bahkan kamulah yang berhak”, kamulah yang berhak dicaci. Dan apabila kamu katakan kepadanya: ‘alaikassalam, maka malaikat itu berkata, “tidak, dia tidak berhak mendapatkannya, engkaulah yang berhak mendapatkannya”.

Hadis tersebut menjelaskan kita bahwa yang berhak mendapatkan keselamatan adalah orang-orang yang baik hati tidak membalas keburukan orang lain dengan keburukan pula melainkan memberi do’a selamat kepada pencacinya, itulah hakikat makna qalu salama. Menurut Mujahid dalam tafsir Ibnu Katsir: makna qalu salama adalah mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung petunjuk. Sa’id ibnu Jubair mengatakan bahwa mereka menjawab dengan kata-kata yang baik. Sementara Al-Hasan Al-Basri berucap maknanya adalah: “salamun alaikum” (semoga kalian mendapatkan keselamatan). Keselamatan yang dmaksudkan dalam kasus ini adalah tertuju kepada tukang caci sebagai do’a daripada orang yang dicacinya. Artinya Allah dan RasulNya menyuruh kita untuk berdo’a keselamatan sesama muslim termasuklah kepada orang-orang yang mencaci maki kita agar dia mendapatkan petunjuk daripada Allah SWT.

Penulis adalah Dosen Siyasah pada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry.

diadanna@yahoo.com

Palembang, Khamis;   27  F e b r u a r i  2022   M/ 24 Jumadil Akhir 1443   H

Pidie — Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Syariah Al Ikhlas Kementerian Agama (Kemenag) Pidie menyerahkan bantuan sebesar Rp9.6 juta rupiah untuk kegiatan pembinaan muallaf yang dikelola oleh Dewan Dakwah Aceh bersama Forum Dakwah Perbatasan.

Para muallaf yang sedang mengikuti pembinaan itu berjumlah 15 orang, yaitu 14 dari Subulussalam dan 1 org dari Simeulue.

Adapun bantuan tersebut diserahkan langsung oleh Sekretaris KPN Syariah Al Ikhlas Kemenag Pidie, Darwin Juwaini MH di Komplek Masjid MH Kawary Dewan Dakwah Aceh Gampong Rumpet, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Aceh Besar, Kamis (13/01/2022).

“Bantuan yang disalurkan ini merupakan zakat dari sisa hasil usaha kegiatan simpan pinjam syariah yang dikelola koperasi yang beranggotakan seluruh PNS di bawah Kemenag Pidie setelah dilaksanakan RAT beberapa hari yang lalu,” kata Darwin.

Sementara itu Ustaz Muhammad Muslim MA selaku penanggung jawab program pembinaan muallaf mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya kepada KPN Syariah Al Ikhlas Kemenag Kab Pidie yang sudah menyerahkan zakat senif muallaf guna mendukung kegiatan pembinaan yang sedang berlangsung.

Lebih lanjut Ustaz Muhammad Muslim menjelaskan pembinaan ini berlangsung selama 14 hari dengan materi pembelajaran berupa pemguatan aqidah (pemahaman syahadatain), membaca alquran dan ibadah praktis berupa thaharah, shalat dan hafalan doa sehari serta surat-surat pendek.

“Diharapkan setelah pembinaan tersebut mereka akan semakin istiqamah dengan keislaman dan akan meneruskan proses pembelajaran ketika mereka kembali ke daerahnya masing-masing dengan difasiitasi oleh pengurus daerah Dewan Da’wah di Kab/Kota. Semoga usaha kita ini akan dimudahkan urusannya,” kata Ustaz Muhammad Muslim.

Oleh Dr. Hasanuddin Yusuf Adan

SEBAGAI Kitab Suci bagi ummat Islam dan kalam Allah yang muthlak benar, Al-Qur’an memiliki banyak fungsi yang dinyatakan dan dibenarkan oleh Al-Qur’an itu sendiri. Di antara fungsi-fungsi tersebut adalah:

  1. Al-Qur’an sebagai pembenar kitab-kitab sebelumnya, selaras dengan keterangan beberapa ayat Al-Qur’an yang menerangkan keterangan tersebut, di antaranya: Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Qur’an) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa (Al-Baqarah; 41).

Dalam ayat selanjutnya diterangkan: Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kepada Al Qur’an yang diturunkan Allah”, mereka berkata: “Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami”. Dan mereka kafir kepada Al Qur’an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Qur’an itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: “Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?” (Al-Baqarah; 91). Katakanlah: Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. (Al-Baqarah; 97).

Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil. (Ali Imran: 3). Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, (Al-Maidah: 48).

Dan ini (Al Qur’an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Qur’an), dan mereka selalu memelihara sembahyangnya. (Al-An’am: 92). Selain itu terdapat juga dalam surah Yunus ayat 37, Fathir ayat 31, Al-Ahqaf ayat 12 dan 30.

  1. Al-Qur’an sebagai furqan, artinya Al-Qur’an menjadi pembeda antara yang baik dengan yang buruk, antara yang benar dengan yang salah, antara haq dengan bathil selaras dengan Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 185: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
  2. Al-Qur’an sebagai hidayah, selaras dengan surah Al-A’raf: 52: Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Qur’an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dalam surah Yunus: 57 berbunyi: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al Qur’an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu”. Yunus: 108). Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Yusuf: 111).

(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (An-Nahlu:89). Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (An-Nahlu:102). Thaa Siin (Surat) ini adalah ayat-ayat Al Qur’an, dan (ayat-ayat) Kitab yang menjelaskan, untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman, (An-Namlu: 1-2). Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (An-Namlu: 77).

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya. (Az-Zumar (39): 23). Ini (Al Qur’an) adalah petunjuk. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Tuhannya bagi mereka azab yaitu siksaan yang sangat pedih. Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (Al-Jatsiyah: 11 dan 29).

  1. Al-Qur’an sebagai penerangan, (Al Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Ali Imran (3): 138). Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Qur’an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan, (Yasin (36): 69).
  2. Al-Qur’an sebagai pelajaran, (Al Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Ali Imran: 138). Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Yunus (10): 57). Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Haqqah (69): 48). Sekali-kali tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al Qur’an itu adalah peringatan. (Al-Mudatstsir (74): 54). Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. (Al-Insan (76): 29).
  3. Al-Qur’an sebagai pengingat, Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (Al-A”raf (7): 2). Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), (Thaha (20: 2-3). Al Qur’an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. (Shad (38): 87). Dan Al Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat. (Al-Qalam (68): 52). Al Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam, (At-Takwir (81): 27). (Al Qur’an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. Ibrahim: 52).
  4. Al-Qur’an sebagai rahmat, Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Qur’an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (Angkabut (29): 51). Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Qur’an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Al-A’raf (7):52). Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Qur’an kepada mereka, mereka berkata: “Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?” Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al Qur’an ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Al-A’raf (7):203). Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Yunus (10): 57). Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (An-Nahlu (16): 64). (Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (An-Nahlu (16): 89). Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Al-Israk (17): 82). Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (An-Namlu (77): 27). Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Qur’an diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir. (Al-Qashash (28): 86). Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Qur’an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (Al-Ankabut (29): 51). menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. (Luqman (31); 3). Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (Al-Jatsiyah (45): 20).
  5. Al-Qur’an sebagai bukti berasal dari Allah, Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Qur’an kepada mereka, mereka berkata: “Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?” Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al Qur’an ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Al-A’raf (7): 203).
  6. Al-Qur’an sebagai obat penyakit jiwa, Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Yunus (10): 57). Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Al-Israk (17): 82). Dan jikalau Kami jadikan Al Qur’an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?”. Apakah (patut Al Qur’an) dalam bahasa asing, sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: “Al Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh”. (Fushshilat (41): 44).
  7. Al-Qur’an sebagai hukum/peraturan, Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Qur’an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. (Ar-Ra’du (13): 37).
  8. Al-Qur’an sebagai penjelas segala sesuatu, (Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (An-Nahlu (16): 89).

Demikianlah keterangan dan ketentuan Al-Qur’an terhadap eksistensinya sebagai kalam Allah, sebagai wahyu dan firman Allah yang Maha Alim/Mengetahui lagi Maha ‘Arif/Bijaksana. Hanya orang-orang mukmin yang paham hakikat Al-Qur’an sajalah yang paham, tahu, mengerti dan dapat memahaminya dengan sepenuh hati. Semoga menjadi pelajaran dari sumber yang paling pertama, utama dan esensil.

Penulis adalah Ketua Majlis Syura Dewan Dakwah Aceh & Dosen Fakultas Syari’ah UIN Ar-Raniry.

diadanna@yahoo.com

Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengapresiasi kinerja Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Aceh yang dinilai sangat efektif dan substansial dalam mendukung tegaknya syariat dan aqidah umat Islam di Aceh terutama di kawasan perbatasan.

Pernyataan itu disampaikan Nova saat menerima kunjungan silaturrahmi dan audiensi pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Aceh, di Ruang Kerjanya, Kantor Gubernur Aceh, Rabu (5/1).

Turut mendampingi gubernur, Kepala Dinas Syariat Islam Aceh EMK Alidar, Kepala Biro Keistimewaan dan Kesejahteraan Rakyat (Isra) Setda Aceh Usamah El Madny dan Staf Khusus Gubernur Aceh Wiratmadinata.

Menurut Nova, kerja nyata DDII Aceh cukup substantif, efektif dan bermanfaat besar bagi keberlangsungan syariat Islam di Aceh, melalui pendekatan yang mereka bangun, sehingga dapat membangkitkan kembali jiwa keislaman masyarakat Aceh khususnya di daerah perbatasan.

“Saya yakin sekali, bukan hanya output saja yang diberikan, namun juga input yang sudah mengubah eksistensi masyarakat terhadap dakwah, apalagi dakwah untuk mualaf dan zona-zona yang rentan (kristenisasi),” kata Nova.

Apalagi, selama ini, kata Nova, banyak sekali praktik buruk yang telah mengubah agama asli, budaya dan citra agama asal, untuk menggunakan agama tertentu, atau dikenal dengan istilah pemurtadan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.

Karenanya, Pemerintah Aceh mendukung penuh kegiatan organisasi dakwah paling terkemuka di Indonesia itu dalam menyiarkan Islam. Di samping hal tersebut juga menjadi tugas pokok utama Pemerintah Aceh dalam menjalankan kekhususannya, yaitu berlandaskan syariah di Bumi Serambi Mekkah ini.

Ketua DDII Aceh Dr Muhammad AR menyampaikan, sudah banyak kegiatan yang dilakukan pihaknya. Setidaknya sudah 18 kabupaten/kota sudah terbentuk kepengurusan organisasi DDII Aceh.

Selama ini terus melakukan kolaborasi dan bersinergi dengan dinas-dinas terkait, dalam memperkuat akidah umat, terutamanya bagi mereka yang berada di wilayah perbatasan Aceh.

Ia menambahkan, saat ini, DDII juga sedang membina 16 mualaf dari wilayah perbatasan Aceh dari Subulussalam, Aceh Singkil, dan Aceh Tenggara.

DDII Aceh juga, sedang mendorong gerakan dakwah dan wakaf, yang menyasar pengurus masjid di perbatasan.

Gerakan itu mendorong dana wakaf masjid digunakan untuk membeli lahan di perbatasan yang selama ini ditengarai digunakan untuk penyelewengan aqidah umat di sana.

“Jadi dananya tidak dihabiskan untuk kebutuhan masjid saja, tapi juga di gunakan untuk membeli lahan yang sebelumnya telah dikuasai oleh bukan pribumi setempat dan patut diduga menjadi lokasi pemurtadan, dan kita akan jadikan tanah yang dibeli itu menjadi wakaf produktif untuk umat Islam di perbatasan,” ujarnya. (IA)

Oleh Dr. Muhammad AR. M.ED

            Akhir tahun 2021 kita diramaikan oleh berita rudapaksa (pemerkosaan) anak gadis dibawah umur oleh 14 orang pemuda di Nagan Raya. Mungkin ini kado buat ibu dan bapak yang merasa lalai menjaga putra-putrinya, konon lagi yang masih sedang mencari patron kehidupan. Ini jelas bahwa institusi keluarga apakah secara umum di Indonesia ataupun di Aceh sudah sangat rapuh dalam mendidik generasi muda sehingga  persoalan-persoalan yang tidak kita bayangkan-pun akan terjadi. Inilah yang disebut dengan kata bijak dalam bahasa Inggris ”charity begins at home.”  Di sini dimaknakan bahwa  rumah tangga merupakan kekuatan utama dalam menentukan arah masa depan generasi muda ini. Maka dari itu hati-hatilah setiap rumah tangga memiliki pe er  besar untuk mendidik.

            Dalam tahun 2021  sedikitnya sudah tiga kali terjadinya pemerkosaan beramai-ramai terhadap anak dibawah umur di Aceh, namun para petinggi negara di Aceh belum berani  menjadikan issu ini sebagai bahasan utama dalam pemerintahan Aceh.  Jika kasus seperti yang terjadi di Bener Meriah (Februari 2021),  Langsa (Maret 2021) dan di Nagan Raya (Desember 2021) mau dijadikan issue central, maka  persoalan pemerkosaan, penelantaran, kekerasan terhadap anak mungkin tidak separah yang terjadi selama ini.  Kemungkinan besar, persoalan ini  belum menyentuh hati para elit, maka beginilah panorama yang dilakukan oleh para calon pemimpin yang akan memimpin  dua puluh tahun kedepan, yaitu para pemimpin yang bermental  pemerkosa.  Nanti mereka tidak segan-segan akan memaksa lawan politiknya, memaksa  lawan keyakinannya,  memaksa lawan jenisnya untuk ditidurinya, memaksa orang-orang yang tidak sehaluan dengan mereka, dan memaksa orang untuk berbuat maksiat secara beramai-ramai. Ini semua karena mengikuti pengalaman masa lalunya  mereka telah pernah diperkosa namun tidak diperbaiki kehidupannya dan nama baiknya dan demikian  juga para pemerkosa yang tidak dihukum dengan serius atas kejahatannya.

Anak adalah amanah Allah dan sebuah anugerah yang sangat berharga bagi orang  tua, karena itu jagalah amanah tersebut dengan baik, jagalah pendidikannya, jagalah ibadahnya, jagalah  lingkungannya, jagalah dengan siapa dia berkawan.  Anugerah Allah itu mahal sekali dan tidak dapat ditebus dan dibeli dengan harga triliun dan milyaran untuk mendapat seorang anak, karena itu syukurilah  anugerah tersebut, papahlah  pemberian tersebut,  jagalah ia dari dalam kandungan, sejak bayi hingga dewasa agar para predator, pemerkosa, peleceh,  tidak pernah menyentuhnya secara haram. Ini merupakan tanggung jawab rumah tangga  pada lini terdepan, kalau rumah tangga lalai dan ketiduran dalam melihat serta memperhatikan gerak gerik anak-anak, maka  jangan  terkejut ketika kasus meledak ke seantero negeri.  Jika  pengawasan rumah tangga rapuh dan bebas, maka para calon pemimpin bangsa  (bunga bangsa yang sedang berkembang) sekarang ini  akan terkulai layu sebelum masanya.  Institusi yang paling bertanggung jawab pada peringkat awal adalah  (household institution) yaitu ayah dan ibu. Jika mereka tidak memiliki ilmu, tidak memiliki  akidah yang sahih, dan tidak memiliki roh Islam dan kasih sayang terhadap anak manusia sejak kecil, maka ketuka mereka beranjak dewasa akan lepas dari pengawalan atau pengawasan.

Demikian pula tanggung jawab berikutnya adalah wujudnya caring society (masyarakat penyayang atau masyarakat yang saling peduli) terhadap moralitas anak bangsa dan jangan membiarkan mereka berbuat sesuatu yang melanggar aturan agama dan tatanan social di depan mata kita. Jika masyarakat Islam tidak lagi melakukan amar makruf nahy munkar, maka di kawasan itu tidak ada lagi  agama Islam.  Sebab, salah satu cri khas Islam adalah  saling menasehati terhadap kebenaran dan kesabaran. Lagi pula, salah satu peran agama Islam adalah  salng memberi nasehat. Jika nasehat tidak ada lagi atau tidak mau menerimanya, berarti  kita sudah keluar dari agama ini. Namun,  jika telah berlaku, maka akan sulit untuk memperbaikinya karena  nasehat dan pencegahan sudah kedaluarsa. Artinya nasi telah menjadi bubur.  Penyesalan selalu datangnya terlambat. Masa lalu jangan disesali, tetapi masa depanlah  yang harus disongsong dan diperbuat sebaik mungkin.  Oleh karena itu hidupkan nasehat, dan jagalah bersama anak-anak kita agar selamat dari narkoba, dari pergaulan bebas, zina, pemerkosaan, dan dekadensi moral.

Umat Islam seharusnya tidak terperosok ke dalam  lobang yang sama untuk kali kedua, apalagi kali ketiga.  Pengalaman buruk dan kegagalan seharusnya sebagai pemicu keberhasilan di masa berikutnya, demikian pula  jika  malapetaka yang pernah menimpa kita pada masa pertama atau masa lalu  karena akibat kesalahan kita sendiri, maka itu merupakan  guru yang paling baik dalam kehidupan kita. Artinya, cukup sekali kita merasakan pengalaman pahit dan memalukan dalam kehidupan. Jika kita terus gagal dan gagal,  tertimpa kehinaan, dan kemelaratan bertubi-tubi, artinya ada yang salah dalam kehidupan kita, karena itu mohonlah petunjuk Allah, bertobatlah kepada-Nya, mohonlah ampun kepada-Nya, dan bertaqwalah dengan sesungguhnya.  Jauhkan diri dari sifat kemunafikan dan kepura-puraan terhadap agama Allah, perintah Allah,  terhadap perintah Raulullah,  serta meninggalkan semua larangan agama secara totalitas. Jangan menyombongkan diri terhadap Allah swt karena Dia Maha Perkasa dan semua penguasa dan manusia ada dalam genggaman-Nya semuanya.

Kita memohon kepada pemerintah Aceh agar memperketat pengawasan terhadap eksistensi anak, lingkungan anak, pendidikan anak, dan  keinginan mereka demi  masa depan yang gemilang. Rasa kepedulian ini sangat diperlukan sejak dari tahap pemerintahan desa (kampung), kecamatan, kabupaten hingga ke propinsi. Maknanya negara harus benar-benar memperhatikan kelangsungan hidup generasi muda sejak dari kampung hingga ke kota. Negara bisa melakukan ini semua karena  mereka memiliki aparat (TNI –POLRI), Satpol PP dan WH., penegak hukum, memiliki dana yang cukup, dan  dapat melahirkan hukum-hukum yang tegas dan berat bagi pelaku kejahatan terhadap anak (generasi muda).  Disinilah harapan besar yang dapat kita harapkan kepada negara khususnya dalam mencegah berlakunya  kekerasan terhadap anak.

Pengawasan dan perlindungan terhadap anak harus nampak terlihat dan harus  eksis di kampung-kampung hingga ke kota-kota sehingga jika ada gelagat akan terjadinya ke arah rudapaksa, pedofil, kekerasan, penelantaran, ekploitasi, dan perdagangan anak, dengan mudah dapat diatasi.  Prevention is better than cure.  Demikian bunyi pepatah Inggris yang artinya upaya pencegahan lebih baik sebelum sesuatu terjadi. Upaya pendeteksi  segala kemungkinan buruk ini akan teratasi jika setiap kampung dan kota memiliki kepedulian, dan pengawasan di mana-mana. Dengan adanya pengawasan baik oleh ibu bapak, masyarakat, pemerintah dan badan-badan khusus yang berkecimpung terhadap perlindungan anak.

Dr. Muhammad AR. M.Ed

Komisioner Pengawasan dan Perlindungan Anak Aceh  (KPPAA).

Pengurus Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) Kota Langsa menggelar Kiswah (Kajian Istimewa Waktu Dhuha) edisi spesial sekaligus santunan anak yatim yang bertempat di masjid Zawiyah IAIN Langsa, Meurandeh, Kota Langsa, Jum’at (31/12/2021).

Acara yang dihadiri oleh mahasiswa IAIN Langsa dari Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Fakultas Syari’ah, Fakultas Ekonomi Bisnis Islam dan Fakultas Usluhuddin Adab dan Dakwah yang berjumlah 150 orang dengan mengambil tema “Peran Milenial terhadap Proxy War dalam Dunia Islam”. Selain itu acara tersebut juga turut mengundang penceramah yakni Dr. Tgk. Amri Fatmi Anziz, Lc., MA (Doktor Aqidah dan Filsafat Universitas Al-Azhar Kairo Mesir dan Khatib Masjid Istiqlal Jakarta)

Sejumlah Dosen IAIN Langsa dari berbagai fakultas turut hadir dalam acara tersebut dan juga dari pengurus IKAT, MES Kota Langsa, Pegadaian Syari’ah Kota Langsa, aktifis, dan segenap pengurus Dewan Da’wah Kota Langsa yaitu Syawaluddin Ismail, Lc.,MA, Muhammad Alwin Abdillah, Lc., L.LM, Rasyidin, MH, Muhammad Ihsan, MA dan Muhammad Firdaus, Lc.,M.Sh dan pengurus lainnya.

Ketua Panitia KISWAH Edisi Spesial, Afrizal Refo, MA mengatakan, KISWAH atau Kajian Istimewa Waktu Dhuha merupakan bagian dari kegiatan bidang Da’wah yang terlahir dari inisiasi beberapa pengurus Dewan Da’wah Kota Langsa yang konsen memberikan pemahaman ilmu Syari’at Islam kepada mahasiswa IAIN Langsa khususnya dan juga terbuka untuk umum. Oleh karenanya KISWAH kali ini menghadirkan Da’i Nasional dan juga Khatib Masjid Istiqlal Jakarta yakni Dr. Tgk. H. Amri Fatmi Anziz, Lc.,MA untuk menumbuhkan rasa silaturahmi dengan para mahasiswa generasi Milenial sebagai generasi Islam yang berakhlakul Karimah.

Afrizal Refo yang juga sebagai Sekretaris Dewan Da’wah Kota Langsa menyebutkan, lebih kurang 20 anak yatim piatu yang akan menerima santunan dan diberikan secara simbolis sebanyak 5 anak dalam acara tersebut. Santunan ini bantuan dari Pegadaian Syari’ah Kota Langsa yang di salurkan oleh Dewan Da’wah Kota Langsa.

Sementara itu, Ketua Dewan Da’wah Kota Langsa dan juga sebagai Dekan FEBI IAIN Langsa Dr. Iskandar Budiman, M.CL menyampaikan KISWAH merupakan bagian dari kegiatan Dewan Da’wah Kota Langsa yang rutin dilaksanakan setiap hari Kamis dan uniknya dilakukan pada waktu Dhuha sehingga diberi nama KISWAH yaitu Kajian Istimewa Waktu Dhuha. KISWAH diisi dengan materi kajian yang berbeda setiap Minggunya seperti Kajian Muamalah, Kajian Aqidah, Kajian Tafsir dan Hadits, Kajian Akhlak dan Tasawuf dan Kajian Sirah Nabawiyah.

Untuk itu Iskandar berharap, setiap bentuk program Dewan Da’wah Kota Langsa khususnya KISWAH harus tetap berjalan dan eksis dalam memberikan pemahaman Ilmu Syari’at Islam seperti Kajian Muamalah bagi generasi Milenial mahasiswa khususnya dan masyarakat kota Langsa umumnya, tegas Iskandar yang juga menjabat sebagai Ketua Mess Kota Langsa

Sementara itu Doktor Aqidah dan Filsafat Universitas Al-Azhar Kairo Mesir yang juga Da’i Nasional Dr. Tgk. Amri Fatmi Anziz, Lc., MA dalam Kajiannya menyampaikan dirinya merasa bersyukur dengan adanya KISWAH sebagai wadah untuk memberikan Pemahaman Islam dan daya tampung aspirasi bagi mahasiswa sebagai generasi Milenial. Karena dengan adanya KISWAH yang dilakukan rutin insya Allah akan melahirkan generasi muda Milenial orang-orang yang luar biasa dengan melakukan kegiatan-kegiatan pengajian rutin maupun kegiatan positif lainnya.

Pada kajian KISWAH yang dimoderatori Muhammad Firdaus, Lc., M.Sh ini, Ustaz Dr. Amri Fatmi Anziz menyebutkan bahwa salah satu proxy war yaitu mental generasi muda yang mudah dirusak dengan narkoba. Untuk merusak sebuah bangsa, tidak perlu dengan serangan militer.

“Cukup dengan cara merusak generasi muda. Kalau generasi muda rusak, hancurnya sebuah bangsa hanya menunggu waktu,” ujarnya.

Bukan hanya dengan narkoba, mental generasi muda Milenial juga dirusak dengan budaya asing melalui teknologi semisal game online. Konten game online yang berisi kekerasan bahkan pornografi tidak sesuai dengan nilai luhur bangsa.

“Itulah perang asimetris atau perang proxy war. Perang yang diwakili. Perang modern ini bukan hanya perang dengan senjata, termasuk perang ideologi, perang dagang. Semua ingin dirusak oleh bangsa asing,” jelasnya.

Pada kesempatan itu Dr. Amri Fatmi Anziz juga menyampaikan bahwa generasi Milenial sebagai Agent of Change, orang-orang yang bertindak sebagai katalis atau pemicu terjadinya sebuah perubahan.

Pemuda juga ibarat generator, yang memiliki medan magnet, bergerak kencang mampu menggerakkan roda-roda kehidupan. Sebagai generasi penerus; melanjutkan dan meneruskan perjuangan dan pembangunan serta tanggung jawab yang telah diamanahkan untuk mewujudkan transformasi nilai-nilai Islam dalam semua aspek kehidupan.

“Sebagai generasi muda muslim yang harus dilakukan adalah untuk memperkuat aqidah memperdalam kajian keislaman. Kemudian mendakwahkan, melalui ceramah-ceramah di mesjid maupun melakukan dakwah dengan media sosial.

Begitu juga bagi pemerintah harus merangkul anak muda dan memberikan ruang dalam pembangunan sehingga mereka tidak salah dalam menempatkan diri, sehinggat tidak terjerumus ke dalam pengaruh narkoba dan pergaulan bebas.

Pemerintah harus mampu melihat potensi pemuda dimana mereka sangat dekat dengan dengan media sosial, maka mereka harus diajak melakukan dakwah melalui media sosial dengan memanfaatkan kemajuan teknologi ini.

Untuk itu, ia juga menyarankan agar setiap pribadi muslim khususnya generasi Milenial dapat mengamalkan ajaran dan perintah dalam Alquran sesuai ‎dengan pekerjaannya sehari-hari, mulai dari mahasiswa, guru, pedagang, pengusaha, pejabat, pegawai, aparat negara hingga kalangan wartawan sekalipun.

“Marilah setiap kita belajar dan mempelajari Alquran sebagai pedoman hidup bagi kita semuanya sehingga kita tidak tersesat selamanya dan menjaga ibadah shalat kita. Mari kita amalkan dan pegang erat-erat sesuai dengan diri kita‎. Insya Allah dengan berpedoman pada Alquran, selamatlah hidup kita saat di dunia dan akhirat kelak saat diminta pertanggungjawaban oleh Allah,” ungkap Ustaz Amri Fatmi Anziz.