Afrizal Refo, MA

Oleh Afrizal Refo, MA (Dosen PAI IAIN Langsa, Sekretaris Dewan Da’wah Kota Langsa)

Hujan Bukan Musibah, Tapi Anugerah Terbaik dari Allah, Alhamdulillah, dalam beberapa hari ini, beberapa daerah di Indonesia mengalami hujan, khususnya di Kota Langsa, hujan turun sejak 28 Februari 2023 hingga sore ini 1 Maret 2023.

Hujan yang mengguyur Kota Langsa dan sekitarnya sering mengakibatkan banjir dan air akan menggenangi badan jalan dalam beberapa hari, meskipun demikian, aktivitas masyarakat tetap berjalan lancar.

Dalam Islam, hujan disebut sebagai berkah yang diturunkan oleh Allah. Namun, hujan juga bisa berubah menjadi bencana jika turun dengan intensitas tinggi dalam waktu cepat yang mengakibatkan banjir atau longsor.

Ketakutan akan terjadinya bencana membuat sebagian orang mengeluh, mengeluh dalam Islam adalah sesuatu yang dilarang. Islam mengajarkan bahwa air hujan adalah rahmat dan rezeki yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.

Dengan hujan, kondisi bumi yang semula tandus dan gersang menjadi subur. Dengan hujan pula, air untuk kebutuhan pertanian seperti sawah, dan kebutuhan makhluk hidup lainnya akan air dapat terpenuhi. Oleh karena itu, sudah sepantasnya manusia bersyukur jika hujan turun.

Hujan adalah Rahmat bagi Manusia

Hujan yang turun ke bumi dalam Islam disebut sebagai rahmat. Allah SWT menegaskan hal ini dalam al-Qur’an.
Artinya: “Dan dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan dialah yang maha pelindung lagi maha terpuji.” (QS. Asy-Syura: 28)

Hujan tidak hanya dibutuhkan oleh manusia, tetapi seluruh makhluk. Selain menjadi minuman, juga menyuburkan tanah, dan menyehatkan ternak, seperti firman Allah SWT dalam al-Qur’an.

“Dia-lah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.” (QS. An-Nahl: 10).

Hujan adalah rahmat Allah SWT, tentu kita dilarang mencela hujan dan angin. Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kamu mencaci maki angin,” (HR Tirmidzi)

Allah SWT yang mengatur waktu, cuaca dan seluruh alam semesta ini. Sehingga mencela dan memaki, berarti mencela Allah SWT yang telah mengaturnya.

Bagaimana jika hujan turun terus menerus tanpa henti? kita bisa berdoa kepada Allah yang mengatur hujan agar dialihkan dari kita, dengan doa sebagai berikut:

“Ya Allah, hujanilah di sekitar kami, jangan kepada kami , Ya Allah. Berilah hujan ke daratan tinggi beberapa anak bukit, perut lembah dan beberapa tanah yang menumbuhkan pepohonan,” (HR Bukhari Muslim).

Oleh sebab itu kita diperintahkan jangan pernah mencela hujan, karena hujan merupakan karunia dari Allah dan tentunya ada hikmah ketika hujan diturunkan.

Misalkan bagi petani hujan merupakan sesuatu yang ditunggu-tunggu, karena dengan air hujan yang cukup maka sawah dan ladang mereka akan tersirami tanpa harus disirami secara manual. Jika musim kemarau terkadang hampir berbulan-bulan merasakan kesulitan air dan mengalami kekeringan.

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran surat Qaf disebutkan, bahwa hujan merupakan air yang diturunkan dari langit dan penuh keberkahan.

“Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen.” (QS. Qaf: 9)

Allah Ta’ala juga berfirman dalam Al Qur’an bahwa hujan yang turun ke bumi sebagai rahmat yang diperlukan untuk seluruh makhluk.

“Dan Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Maha Pelindung, Maha Terpuji.” (QS. Asy-Syura: 28).

Hujan memang bisa membawa berkah, namun ia juga bisa mendatangkan bencana. Agar terjauh dari bencana dan petaka dari hujan dan cuaca buruk serta selalu mendapat berkah darinya, ada baiknya umat Islam memanjatkan doa seperti Nabi Muhammad SAW. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ : اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا

“Adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam apabila melihat hujan beliau berdoa: Allaahumma shayyiban naafi’aa (Ya Allah, jadikan curahan hujan ini yang membawa manfaat kebaikan.” (HR. Al-Bukhari).

Hikmah diturunkan hujan.

Beberapa hikmah hujan sebagaimana disunahkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut:

Pertama, Waktu Mustajab, waktu terbaik untuk berdoa adalah saat turun hujan. Hal ini seperti disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam hadis dari Sahl bin Sa’d.

“Do’a-do’a yang tidak akan ditolak, yaitu doa ketika adzan dan doa ketika turunnya hujan.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi).

Kedua, Berkah dari Langit, Rasulullah SAW mengambil berkah saat turunnya hujan. Hal ini dilakukan dengan menyikap baju hingga dibasahi air hujan.

Perbuatan tersebut menurut an-Nawawi dilakukan Nabi untuk mengambil berkah dari hujan yang diturunkan oleh Allah SWT. Sunah ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Abu Dawud yang artinya sebagai berikut:

“Ia berkata: Nabi ketika melihat hujan, beliau membuka bajunya. (Riwayat lain dari Imam) Abu Dawud, (Anas) berkata: Nabi menyingkap pakaiannya hingga terkena guyuran hujan.”

“Kami berkata: Ya Rasulullah, kenapa tuan berbuat seperti ini? Rasulullah menjawab: Karena hujan merupakan rahmat yang diberikan Allah” (Riwayat Imam Abu Bakr, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002, h. 170).

Ketiga, Berwudhu dengan Air Hujan, air hujan termasuk air yang suci dan bisa menyucikan. Ia bisa digunakan untuk berwudu dan membersihkan najis.

Pada suatu kesempatan saat turunnya hujan Rasulullah SAW memerintahkan pada sahabatnya untuk bersuci.

“Keluarlah kalian (para sahabat) bersama kami menuju air ini (air hujan) yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk bersuci. Kemudian kami bersuci dengan air ini dan memuji Allah atas nikmat yang diberi.” (HR. Al-Baihaqi)

Itulah tiga sunah saat turun hujan yang jarang dilakukan bahkan sama sekali ditinggalkan oleh umat Islam. Mari kita amalkan sebagai bentuk cinta dan meneladani Rasulullah Muhammad SAW.

Dari penjelasan singkat diatas menunjukan bahwa hujan anugerah terbaik Allah. Kewajiban manusia adalah memperbaiki mind set / pola pikir, dan hati agar selalu berbaik sangka pada Allah jangan sampai berburuk sangka kepada Allah, dengan turunnya hujan hal ini penting karena berkaitan dengan keimanan .

Dan kita sebagai orang muslim memanjatkan doa sebagai ungkapan syukur dan juga rasa nikmat kita kepada Yang Maha Kuasa.
Semoga Allah menurunkan hujan menjadi anugerah bukan musibah. Wallahu a’lam bishowab.


Oleh Afrizal Refo, MA

Ada Apa Dengan Bulan Syakban? Bulan Sya’ban merupakan salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT dan diagungkan dalam Islam.

Sya’ban adalah bulan kedelapan yang terletak ditengah-tengah antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan dalam tahun Hijriyah, dan karena inilah Nabi SAW menyebut dalam sabdanya bahwa Sya’ban sering kali dilalaikan umatnya yaitu banyak orang yang lengah akan amalan yang bisa dikerjakan pada bulan Syaban.

Padahal Rasulullah SAW mengatakan bahwa Sya’ban adalah bulan istimewa, di mana amal perbuatan manusia dilaporkan kepada Allah SWT. Dengan begitu, seharusnya kaum muslim berlomba-lomba dalam memperbanyak amal baik sebelum diserahkan kepada-Nya.

Bulan ini dinamakan bulan Sya’ban karena di saat penamaan bulan ini banyak orang Arab yang berpencar-pencar mencari air atau berpencar-pencar di gua-gua setelah lepas bulan Rajab.

Ibnu Hajar Al-‘Asqalani mengatakan: “Dinamakan Sya’ban karena mereka berpencar-pencar mencari air atau di dalam gua-gua setelah bulan Rajab Al-Haram. Sebab penamaan ini lebih baik dari yang disebutkan sebelumnya. Dan disebutkan sebab lainnya dari yang telah disebutkan.” (Fathul-Bari (IV/213), Bab Shaumi Sya’ban)

Keutamaan Bulan Sya’ban

Bulan ini memiliki banyak keutamaan. Rasulullah SAW mengisinya dengan memperbanyak berpuasa, sedekah, membaca Alquran dan ibadah lainnya di bulan ini sebagai persiapan menghadapi bulan Ramadhan.

Ada beberapa keutamaan yang dimiliki oleh bulan Sya’ban, sebagai berikut:

Pertama, Penuh Pengampunan dari Allah SWT.

Mu’adz bin Jabal meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Allah akan mengumumkan kepada manusia, bahwa Dia akan mengampuni orang-orang yang mau beristighfar, kecuali kepada orang-orang yang menyekutukan-Nya, juga orang-orang yang suka mengadu domba (menciptakan api permusuhan) terhadap saudara muslim.” (HR Thabrani & Ibnu Hibban)

Kedua, diserahkannya Buku Amal Perbuatan Manusia kepada Allah SWT.

Usamah bin Zaid bertanya kepada Nabi SAW: Artinya: “Wahai Rasulullah SAW, saya lihat engkau lebih bersemangat (lebih rajin) berpuasa di bulan Sya’ban ini dibanding bulan-bulan lainnya, mengapa?” Rasul SAW menjawab, “Karena Sya’ban ini bulan agung, yang banyak dilupakan orang, padahal di bulan inilah amal perbuatan manusia akan dinaikkan (dilaporkan) ke hadirat Allah SWT. Karena itu, aku ingin (lebih senang) bila di saat amalan-amalan itu diangkat (dihadirkan kepada Allah), maka aku dalam keadaan puasa.” (HR Nasa’i)

Ketiga, bulan Kegemaran Rasul SAW untuk Puasa.

Riwayat dari Aisyah, ia berkata: Artinya: “Rasulullah SAW berpuasa hingga beliau mengatakan jangan berbuka dan berbuka hingga mengatakan jangan berpuasa (maksudnya selang-seling). Saya tidak melihat Rasulullah SAW berpuasa lengkap sebulan penuh kecuali di bulan Ramadan. Dan saya tidak melihat yang banyak dipuasai Rasulullah SAW kecuali di bulan Sya’ban.” (H Bukhari, Muslim, & Abu Dawud)

Allah SWT membuka pintu-pintu kebaikan dan menurunkan berkah-Nya pada bulan Sya’ban. Dalam kitab ‘al-Ghunyah oleh Quthbur Rabbani Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, diterangkan bahwa Allah SWT senantiasa memilih satu dari empat hal. Allah memilih empat bulan yaitu bulan Rajab, Sya’ban, Ramadhan dan Muharram, dan Allah mengutamakan untuk memilih Sya’ban.

Allah SWT kemudian menjadikan bulan Sya’ban sebagai Syahrun nabi bulannya Rasulullah SAW. Maka bulan Sya’ban pun menjadi afdhalus syuhur sebagaimana posisi Rasulullah sebagai afdhlul ambiya’. Mengenai bulan Sya’ban ini, seorang ulama pernah berkata Sya’ban adalah perantara antara Rajab dan Ramadhan.

Maka jagalah ketaatan selama berada di dalamnya (falyaghtanim at-th’at fiha). Dalam konteks menjaga ketaatan inilah, Rasulullah SAW kemudian menyampaikan hadis yang cukup terkenal dikalangan kaum muslimin.

Diceritakan pada suatu ketika Rasulullah memberikan mauidhah kepada seorang lelaki yang ternyata adalah Abdbullah bin Umar bin Khattab.

Rasulullah SAW berkata jagalah lima perkara sebelum datangnya lima yang lainnya, masa mudamu sebelum masa tuamu. Sehatmu sebelum masa sakitmu. Kayamu sebelum datang miskinmu. Kelonggaranmu sebelum waktu sempitmu dan hidupmu sebelum matimu.

Pekerjaan kita di sekolah, kampus, kantor, perusahaan, kebun, tambak, dan lainnya terkadang menyita banyak perhatian kita ini, sampai-sampai kita lupa bahwa bulan Ramadhan akan segera tiba, padahal begitu banyak persiapan yang harus kita lakukan untuk menyambutnya, salah satunya adalah bekal ilmu dalam menghadapi bulan Ramadhan.

Amalan di Bulan Sya’ban

Berikut penulis rangkum amalan-amalan yang dilakukan di bulan Sya’ban:

Pertama, persiapan menyambut Ramadan.

Persiapan paling utama adalah ILMU DIIN, pengetahuan terkait amaliyah di bulan Ramadhan. Sebagian orang ada yang cuma tahu Ramadhan adalah saatnya puasa, yang dilakukan adalah menahan lapar dari terbit fajar Shubuh sampai tenggelam matahari, cuma itu saja yang ia tahu.

Saatnya sahur, berarti makan sahur, saatnya berbuka, pokoknya berbuka. Bertahun-tahun hanya diketahui seputar hal itu saja. Sampai-sampai ia hanya puasa namun tidak menjalankan shalat sama sekali di bulan Ramadhan.

Selain puasa dari sisi rukun seperti tadi yang kita jalankan, ada juga amalan sunnah terkait puasa seperti mengakhirkan makan sahur dan menyegerakan berbuka puasa. Juga ada amalan shalat tarawih, membaca Alquran, sedekah, dan hal lainnya.

Kedua, memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban.

Kata Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, no. 1969 dan Muslim, no. 1156).

Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah dalam Lathaif Al-Ma’arif mengatakan, “Di antara rahasia kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak berpuasa di bulan Sya’ban karena puasa Sya’ban adalah ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib).

Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa Sya’ban. Karena puasa di bulan Sya’ban sangat dekat dengan puasa Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan. Dan puasa ini bisa menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan.”

Ketiga, membayar utang puasa sebelum masuk bulan Ramadhan.

Kata Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Aku dahulu punya kewajiban puasa. Aku tidaklah bisa membayar utang puasa tersebut kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, no. 1950 dan Muslim, no. 1146).

Keempat, ulama menganjurkan untuk memperbanyak membaca Alquran sejak bulan Sya’ban untuk lebih menyemangati membacanya di bulan Ramadhan.

Salamah bin Kahiil berkata, “Dahulu bulan Sya’ban disebut pula dengan bulan para qurra’ (pembaca Alquran).”

Kelima, jauhi perbuatan syirik dan amalan yang tidak ada tuntunan di bulan Sya’ban atau menjelang Ramadhan seperti: mengkhususkan bulan Sya’ban untuk kirim doa pada leluhur, mengkhususkan ziarah kubur pada bulan Sya’ban sebelum masuk Ramadhan dan juga beribadah khusus hanya di malam nisfu Sya’ban.

Ingatlah!
Abu Bakr Al-Balkhi berkata,

شَهْرُ رَجَبٍ شَهْرُ الزَّرْعِ ، وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ سَقِيِّ الزَّرْعِ ، وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ حَصَادُ الزَّرْعِ .

“Bulan Rajab saatnya menanam. Bulan Sya’ban saatnya menyiram tanaman dan bulan Ramadhan saatnya menuai hasil.”

Semoga jadi amalan penuh berkah di bulan Sya’ban dan kita dimudahkan berjumpa dengan bulan penuh berkah, yakni bulan Ramadhan.

Demikian beberapa amal ibadah yang bisa penulis sebutkan pada artikel ini. Mudahan kita bisa mengoptimalkan latihan kita di bulan Sya’ban untuk bisa memaksimalkan ibadah kita di bulan Ramadhan. Mudahan bermanfaat. Aamiiin.

Penulis: Dosen Pendidikan Agama Islam IAIN Langsa dan Sekretaris Umum Dewan Da’wah Kota Langsa.

Afrizal Refo, MA

Oleh Afrizal Refo, MA (Dosen PAI IAIN Langsa, Sekretaris Dewan Da’wah Kota Langsa)

Isra’ Mi’raj sebagai momentum memperbaiki kualitas ibadah shalat, Shalat merupakan salah satu ibadah yang paling utama dalam hubungan antara manusia dengan Allah SWT.

Shalat juga merupakan ibadah yang pertama kali diperiksa oleh Allah SWT. Baik ibadah shalat kita maka baik pula ibadah yang lain sehingga ibadah Shalat menjadi tolok ukur bagi kita sebagai hamba-Nya.

Shalat memiliki kedudukan yang sangat penting dan mendasar dalam Islam, yang tidak bisa disejajarkan dengan ibadah-ibadah yang lain.

Kita sebagai umat Islam berkewajiban untuk mengerjakan shalat lima waktu dalam sehari semalam. Kewajiban ini ditanggungkan oleh Allah kepada hamba-Nya ketika terjadinya peristiwa besar Isra mikraj. Kita mungkin dalam mengerjakan shalat masih belum khusyuk, tergesa – gesa. Bahkan banyak dari kita yang terbiasa menunda – nunda waktu shalat. Banyak juga dari kita yang mengesampingkan keutamaan shalat berjamaah. Oleh karena itu, peringatan Isra mikraj bisa kita jadikan momentum untuk memperbaiki kualitas shalat lima waktu kita.

Shalat adalah rukun Islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat. Shalat ini mencakup berbagai macam ibadah, seperti : dzikir kepada Allah, membaca Alquran, berdiri menghadap Allah, rukuk, sujud, do’a, tasbih dan takbir.

Allah SWT berfirman,

“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”(QS. An-Nisa : 103).

Terdapat sebagian fenomena yang patut disayangkan, yaitu adanya sebagian orang yang masih dengan mudah meninggalkan shalat tanpa ada rasa bersalah sedikitpun baik dikalangan remaja, dewasa dan juga orang tua, selain itu juga ditemukan orang yang sakit masih tidak melaksanakan shalat kecuali dia akan shalat diwaktu sembuh dari sakitnya. Padahal Allah telah memberikan rukhsah kepada hamba-Nya untuk mengerjakan shalat lima waktu dalam berbagai kondisi baik itu waktu perjalanan, sakit maupun peperangan sekalipun.

Melihat fenomena diatas ini adalah kesalahan yang sangat besar, jika banyak kaum muslimin telah meninggalkan shalat karena ketidaktahuannya dan sikapnya yang tidak bertanya kepada orang yang mengetahui ilmunya.

Allah SWT berfirman,

“Maka,bertawakalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.’’ [At-Taghabun: 16].

Sejarah Isra dan Mikraj

Dalam kitab Sirah Nabawiyah ar-Rahiq Al-Maktum karya Syeikh Syafiyurrahman Al-Mubarakfuri disebutkan tentang kisah Isra Miraj yang dialami Nabi Muhammad SAW. Dalam peristiwa Isra Mi’raj tersebut ada sebuah kisah tentang sejarah diperintahkan shalat lima waktu.

Shalat wajib bagi umat Islam adalah lima waktu dalam satu hari. Tapi, awalnya, Nabi Muhammad mendapatkan perintah dari Allah tersebut bukan lima waktu, melainkan 50 waktu.

Lima waktu shalat adalah bentuk dispensasi shalat dari Allah SWT, lantas bagaimana kisahnya?

Isra mi’raj sendiri terjadi pada 27 Rajab di masa kesepuluh kenabian. Dalam perjalanan tersebut Nabi diperlihatkan oleh Allah SWT betapa indahnya surga, lengkap dengan pelbagai hal yang membuat bahagia. Beliau juga diperlihatkan kondisi neraka, lengkap dengan kejadian mengerikan yang dialami oleh mereka yang mendapatkan

Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad pada malam hari dari Mekah menuju Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa di Palestina. Sementara Mikraj adalah perjalanan Nabi diangkat menuju langit ketujuh, Sidratul Muntaha, langit tertinggi yang tak dapat dijangkau oleh makhluk apa pun dan berjumpa dengan Allah SWT.

Perjalanan yang sangat jauh itu dialami Rasulullah dalam waktu yang sangat singkat. Ayat Al Quran yang membenarkan perjalanan Isra Miraj tersebut salah satunya Surat Al Isra ayat 1, Allah SWT berfirman:

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Israa:1)

Melihat perjuangan dan pengorbanan nabi Muhammad SAW dalam momentum Isra’ Mi’raj ini, semoga kita dapat meningkatkan kualitas ibadah shalat kita sebaik mungkin, sehingga dapat meningkatkan takwa kepada Allah swt.

Dari ulasan diatas sudah seharusnya sebagai seorang muslim kita harus menaruh perhatian yang sangat besar dalam menjalankan Shalat dengan sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab, dan bukan sekedar rutinitas atau penggugur kewajiban.

Dengan demikian kita akan menjadi orang-orang yang akan mewarisi surga Firdausnya Allah dan Insya Allah kekal di dalamnya. Aaminn.

Afrizal Refo, MA

Oleh : Afrizal Refo, MA

Valentine Day yang dirayakan setiap tanggal 14 Februari merupakan salah satu momen yang sering digunakan untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya.

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)”. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”. (QS. Al-Baqarah [2]: 120).

Islam adalah agama yang lengkap, yang bukan hanya sekedar agama. Lebih dari itu, Islam adalah sistem nilai sekaligus sistem hidup.

Bagi sebagian orang, Islam adalah pembebas, Islam adalah penyelamat. Akan tetapi bagi sebagian orang yang telah aman dan mapan dengan sistem yang telah dianutnya, Islam adalah ancaman. Bukan hal yang luar biasa jika begitu banyak sikap antipati terhadap Islam. Sejak Islam lahir pun sudah begitu. Berbagai cara digunakan untuk menghancurkanya. Melalui cara terang-terangan atau dengan cara diam-diam.

Upaya paling efektif dan tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk menghancurkan Islam salah satunya adalah dengan mengaburkan ajaran Islam.

Samuel Zwemer dalam konferensi al Quds untuk para pastur pada tahun 1935 mengatakan: “Sebenarnya tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang Islam dari agamanya menjadi pemeluk agama kalian. Akan tetapi menjauhkan mereka dari agamanya (Al-Qur’an dan Sunnah)”.

Salah satu momen yang sering digunakan untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya adalah valentine day.

Di era modern ini banyak hal atau budaya barat yang masuk ke Indonesia. Salah satunya melakukan atau merayakan hari valentine yang sering disebut juga dengan hari kasih sayang.

Banyak pemuda-pemudi sekarang yang merayakan hari valentine, karena mereka tidak mau dikatakan anak kuper. Hari valentine ini biasanya identik dengan pemberian coklat, bunga, atau kado.

Seiring dengan masuknya beragam gaya hidup barat ke dunia Islam, perayaan hari valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat, terutama dari kalangan remaja ABG.

Bertukar bingkisan valentine, semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya, menyemarakkan suasana valentine setiap tahunnya, bahkan di kalangan remaja muslim sekali pun.

Apalagi sekarang adalah bulan dimana mereka merayakan hari tersebut. Mereka merayakan hari valentine dengan memberikan coklat ataupun hal lainnya kepada pasangan atau kekasih mereka Padahal harga untuk membeli kado kado tersebut pun harganya tidak murah. Bahkan mereka membelinya pun masih meminta uang kepada orang tua mereka. Untuk sekedar membelikan kado kepada pasangan mereka di hari valentine.

Merayakan hari valentine memiliki banyak dampak negatif. Dampak nya pun tidak hanya satu tetapi banyak sekali. Dampak yang pertama mengakibatkan hidup boros atau menghambur hamburkan uang. Yang kedua tidak sesuai dengan syariat agama islam. Efek negatif dari valentine lebih banyak terjadi, terutama freesex. Mengkonsumsi narkoba juga merupakan dampak dari merayakan valentine.

Dan bagi teman-teman terutama yang remaja sebaiknya sebelum kita memperingati atau merayakan sebaiknya kita pelajari dulu dan pahami apa yang akan kita lakukan. Jadi jangan asal ikut-ikutan sesuatu yang kita tidak tahu asal-usulnya. Padahal hari perayaan valentine dapat digunakan untuk merusak aqidah orang-orang Muslim agar berbuat maksiat.

Jauhnya umat dengan Islam membuat umat muslim seakan asing dengan agamanya. Hingga rela beraktifitas dengan sesuatu yang tak ada dalam ajaran Islam.

Sekularisme telah membawa kaum muslim tidak paham dengan ajaran agamanya sendiri. Jadilah orang muslim dan orang kafir melakukan hal yang sama, mirisnya umat muslim yang terseret dalam keyakinan umat agama lain.

Sistem sekularisme sukses menjadikan umat muslim tak mengenal islam. Inilah yang menjadi tujuan orang kafir agar Islam terlempar jauh kehidupan umatnya.

Berbagai perayaan digelar dengan sengaja agar umat muslim turut serta didalamnya. Parahnya perayaan tak sekedar perayaan, tapi ada latar belakang terhadap sebuah keyakinan agama tertentu.

Keberadaan negara yang menerapkan sistem buatan manusia telah mencetak kaum muslim yang anti terhadap ajaran agamanya sendiri. Sistem pemisahan kehidupan dari agama telah terbukti tidak bisa menjaga umat. Oleh karena itu keberadaan sistem Islam memanglah sangat dibutuhkan. Hanya sistem islamlah yang akan menjaga akidah umat agar tetap lurus.

Sejarah Valentine Day

Valentine day jatuh pada tanggal 14 Februari. Valentine day seakan-akan menjadi perayaan universal bagi seluruh umat manusia, tidak peduli latar belakang agamnya. Apakah ia beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha, dll.

Valentine day tak ubahnya hari maksiat sedunia. Kasih sayang yang ditawarkan tak ubahnya seperti racun yang dipolesi dengan manis oleh madu. Membunuh secara perlahan, dan kita terkadang tidak merasakannya.

Patutkah budaya yang sama sekali tidak kita kenal untuk kita ikuti tanpa melihat asal-usul timbulnya budaya tersebut?

Hari Kasih sayang (Valentine’s day) bermula pada tanggal 14 februari 269 M, Santo Valentine seorang pendeta harus menerima hukuman pancung dari penguasa (raja) Claudus II Ghotikus melalui tangan-tangan Algojonya.

Santo Valentine dianggap melanggar ketentuan imperium, yakni ia telah berani menikahkan sepasang remaja yang sedang merasakan kisah-kasih yang menyenangkan secara diam-diam (back street).

Tindakan pendeta Valentine tersebut akhirnya diketahui oleh pihak kerajaan. Padahal sudah ada ketentuan pada masa itu, para remaja yang single dilarang untuk menikah dulu karena mereka dibutuhkan untuk menjadi prajurit yang tangguh. Prajurit yang belum menikah dianggap memiliki prestasi yang baik dimedan pertempuran.

Pada tanggal 14 Februari 296 M, dikota Cisalpine Gaul, tepatnya di jalan Flaminia. Pihak gereja telah menobatkan Santo Valentine sebagai pahlawan yang telah melindungi orang yang saling mencintai. Paus St. Julius I telah membuatkan bangunan kehormatan untuk menghormati Santo Valentine tersebut.
Paus Galesium I adalah pelopor pencetus peringatan hari kasih sayang pertama tahun 496 M

Menyikapi Valentine Day

Sejarah Valentine di atas menjelaskan kepada kita apa dan bagaimana valentine day itu, yang tidak lain bersumber dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor. Bahkan tak ada kaitannya dengan kasih sayang.

Lalu kenapa kita masih juga menyambut hari valentine? Adakah ia merupakan hari yang istimewa? Adat kebiasaan? Atau hanya ikut-ikutan semata tanpa tahu asal muasalnya? Bila demikian, sangat disayangkan banyak teman-teman kita -remaja putra-putri muslim – yang terkena penyakit ikut-ikutan mengikuti budaya Barat dan acara ritual agama lain. Padahal Allah SWT berfirman:

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawabnya? (QS. Al-Isra’ [17]: 36).

Sungguh sangat jelas sikap yang harus diambil oleh kaum muslimin, bahwa merayakan valentine berarti meniru budaya kufur kaum lain, padahal kita dilarang untuk mengekor, mengambil cara hidup yg lahir dari akidah selain Islam, seperti valentine day.

Sudah cukup kita hanya mengambil pandangan hidup yang terlahir dari akidah Islam karena sudah jelas bahwa Islam adalah agama yang sempurna sebagaimana diterangkan Allah swt dalam Qur’an surah Al-Maidah ayat 3 :
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu??

Maka apalagi yang kita tunggu selain meninggalkan bentuk acara valentine day itu, marilah serkarang kita mulai meninggalkan sesuatu yang memang wajib diingkari, dan memulai untuk berusaha menerapkan ajaran-ajaran Islam, memilih-milih mana perkara yg tdk bertentangan dengan Islam kita ambil, sementara perkara yg bertentangan dengan Islam kita tolak dan tinggalkan

Ikut valentine day berarti menghancurkan kepribadian dan karakter kita sendiri, kepribadian muslim. Maka dari itu jauhilah kebiasaan yang jahiliyah, yang dapat merusak kepribadian kita, merusak keIslaman kita. Jika generasi muda muslim telah rusak, maka Islam ini akan mudah dihancurkan.

Kita sebagai muslim memiliki karakter dan kepribadian yang khas dan istimewa berdasarkan teladan Rasulullah SAW. Tanggung jawab kita adalah menyerap, mengamalkan dan memeliharanya.

Jadi, mengapa harus mengambil kepribadian orang lain yang belum tentu baik, atau bahkan nyata keburukannya? Jauhilah dan say Good Bye! Wallahu A`lam.


Oleh Prof.Dr.Muhammad AR.M.Ed

Orang kadang-kadang, dalam rangka mencari popularitas apapun dilakukannya walaupun orang lain tersakiti atau dirugikan. Katakan saja seperti Rasmus Paludan, politikus ekstrim kanan di Swedia dan Denmark.

Dulu dari Belanda ada juga seperti Geert Wilders dan juga Arnold, Joram van Klaveren, dan juga politisi sayap kanan Belanda.

Nasib baik, yang terakhir sudah menjadi muallaf (Arnold, Joram van Klaveren). Tinggal satu lagi Geert Wilders yang belum dapat hidayah.

Mungkin salah satu tindakan yang mereka lakukan adalah mencari popularitas disamping ingin mencari sensasi dengan memunculkan islamophobia kepada masyarakat dunia.

Memang aneh-aneh sekali cara mencari popularitas, namun setelah itu harus mengurung diri, jadi untuk apa populer kalau hidup bersembunyi di rumah atau dalam tahanan.

Misalnya, Salman Rushdi, warga negara Inggris, keturunan India yang menulis buku Aya-ayat Setan, tetapi hidupnya terancam hingga ke akhirat. Malah baru- baru ini ketika Salman Rushdi sedang berdiskusi di Institut Chautauqua, New York tiba-tiba ia ditikam hingga 15 kali di leher dan perutnya oleh Hadi Matar, 24 tahun berasal dari Fairview, New York.

Apakah Hadi menuruti Perintah alm Ayatullah Ruhullah Khomeiny untuk mendapatkan 1 Juta Dolar US atau memang membela agama atau ingin popularitas.

Kenapa ini bisa berlaku semuanya, mungkin tidak ada hukum yang berat bagi peleceh keyakinan, penghina agama, penista agama dan termasuk kepada pendusta agama. Ini berlaku di seluruh dunia, bukan hanya di Eropa, Amerika, Australia atau Indonesia sekalipun.

Memang antara Eropa dan Indonesia tidak ada bedanya tentang how to implement the law dengan adil dan sesuai undang-undang.

Hampir semua negara Eropa yang nota benenya negara beradab menurut pengakuan mereka sendiri menolak rasisme, intolerance, dan mengutamakan demokrasi dan toleransi. Namun yang terjadi sangat kontroversi dengan undang-undangnya.

Seperti yang dilakukan oleh Rasmus Paludan dan antek anteknya islamophobia. Mungkin kita melihat negara-negara yang menganggap dirinya maju dan beradab, seperti Swedia, Denmark. Icelandia dan Belanda. Ternyata sangat subur untuk anti Islam dan agama lainnya.

Malah yang paling celaka lagi sudah tau itu perbuatan melanggar hukum, namun dikawal polisi dengan ketat, seolah olah para pelanggar hukum bebas melaksanakan kegiatannya dibawah penjagaan pihak berwajib.

Mungkin inilah yang membiadabkan Eropa dalam hal kebebasan untuk menghina agama lain atau menghina kitab suci agama lain. Inikah yang dikatakan orang beradab?

Berarti kesimpulannya Islamophobia itu muncul dari Eropa dan tetap dipertahankan oleh negara.

Ini sama saja karena mereka negara kecil, ingin populer di dunia, maka membiarkan rakyatnya berbuat sesuka hatinya.

Tetapi apa yang dilakukan oleh secuil manusia anti Islam di Benua Eropa adalah berat kaitannya dengan mencari popularitas disamping tidak punya wawasan tentang pengetahuan global, tentang keyakinan -keyakinan yang pernah ada di muka bumi.

Namun, walau begitu Islam atau kitab sucinya dihina atau dinistakan, ummat Islam masih dalam batas-batas kewajaran, paling-paling hanya melancarkan demonstrasi, bukan malah membakar kitab suci agama lain, atau membalas dendam kepada pemeluk agama lain. Ini mudah-mudahan tidak terjadi oleh kita yang punya peradaban.

Kadang-kadang kita juga menyayangkan, dengan pembakaran, menginjak, dan merobek-robek kitab suci umat Islam, tidak ada tanggapan dari pemimpin dunia atau pemimpin negeri Islam kecuali sembilan negara saja. Itupun hanya dengan adh’aful iman, yaitu dengan ” mengutuk”.

Negara-negara yang mengutuk Rasmus Paludan adalah Turki karena dia pada tanggal 27 Januari 2023 membakar Qur’an didepan Kedubes Turki di kota Copenhagen Denmark.

kemudian diikuti oleh negara Swedia sendiri sebagai bentuk hana meu’oh dengan negara lain karena ini terjadi di negara mereka dan dilakukan oleh warga negara mereka.

Lalu negara Indonsia yang dilakukan oleh Kemlu melalui twitternya dan kemudian memanggil Dubes Swedia karena insiden pembakaran Al Qur’an.

Kemudian Malaysia yang langsung disuarakan oleh Perdana Menterinya, Anwar Ibrahim secara gentleman. Seharusnya pemimpin negeri Islam lainnya patut meniru Anwar Ibrahim karena agamanya dihina.

Selanjutnya negara Mesir, Qatar, Marocco, Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat. Selainnya tidak ada negara yang serius memprotes Rasmus Paludan (warga Swedia) dan Pegida Edwin Wagensved, politisi sayap kanan Belanda, yang merobek-robek halaman-halaman al-Qur’an di Denhaaq.
Memang kalau ada ruh al Qur’an dan ruh Islam dalam dada seseorang, apalagi dia pemimpin di negeri Muslim, maka secara spontan dan serius pasti membuat perlawanan kepada dua politisi Eropa dan serta kedua negara tersebut yang membiarkan warga negaranya merusak hubungan antara negara- negara Islam. Kalau semua negara Islam memutuskan hubungan dengan kedua negara tersebut, pasti mereka payah pajoh pade bijeh. Sebab mereka negara kecil.

Dan tidak ada sumber alam apapun yang dapat menghidupkan bangsa dan negara mereka, namun mereka hidup sangat tergantung dengan negara lain.

Inilah yang kita tidak sadar konon lagi para pemimpin negeri Islam yang hanya berpikir untuk melanggengkan kekuasaan, jadi tidak sempat memilirkan al -Qur’an dan agama.

Kemudian seorang youtuber di Sumut. Rudi Simamora, yang menghina Allah yang masuk dalam konten youtubenya tangdal 6 November 2022. Ia juga melakukan ini karena ingin mendapatkan uang banyak dan popularitas. Ya beginilah orang-orang sinting mencari popularitas dengan menanam di kebun orang.

Sebenarnya kalau memang betul-betul mau duit dan popularitas, bunuh diri dengan melompat di ketinggian juga boleh, atau bertelanjang saja di muka umum juga bisa. Nanti kan populer juga dalam bidang yang diminati atau digandrungi. Tapi kalau mencerca, menghina, menista dan sebangsanya perlu pikir panjang karena kita hidup di dunia ini bukan sendirian.

Makanya umat Islam perlu bersatu dalam segala hal bukan mengedepankan nafsu didepan. Misalnya umat Islam harus menganalisis dimana punca-punca kekisruhan, percekcokan, pertentangan selama berabad-abad, maka dengan itu kita cari solusinya agar tidak terjadi permusuhan jariyah hingga hari kiamat.

Sekarang sangatlah nampak, misalnya ketika agama kita dinistakan, al- Qur’ an dilecehkan ummat Islam dan pemimpinnya adem ayem saja. Seharusnya ada tindakan yang nyata terhadap penista agama oleh negara, bukan oleh kemlu dan menteri agama, tetapi oleh kepala negara. Agar hal semacam itu tidak terjadi dalam masyarakat beradab. Kalau mau cari popularitas, maka cari panggung dan berbuat untuk seluruh masyarakat.

Jika kita mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat banyak, membantu mereka, menyelesaikan masalah perut mereka, pendidikan mereka, tempat tinggal mereka, secara otomatis bukan hanya populer di dunia, bahkan hingga ke akhirat kelak. inilah popularitas yang harus dibarengi dengan keikhlasan dan tawadhu’.

Penulis adalah Ketua umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Prov. Aceh


Oleh : Afrizal Refo, MA

Tidak terasa saat ini kaum muslimin semuanya sudah memasuki bulan Rajab 1444 H, Tepatnya pada tanggal 23 Januari 2023.
Artinya tidak lama lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan setelah melewati Bulan Rajab dan Sya’ban.

Bulan Rajab adalah salah satu Bulan haram yang terletak antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya’ban.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)

Ayat di atas merujuk pada empat bulan, dengan Allah SWT secara khusus memerintahkan kita untuk tidak menganiaya diri sendiri pada bulan-bulan tersebut. Di bulan ini juga tidak boleh perang.

Setiap perbuatan dosa diberi hukuman yang besar. Sebaliknya, setiap amalan juga dibalas lebih besar.

Ibnu Rajab mengatakan, “Allah Ta’ala menjelaskan bahwa sejak penciptaan langit dan bumi, penciptaan malam dan siang, keduanya akan berputar pada orbitnya. Allah pun menciptakan matahari, bulan dan bintang lalu menjadikan matahari dan bulan berputar pada orbitnya. Dari situ muncullah cahaya matahari dan juga rembulan.  Sejak itu, Allah menjadikan satu tahun menjadi dua belas bulan sesuai dengan munculnya hilal. Satu tahun dalam syariat Islam dihitung berdasarkan perpuataran dan munculnya bulan, bukan dihitung berdasarkan perputaran matahari sebagaimana yang dilakukan oleh Ahli Kitab.” (Latho-if Al Ma’arif, 202)

Mengenai empat bulan yang dimaksud disebutkan dalam hadits dari Abu Bakroh, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

“Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadal (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679).

Jadi, empat bulan suci tersebut adalah (1) Dzulqa’dah; (2) Dzulhijjah; (3) Muharram; dan (4) Rajab.

Kalau kita cermati dari hadits diatas maka hanya bulan Rajab yang berdiri terpisah dari bulan-bulan haram lainnya, sehingga bulan Rajab juga disebut ‘Rajab al-Fard’ atau ‘Rajab Yang Terpisah’.

Allah SWT menjadikannya sebagai bulan haram untuk menjaga keselamatan orang-orang selama umrah.

Dilihat dari sejarahnya, banyak orang Arab pada masa pra-Islam tidak menghormati kesucian Rajab, dan mereka sering mengubahnya ke tempat lain di tahun itu sehingga mereka bisa berperang di bulan ketujuh. Mereka akan berpura-pura bahwa Rajab berada di bulan yang berbeda untuk menyesuaikan dengan agenda politik mereka sendiri.

Namun hal itu tidak berlaku bagi suku Mudar, yang secara konsisten mengamati urutan bulan lunar dan menghormati bulan Rajab sebagai bulan haram. Jadi, ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menegaskan bulan-bulan suci, dia menamakannya sebagai ‘Rajab Mudar’.

Apa Maksud Bulan Haram?
Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah berkata:

“Dinamakan bulan haram karena dua makna: Pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian. Pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan itu. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan.” (Lihat Zaadul Masiir, tafsir surat At Taubah ayat 36)

Karena pada saat itu adalah waktu yang sangat baik untuk melakukan amalan ketaatan, sampai-sampai para salaf sangat suka untuk melakukan puasa pada bulan haram.

Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya.”

Bahkan Ibnu ’Umar, Al Hasan Al Bashri dan Abu Ishaq As Sa’ibi melakukan puasa pada seluruh bulan haram, bukan hanya bulan Rajab atau salah satu dari bulan haram lainnya. (Latho-if Al Ma’arif, 214).

Namun sekali lagi, jika dianjurkan, bukan berarti mesti mengkhususkan puasa atau amalan lainnya di hari-hari tertentu dari bulan Rajab karena menganjurkan seperti ini butuh dalil.

Ibnu Rajab Al Hambali berkata, “Hadits yang membicarakan keutamaan puasa Rajab secara khusus tidaklah shahih dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, begitu pula dari sahabatnya.” (Latho-if Al Ma’arif, 213).

Hati-Hati dengan Maksiat di Bulan Haram
Ibnu ’Abbas mengatakan, “Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.” (Latho-if Al Ma’arif, 207)

Keutamaan Bulan Rajab

Keutamaan bulan Rajab yang paling jelas adalah karena bulan ini merupakan salah satu dari empat bulan haram.

Di mana Allah SWT akan melipatgandakan pahala bagi orang yang mengerjakan amal shalih, dan memberikan balasan yang lebih besar bagi mereka yang berbuat dosa.

Oleh karena itu mari di bulan Rajab ini kita perbanyak bertaubat dengan cara istighfar dan memperbanyak melakukan amal shalih lainnya seperti membaca Alquran, puasa Sunnah, bersedekah, shalawat dan lain sebagainya

Selain itu, keutamaan lain dari bulan Rajab yang mungkin jarang diketahui adalah bulan ini menjadi waktu di mana terjadinya peristiwa bersejarah dan penting. Yakni, Perjalanan Isra’ Mi’raj, yang terjadi pada malam 27 Rajab.

Selain itu, pada bulan Rajab itu pula Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menerima dua hal penting untuk kepentingan umatnya dalam perjalanan Isra’ Mi’raj yaitu perintah Allah untuk melaksanakan shalat lima waktu, yang menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari dalam beribadah kepada Allah SWT dan turunnya dua ayat terakhir Surah Al-Baqarah, di mana Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Penulis adalah Dosen PAI IAIN Cot Kala, dan Sekretaris Umum Dewan Dakwah Kota Langsa.


Oleh Afrizal Refo, MA

Fenomena Lato Lato, Baru-baru ini permainan anak lato-lato tengah viral di berbagai media sosial terlebih di akun TikTok. Salah satu permainan tradisional ini banyak dimainkan oleh berbagai kalangan masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa.

Awalnya permainan ini hanya terlihat biasa saja, namun dari teknik bermainnya akan membuat seseorang ingin mencoba lagi dan bahkan diperlombakan, yang bisa membunyikan paling lama akan menjadi pemenang.

Aneh memang, hampir seluruh Indonesia khususnya Aceh, baik di kota maupun desa semuanya memainkan permainan Lato-lato tersebut, sehingga tidak heran kita terus mendengarkan bunyi tok-tok-tok tersebut dimana-mana.

Memang sebagian orang mengatakan bahwa dengan adanya permainan Lato-lato ini, terdapat banyak manfaatnya diantaranya melatih konsentrasi dan kesabaran.

diantara manfaat lainnya adalah anak-anak sudah bermain Lato-lato dan mereka sudah jarang memainkan hp jenis game FF, PUBG, maupun Mobile Legend.

Meskipun demikian, masih ada dikalangan remaja maupun dewasa yang memainkan jenis permainan tersebut yang membuat kelalaian dan menghabiskan waktunya untuk hal yang tidak bermanfaat.

Dilihat dari sejarahnya, ternyata permainan Lato-lato ini sudah ada sejak tahun 1960-an hingga 1970-an yang dipopulerkan di belahan dunia seperti Eropa dan Amerika Serikat.

Di negara asalnya permainan tersebut bernama clackers, click-clacks, atau knockers.

Dahulu terbuat dari kaca kemudian lambat laun berubah jadi kayu dan atom.

Permainan Lato-lato ini sempat dilarang dinegara tersebut karena mengandung bahan kimia maupun radioaktif serta mudah terbakar.

Tiga tahun kemudian, kewenangan tersebut diperluas, yakni dengan melarang penjualan mainan clackers di pasaran. Permainan yang awalnya dipasarkan sebagai cara untuk mengajari anak-anak koordinasi tangan dan mata itu bisa menjadi proyektil, sehingga dikeluarkan peringatan untuk mencegah kebutaan.

Dan kini entah siapa yang memulai dan mempopulerkan permainan Lato-lato tersebut di Indonesia khususnya Aceh.

Efek Lato Lato

Adapun efek dari Lato-lato tersebut yakni suara yang dihasilkan dua bandul tersebut telah merambah sampai ke sekolah, para siswa membunyikan ketika di Sekolah dan bahkan saat pelajaran sedang berlangsung sehingga menimbulkan kebisingan.

Selain itu, ada juga yang mengalami benjol di dahi karena terkena lato-lato bahkan sampai menjerat leher dan belum lagi ada yang talinya putus sehingga terkena orang lain atau pecah kaca, sehingga membuat suasana belajar pun menjadi kacau.

Baru-baru ini, viral lato-lato kena mata seorang bocah berinisial AN di Kubu Raya, Kalimantan Barat. Usai bermain dari rumah temannya, AN pulang dengan luka dibagian mata setelah terkena serpihan bola lato-lato. Hal tersebut mengakibatkannya harus menjalani operasi mata lantaran terluka di bola matanya.

Maka oleh karena itu, perlu dari pihak pemerintah terkait untuk memperhatikan dan mengatasi jenis permainan ini untuk tidak menyebar kemana-mana.

Dan sebaiknya tidak memainkan lagi permainan tersebut dan harapannya permainan Lato-lato ini bisa dibatasi sehingga tidak menyebabkan hal-hal yang buruk terjadi.

Penulis adalah Dosen Pendidikan Agama Islam IAIN Langsa, dan Sekretaris Umum Dewan Dakwah Kota Langsa.

Oleh Prof.Dr. Muhammad Ar, M.Ed

Kita adalah hamba Allah yang sangat dhaif bagaimana memahami scenario Zat Yang Maha Kuasa. Jika kita telusuri jejak sejarah (khusus bagi yang tidak benci sejarah), Jenderal Thariq bin Ziyad, berangkat dari Maroco melintasi selat Iberia yang melintasi Portugal dan Spanyol dan ketika melewati  dua laut yang tidak pernah bercampur airnya (marajal bahrain dalam Al Qur’an), kemudian Jenderal Thariq mermerintahkan  kepada pasukannya untuk membakar semua kapal perang yang bersandar di tepi lau. Selepas itu beliau berucap “Sekarang kalau mau pulang anda akan  mati karena kendaraan perang telah  dibumihanguskan semuanya, anda akan menjadi hantaman ombak, dan santapan binatang laut yang menyeramkan,  dan di depan anda adalah gunung dan dibalik gunung itu ada pasukan  musuh yang akan menyambut Anda semua dengan senjata mereka, maka pilihlah sekarang  apakah anda ingin mati konyol di hantam ombak dan binatang laut, atau mau mati terhormat di medan dakwah dalam menyebarkan risalah Islam,  mengibarkan  bendera tauhid atau agama tauhid kepada penduduk Andalus”?

 

Akibat perjuangan Jenderal Thariq bin Ziyad dan pasukan Islam, maka 7 abad Andalus (Spanyol) diterapkan syariat Islam, digerek bendera tauhid,  didengung-dengungkan azan lima waktu dan tidak ada lagi paganisme di Eropa, semua peradaban Arab Islam sudah menjadi bahagian dari  kehidupan bangsa di Andalus. Andalus dihias bak dunia moderen masa kini dan ini tidak dinafikan oleh setiap ahli sejarah yang normal walau ia sejarawan identitas.

 

Namun, akhirnya karena umat Islam terkena penyakit keduniaan, sehingga sangat mencintai dunia, tahta, kemewahan, dan saling memperkuat posisinya sebagai penguasa  dengan menggandeng bersama orang-orang yang tidak seakidah untuk mempertahankan kedudukan dan tahta. Berpunca dari sini, tanpa disadari mereka saling memusuhi sesama kaum muslimin dan bersumpah setia dengan raja-raja Kristen di negara tetangganya dalam rangka membasmi lawan lawan politiknya, dan hal hal yang mengganjal kekuasaannya walau mereka sesama muslim. Oleh karena itu,  tentu saja  mereka menawarkan beberapa permintaan atau bargaining  sehingga dengan demikian kekuatan muslim berada dalam genggaman raja raja kafir,  akhirnya sesuai peringatan Allah dalam Al-Baqarah ayat 120; yang artinya  yahudisasi dan nasranisasi tidak akan pernah berakhir sehingga kamu ikuti agama mereka.

 

Akhirnya kaum muslimin di seluruh Andalusia harus memilih dua pilihan yaitu, ” masuk agama Kristen atau dibunuh?” Karena kebanyakan kaum muslimin terkena penyakit cinta dunia dan takut mati, maka segolongan   mereka menjadi Nasrani, dan sebagian yang penuh keimanan dan ketaqwaan siap gugur demi membela agama Allah hingga titik darah yang penghabisan. Jadi, dengan bahasa kasar,  kaum muslim diusir secara membabi buta dari Andalus, hampir sama perlakuannya seperti  di zaman moderen ini yang dialami  umat Islam Uighur (Xinjiang) Komunis  Cina,  Muslim Rohingya oleh Pemerintah Budha  Myanmar, dan Muslim Palestina, oleh zionis Israel. Namun dalam piala dunia Qatar 2023 Portugal dan Spanyol diusir secara terhormat dari Lapangan Sepak bola, sehingga kilas balik ini menjadikan ini momen  terbaik bagi keturunan keturunan Islam di negara tersebut mengundang kembali Islam ke daratan Eropa yang telah ditinggalkan oleh moyang-moyang mereka.

Raja Qatar bersama para rakyatnya yang secara totalitas  adalah muslim, telah benar -benar memperlihatkan kemuslimannya yang hampir tidak dapat ditemukan ketimpangan dan kekurangan sedikitpun oleh para kaum anti  identitas selama ini. Bagaimana tidak, sehabis sepak bola selesai, mereka  semua memberikan kue dan minuman halal secara gratis, apakah hal seperti ini ada dilakukan di negara-negara Barat? Mungkin yang lebih menarik lagi  adalah umat Islam Qatar  menyuguhkan makanan dan minuman kepada manusia yang memiliki identitas yaitu, Kristen, Khatolik, Hindu, Budha, Confusion, Zoroaster, Manusia, Yahudi dan Sebagainya seperti yang punya identitas agama—communism.

Masihkah Islam diberikan  label terrorist, fun?

Banda Aceh — Aceh sekarang sedang menerima bala dari Allah yaitu banjir.

Sebenarnya hujan itu Rahmat jika hujan itu turun cukup hanya untuk tumbuh-tumbuhan dan binatang ternak.

Inilah yang membuat Rasulullah Saw kadang berkerut kening ketika melihat gumpalan asap hitam di langit. Karena mengira bahwa hujan itu bukan hanya sekedar rahmat, tetapi bisa pula menjadi malapetaka bagi semua, khususnya penduduk fakir dan miskin yang tidak tahu kemana harus lari ketika diterjang banjir seketika.

Memang kalau kita kembali ke Al-Quran, ayat 41 Ar Room, bahwa hampir semua bala bencana yang terjadi di laut dan di darat mesti ada keterlibatan manusia.

Bahasa lugasnya adalah saham manusia ini terbanyak dalam hal perusakan bumi.

Hutan digunduli, padahal itu penyimpan air dan paru paru dunia, gunung diratakan padahal itu pasak bumi menurut Al Quran, ayat 7 An Naba’.

Namun yang paling menyedihkan para pelaku perusak bumi tersebut hampir semuanya orang orang yang sama sekali tidak mengerti akan kehidupan manusia lain dan makhluk lain.

Mereka hanya memikirkan perutnya saja, keluarganya saja, kroninya saja, dan kesenangannya saja. sedangkan orang lain biar mampus semuanya. Inilah drakula penghisap darah. Manusia rakus, tamak. loba, dan sangat uncivilized.

Yang paling menyakitkan lagi para perusak bumi itu adalah kebanyakan nya orang asing (bukan pribumi) tetapi mendapat legalitas pengendali negara.

Kalau bisa dikatakan bahwa memang bumi ini di republik Indonesia namun pemiliknya bangsa asing. Bangsa ini adalah menjadi babu di negeri sendiri.

Para tauke sawit dan juragan kayu, pemilik tambang atau penambang, juragan katrol di laut, pebisnis haram (pemilik judi online), pemasuk sabu sabu aman di hotel hotel mewah dan condominium mewah yang tidak tersentuh banjir dan bencana.

Sampai kapan bangsa ini mengenal dirinya sendiri dan sampai kapan negeri ini mandiri dan bebas ketergantungan dengan negeri-negeri penjajah.

Orang Singapura hidup dengan uang rakyat Indonesia. yang datang kesana 500 orang perhari dan bank bank Singapura juga banyak penyimpan nya dari Indonesia.

Jika mereka Indonesia dan Malaysia memutuskan hubungan dengan Singapura, mungkin dua hari mereka akan gelap.

Jangankan untuk menambah penduduk, orang mati saja tidak tau mau kemana dikuburkan.

Air minum dan mandi mereka beli dari Johor Baru. Sayuran dari Batam, dll dari Indonesia

Mampukah manusia ini berfikir jernih dan tidak mau menerima grativikasi dan suap dari orang asing?

Ketika ini sudah berlaku dan keadilan sudah berjalan, hukum tajam ke semua lini, bukan tumpul ke atas. Maka Allah akan menurunkan Rahmat dan kasih sayang Nya kepada bangsa ini.

Dari hamba yang dhaif,
Muhammad AR

Penulis adalah Ketua Dewan Dakwah Aceh

Afrizal Refo, MA

Oleh Ust Afrizal Refo, MA

Sejak diberlakukannya SI di Aceh menjadi harapan bagi umat Islam khususnya di Aceh umumnya di Indonesia. Artinya SI itu sendiri sebuah jalan untuk menuntun masyarakat utk bisa melaksanakan agamanya sesuai aturan yg berlaku dlm Alquran dan hadis

SI di Aceh sudah dilaksanakan yaitu tahun 2002 dan tepat pada hari ini tahun 2022 SI sudah berjalan sekitar 20 tahun. SI adalah hadiah terbesar yg diberikan oleh pemerintah pusat kepada Aceh untuk menjalankan SI di Aceh. Kenapa harus Aceh? Untuk menjawab ini ada 3 alasan penting Aceh diberikan SI, pertama Karena Aceh dipandang sejak dari dulu kental akan keislaman nya , apa lagi dilihat adanya sejarah awal masuk Islam yaitu kerajaan Islam samudra pasai dan mulai meluas pada masa Sultan Iskandar muda hingga Kampung Malaka Malaysia bahkan di negeri Campa Kamboja hari ini, kedua diberikan kekhususan karena Aceh mayoritas beragama Islam sekitar 97%, jadi sangat wajar jika diberikan SI.
Adapun alasan ketiga yaitu permintaan yg tertunda yg dijanjikan kpd Tgk. Muhammad Daud Bereueh yg meminta kepada Sukarno agar Aceh dapat menjalankan Si. Atas dasar itulah penulis mencoba untuk memutar sejarah sehingga SI diberikan di Aceh.

Seiring berjalannya waktu SI di Aceh seakan-akan tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap masyarakat Aceh khususnya. Tetapi mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Tapi jika dikaji lewat kacamata Syariah Aceh sudah mampu menunjukkan cukup baik pelaksanaan SI di Aceh dibandingkan daerah lain yang semakin hari semakin merebak kemaksiatan dan kemungkaran yang menyeleweng yang seakan-akan para pelaku pelanggar SI tanpa sadar dan sesuka hati melakukan perbuatannya tersebut tanpa ada rasa takut akan janji Allah SWT akan diberikan hukuman bagi orang yang melakukan perbuatannya tersebut.

Timbul pertanyaan mengapa SI di Aceh tidak lebih baik dari sebelumnya. Jawabannya bukan gagal menurut hemat penulis tapi belum maksimal dijalankan SI tersebut. Seakan-akan DSi jalan ditempat Dan tidak melakukan perubahan. Yang perlu kita garis bawahi bahwa yg menjalankan SI itu sendiri bukan dibawah payung DSI tapi seluruh umat Islam di Aceh harus bahu-membahu mendukung agar SI di Aceh tetap eksis berjalan dengan semestinya.

Ini harus ada dukungan dari berbagai pihak mulai dari pemerintah Aceh , DPRA, Polri dan TNI dan seluruh SKPA harus membuat program yang mendukung SI itu di Aceh dapat berjalan . Berbagai upaya telah dilakukan oleh DSI selama ini utk memberikan warna baru bagi terlaksananya proses SI di Aceh. Menurut hemat penulis sebenarnya SI di Aceh bisa berjalan dengan semestinya jika ada tindak andil dari pemerintah Aceh dan juga pemerintah daerah setempat untuk memfasilitasi SI itu berjalan.

Contoh hal kecil yang bisa di lakukan oleh salah satu dinas yaitu Dinas pendidikan dengan membuat kurikulum atau aturan yang membuat aturan ketika sebelum memulai belajar dimulai dengan baca doa dan setiap pendidik harus spakat untuk mengingatkan Peserta didiknya untuk senantiasa Shalat dan melakukan kebaikan. Jika ini disampaikan penulis menyimpulkan bahwa si peserta didik tersebut besar kemungkinan akan lebih baik karena mendapat perhatian dari gurunya.

Contoh lain misal dinas kesehatan juga dikaitkan dengan SI di Aceh bagaimana dalam Islam sngat penting nya menjaga kesehatan sperti tidk membuang smpah sembarangan dan Dinas pertanian juga kaitkkan.dengan pendapatan seseorang maka jika dapat hasil yang maksimal maka keluarkan zakat .
jadi SI itu dapat berjalan dibaantu oleh skpa lainnya untuk menyampaikan bahwa sI itu penting dalam kehidupan.

Begitu juga pemerintah Aceh juga harus sinkronisasi deenggan pemerintah daerah, pemerintah Kabupaten, kecamatan maupun desa. Sehingga apa yang kita harapkan informasi SI tersampaikan kepada kalangan bawah. Sehingga dengan sendirinya SI akan dirasakan oleh Masyarakat itu sendiri. Contoh Yaang pernah dipaparkan oleh pemerintah Aceh seperti Program Magrib mengaji ini tetap bisa dilaksanakan tapi bukan hanya sekedar wacana tapi dibuat dan dipraktekkan dengan menghidupkan mesjid , mushalla maupun rumah2 untuk mengaji dan memberikan himbauan bagi pelaku usaha agar menutup usahanya pada waktu magrib sampai isya hanya 45 menit saja.

Jadi DSI itu ibaratnya adalah sebagai Rumah SI yang berfungsi untuk memonitor bagian mana SI yang perlu disampaikan untuk Cocok di Sampaikan kepda masing-masing Skpa..

Dsi itu bukan utk di lebur tapi untuk diperkuat dan dijaga serta dilestarikan layaknya bagaimana kita menjaga bangsa ini yang sudah 77 tahun merdeka agar anak cucu bisa merasakan kemerdekaan ini begitu juga SI yg telah diberikan harus dijaga benar2 untuk diisi dengan menghidupkan kegiatan bernuansa SI dan tanpa disadari Masyarakat akan merasakan pentingnya SI itu tetap tegak dibumi nanggroe Aceh yang juga harapan satu2nya bagi provinsi lain bahwa Aceh layak di contoh untuk di apresiasi.

Ini bisa terlihat bahwa SI itu penting yaitu kalo kita lihat di daerah perbatasan yang cukup terbatas nya Dai didaerah tersebut sehingga timbul kegelisahan oleh masyarakat disana bagaimana cara menjalankan ibadah dengan baik jadi mereka membutuhkan dai agar bisa membina Mereka dan generasi muda agar tidak tergerus oleh budaya barat akibat begitu cepat berkembang nya globalisasi.

Penulis menemukan benang merah kenapa SI di Aceh tidak berkembang dengan semestinya yaitu ada 5 masalah yaitu pertama seperti ada upaya SI itu hanya dijalankan dibawah DSI tanpa didukung oleh pemerintah Aceh, DPRA dan lainnya secara praktek, kedua kurangnya pengawasan dari pemerintah atau lembaga yang ditunjuk, ketiga belum smpainya informasi kepada masyarakat tentang pentingnya SI dijalankan, keempat kurikulum pendidikan yang haanya membatasi penyampaian SI itu sendiri dan kelima kurangnya gebrakan untuk mewujudkan SI itu bisa tegak di Aceh.

Memang berat untuk mewujudkan itu semuanya tapi Allah tidak menilai hasil yang akan kita lakukan tapi bagaimana proses nya sudah dilaksanakan. Itu berawal bagaimana kesungguhan bagi kita untuk melakukan perubahan demi tegaknya SI di Aceh. Kita semuanya akaan diminta pertanggungjawaban sebagai pemimpin apa yang kamu lakukan ketika kamu diberi wewenang padahal kamu dapat melakukannya.

Adapun solusi yang ditawarkan penulis agar SI itu bisa berjalan dengan maksimal yaitu seluruh pemerintah daerah, TNI dan polri, Dpra , MAA, M.PD, SKPA, Pemerintah daerah dan bekerja sama sama untuk menjalankan SI itu menurut bidangnya masing-masing sehingga tidak ada pengkotak-kotakan ini adalah tugas DSI yang menjalankan.

Jadi semua itu cita2 dan harapan umat Islam di Aceh agar SI itu benar-benar bisa dijalankan dengan semestinya.

Penulis adalah Pemerhati Syariat Islam.
Sekjen Dewan Da’wah Kota Langsa