Tag Archive for: Dakwah

Pos

MENJELANG Pemilu umat Islam kerap dihadapkan pada perdebatan hukum pemilu. Tidak jarang, diskusi itu berlanjut pada perdebatan panas yang merenggangkan ukhuwah.

Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Syuhada Bahri, mengatakan, umat Islam harus saling menghargai pada pilihan masing-masing. Kelompok Golput menghargai yang memilih, begitupun sebaliknya.

“Golput itu hak mereka. Umat Islam yang memilih harus menghargai sikap mereka. Ini soal perbedaan pemahaman atau khilafiyah. Dan yang Golput juga harus menghargai umat Islam yang memilih,“ terangnya kepadaIslampos, Senin (27/5).

Namun kalau umat Islam memilih, kata Syuhada, kita bisa mengingatkan penguasa. Dia khawatir kalau umat Islam Golput justru memberikan peluang kepada orang lain untuk menghentikan jalan dakwah kita. Sebab berdasarkan pengalaman, Syuhada dan kawan-kawan pernah mengalami itu.

“Mungkin yang Golput belum merasakannya. Namun yang jelas sikap DDII adalah tidak Golput,” tutupnya. [andi/Islampos]

http://www.islampos.com/ddii-golput-dan-tidak-golput-harus-saling-menghargai-112320/

Oleh Suhrawardi K Lubis
Secara tradisional, pemahaman masyarakat apabila disebut wakaf terus tertuju kepada sebidang tanah yang dipergunakan untuk lahan pekuburan, masjid atau madrasah.Belakangan ini, berkembang kembali kajian mengenai wakaf uang. Perkembangan ini didasari antara lain pemikiran tentang pemanfaatan harta wakaf secara produktif.

Kajian wakaf produktif ini telah banyak dilakukan, antara lain oleh Forum Zakat (2006) yang menekankan perlunya wakaf dikembangkan secara produktif. Forum Zakat mendapati umat Islam sekarang ini sedang berada dalam keterpurukan kemiskinan yang akut. Oleh karena itu, wakaf yang ada harus ditujukan kepada upaya yang lebih menghasilkan. Forum Zakat juga menegaskan wakaf produktif ini harus memiliki dua visi yang mesti berjalan seiringan, pertama; visi menghancurkan struktur-struktur sosial yang timpang, dan kedua; menyediakan lahan subur untuk menyejahterakan umat Islam.

Begitu juga temuan Tim Penyusun Buku Wakaf Tunai Dalam Perspektif Hukum Islam (2005), tim menekankan pemanfaatan harta wakaf untuk aktivitas ekonomi produktif belum banyak dilakukan. Padahal wakaf memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan umat, terutama sekali dengan konsep wakaf uang. Dapatan kajian di atas hampir sama dengan kajian Mohd Nakhaie (2007) yang berjudul Sistem Wakaf Kontemporari. Nakhaie coba menerangkan tiada halangan syara untuk membangun konsep baru mengenai wakaf. Terutama dalam rangka memudahkan untuk menyusun sistem yang dapat dilaksanakan, agar ibadah wakaf lebih bermakna, dan tujuan wakaf dapat dicapai.

Rabu (18/6/14) Pengurus Wilayah Dewan Dawah Aceh diterima di ruang tamu Kodam Iskandar Muda dalam rangka audiensi. Hadir dalam pertemuan tersebut Ketua Umum Dewan Da’wah Aceh beserta jajaran dari Ketua Majlis Syura (Prof. Dr. Iskandar Usman, MA), pengurus harian (Said Azhar, Nazar Idris, MP, Jamaluddin, MA, Dr. Abizal Yati, Lc, MA, Enzus Tinianus, SH, Murdani Amiruddin) dan dari Dewan Pakar (Dr. Sofyan A. Gani, MA, Dr. Iskandar Budiman, MCL). Sementara dari Kodam Iskandar Muda dihadiri langsung oleh Pangdam Mayjen Pandu Wibowo yang didampingi oleh Kadit Bintal Kolonel Abu Hasan, Letkol Fauzi (Aster Kodam), yang membidangi intelijen (Mayor Iskandar) dan beberapa petinggi Kodam lainnya.

Pertemuan yang berlangsung akrab tersebut diawali dengan ta’aruf tim dari Dewan Da’wah Aceh, dan dilanjutkan dengan memperkenal sejarah lahirnya Dewan Da’wah dan program yang menjadi fokus kerja Dewan Da’wah. Selanjutnya Ketua Umum Dewan Da’wah Aceh, Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL., MA, menyampaikan program yang sudah, sedang dan akan dikerjakan oleh Dewan Da’wah Aceh. Di antara progam yang menjadi prioritas pada tahun ini adalah upaya pendiri Akademi Da’wah Indonesia (ADI) dalam rangka proses pengkaderan untuk melahirkan da’i-dai yang siap pakai dan bersedia terjun ke lapangan untuk mengemban tugas da’wah. Kecuali itu, pihak Dewan Da’wah juga menyatakan siap bekerjasama dengan jajaran Kodam Iskandar Muda khususnya dalam program bintal dan pembinaan keagamaan untuk prajurit di lingkungan Kodam Iskandar Muda, serta dalam rangka bakti sosial yang sering dilakukan oleh TNI. Khusus untuk program ADI, Dewan Da’wah Aceh meminta kepada Pangdam agar dapat membantu program ini sesuai dengan kemampuan dan ketentuan yang ada.

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya jadwal audiensi dengan gubernur Aceh yang disampaikan oleh Pengurus Wilayah Dewan Da’wah Aceh terkabulkan. Melalui staf ahli bidang hukum dan Politik, Tgk. Adli Abdullah, MCL, pertemuan tersebut dillaksanakan di Meuligoe Gubernur Aceh, Selasa (19/8) pagi.

Rombongan Dewan Da’wah Aceh sejumlah enam orang, Dr. Tgk. H. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL, MA, selaku Ketua Umum, didampingi oleh Dr. H.Muhammad AR, M.Ed, Drs. Zulkarnain Gamal, Drs. Bismi Syamaun, Tgk. Jamaluddin,MA dan Said Azhar selaku sekretaris umum. Sementara Gubernur didampingi oleh Kepala Biro Isra Serta Aceh, Drs. Ilyas Nyak Tuy, pejabat bagian Humas, staf pribadi, Tgk. Muzakkir Hamid serta Staf Ahli bidang Politik dan Hukum.

Dalam pertemuan tersebut, di samping silaturrahmi, Dewan Da’wah Aceh juga menyampaikan beberapa program kerja yang sudah dan sedang dikerjakan, seperti pembinaan muallaf di daerah perbatasan bekerjasama dengan Baitul Mal Aceh, sosialisasi Syari’at Islam melaui talk show kerjasama dengan Dinas Syariat Islam, pembinaan remaja dan mahasiswa secara berkala, juga memfasilitasi pendidikan untuk anak-anak muallaf di pesantren-pesantren terpadu yang ada di Aceh dan di Pulau Jawa, serta pengiriman mahasiswa S1 ke Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah (STID) Mohammad Natsir di Jakarta dan S2 ke UIKA (Universitas Ibnu Khaldun) Bogor dalam rangka program kaderisasi ulama kerjasama dengan Baznas.

Sementara program yang prioritas saat ini adalah mendirikan Akademi Da’wah Indonesia (ADI) di Markaz Dewan Da’wah di Gampong Rumpet. Peserta program ini adalah anak-anak fakir miskin dan muallaf di daerah perbatasan yang tidak memiliki kemampuan untuk melanjutkan pendidikan. Mereka dididik selama dua tahun di ADI , kemudian dikirim ke STID Mohammad Natsir untuk melanjutkan program S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Saat ini sudah 13 mahasiswa yang sedang mengikuti program ADI.

Mengisi suasana bulan Syawal 1435 H / 2014 M Pengurus Wilayah Dewan Da’wah Aceh menggelar silaturrahim dengan sesama pengurus dan majlis syura melalui acara Halal bi Halal di Masjid Dewan Da’wah Gampong Rumpet Krueng Barona Jaya Aceh Besar, Minggu (17/8). Acara ini diawali dengan gotong royong, dilanjutkan dengan makan siang bersama dan temu ramah antara pengurus dengan majlis syura.

Dari kalangan majlis syura Dewan Da’wah Aceh hadir Prof. Dr. Iskandar Usman, MA, selaku ketua, Prof. Dr. M. Hasbi Amiruddin, MA, dan beberapa founding father/pendiri Dewan Da’wah Aceh, di antaranya Tgk. Muhammad Yus, Miswar Sulaiman, Zulkifli Amin. Sementara pengurus hadir dari jajaran pengurus harian dan masing-masing bidang.

Dalam temu ramah tersebut, Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, sebagai ketua umum Dewan Da’wah Aceh periode 2011-2015, menyampaikan beberapa hal hasil Rakernas Dewan Da’wah tahun 2014, yang menjadi fokus Dewan Da’wah saat ini baik di pusat maupun provinsi.

Adapun program kerja saat ini adalah; Pertama, Konsolidasi Organisasi Da’wah, dengan target pengurus Dewan Da’wah harus terbentuk dan aktif di semua provinsi di Indonesia, dan ini menjadi tugas pengurus pusat. Sementara tugas Pengurus Wilayah, memastikan terbentuk dan aktifnya Pengurus Daerah di Kabupaten/Kota, dan seterusnya sampai kecamatan. Kedua, Kemandirian Organisasi/Da’wah, langkah ini dilaksanakan dengan membentuk unit usaha, pengumpulan dana melalui ZIS, wakaf tunai/produktif dll dengan sasaran dapat membiayai program-program da’wah di wilayah yang bersangkutan. Ketiga, Pengkaderan, baik informal maupun melalui jalur formal. Di Pusat saat ini sudah ada program pendidikan dari TK sampai dengan program sarjana (milik sendiri) sementara untuk program pascasarjana dan doctoral, dalam rangka kaderisasi ulama, masih bekerjasama dengan beberapa universitas seperti Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, UMJ Surakarta dengan sponsor Baznas.

Menindak lanjuti kunjungan kerja dan pertemuan dengan pimpinan Dewan Da’wah Pusat yang membidangi pendidikan, Dr. Muhammad Noer, MA dan Dr. Imam Zamroji, M.Pd.I, pada Selasa (3/6) di Markaz Dewan Da’wah Aceh yang mengamanahi pendirian Akademi Da’wah Indonesia (ADI di Provinsi Aceh, dan amanah Rakernas Ketiga Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia pada awal Tahun 2014 di Bogor, maka pada tanggal 23 Agustus 2014 ADI Aceh resmi didirikan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Nomor 136 tahun 2014 tentang Pendirian Akademi Da’wah Indonesia (ADI) Provinsi Aceh.

Program kaderisasi da’i melalui Akademi Da’wah Indonesia (ADI) merupakan salah satu dari tiga program unggulan Dewan Da’wah periode 2010-2015, di samping program penguatan organisasi da’wah dan kemandirian dana da’wah. Tujuan utama pendirian ADI untuk mengembangkan program pendidikan da’wah bagi para calon da’i seluruh wilayah Nusantara dalam sebuah program pendidikan yang khas. Kekhasan pendidikan tersebut tercermin dari orientasi pendidikan yang mengarah kepada penguatan intergritas sebagai da’i illallah, penguatan ulum ad din dan ulum ad da’wah.

Nursiah Banurea seluas 2400 M2. Sementara bantuan masjid berasal dari muhsinin Timur Tengah yang difasilitasi oleh Bidang Luar Negeri Dewan Da’wah Pusat di Jakarta.

Dalam jangka waktu lebih kurang enam bulan pembangunan masjid sudah dapat digunakan, sekalipun masih ada fasilitas yang belum lengkap, seperti pemasangan pintu dan jendela serta fasilitas MCK.  Penggunaan pertama kali masjid tersebut dimulai pada tiga Ramadhan 1435 Hijriah bertepatan dengan 1 Juli 2014, diawali dengan buka puasa bersama masyarakat sekitar masjid dan pelaksanaan shalat tarawih. Untuk pelaksanaan shalat Jumat akan dimulai setelah selesainya sarana MCK dan dilaksanakan peresmian secara terbuka dengan berkoordinasi dengan pemerintah Kota Subulussalam. Masjid ini nantinya akan menjadi pusat koordinasi semua aktivitas Pengurus Daerah Dewan Da’wah Kota Subulussalam, demikian keterangan dari ustadz Sabaruddin selaku Ketua Dewan Da’wah Subulussalam.Selain masjid, tahapan selanjutnya di tanah tersebut direncanakan juga dibangun ruang belajar untuk lembaga pendidikan dan markaz Dewan Da’wah Kota Subulussalam. Untuk itu pengurus Dewan Da’wah Subulussalam sangat mengharapkan bantuan dari Pemerintah Daerah, para muhsinin dan aghniya guna mewujudkan rencana mulia ini, demikian permohonan ustadz Aab Syihabuddin, MA, selaku sekretaris Dewan Da’wah Subulussalam.

 

Dewan Da’wah Subulussalam saat ini merupakan periode kedua, dengan fokus kegiatan pembinaan muallaf dan penguatan pelaksanaan syariat Islam melalui pengajian-pengajian dan seminar-seminar keislaman serta membangun solidaritas dengan berbagai ormas Islam lainnya dalam rangka mengawal pelaksanaan syariat Islam dan penegakan amar ma’ruf nahi mungkar.

Iin Supardi,S.S, M.E.I, selaku ketua umum Dewan Da’wah Abdya menyampaikan bahwa workshop dengan  tema  “Strategi  Membangun  Peradaban  Islam  dan  Menjawab  Pemikiran  Kontemporer” tersebut diikuti oeh unsure dari pemerintah, politisi, ulama, dosen, mahasiswa, pengurus ormas, pimpinan pesantren, guru dan pengurus Dewan Da’wah sebagai peserta aktif.

Workshop Ini bertujuan untuk membentuk pemikiran umat Islam yang memiliki semangat untuk membangun peradaban Islam yang kokoh di Aceh Barat Daya serta terbentengi dari Ghazwul Fikri”, ungkap Iin Supardi dalam sambutan dan laporannya.

Workshop ini dibuka oleh Sekda Abdya Drs. Ramli Bahar pada Senin malam di Mesjid Baiturrahim Pante Perak, Susoh. Beliau mengharapkan kerjasama yang baik antara pemerintah dan lembaga da’wah untuk memaksimalkan da’wah di Abdya. Dalam acara pembukaan tersebut, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah  (STIT)  Muhammadiyah  Ust.  Muchlis  Muhdi,  MA menyampaikan ceramah Islam tentang Pemetaan Da’wah Islamiyah dan Upaya Mempersatu Ummat di Aceh Barat Daya. Kegiatan yang berlangsung sampai hari selasa pukul 16.00 WIB tersebut dirangkai dengan penyampaian materi tentang Konsep Adab dan Peradaban dalam Islam, Sejarah Peradaban Islam Aceh, Indonesia dan Dunia, Infiltrasi Sekulerisme dalam Kurikulum 2013 serta Pemikiran Islam Kontemporer. Materi ini memberikan pencerahan yang cukup penting dan bermanfaat bagi peserta.

Selaku narasumber tunggal, Dr. H. Adian Husaini, MA menyampaikan pentingnya mengetahui tentang sejarah peradaban Islam sehingga akan lahir kembali peradaban Islam di masa depan. Beliau mengkritisi  tentang penetapan dan peringatan  Hari  Kartini,  karena secara adab seharusnya masih banyak tokoh wanita besar lainnya yang jauh lebih hebat, seperti Cut Nyak Dhien  dan Laksamana Malahayati  sebagai  Laksamana Perempuan terhebat,  yang pernah ada  di Indonesia yang juga perlu diperingati dan diingat perannya.

Dr. Adian berharap Aceh bisa menjadi kiblat kebangkitan Peradaban Islam tanah air, dikarenakan faktor sejarah Islam pernah jaya di Aceh dan keistimewaan Aceh untuk membangun peradaban yang berbeda dengan Indonesia secara umum. MoU Perdamaian dan UUPA yang ada bisa dijadikan modal penting  untuk  membangun  kembali  Peradaban  Islam di Aceh,  terutama  pendidikan  sebagai  syarat  awal membangun kapasitas manusia.

 

Abdya,  18 Juni 2014

 

Iin Supardi, SS, M.E.I

Ketua

Akhirnya terbukti penyelesaian konflik Aceh tidak selesai dengan perang, tetapi melalui perjanjian damai lewat MoU Helsinki. Hanya saja disayangkan kewenangan pemerintah pusat lebih banyak terhadap Aceh—ada 6 bidang; urusan luar negeri, pertahanan dari luar, moneter dan fiskal, kekuasaan kehakiman, keamanan nasional dan agama—dibandingkan apa yang pernah diperjuangkan oleh Ghazali Abbas Adan.

Kiranya dengan pengalaman yang ada, kendati konteks dan waktu berbeda, kiranya apa yang pernah dilakukan dulu oleh Ghazali Abbas dapat dipertahankan dan ditingkatkan dalam rangka menunaikan amanah rakyat Aceh. Ekpektasi rakyat sangat besar dipundaknya, ditengah lemahnya kinerja sebagian besar anggota parlemen Aceh selama ini baik di tingkat nasional maupun daerah (said)

Dalam Kajian tersebut, Abu Fairuz (panggilan akrab Ust. Ahmad) menekankan Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan mengidentifikasi siapakah sebenarnya Ahlussunnah Wal Jama’ah, definisi dan tantangan terkini yang dihadapi oleh Sunni. Selain itu, beliau juga menyampaikan tentang i’tikad da’wah Rasulullah dalam konteks kekinian serta strategi da’wah dalam menghadapi ummat dan tantangan global. Setelah penyampaian materi, Jama’ah yang hadir turut serta berpartisipasi dengan diskusi yang difasilitasi oleh Panitia. Di akhir sesi, Abu Fairuz memesankan kepada Jama’ah untuk tetap bersemangat dalam da’wah serta menjadikan Muhammad Rasulullah Saw sebagai tauladan kehidupan.

Semoga semua lini akan memberi perhatian serius dalam da’wah serta bersama menegakkan Syari’at Islam di Aceh Barat Daya, ungkap Ketua Umum Dewan Da’wah Abdya seraya berterimakasih kepada hadirin dan Rodja TV.