Oleh : Prof. Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL., MA (Ketua Majlis Syura Dewan Dakwah Aceh & Dosen Siyasah UIN Ar-Raniry Banda Aceh).

MUQADDIMAH

Dua stressing paling mendasar dalam judul ini adalah; bentuk pemerintahan yang dibangun Jokowi dialihkan dari konsep demokrasi kepada praktik monarkhi dan model monarkhi yang dibangun tersebut kini sedang berada di simpang jalan. Sebahagian orang menafsirkan pembangunan model monarkhi tersebut sebagai politik dinasti yang memberikan dan mengutamakan jabatan-jabatan utama kepada anggota keluarganya seperti anak, menantu, ipar, kawan dekat dan seumpamanya. Praktik ala monarkhi tersebut selain tidak selaras dengan tuntutan zaman hari ini juga menyimpang dari konstitusi.

Karena konstitusi itu menjadi dasar dan sumber hukum paling utama dalam sesuatu negara maka siapa saja yang melanggarnya akan menerima ganjaran yang fatal baik selama masih berkuasa atau ketika sudah tidak lagi berkuasa. Konsekwensi tersebut sering terlupakan oleh seseorang yang sedang mabuk kekuasaan sehingga dia lupa diri untuk menegakkan aturan konstitusi, termasuklah apa yang sedang terjadi terhadap  seorang Jokowi hari ini. Akibat dari lupa diri tersebut ia akan berhadapan dengan kondisi yang sangat merisaukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kerisauan tersebut boleh saja berada pada dua sisi kemungkinan; kemungkinan pertama, kalau Jokowi berhasil menurunkan dan mempertahankan sistem monarkhi melalui politik dinasti maka negara akan terjual, rakyat dan bangsa akan teraniaya dan terhina. Prediksi ini didukung oleh sepak terjang Jokowi selama ini yang dengan jelas dan terang menghadirkan rakyat negara Tiongkok secara beramai-ramai kesini sehingga sektor industri dan perekonomian dikuasai mereka. Sementara rakyat tempatan banyak yang tidak punya kerja, kalaupun bekerja hanya sebagai satpam atau pekerja untuk kaum pendatang sahaja.

Kemungkinan kedua; politik dinasti dan sistem monarkhi yang dibangun Jokowi akan menelan dan memakan Jokowi sendiri bersama dengan anggota keluarganya semua yang selama ini terkesan brutal terhadap rakyat dan bangsa. Kalau kemungkinan ini yang terjadi maka ia didukung oleh bukti-bukti yang sedang berkembang sa’at ini, rakyat dari berbagai komponen dengan terang-terangan menabuh gendang pemakzulan Jokowi, ada petisi 100 yang sedang bekerja keras untuk memakzulkannya, ada pula pihak pakar hukum yang menggugat ijazah palsu Jokowi dan ada para penggugat sikap berat sebelah KPU yang meloloskan cawapres belum cukup usia sesuai ketentuan konstitusi dan perundangan negara. Semua itu akan bermuara kepada huru hara pada suatu masa, tinggal kita tunggu saja kapan masa itu tiba, berpandulah kepada pengalaman Filipina terhadap Ferdinan Marcos, Iran terhadap Syah Reza Pahlevi, Rumania terhadap Nicolae Ceaușescu, Yaman terhadap Ali Abdullah Saleh dan sebagainya.

KERAJAAN JOKOWI

Kerajaan yang dibangun oleh Jokowi tersebut betul-betul bercorak monarkhis dari sudut pandang praktis. Minimal ada dua ciri monarkhi yang terdapat dalam sistem pemerintahan yang dibangun Jokowi tersebut; pertama, Jokowi menempatkan orang-orang dekatnya pada posisi-posisi strategis dalam negara sehingga orang yang ditempatkan tersebut mau membelanya habis-habisan termasuk mendobrak konstitusi; yang kedua Jokowi mengkondisikan suasana dalam Pilkada agar anak dan menantunya menang jadi kepala daerah seperti di Solo dan Kota Medan serta telah lama mempersiapkan jatah ketua umum sebuah partai untuk puteranya juga sebagai senjata politik monarkhis.

Selain membangun sistem pemerintahan monarkhis Jokowi juga telah berhasil membangun sistem pemerintahan Komunis dengan menjerat sejumlah ketua partai politik dan menjebak sejumlah tokoh dengan rekayasa korupsi sehingga mereka yang terjebak tidak boleh tidak melainkan harus ikut dan tunduk patuh kepada perintah Jokowi. Banyak ketua partai dan tokoh masyarakat yang dengan ikhlas rela menjadi jongos Jokowi dengan menggadai marwah, digniti dan harga diri. Yang paling parah kondisi semisal  ini terjadi terhadap tokoh-tokoh muslim yang berpendidikan tinggi sehingga berpengaruh prilaku jongos tersebut terhadap mayoritas rakyat dalam negara.

Satu hal yang sangat menyedihkan ummat Islam yang mayoritas di Indonesia dilakukan Jokowi adalah; Ketika dia maju menjadi calon Walikota Solo berpasangan dengan non muslim, Ketika maju menjadi calon gubernur DKI juga berpasangan dengan non muslim radikalis dan Ketika maju menjadi calon presiden memilih orang-orang lembut sebagai calon wakilnya untuk memudahkan ia berbuat sesukanya. Hasil dari itu semua selama dua periode manjadi presiden RI, Jokowi menempatkan banyak non muslim pada deretan Menteri, badan dan Lembaga-lembaga tertentu, kalaupun muslim yang diberi posisi tapi muslim itu yang lebih dekat kepada pemahaman sekuler, liberal dan plural sehingga kebijakan yang diambil cenderung tidak menguntungkan banyak kepentingan mayoritas muslim.

Sementara praktik politik dinasti yang dilakoni Jokowi sudah jelas sekali bertentangan dengan konstitusi seperti mengkondisikan Mahkamah Konstitusi yang diketuai adik iparnya Anwar Usman untuk mengesahkan puteranya yang belum cukup umur menjadi calon wakil presiden, melakukan cawe-cawe untuk kepentingan capres/cawapres, membagi-bagikan bansos dari kas negara untuk kepentingan capres/cawapres yang didukungnya, menempelkan gambar capres/cawapres pada beras, mireng yang dibagikan kepada masyarakat sebagai bantuan sosial dari negara dan banyak pelanggaran lainnya.

Perombakan dan pewujudan undang-undang negara untuk kepentingan kaum nasionalis-sekularis-komunis yang dilakukan Jokowi seperti Omnibus Law, RUU.HIP, UU.IKN, UU penunjukan gubernur oleh presiden sangat melukai hati anak bangsa Islam di negeri ini. Semua itu terjadi atas keinginan nafsu seorang panglima politik dinasti yang bernama Jokowi karena seorang kepala negara itu berfungsi sebagai panglima tertinggi dalam sesuatu negara. Ketika panglima tertinggi bertitah maka semua panglima lainnya harus ikut dan tunduk patuh kepadanya, itulah yang sedang terjadi di negara RI hari ini.

Dengan dua model pembangunan sistem kerajaan plus satu sistem komunis tersebut Jokowi berada di atas angin seperti lelayang yang sedang dihembus angin kencang. Semua orang tau kalau lelayang itu bisa terbang karena ada angin yang menghembusnya secara kencang. Demikian juga hampir semua penghuni negeri ini tau kalau Jokowi bisa bertahan karena ada dalang-dalang yang menopangnya sehingga ia bisa bertahan di posisi jabatan. Namun demikian janganlah kita lupa baik angin maupun dalang-dalang itu ada masanya menantang dan ada masanya tumbang,

Ketika arah angin berputar yang berlawanan dari sebelumnya maka lelayang yang tadinya naik kencang keatas awan akan segera tumbang, atau ketika angin sudah tidak lagi berhembus maka sulit lelayang itu dipertahankan harus tetap terbang. Demikian juga dengan posisi para dalang yang hanya mau bertahan manaka masih mendapatkan materi dari sang tuan dan masih memungkinkan dipertahankan karena belum ada tantangan yang membahayakan. Ketika tantangan demi tantangan itu datang menerpa sang majikan maka seorang demi seorang para dalang akan meninggalkan landasan termasuklah para buzzer yang selama itu bekerja habis-habisan atas dasar bayaran. Suasana seperti itu sudah sangat dekat sekali dan sedang menghinggapi sang raja politik dinasti.

DI SIMPANG JALAN

Perumpamaan simpang jalan itu ada empat cabang dan seseorang sedang berjalan dari satu arah menuju simpang, maka ia dihadapkan kepada tiga pilihan; ia berjalan lurus menuju kedepan, berbelok kekiri atau berbelok kekanan. Dalam filosofi kehidupan seseorang insan menuju jalan lempang itu bermakna ia masih bisa berkegiatan yang selama ini dilakukan, kalau ia memilih jalan kekanan berarti itu berusaha hendak menemui syurga tuhan karena itu menjadi sasaran dalam kehidupan, tetapi kalau dia berbelok kekiri mengandung makna ia sedang menambah permasalahan dalam kehidupan yang berakhir dengan tenggelam dalam neraka jahannam.

Walaubagaimanapun, Al-Qur’an hanya menawarkan dua pilihan, kiri dan kanan dan tidak ada jalan lempang dalam kasus penerusan dosa bagi seseorang, boleh jadi arah lempang itu tidak akan berkesudahan seperti orang-orang yang haus jabatan. Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri. Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat. (Al-Balad; 17-20)

Adapun Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 153 yang artinya: dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa. Kandungan tafsir ayat ini menegaskan bahwa Islam itu jalan yang lurus maka Allah perintahkan hambanya untuk senantiasa berada dalam Islam dan jangan bercerai berai. Adapun ayat enam dalam surat Al-Fatihan: Tunjukilah daku jalan yang lurus, merupakan do’a yang meminta Allah tetap menetapkan hambanya dalam iman dan Islam sebagai jalan yang lurus.

Cukup sangat jelas pembagian jalan dalam Al-Qur’an yang hanya memiliki dua pilihan; kiri dan kanan dan tidak ada jalan lempang karena jalan lempang itu tidak berkesudahan melainkan berhadapan dengan kehancuran. Manakala seseorang terus memaksa diri untuk menelusuri jalan lempang untuk terus berbuat kesalahan bermakna ianya sedang mempertahankan sebuah kekuasaan dengan menghalalkan segala cara sebagaimana yang pernah dilakukan oleh para diktator di dunia. Sejarah telah mengingatkan kita dengan kisah Namrut di Babilonia yang tidak terkalahkan tetapi Allah kirim seorang hamba dha’ifnya bernama Ibrahim yang mampu menghancurkannya, kisah Fir’aun di Mesir yang berkuasa bukan hanya sebagai seorang raja melainkan menobatkan diri sebagai tuhan dan tidak ada yang mampu menantang, tetapi ketika Allah utuskan seorang Musa lemah kekuasaan tetapi kuat imannya mampu melenyapkan kekuasaan Fir’aun di sana, kisah Syah Reza Pahlevi di Iran yang tidak mampu diturunkan dari jabatan kekuasaan oleh rakyatnya, tau-tau ia diturunkan oleh seorang tua renta bernama Khumaini, kisah Ferdinan Marcos di Filipina yang terus memilih jalan lempang tidak mau turun dari jabatan dan tidak mau membelok kekanan, akhirnya seorang janda Bernama Corazon (Qory) Aquino yang mengakhiri kekuasaannya, kisah Nicolae Ceaușescu yang berusaha keras tetap menjadi penguasa di Rumania dan tidak ada pihak yang mampu mengalahkannya, akhirnya para polisi dan tantara yang sebelumnya sangat loyal kepadanya, merekalah yang mengeksekusinya Bersama isterinya Elena.

Di Indonesia ada Soekarno yang gagah berani dan pandai mengsunglap pemikiran tokoh-tokoh muslim sehingga diangkat menjadi presiden seumur hidup, partai yang tidak disukainya seperti Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI) dimakamkan hidup-hidup, terkesan tidak ada yang mampu menurunkannya dari kursi presiden pertama Indonesia, tetapi akhirnya hasil karyanya sendiri yang membuat dia hilang kursi presiden. Soeharto yang terkenal dengan manajemen militernya sulit diprediksi akan jatuh dari kursi presiden, sejumlah jenderal berupaya menurunkannya tetapi selalu gagal, namun akhirnya ia tumbang oleh kerja kikhlas anak-anak mahasiswa. Demikianlah kisah-kisah masa lalu yang terus akan terjadi di masa depan terhadap rezim yang berbeda dan tempat yang beragam, lalu bagaimana dengan rezim Jokowi yang sedang nyenyak dengan politik dinasti? Insya Allah sebentar lagi ada jalan keluarnya

Konsep Al-Quran tentang simpang jalan hanya ada tiga cabang manakala kita artikan seseorang sedang berjalan kearah simpang, dia akan berhadapan dengan simpang kiri dan simpang kanan dari arah yang ia lalui. Oleh Al-Qur’an menyebutnya ashhabul yamin (golongan kanan) dan ashhabusy syimal (golongan kiri). Lalu dalam posisi upaya Jokowi menghadirkan sistem monarkhi melalui politik dinasti, kemanakah arah yang mau dituju? Dan dari manakah ia berlalu? Akankah ia berlalu dari satu arah jalan menuju simpang empat atau menuju simpang tiga? Kalau jawabannya ia sedang melalui simpang empat maka ia mempunyai tiga pilihan dan tentunya dia tidak akan memilih dan membelok kekiri atau kekanan melainkan terus berlalu melewati jalan lurus menuju titik tujuan yang bernama singgasana monarkhi yang ditempuh melalui jalur politik dinasti.

Sebaliknya apabila ia sedang berada di simpang tiga maka ia tidak punya jalan tengah dan tidak punya jalan lain selain belok kiri atau belok kanan. Ketika kita padankan arah kepemimpinannya dengan arah konstitusi negara Indonesia maka posisi Jokowi sa’at ini sedang berada di simpang tiga yang mengharuskan dia memilih salah satu di anntara dua; kiri atau kanan. Dalam prediksi tokoh bangsa hari ini Jokowi enggan memilih simpang kanan dan senang menuju simpang kiri. Kalau benar Analisa ini berarti kita tunggu waktu saja ia akan menambah deretan penguasa yang telah mendahuluinya untuk ia ikuti dan rasakan sebagaimana yang telah mereka rasakan, baik kasus-kasus di Indonesia maupuun yang di luar negeri.

Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri. Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat. (Al-Balad; 17-20)

Karya kecil ini coba mengarahkan para penguasa untuk menjadi golongan kanan melalui kalam-kalam dakwah sebagai peninggalan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, dengan harapan yang merasa telah menyimpang kekiri segeralah berbelok kekanan. Yang sedang nyenyak melewati jalan lurus harus sadar bahwa jalan lurus itu akan menemui titik buntu, manakala terperogok di titik buntu maka sulit bagi dirinya untuk balik kebelakang mencari jalan menuju arah kanan. Untuk itu dari sekarang sebelum terlalu terlambat segeralah berbelok kekanan dan jangan mengikuti arahan dan tuntutan para dalang. Yakinilah para dalang tetap merapat manakala ia masih dapat syafa’at, tetapi Ketika mereka merasa jenuh apalagi tidak mendapat syafa’at maka mereka akan lari dari lapangan perjuangan. Wallahu a’lam…


OlehDr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL., MA (Ketua Majlis Syura Dewan Dakwah Aceh & Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh)

Sejarah dan perputaran masa dalam kehidupan manusia berjalan demikian lancarnya sehingga ada manusia yang lupa akan masa lalu dan tidak mampu menganalisa masa depan walaupun hidupnya penuh sesak dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan.

Demikianlah bukti sejarah yang telah berlalu dari satu kelain zaman, di sana ada manusia yang menipu manusia, ada manusia yang mencurangi manusia, ada manusia yang menghina manusia, ada manusia yang menghancurkan massa depan manusia, ada manusia yang membunuh manusia dan seterusnya. Adakah kondisi semisal itu hadir dalam kehidupan kita? Mari kita bercermin kepada sejarah dalam upaya membaca masa depan yang masih kelam.

MARCOS

Nama penuhnya adalah; Ferdinand Emmanuel Edralin Marcos, lahir 11 September 1917 dan meningggal 28 September 1989 dalam usia 72 tahun. Ia merupakan Presiden kesepuluh Filipina yang menjabat dari 30 Desember 1965 sampai 25 Februari 1986. Banyak kisah menarik yang dapat dipetik dari sejarah panjang kehidupan dan kepemimpinan Marcos selama memimpin Negara Filipina. Alumni Fakultas Hukum Universitas Filipinan dengan nilai cum laude tahun 1939 ini berkesempatan berperang melawan Jepang dalam Perang Dunia II.

Setelah mendapat beberapa penghargaan dari hasil perjuangannya melawan Jepang, tahun 1954 Marcos menikah dengan seorang wanita cantik bernama Imelda Romualdez yang kemudian berjuang membantunya dalam gerakan memperoleh posisi presiden. Ia kemudian bergabung dengan Partai Nacionalista, lalu bergandengan dengan calon wakil presidennya Fernando Lopez berhasil mengalahkan presiden petahana; Diosdado Macapagal dalam pemilu 1965. Tatkala itu resmi Marcos menjadi presiden Filipina yang kesepuluh.

Tercatat dalam sejarah bahwa Marcos merupakan presiden Filipina pertama yang terpilih dua periode berturut-turut. Merasa dirinya sudah kuat tahun 1972 ia menjadikan gaya kepemimpinannya yang otoriter yang membolehkan dirinya berkuasa tanpa batas dengan menggunakan hukum darurat militer sebagai alat untuk menekan dan membungkam pihak oposisi. Dengan gaya kepemimpinannya yang otoriter tersebut berkembangnya praktik money politik, pelanggaran HAM, maraknya praktik korupsi, memburuknya kesehatan rakyatnya serta doyan berhutang dengan luar negeri terutama dengan Amerika Serikat untuk menghambur-hamburkan dana bagi para kroni dan para pengikutnya. Yang paling tragis adalah dalam masa-masa akhir kepemimpinannya terjadi pembunuhan terhadap tokoh oposisi Benigno Aquino pada tahun 1993.
Kasus terakhir membuat terjadinya perlawanan rakyat membela kematian tokoh mereka sehingga isteri Benigno Aquino dinobatkan sebagai lambang perlawanan terhadap rezim Marcos dan huru hara dalam negeri akhirnya tidak dapat dibendung sampai berakhirnya diktator Marcos dengan melarikan diri ke Honolulu, Hawaii Amerika Serikat. Rezim yang memiliki visi Bagong Lipunan (Masyaarakat Baru) ini mengedepankan doktrin bahwa orang-orang miskin dan orang kaya harus sama sama bekerja tanpa perbedaan untuk menuju tujuan tunggal untuk mencapai kebebasan melalui kesadaran diri.

Tercata sebuah kecurangan besar yang dilakukan dengan kekuasaannya Marcos adalah terpilih keempat kalinya sebagai presiden Filipina dalam tahun 1986 yang penuh intimidasi, kecurangan, ancaman dan tipuan. Dengan ketimpangan pemilu tersebutlah akhirnya Marcos diturunkan sebagai presiden dalam sebuah gerakan massa yang terkenal dengan Revolusi EDSA, sebuah revolusi damai yang dipimpin isteri Benigno Aquino; Corazon Aquino (Qory Aquino). People Power yang bernama Revolusi EDSA tersebut telah memaksa Marcos dan isterinya melarikan diri ke Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat. Ia hidup menumpang di sana dengan perasaan dikejar ketakutan rakyat sendiri sampai menemui ajalnya pada tanggal 28 September 1989 akibat menderita penyakit jantung, ginjal dan paru-paru. Marcos akhirnya dikebumikan di kompleks pekuburan besar indah di Kota Batac, provinsi Ilocos Utara, Hawaii (1993–2016), kemudian dipindahkan ke Heroes’ Cemetery, Taguig, Metro Manila (sejak 18 November 2016).

Marcos dalam memimpin Filipina sangat terikat dengan pengaruh pendamping hidupnya Imelda yang suka hidup mewah dan berfoya-foya. Keterikatan tersebut membuat dirinya harus melakukan sesuatu yang terkadang bertentangan dengan aturan, karena dia masih berkuasa maka kebanyakan orang tetap saja tunduk dan patuh kepadanya. Akan tetapi manakala pelanggaran demi pelanggaran terus dikerjakan yang membuat rakyat hilang kesabaran, maka orang sekuat Marcos yang tidak mampu dilawan oleh para jenderal akhirnya tumbang dari kekuasaan dengan pengaruh seorang wanita janda yang tidak pernah diduga, yaitu Cory Aquino.

Ketika rakyat sudah berkesimpulan bahwa ia seorang jahat, pelanggar aturan dan penghalal cara dalam berkuasa, lalu rakyat bergerak dengan People Powernya yang bergelar Revolusi EDSA (Epifanio de los Santos Avenue), yang diambil sempena dari sebuah jalan di Metro Manila sebagai tempat demonstrasi. Maka para jenderal tentara, polisi, para hakim dan jaksa, para buzzer, para penjilatnya yang dahulu membelanya mati-matian beralih haluan mengikuti aliran gerakan rakyat yang mengejarnya lari dari tanah airnya. Kejadian semisal itu hanya waktulah yang menentukan kapan suatu kedzaliman itu berakhir dan kapan kebenaran itu bermunculan, kita tunggu di Negara Indonesia.

NICOLAE CEAUȘESCU

Mantan pemimpin dan bangsa Rumania ini lahir di Scornicești, Olt, Rumania pada tanggal 26 Januari 1918 secara normal, dan meninggal di Târgoviște, Dâmbovița, Rumania secara luarbiasa karena dieksekusi oleh rakyatnya sendiri pada tanggal 25 Desember 1989 dalam usia 71 tahun. Ia memiliki seorang isteri bernama; Elena Petrescu yang ikut dieksekusi rakyat bersamanya dan tiga orang anak: Valentin Ceaușescu, Zoia Ceaușescu, dan Nicu Ceaușescu. Dalam usia 11 tahun Ceausescu pindah ke Bukares hanya untuk bekerja di pabrik, namun kemudian tahun 1932 ia bergabung dengan Partai Komunis Rumania sehingga jadi popular setelah ditangkap beberapa kali akibat gerak langkah politiknya yang keras.

Ia sempat ditangkap berturut-turut dalam tahun 1932, tahun 1933, tahun 1936 dan tahun 1940 karena dituduh mengembangkan propaganda faham komunis dengan anti paham fasis. Ketika bebas dari penjara tahun tahun 1940 ia berkenalan dengan Elena Petrescu dan menikah pada tahun 1946. Tahun 1943 ia dipindahkan ke kemp konsentrasi Targu Jiu dan ketika Rumania menjadi bahagian penguasaan Uni Soviet dia mendapatkan posisi Sekretaris Uni Pemuda Komunis dari tahun 1944 sampai 1945. Nasipnya semakin baik ketika Komunis berkuasa di Rumania tahun 1947 Ceausescu diangkat menjadi Menteri Pertanian dan beberapa sa’at kemudian menjadi wakil Menteri Angkatan Bersenjata, dan dalam tahun 1954 dia menjadi anggota penuh Politbiro Komunis serta menjadi orang penting dalam kekuasaan Negara Rumania.

Karir politik Ceausescu lumayan unik, dia pernah menjadi Presiden Dewan Negara Rumania mulai dari 9 Desember 1967 sampai 22 Desember 1989, Presiden Rumania sejak 28 Maret 1974 sampai 22 Desember 1989, Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis Rumania semenjak 22 Maret 1965 sampai 22 Desember 1989.

Awal masa kepresidenannya Ceausescu membuka kebijakan barunya dengan Eropa barat dan Amerika Serikat yang berbeda dengan kebijakan Negara-negara Pakta Warsawa lain yang cenderung beroposisi dengan Amerika dan Eropa Barat selama perang dingin. Dekade berikut kepemimpinannya mulai mendapatkan dukungan rakyat yang membludak karena keberaniannya dan ketajaman analisa politiknya sehingga menjurus kepada pengkultusan pada masa menjelang berakhir hidupnya. Pada masa tersebut hubungannya dengan negara barat dan Uni Soviet mulai memburuk yang membuat dia kehilangan kekuatan luar negara manakala rakyat mengeksekusinya.

Karena merasa sudah diterima oleh rakyat sepenuhnya, pola kepemimpinan Ceausescu pelan-pelan beralih dari sistem politik Komunis kepada sistem politik monarkhis yang membuat dirinya cenderung kepada pengkultusan individu. Terinspirasi oleh pimpinan Korea Utara Kim Il-Sung dan ia kagum dengan Mao Zedong di Republik Rakyat Cina yang menguasa Negara penuh dengan gaya diktator ala ideologi Komunis. Berbekal kunjungannya ke RRC dan Korea Utara tahun 1971 dan dipicu oleh pidatonya di lapangan revolusi Bukares pada 21 Agustus 1968 yang mengutuk keras invasi Pakta Warsawa ke Cekoslowakia, semenjak itulah dia sering diidentikkan dengan Rumania itu sendiri dan dari sinilah benih pengkultusan diri yang sekaligus juga pengkultusan terhadap isterinya Elana bakal berbuah petaka raya bagi pasangan suami isteri yang menjadi orang nomor satu Rumania tersebut.

Pengkultusan yang dahsyat itu digambarkan oleh media Rumania sebagai teoretikus jenius komunis yang telah banyak bersumbangsih terhadap Marxisme-Leninisme. Ia juga dicitrakan sebagai pemimpin politik dengan “pemikiran’ yang menjadi sumber semua pencapaian negara Rumania. Kumpulan karya-karyanya diterbitkan secara berkala dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. Karya ini terdiri dari lusinan volume dan selalu ada di setiap toko buku di Rumania. Sementara itu, isterinya Elena digambarkan sebagai “Ibu Bangsa. Media-media mengistiharkan zaman keemasan Ceaușescu penjamin kemajuan dan kemerdekaan bangsa, ia digambarkan sebagai perancang visioner masa depan bangsa Rumania dan digambarkan sebagai Conducător atau “pemimpin”.

Lonescu, penulis untuk Radio Free Europe merinci daftar sebutan puja-puji para penulis Rumania kepada Ceaușescu sebagai berikut: “arsitek”, “raga surgawi” (Mihai Beniuc), “pencipta buana”, “tuhan sekular” (Corneliu Vadim Tudor), “pohon cemara”, “Pangeran Tampan” (Ion Manole), “jenius”, “santo” (Eugen Barbu), “keajaiban”, “fajar menyingsing” (Vasile Andronache), “pemberi arah” (Victor Nistea), “penyelamat” (Niculae Stoian), “matahari” (Alexandru Andrițoiu),
“titan” (Ion Potopin), dan “visioner” (Viorel Cozma).

Kondisi pengkultusan yang berlebihan tersebut membuat Ceaușescu dan isterinya Elena berposisi bak sang maharaja yang tidak tersalahkan dan tak terkalahkan. Sehingga gambar-gambar keduanya yang ditayang televisipun dihatur ketat, manakala cameramen atau pemberita televisi tersalah menampilkan gambarnya akan mendapatkan sanksi diskor dari tempat kerja. Suasana maharaja di atas kayangan demikian terasa sangat sulit dirubah oleh rakyat Rumania ketika itu.
Namun demikian ketika alam berbicara, pengkultusan dan pemujaan berdasarkan rekayasa itu kemudian tiba juga masa berakhirnya. Ketika rakyat sudah muak dengan kondisi rekayasa, tipu, curang dan palsu itu maka rakyat yang dahulu memujanya mereka juga yang menghina dan mengeksekusinya. Berawal dari pidatonya yang menekankan keberhasilan revolusi sosialis Rumania tanggal 21 Desember 1989, mulailah rakyat mengoloknya dan mereka meneriakkan”Ti-mi-șoa-ra! Ti-mi-șoa-ra!”. Berbaringan dengan olok-olokan tersebut tiba-tiba terdennar suara bom dan senapan yang membuktikan kekacauan muali terjadi. Ceaușescu dan isterinya Elena menjadi panik dan bersembunyi di dalam sebuah bangunan.

Dengan cepat saja api revolusi itu menyebar keseluruh negara Rumania, tanggal 22 Desember 1989 media mengumumkan kematian menteri pertahanan Vasile Milea yang diduga hasil kerja rezim maka kemarahan rakyat semakin menjadi-jadi dan sulit dibendung. Melihat kondisi yang ada, Ceaușescu coba memberikan pidato peredaman kepada massa yang berkumpul di depan bangunan Komite Pusat. Kasihan pidatonya dijawab dengan lemparan batu dan benda keras lainnya yang memaksa dia bersama isteri masuk ke gedung tersebut tetapi rakyat kemudian mengejarnya.

Ceaușescu dan istrinya berhasil mencapai atap gedung dan melarikan diri dengan helikopter, kondisi ini merepresentasikan bubarnya Partai Komunis Romania. Dalam masa revolusi tersebut media barat mengklaim 64.000 orang tewas dibunuh oleh pihak sekuriti, klaim tersebut dibantah pihak Rumania yang mengatakan hanya 1.000 orang yang tewas.

Gambaran situasi tersebut membuat Ceaușescu dan istrinya melarikan diri dengan helicopter dari ibu kota ke kediamannya di Snagov. Mereka lalu melarikan diri lagi ke Târgoviște. Dekat Târgoviște, mereka meninggalkan helikopter dan menggunakan jalur darat. Kemanapun ia lari akhirnya ditangkap oleh polisi yang dahulu memuja dan memuji serta penuh tunduk patuh kepadanya. Terus diserahkan kepada tentara yang dahulu menjadi pembelanya dan penjaganya, lalu pada hari natal 25 Desember 1989 mereka diadili secara kilat di pengadilan militer dan dijatuhi hukuman mati dengan tuduhan berlapis, mulai dari memperkaya diri secara ilegal hingga genosida, dan kemudian dieksekusi di Târgoviște. Video pengadilan menunjukkan, setelah vonis, Ceaușescu dan istrinya diikat lalu digiring ke luar gedung pengadilan untuk dieksekusi.

Pasangan ini dieksekusi oleh regu tembak yang terdiri dari anggota pasukan terjun payung elit Rumania: Kapten Ionel Boeru, Sersan Mayor Georghin Octavian dan Dorin-Marian Cirlan, ketika ratusan prajurit lainnya juga turut serta. Ceaușescu dan istrinya dihadapkan ke dinding lalu segera ditembak sampai mati. Nicolae Ceaușescu dan istrinya Elena dimakamkan di kuburan Ghencea, Bukares. Mereka merupakan orang terakhir yang dihukum mati di Rumania sebelum penghapusan hukuman mati pada 7 Januari 1990 oleh pemerintahan baru.

Walaubagaimanapun, kenangan kehebatan menguasai posisi dan jabatan, kemahiran menggiring bangsa untuk tunduk patuh kepadanya sehingga menjadi pengkultusan keluarga dengan jargon politik dinasti, manakala semua itu sampai kepuncaknya maka prahara kekuasaan itu akhirnya datang juga. Selamat jalan diktator dan selamat menyusul diktator-diktator lainnya di muka bumi ini seperti Marcos dan Ceausescu yang telah meninggalkan pelajaran berharga bagi orang-orang yang tidak gila jabatan, tidak gila pangkat, tidak gila politik dinasti dan tidak gila dunia.

JOKOWI

Ir. H. Joko Widodo bin Widjiatno Notomihardjo (nama akrabnya; Jokowi) lahir 21 Juni 1961 merupakan presiden ketujuh Republik Indonesia yang menjabat sejak tanggal 20 Oktober 2014 bersama wakilnya Jusuf Kalla, dan terpilih kembali (dengan dugaan curang) untuk periode kedua bersama wakilnya Ma’ruf Amin dalam Pemilu Presiden 2019.

Jokowi pernah menjadi gubernur Jakarta sejak 15 Oktober 2012 hingga 16 Oktober 2014 didampingi Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai wakilnya, pernah juga menjadi Walikota Solo sejak tanggal 28 Juli 2005 hingga 1 Oktober 2012.

Selama dua periode menjadi presiden Indonesia, Jokowi menjadi sorotan dan perbincangan publik karena kelihaian dan kemahirannya mempermainkan anak bangsa Indonesia. Kesan yang ditangkap publik adalah ia pandai berjanji tapi tidak pandai menepati, ia pandai bermain palsu tapi tidak pandai menyembunyikan kepalsuan itu, ia dekat dengan non muslim tetapi tidak pandai menentramkan muslim, ia dihatur oleh oligarkhi namun dia tidak mampu mengatur rakyat sendiri, ia menempatkan orang-orang sekuler dan kafir dalam jabatan-jabatan strategis yang dengan jabatan-jabatan tersebut ummat Islam terjepit di negaranya sendiri, ia pandai berhutang dengan luar negeri tetapi tidak pandai melunasi.

Jokowi juga terkenal dengan rekayasa-rekayasa besarnya seperti pemilu curang, mobil ESEMKA, penarikan tambang emas kembali, tidak menjual asset Negara dan membeli kembali yang sudah terjual, menciptakan jutaan lapangan kerja, memindahkan IKN, mewujudkan kereta cepat Jakarta – Bandung, membuat undang-undang yang berlawanan dengan konstitusi seperti RUU-HIP, Omnibus Law, undang-undang penunjukan gubernur Jakarta oleh presiden, membiarkan pengarahan Pancasila untuk menjadi trisila atau ekasila, dan sejenisnya.
Belum cukup di situ, Jokowi juga dituduh massa menggunakan kuasa untuk mengembangkan politik dinasti dengan menjadikan puteranya Gibran calon wakil presiden dengan menggunakan kuasa adik iparnya Anwar Usman memutuskan di Mahkamah Komstitusi walaupun belum berusia 40 tahun kalau pernah menjadi kepala daerah bisa jadi cawapres. Yang tidak habis dipikir rakyat adalah gerakan cawe-cawenya Jokowi untuk memperjuangkan Prabowo dan Gibran jadi calon presiden dan wakil presiden yang dengan kasat mata belum layak dan belum berkualitas bila dibandingkan dengan dua calon presiden dan wakil presiden lainnya.

Semua itu dilakukan Jokowi setelah gagal memperjuangkan jabatannya tiga periode karena bertentangan dengan konstitusi dan tidak direstui oleh partai pendukungnya PDIP. Dan yang sangat tidak sopan dilakukannya adalah ada upaya keras untuk menggagalkan salah satu capres yang tidak disukainya. Ketika capres tersebut dicalonkan oleh partai lain maka fasilitas yang didapat untuk perusahaan ketua partai tersebut dicabut dan dipersempit. Capres itupun diintimidasi dan didiskriminasi dengan berbagai cara termasuk memaksa KPK untuk mentersangkakanya. Semua itu sudah menjadi rahasia umum bagi bangsa dan rakyat Indonesia hari ini.
Ketika semua upaya kelabu itu gagal dilakukan, mulai dari pembusukan anak bangsa yang sopan, santun, ramah, berkualitas, berilmu tinggi, berkapasitas pemimpin semenjak dari jabatan gubernur DKI sampai hari ini masih dicari upaya membungkamnya dengan menggunakan fasilitas negara, aparat negara, pejabat negara, dan buzzer bayaran negara. Terakhir tersebar pernyataan Mendagri lewat medsos yang menyatakan tentang kemungkinan capres terbunuh. Semua itu menjadi bahagian penyalahgunaan kekuasaan negara, penyimpangan demokrasi dan pelanggaran Hak Azasi.

Patut kita khawatirkan kasus pembunuhan enam orang pengawal IB-HRS di kilometer 50 yang tidak pernah diproses hukum dengan benar sampai hari ini, na’uzubillah bakal terjadi terhadap salah satu capres yang memiliki best track record dan diharapkan menjadi presiden oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia baik yang beragama Islam atau yang beragama lain, baik bumiputra maupun non bumi putra. Kalau itu bakal terjadi maka sempurnalah kejahatan seorang penguasa negara yang pilih kasih terhadap anak bangsanya, apalagi kenyataannya para ulama didiskriminasi dan dipenjara, organisai Islam dibubarkan, tokoh-tokoh bangsa yang kritis ditangkap dan dipenjara, sempurna sudah prilaku melawan hukum, melawan HAM dan melawan demokrasi yang dilakukannya.

Lalu apa yang sedang dicarinya? Boleh jadi dia dan mereka sedang mencari pengalaman seperti yang dialami mantan presiden Filipina Ferdinan Marcos dan mantan presiden Rumania Nicolae Ceaușescu. Soalnya kemiripan gaya dan strategi kepemimpinan yang dilakoni oleh tiga presiden tersebut sangatlah dekat sekali malah identik sekali antara satu sama lainnya. Pertanyaan yang muncul adalah: bagaimanakah posisi Jokowi kalau orang yang dia perjuangkan menjadi presiden tidak menang? Bagaimana pula kalau yang menang itu malah orang yang sudah dan sedang dia benci? Pertanyaan lain lagi: apakah dia sempat memimpin negara ini sampai terjadinya serah terima jabatan dengan presiden baru selepasnya? Banyak sekali pertanyaan yang muncul dari hasil kepemimpinan yang dilakoninya selama ini. Kita berdo’a Jokowi menjadi orang yang disayangi rakyatnya baik selama menjadi presiden mapun setelah selesai memegang jabatan presiden.

Kita berdo’a agar Jokowi diberikan petunjuk oleh Allah SWT menjadi hambanya yang shalih dan menjadi calon penghuni syurga. Kita berdo’a supaya pengalaman Marcos dan Ceaușescu tidak terjadi terhadap diri jokowi, dan tidak pula mengalami hal serupa dengan Soekarno sebagai pemimpin Orde Lama dan Soeharto sebagai pemimpin zaman Orde Baru. Wallahu a’lam…

Oleh Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL, MA

Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Aceh menggelar silaturrahmi antara Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dengan para cendekiawan, ulama, akademisi dan tokoh-tokoh Aceh Ahad 6 Agustus 2023 pukul 16.00 di Hotel Hermes Palace Banda Aceh.

Menurut Sekretaris Umum DPW Nasdem Aceh; Muslim Ayup, acara tersebut digelar secara tiba-tiba dan sempat beredar undangan via WA pagi hari Ahad 6 Agustus 2023. Ketua DPW Nasdem Aceh Taufikurrahman berucap; acara silaturrahmi tersebut digelar berdasarkan permintaan beberapa tokoh Aceh yang hendek bertemu dan bertukar pikiran dengan Surya paloh, lalu diambil inisiatif diadakanlah silaturrahmi yang lebih luas tersebut.

Acara yang sempat bergeser waktunya hampir satu jam karena peserta menunaikan shalat ashar terlebih dahulu sebelum ikut acar itu dihadiri oleh alim ulama, para guru besar, akademisi, tokoh masyarakat, utusan ormas dan insan pers berjalan dengan lancar, bersahabat, serius dan fokus. Dari pihak Nasdem sendiri selain anggota DPW dan DPD Banda Aceh juga hadir bacaleg DPR RI dapil 1 Dr. Abdullah Puteh dan mantan ketua umum DPW Nasdem Aceh Zaini Jalil.

PIDATO SURYA PALOH

Dengan menggunakan waktu lebih kurang satu jam Surya Paloh berpidato dengan sangat bersemangat dan bergairah sebagaimana penampilannya hari-hari yang bersahaja, serius dan tegas. Pidato yang diawali dengan perkenalan diri itu dirasakan para peserta sangat aspiratif dan menyentuh kalbu karena dimulai dari permulaan karirnya yang berkembang semenjak usianya 14 tahun.

Dalam usia tersebut beliau sudah bergerak dan berkembang dalam bidang bisni yang kemudian diperkuat oleh pengalaman organisasi pemuda, ormas dan orpol. Beliau dalam usia muda sempat menjadi anggota DPRD Kota Medan kemudian menjadi petinggi Golkar sampai mendirikan Partai Nasdem.

Menurutnya, Nasdem lahir sebagai upaya koreksi terhadap partai-partai lain yang sudah sedia ada sebelum Nasdem ada. Nasdem lahir dengan gerakan restorasi untuk Indonesia dalam upaya meningkatkan martabat, gezah dan wibawa bangsa Indonesia sehingga menjadi sebuah kebanggaan kita sebagai warga negara yang belum wujud sebelum Nasdem Lahir. Kita ingin bangsa ini bermartabat, bermoral, berpengetahuan dan mampu bersaing dalam kancah pergerakan dunia global bukan hanya di peringkat kabupaten/kota, provinsi dan negara saja.

Dalam pidatonya Surya Paloh lebih fokus mengungkapkan upaya bagaimana mengembangkan Aceh yang hanya berpenduduk sekitar lima juta orang ini. Bahkan suatu ketika dahulu bangsa Aceh ini terancam punah ketika indeks kelahiran lebih rendah berbanding dengan indek kematian di bumi Aceh dan ini tidak banyak orang tahu, walaupun demikian hari ini sudah normal kembali ungkapnya. Beliau berharap orang Aceh serius memikirkan bagaimana memajukan Aceh di peringkat nasional dan internasional dengan kekhususan dan keistimewaan yang dimiliki oleh Aceh hari ini. Kekhususan dan keistimewaan tersebut tidak dimiliki oleh provinsi lain secara simultan sebagaimana yang dimiliki Aceh, karenanya Aceh sangat rugi kalau tidak mampu memanfaatkan fasilitas yang ada tersebut.

Restorasi untuk Aceh katanya; untuk memperkuat dan memugar kejayaan masa lampau yang megah dengan Sultan Iskandar Mudanya, dengan Laksamana Malahayatinya, dengan Tgk. Chik di Tironya, dengan Teuku Umar dan Cut Nyak Dhiennya. Dengan itu semua restorasi untuk Aceh harus diwujudkan dengan memperkuat adat istiadat dan kearifan lokal yang sedia ada. Kita satu-satunya provinsi yang berlaku syari’at Islam, bagaimana kita berikan cerminan syari’at Islam itu sebagai contoh teladan yang baik kepada provinsi lain yang tidak memilikinya. Jangan sampai dengan berlakunya syari’at Islam tersebut membuat Aceh salah-salah semakin terpuruk, semakin tertinggal, semakin mundur dan semakin dicemooh orang.

Terkesan dalam pidatonya beliau mencoba mengajak rakyat Aceh untuk mengedepankan persahabatan dalam segala bidang antar sesama orang yang menjadi rakyat Nanggroe Aceh. Seolah-olah beliau mengharapkan generasi muda Aceh bekerja dan berbuat seperti yang beliau lakukan sehingga seluruh orang Aceh harus berjaya dan menjadi tokoh-tokoh nasional dan internasional. Seolah-olah beliau mengajak semua bangsa Aceh jangan salah kaprah dengan implementasi syari’at Islam di Aceh sehingga orang Aceh semakin kaku, jumud, tersungkur dan terbelakang dalam kehidupan. Padahal Islam dan Syari’at Islam itu datang bersamaan dengan gerakan perobahan yang dalam bahasa Nasdem disenut dengan restorasi.

TANGGAPAN PESERTA

Hanya ada enam orang penanggap yang sempat memperoleh kesempatan dalam acara tersebut dan keburu waktunya menuju waktu maghrib. Dua professor penanggap awal secara berurutan cenderung kepada memberi sanjungan dan apresiasi kepada Surya Paloh. Penanggap ketiga yang juga seorang professor berlatarbelakang kesehatan mengemukakan problematika anak stanting di Aceh yang sangat mengkhawatirkan seraya mengkritik pengesahan undang-undang kesehatan yang salah kaprah oleh DPR.RI.

Sedangkan penanggap keempat datang dari orang yang berlatarbelakang ulama dengan sejumlah ayat dan hadis bagaimana kita berupaya memperoleh kemenangan dalam sebuah perjuangan yang dialamatkan kepada upaya mendorong majunya Anis Baswedan sebagai calon Presiden RI. oleh penanggap kelima seorang perempuan bergelar doktor cenderung memperkenalkan diri, mengapresiasi gerak langkah Nasdem memajukan Anis sebagai presiden dan mengoceh perempuan tidak mendapatkan posisi dalam negara. Padahal Aceh memiliki beberapa orang pemimpin perempuan pada masa dahulu tapi sekarang kami tidak diberikan kesempatan oleh pihak-pihak tertentu di Aceh, katanya.

Dari enam penanggap tersebut terkesan tidak satupun yang fokus menanggapi isi pidato Surya Paloh yang mengajak forum untuk mendongkrak Aceh lebih maju dari kemajuan yang pernah ada tempo dulu di zaman Iskandar Muda, zaman Tgk. Chik di Tiro, zaman PUSA dan kemerdekaan. Dan tidak ada juga yang menanggapi tentang kesuksesan pribadi yang digerakkannya mulai dari usaha kecil sampai menjadi pengusaha, politikus dan tokoh nasional. Yang sangat amat penting adalah tidak ada seorang penanggappun yang menyinggung keikhlasan beliau berbuat bukan untuk kepentingan pribadi melainkan untuk kepentingan bangsa dan negara. Bukti konkritnya adalah beliau mendorong Anis menjadi calon presiden RI bukannya maju dirinya sendiri seperti ketua-ketua partai lainnya.

Yang lebih dahsyat lagi prilaku para ketua partai lain adalah; kalau dirinya tidak diterima oleh rakyat menjadi pemimpin di negeri ini tidak segan-segan menyodorkan anaknya atau tidak pernah takut menjilat kepada pemimpin terpilih agar mendapatkan jabatan semisal jabatan menteri. Semua itu tidak dilakukan seorang Surya Paloh yang tertinggal dari tanggapan para peserta dalam silaturrahmi tersebut. Lazimnya orang-orang kita kalau ada kesempatan berbicara langsung saja menjual obatnya sendiri tanpa peduli jualan oban orang sebelumnya, maka hasilnya jauh panggang dari api, lain yang dihantar Pak Surya lain pula yang ditanggapi para peserta.

Semestinya para penanggap tersebut tidaklah memberi kesan mengajari Surya paloh tentang bisnis, tentang politik, tentang syari’at Islam dan tentang sesuatu yang beliau sudah paham. Itu namanya mengajari itik berenang yang dalam bahasa Aceh disebut dengan: jak bi bu keu ureung troe, jak peukawen ureung inong nyang kana lakoe (memberi makan orang kenyang dan mengawinkan perempuan bersuami). Maka hasilnyapun pak Surya tidak menanggapi satupun komentar para pembicara dan penanggap tersebut. Dengan senyum-senyum beliau berucap: saya tidak menanggapi apa yang bapak-bapak sampaikan karena waktu yang tidak memungkinkan lagi, yang jelas dengan mendorong Anis untuk menjadi calon Presiden, impeknya sangat dahsyat sekali dan ini tidak cukup waktu untuk saya kemukakan disini. Lalu beliau menutub dengan ucapan salam.

Penulis adalah Ketua Majlis Syura Dewan Dakwah Aceh dan Dosen Siyasah pada Fakultas Syari’ah & Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Email: diadanna@yahoo.com


Masyarakat Sodom adalah orang-orang yang buruk akhlaknya, rusak mentalnya, tidak memiliki pegangan agama dan tidak memiliki peradaban hidup yang mulia. Kemungkaran dan kemaksiatan merajalela dalam kehidupan mereka. Pencurian, pembegalan dan perampasan harta merupakan kejadian sehari-hari, yang kuat menjadi penguasa,  sedangkan yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenang-wenang para penguasa dan orang kuat.

Maksiat yang paling menonjol dan menjadi ciri khas masyarakat Sodom adalah perbuatan homosex (liwath) dikalangan pria dan  lesbian dikalangan wanitanya. Inilah  hal yang sudah menjadi budaya masyakarat Sodom, hingga Allah mengirimkan Nabi Luth a.s. kepada mereka untuk berdakwah dan kemudian berhijrah.

Karena kekejian kaum Nabi Luth tidak bisa dibasmi lagi, maka Allah menyuruh Nabi-Nya untuk hijrah sementara waktu, untuk memberi pelajaran kepada mereka. Mayoritas kaum Sodom sudah melanggar sunnatullah secara berjamaah, maka bagi kaum minoritas yang tha’at bersama Nabi Luth diselamatkan oleh Allah dari azab-Nya yang Maha Dahsyat. Mereka disuruh hijrah dari negeri Sodom yang  biadab  ke negeri lain yang lebih aman dan jauh dari kemungkaran.

Dewasa  ini sudah ada 30 negara yang  mengesahkan undang-undang yang mengizinkan pernikahan sesama jenis. Jika mengikuti peristiwa yang mengenaskan yang pernah dirasakan oleh kaum Luth di negeri Sodom, maka kita umat Islam harus sudah siap untuk hengkang dari negeri-negeri Sodom itu, karena cepat atau lambat Allah akan mendatangkan  bala bencana yang super dahsyat ke negeri-negeri tersebut.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center America, dewasa inj sudah ada 30 negara telah mengesahkan undang-undang pernikahan sesama jenis di negara-negara mereka. Kata mereka ini adalah aspirasi dari masyarakat  dari berbagai  kalangan dan mendapat pengiktirafan negara.

Umat Islam tidak ada pilihan lain, jika melihat kemungkaran seperti itu sudah merajalela di suatu tempat, kalau bisa berdakwah silakan berdakwah, kalau dengan dakwah itu akan berhadapan dengan resiko yang dahsyat, maka dibolehkan berhijrah. Hijrah disini bukan berarti lari dari kedhaliman, tetapi menghindari kedhaliman berjamaah dan hijrah ke negeri yang aman untuk menyusun kekuatan agar bisa melawan kemungkaran tersebut hingga lenyap di atas permukaan bumi.

Negeri-Negeri LGBT

Negara-negara yang sudah  legal untuk melakukan pernikahan sesama jenis adalah Belanda sejak tahun 2000, dan perinikahan sesama jenis  dilaksanakan pertama sekali adalah pada tahun 2001. Belgia mulai tahun 2005, Canada dan Spanyol  mulai berlaku pada  2005, kemudian diikuti Afrika Selatan tahun  2006. Tahun 2008 diikuti Nowegia dan tahun 2009 di berlakukan di Swedia. Malah Dewan Gereja  di Swedia termasuk yang memprakarsai perizinan pernikahan sesama jenis.

Kemudian  Argentina yang merupakan negara Amerika Latin pertama melegalkan pernikahan sesama jenis  pada tahun 2010. Portugal juga dimulai pada tahun 2010 dan kemudian Islandia, bahkan negara Islandia secara bulat mendukung pelaksanaan perkawinan sesama jenis. Setelah itu Denmark tahun 2012, Uruguay dan Brazil tahun 2013. Setelah Brazil mensahkan undang-undang ini, pada tahun itu lebih dari 3700 orang melaksanakan perkawinan sesama jenis. Mereka sangat antusias mengikuti kaum Sodom.

Kemudian diikuti oleh Selandia Baru, pada tahun 2013, namun persetujuan pernikahan sesama jenis di Selandia Baru antara 77-44. Artinya masih ada 44 persen yang masih memiliki hati nurani atau tidak sependapat dengan perkawinan sesama jenis.

Selanjutnya Inggris Raya dan Wales pada tahun 2013. Setelah keputusan perkawinan sesama jenis dibuat, mantan Wakil Perdana Menteri Inggris, Nick Clegg, mengatakan “Tidak peduli siapa anda dan siapa  yang anda cintai, kami setara.” Kemudian negara Perancis juga  pada tahun 2013 dan masyarakat Perancis sangat mendukungnya. Tahun 2014 diikuti oleh negara  Luxemburg dan Scotlandia. Tiga tahun setelah mayoritas parlemen  memilih   melegalkan  pernikahan sesama jenis, Gereja  Episcopal Scotland menjadi gereja Kristen besar pertama di Inggris yang  melakukan  pernikahan sesama jenis.

Kemudian Amerika Serikat  dan Irlandia pada tahun 2015. Irlandia merupakan negara pertama yang melegalkan perkawinan sesama jenis  melalui pemungutan suara, artinya seluruh penduduk Irlandia adalah kaum Sodom, maka tunggu saja kiriman azab dari Allah.  Seterusnya negara Finlandia  tahun 2015 dan  Colombia tahun 2016, serta  negara Malta pada tahun 2017. Dalam pemungutan suara di Malta, hampir secara bulat suara mendukung pernikahan sesama jenis namun mendapat kritikan dari Gereja  Katolik.

Pada tahun  2017 diikuti oleh negara Australia, Jerman dan  Austria pada tahun 2019. Kemudian Taiwan juga pada tahun 2019, dan ini satu-satunya negara di Asia yang pertama yang melegalkan perkawinan sesama jenis antara pasangan gay dan  lesbian. Juga pada tahu 2019 diikuti oleh negara Ecuador dan Irlandia Utara.

Sementara negara Swiszerland (Swiss)  pada tahun 2020 memproklamirkan pernikahan sesama jenis. Memang kita tidak menafikan bahwa trend pernikahan sesama jenis dipelopori oleh Barat yang memang memilih  meninggalkan ajaran agama secara mayoritas. Sehingga mereka dalam memutuskan sesuatu perkara berdasarkan hawa nafsu dan selera orang banyak.

Sebagai contoh hasil sebuah Survey of U.S. adults conducted on 10-16  October 2022, kebanyakan orang Amerika memilih legalitas kawin sesama jenis adalah baik bagi masyarakat.  Misalnya  19 % menganggap perkawinan sesama jenis baik; 18 % mengatakan agak baik;  25% mengatakan agat baik;  dan 36 % mengatakan  perkawian sesama jenis sangat baik.

Inilah keinginan masyarakat maju yang meninggalkan ajaran agama secara totalitas.

Konsekwensi Melanggar Sunnatullah

Kalau ummat Islam yang masih berpegang teguh terhadap ajaran Islam, persoalan LGBT ini adalah cerminan masyarakat Sodom yang dimana Allah mengutus Nabi-Nya Luth a.s. untuk mendakwahkannya, namun kaum Sodom itu keras kepala maka Allah hancurkan negeri Sodom itu sehancur-hancurnya tidak ada yang tersisa satupun kaum yang durhaka itu.

Ini sebuah pelajaran yang sangat berharga, kalau Barat dan negara-negara lain yang  hari ini sedang memamerkan pembangkangan terhadap Allah, ya silakan dalam batas-batas tertentu, namun perlu diketahui bahwa Allah tetap dalam keputusan-Nya dan tidak ada yang dapat mengintervensinya. Lihat saja kaum-kaum yang dhalim dan durhaka, mana ada yang selamat, lihat Firaun dan bala tentaranya, lihat Haman, Qarun, Abrahah, Abu Jahal, Abu Lahab, dan lain-lain pembangkang, akhirnya mengalami nasib tragis dan punah semuanya.

Mungkin kita akan melihat negeri-negeri Sodom ini akan Allah kirimkan azab kepada mereka selama mereka tidak mau bertobat.

Penulis Adalah Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi Aceh

Oleh Prof. Dr. Muhammad AR. M.Ed

Guru Besar Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum UIN Suska Riau, Akhmad Mujahidin (2016) “mengatakan bahwa Dalam masyarakat beradab, kepemimpinan dibangun atas dasar konsensus nilai-nilai kearifan lokal. Jika kultur dan kearifan lokal dikaitan dengan aktivitas kepemimpinan, maka ia menjadi sebuah entitas yang tidak bisa dipisahkan. Kepemimpinan tidak bisa terlepas dari nilai-nilai budaya dan kehidupan sosial masyarakat yang dianut. Ia tidak bisa dipertentangkan, tetapi ia harus direlasikan atau bahkan diintegrasikan. Salah satu ciri kearifan lokal adalah memiliki tingkat solidaritas yang tinggi atas lingkungannya.”

Dari paparan Profesor Akhmad Mujahidin dapat diambil contoh untuk Aceh bahwa siapapun yang menjadi pemimpin khususnya  di Aceh paling tidak ia memahami syari’at Islam dan adat istiadat Aceh-pun sesuai dengan syari’at. Jika persoalan-persoalan kearifan local dilecehkan mungkin kalau dulu akan diambil solusi keacehan seperti solusi terhadap  Portugis, Belanda, dan Jepang, bahkan terakhir dengan Jakarta sekalipun selama tiga puluh tahun. Namun dewasa ini solusi keacehan  sudah berubah seiring dengan  perkembangan imu  pengetahuan  dan orang Aceh banyak yang sudah terdidik, dan cara berpikir-pun sudah berubah.

Kalau ada yang menyalahi syari’at dan tatakrama keacehan, dan kedhaliman, solusi lain akan dijalankan yaitu, dengan melapor kepada Penguasa Langit dan Bumi. Hasilnya itu tanggal  26 Desember 2004. Dia sendiri yang mengabulkan doa rakyat Aceh yang terdhalimi hingga Dia mendatangkan gempa dan tsunami hingga lahirlah MOU Helsinki.  Ketika itu kita lihat  mayat-mayat orang Aceh baik yang bersalah ataupun yang  innocent, bergelimpangan dipinggir jalan, di sungai, di gunung-gunung, di tepi pantai, dan kota-kota. Rakyat Aceh tidak tahu lagi mau mengadu kemana, kecuali Sang Maha Kuasa. Karena itu jangan biarkan rakyat melapor kepada Nya.

Dalam perspektif Islam, setiap manusia itu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin wajib mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan semasa kepemiminannya. Kalau dipikir-pikir secara normal konon lagi menyandarkan pada Hadis Rasulullah saw, maka sulit rasanya bagi seseorang untuk menghindari dirinya  untuk tidak menjadi pemimpin. Jadi atau tidak jadi kita sudah terangkat sendiri menjadi pemimpin, artinya walau kita memimpin untuk diri sendiri, memimpin keluarga ataupun, memimpn negara, maka  kepemimpinan untuk semua level itu akan ada pertanggung jawabannya dihadapan  Allah melalui pengadilan-Nya yang Maha Adil. Di sini setiap pemimpin  akan diminta pertanggung jawabannya.  Oleh karena itu, janganlah senang atau berlomba-lomba mau menjadi pemimpin baik formal ataupun non-formal,  konon lagi kalau kita memperoleh tampuk kepemimpinan dengan cara yang tidak beradab.

Jika kita benar-benar mau menjadikan Rasulullah saw, Abu Bakar Siddik, Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Azis, dan  Harun Ar-Rasyid sebagai contoh dalam memimpin, maka kemungkinan besar kita dapat  menghindari diri amukan  neraka Jahannam di Yaumul Mahsyar nanti.

Pada suatu hari, Barirah (hamba sahaya Aisyaha r.a.) berkata kepada Sulaiman bin Abdul Malik (ketika beliau sebelum menjadi khalifah), wahai Sulaiman, saya mendengar dari Nabi saw bahwa nanti di hari kiamat, seorang pemimpin ketika masuk ke dalam sorga, ia terhalang oleh noda merah. Kemudian ia bertanya kepada Allah swt, ‘Ya Rabb apa yang menyebabkan aku tidak bisa masuk ke dalam sorga-Mu?’ Allah menjawab, ‘kamu dulu seorang pemimpin, dan ketika engkau berkuasa ada darah-darah yang tercecer tanpa alasan yang jelas’.

Demikianlah susahnya seorang pemimpin untuk masuk sorga karena keteledorannya  dalam memimpin. Banyak orang mati dibawah pengendalian kita tanpa alasan yang dibolehkan syar’i, banyak orang terdhalimi dari segi keadilan dan keamanannya, banyak orang  dan binatang mati kelaparan karena kemiskinan dan ketiadaan makanan, semua itu terpulang kepada pemimpin. Karena itu  janganlah berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin formal (masyarakat) karena kemungkinan meleset akan berlaku.  Power tends to corrupt  (kekuasaan cenderung untuk korupsi). Ini tidak dapat dibantah kalau kita lihat pengadilan dan penjara selama ini.

Pemimpin dan Pendidikan

Kalau kita merujuk  ke masa lalu atau pada masa awal Islam setiap orang yang dibebankan tugas oleh Rasulullah saw semuanya berdasarkan keprofessinalannya (keilmuannya), dan ini sesuai dengan salh satu Hadis beliau yang maknanya adalah “jika suatu  urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran.”

Kalau kita memiliki kapasitas pemikiran normal dan hati yang jernih, mungkin makna hadis tersebut sangat dalam artinya, dan orang normal akan mengatakan bahwa “saya tidak mampu menjalankan urusan ini karena saya tidak mempunyai ilmu atau kemahiran tentang itu”.

Jangan gara-gara kekurangan yang saya miliki , rusak masyarakat semuanya. Ini perkataan orang-orang yang bertanggung jawab. Oleh karena itu dimanapun kita berada dan berbuatlah sesuai dengan ilmu dan pengetahuan anda.

Dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang akan nampak pada prilakunya, pemikirannya, dan idenya untuk masa depan bangsa dan negara.  Mungkin kalau orang tidak punya ilmu, jangankan untuk memikirkan persoalan ummat, persoalan pribadinya amburadul, jangankan untuk memberikan solusi untuk ummat, mendengar saran dari orang lainpun tidak bisa dipahaminya. Disinilah letak pentingnya ilmu dan kemahiran.

Pemimpin dan Tanggung Jawab

Dalam al-Qur’an Allah berfirman yang artinya : Sesungguhnya  Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, maka hukumlah denan adil. (Q.S. An-Nisa’ 58).   Kemudian Rasulullah saw bersabda yang artinya: Kamu sekalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta  pertanggung jawabannya tentang apa yang dipimpinnya, imam adalah pemimpin dan ia akan diminta pertanggung jawabannya, orang lelaki adalah pemimpin  dalam keluarganya, dan ia akan diminta pertanggung jawabannya tentag apa yang dipimpinnya. Isteri juga pemimpin yang mengendalikan rumah tangga suaminya dan ia akan diminta pertanggungjawabannya, pembantu rumah juga pemimpin terhadap harta majikannya dan ia akan diminta pertanggungjawabannya pula.  H. R. Bukhari.

Ayat dan Hadis di atas rasanya sudah lebih dari cukup sebagai landasan berpijak bagi semua kita yang tiap hari kerjanya sebagai pemimpin, oleh karena itu kehati-hatian dalam kehidupan ini sangat diperlukan karena persoalan kepemimpinan berujungnya ke dalam neraka. Banyak pertanyaan yang harus kita jawab baik di alam kubur ataupun di alam mahsyar nanti, pemimpin yang adil tempatnya di dalam sorga sementara pemimpin  dhalim dan tirani tempatnya dalam Jahannam.

Penulis adalah Guru Besar Ilmu Pendidikan Islam UIN Ar-Raniry

Oleh Prof.Dr. Muhammad Ar, M.Ed

Kita adalah hamba Allah yang sangat dhaif bagaimana memahami scenario Zat Yang Maha Kuasa. Jika kita telusuri jejak sejarah (khusus bagi yang tidak benci sejarah), Jenderal Thariq bin Ziyad, berangkat dari Maroco melintasi selat Iberia yang melintasi Portugal dan Spanyol dan ketika melewati  dua laut yang tidak pernah bercampur airnya (marajal bahrain dalam Al Qur’an), kemudian Jenderal Thariq mermerintahkan  kepada pasukannya untuk membakar semua kapal perang yang bersandar di tepi lau. Selepas itu beliau berucap “Sekarang kalau mau pulang anda akan  mati karena kendaraan perang telah  dibumihanguskan semuanya, anda akan menjadi hantaman ombak, dan santapan binatang laut yang menyeramkan,  dan di depan anda adalah gunung dan dibalik gunung itu ada pasukan  musuh yang akan menyambut Anda semua dengan senjata mereka, maka pilihlah sekarang  apakah anda ingin mati konyol di hantam ombak dan binatang laut, atau mau mati terhormat di medan dakwah dalam menyebarkan risalah Islam,  mengibarkan  bendera tauhid atau agama tauhid kepada penduduk Andalus”?

 

Akibat perjuangan Jenderal Thariq bin Ziyad dan pasukan Islam, maka 7 abad Andalus (Spanyol) diterapkan syariat Islam, digerek bendera tauhid,  didengung-dengungkan azan lima waktu dan tidak ada lagi paganisme di Eropa, semua peradaban Arab Islam sudah menjadi bahagian dari  kehidupan bangsa di Andalus. Andalus dihias bak dunia moderen masa kini dan ini tidak dinafikan oleh setiap ahli sejarah yang normal walau ia sejarawan identitas.

 

Namun, akhirnya karena umat Islam terkena penyakit keduniaan, sehingga sangat mencintai dunia, tahta, kemewahan, dan saling memperkuat posisinya sebagai penguasa  dengan menggandeng bersama orang-orang yang tidak seakidah untuk mempertahankan kedudukan dan tahta. Berpunca dari sini, tanpa disadari mereka saling memusuhi sesama kaum muslimin dan bersumpah setia dengan raja-raja Kristen di negara tetangganya dalam rangka membasmi lawan lawan politiknya, dan hal hal yang mengganjal kekuasaannya walau mereka sesama muslim. Oleh karena itu,  tentu saja  mereka menawarkan beberapa permintaan atau bargaining  sehingga dengan demikian kekuatan muslim berada dalam genggaman raja raja kafir,  akhirnya sesuai peringatan Allah dalam Al-Baqarah ayat 120; yang artinya  yahudisasi dan nasranisasi tidak akan pernah berakhir sehingga kamu ikuti agama mereka.

 

Akhirnya kaum muslimin di seluruh Andalusia harus memilih dua pilihan yaitu, ” masuk agama Kristen atau dibunuh?” Karena kebanyakan kaum muslimin terkena penyakit cinta dunia dan takut mati, maka segolongan   mereka menjadi Nasrani, dan sebagian yang penuh keimanan dan ketaqwaan siap gugur demi membela agama Allah hingga titik darah yang penghabisan. Jadi, dengan bahasa kasar,  kaum muslim diusir secara membabi buta dari Andalus, hampir sama perlakuannya seperti  di zaman moderen ini yang dialami  umat Islam Uighur (Xinjiang) Komunis  Cina,  Muslim Rohingya oleh Pemerintah Budha  Myanmar, dan Muslim Palestina, oleh zionis Israel. Namun dalam piala dunia Qatar 2023 Portugal dan Spanyol diusir secara terhormat dari Lapangan Sepak bola, sehingga kilas balik ini menjadikan ini momen  terbaik bagi keturunan keturunan Islam di negara tersebut mengundang kembali Islam ke daratan Eropa yang telah ditinggalkan oleh moyang-moyang mereka.

Raja Qatar bersama para rakyatnya yang secara totalitas  adalah muslim, telah benar -benar memperlihatkan kemuslimannya yang hampir tidak dapat ditemukan ketimpangan dan kekurangan sedikitpun oleh para kaum anti  identitas selama ini. Bagaimana tidak, sehabis sepak bola selesai, mereka  semua memberikan kue dan minuman halal secara gratis, apakah hal seperti ini ada dilakukan di negara-negara Barat? Mungkin yang lebih menarik lagi  adalah umat Islam Qatar  menyuguhkan makanan dan minuman kepada manusia yang memiliki identitas yaitu, Kristen, Khatolik, Hindu, Budha, Confusion, Zoroaster, Manusia, Yahudi dan Sebagainya seperti yang punya identitas agama—communism.

Masihkah Islam diberikan  label terrorist, fun?

Oleh Dr. Hasanuddin Yusuf Adan

MUQADDIMAH

Pemerintah Indonesia yang dipimpin presiden Jokowidodo sekarang ini sedang berupaya memberantas teroris, ekstrimis dan radikalis yang terkesan mata pandangnya adalah muslim tha’at yang bernuansa sunnah dan tidak disenangi pemerinntah. Sehingga terjadilah penangkapan demi penangkapan dengan alasan yang dikait-kaitkan seperti penangkapan mantan sekjen FPI; Munarman, penangkapan anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zein An-Najah, Farid Okbah, dan Ustaz Anung Al-Hamat.

Sa’at ini muncul satu lagi rencana pemerintah melalui Polri mau menata masjid-masjid di Indonesia guna  mencegah tindakan ekstremisme dan terorisme. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Keamanan Negara Badan Intelijen Keamanan Mabes Polri, Brigjen Pol Umar Effendi dalam acara Halaqah Kebangsaan Optimalisasi Islam Wasathiyah dalam Mencegah Ekstremisme dan Terorisme yang diselenggarakan MUI pada Rabu, 26 Januari 2022 di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta. Menurut Umar, ada sejumlah masjid di Indonesia yang dijadikan tempat untuk penyebaran radikalisme. Tak hanya di masjid, dia juga menyampaikan media sosial kerap digunakan sebagai sarana bagi kelompok teroris untuk menyebarkan radikalisme.

Menanggapi issue tersebut sebagaimana disiarkan https://www.babe.news/a/ 27 Januari 2022 pukul 15.28, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis ikut buka suara, menurutnya kalau mau dipetakan bukan hanya masjid sebagai rumah ibadah ummat Islam saja tetapi juga rumah ibadah ummat beragama lain seperti gereja (Katolik dan Protestan), Vihara (Budha), Pura (Hindu), Klenteng atau Kelenteng (Konghucu). Pemerintah semestinya harus berlaku adil terhadap rakyatnya dengan tidak mendiskreditkan salah satu penganut agama dengan mengistimewakan penganut agama lainnya. Apalagi pihak yang didiskreditkan itu komunitas yang mayoritas di negeri ini, mengikut logika sehat pihak mayoritas berhak mendapatkan kelebihan fasilitas bukannya dianggap sebagai penjahat.

UPAYA DEISLAMISASI

Kalau pemerintah bertindak berat sebelah yang terkesan menyudutkan Islam dan muslimin di negeri ini berarti pemerintah sedang melakukan gerakan deislamisasi yang sangat berbahaya untuk keutuhan bangsa dan negara. Mengikut makna yang tertera dalam KBBI, deislamisasi bermakna penghilangan harkat Islam, contoh kalimatnya; mereka berusaha merusak ajaran Islam dari dalam dengan menggerogoti nilai-nilai Islam yang disebut deislamisasi.

Kalau masjid dipeta, dipantau, didiskualifikasi, apalagi kalau didiskreditkan maka otomatis itu merupakan usaha merusak Islam dari dalam karena pasti ujung-ujungnya menangkap khatib, pengurus masjid, imam dan siapa saja yang mau dijadikan target. Pada waktu seperti itulah chaos, huru hara, prahara, bencana akan terjadi karena ada pihak yang merasa dirugikan dan didiskriminasi lalu melawan, ujung-ujungnya berakhir dengan dua kemungkinan: amalan doktrin Islam menjadi lemah, prosentasi muslim menjadi minin dan non muslim semakin bertambah. Dengan demikian ideologi sepilis meraja lela yang ujung-ujungnya Indonesia mengarah kepada negara sekuler atau negara komunis.

Kalau benar-benar masjid akan dipeta dan dipantau oleh Polri maka mulai dari pengurus masjid (BKM), imam masjid, panitia pembangunan masjid serta jama’ah yang beribadah di masjid akan merasa takut dan tidak berani menyampaikan ajaran Islam yang tidak disenangi oleh Polri dan pemerintah. Dari sanalah akan muncul secara otomatis upaya deislamisasi untuk Islam dan ummatnya. Dengan demikian ummat Islam akan semakin takut mendatangi masjid manakala ada masjid yang dilabelkan pemerintah sebagai masjid radikalis, teroris dan ekstrimis, manakala itu yang terjadi maka berakibat kepada: kosongnya masjid, lemahnya amalan Islam oleh ummatnya, terbuka peluang bagi pemerintah untuk mengambil alih masjid karena tidak ada jama’ah yang menggunakannya lagi. Ujung-ujungnya berakhir dengan pengurangan rumah ibadah muslim dan penambahan rumah ibadah non muslim di negeri mayoritas muslim dan dimerdekakan oleh ummat Islam ini. Itulah gerakan deislamisasi yang bakal terjadi

Ada kemungkinan lain yang bakal terjadi adalah; ketika Polri jadi memeta masjid maka pihak pengelola masjid akan pilih-pilih khatib dan guru ngaji yang disenangi pemerintah, pengurus masjid akan menyetel khatib dan penceramah untuk menyampaikan bahan ceramahnya yang disenangi pemerintah walaupun tidak selaras dengan Islam dan tidak disukai penceramah/khatib. Kalau demikian yang terjadi maka ada unsur pelanggaran HAM di sana karena membatasi ekspressi ajaran agama. Kemungkinan lain yang mungkin terjadi adalah setiap masjid di Indonesia akan dikuasai, dihatur, dikontrol dan diarahkan oleh pemerintah, manakala rezim yang memerintah bernuansa sekuler, plural, liberal, komunis dan nasionalis maka di sanalah terjadi deislamisasi di negara mayoritas muslim ini.

EFEK YANG AKAN DITERIMA

Kalau kemungkinan kondisi semacam itu bakal terjadi maka efek yang akan diterima oleh negara dan bangsa ini adalah sekalian bangsa dan negara akan muflis. Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) muflis berarti; tidak mampu membayar utang atau bangkrut. Muflis yang kita maksudkan di sini adalah negara akan bangkrut dari semua sisi kehidupan, bangkrut pengamalan agama bagi ummat Islam, bangkrut moral dan peradaban, bangkrut ekonomi dan pendidikan, bangkrut ukhuwwah dan sosial kemasyarakatan. Menurut kementerian Keuangan posisi utang pemerintah sampai akhir Oktober 2021 sebesar Rp 6.687, triliun, ini bermakna negara sudah muflis. (https://www.cnbcindonesia.com/news/), 29 November 2021 12:38.

Manakala muflis itu terjadi maka besar kemungkinan negara akan kehilangan kekuatan, terutama sekali kehilangan kekuatan Islam yang selama ini menjadi pertahanan paling tangguh semenjak perlawanan kemerdekaan. Ketika kekuatan Islam muflis di negeri ini maka negeri ini akan dirampas, direbut, dikuasai ibarat tikus beramai-ramai berebut padi dalam karung setiap hari sehingga padi itu akan habis pada masanya dan tikus menjadi gemuk sementara pemiliknya (muslimin) akan menjadi tetamu di negeri sendiri yang dihatur, diperintah, dipaksa, dijarah, diusir, atau dibunuh sebagaimana yang telah terjadi di Andalusia untuk kasus lama dan di Angola untuk kasus baru.

Bunga-bunga kearah itu sudah lumayan lama tercium dari rezim pimpinan Jokowidodo ini semisal berkeliarannya para buzzer yang tugasnya menjelekkan Islam dan ummat Islam, mengamputasi ajaran Islam, mengkampanyekan toleransi antar ummat beragama yang tidak menguntungkan Islam. Terjadinya pemberian kekuasaan yang berlebihan kepada kaum minoritas, mengikat hubungan dengan negara luar yang punya missi menghabisi dan mengamputasi Islam, membuka peluang masuknya bangsa asing menjadi warga negara negeri ini, pembiaran berkembangnya ideologi komunis, syi’ah, Baha-i, dan semacamnya.

Seandainya upaya pemetaan masjid itu dimaksudkan untuk mengkalkulasikan para radikalis, ekstrimis dan teroris yang secara otomatis untuk para da’I dan pengelola masjid maka itu tergolong kedalam upaya deislamisasi yang sangat membahayakan bagi eksistensi Islam dan muslimin, padahal radikalis dan teroris yang dimaksud berkeliaran di luar masjid kenapa masjid yang menjadi sasaran. Kalau benar-benar rezim negeri ini melakukan itu dengan tujuan tersebut maka rezim betul-betul sudah muflis ‘aqidahnya bagi yang beragama Islam, betul-betul rezim itu kehilangan akhlak dan moral terhadap ummat Islam yang selama ini digadang-gadang dengan retorika toleransi, sementara mereka intoleransi terhadap Islam dan ummat Islam.

Inilah bunga-bunga muflis sedang mekar dan berkembang di negeri ini baik terkait dengan eksistensi Islam maupun terkait dengan eksistensi NKRI. Karena kalau kekuatan Islam muflis di negeri ini, negeri ini juga akan dengan mudah muflis disebabkan hilangnya agama yang diakui kebenarannya oleh Allah, dengan demikian bantuan Allahpun akan jauh daripadanya. Untuk itulah ummat Islam harus paham dan mengerti kondisi-kondisi terkini sehingga tidak salah kaprah dalam mengayomi negeri. Setiap muslim berkewajiban membela Islam dan muslimin, berkewajiban menjalankan syari’at Islam sebagai perintah Allah termasuk dalam dimensi kenegaraan.

Kalau rezim negeri ini yang mayoritas muslim lebih memahami doktrin Islam maka mereka tidak akan mudah dijadikan pion oleh pihak-pihak yang menguasai dunia hari ini. Sebaliknya sangat berkewajiban bagi rezim mayoritas muslim untuk menguasai mereka agar mereka tidak mengganggu Islam dan ummat Islam. Rezim Islam tidak memahami hakikat doktrin agamanya maka Islam, bangsa dan negaranya bakal menjadi muflis. Ketika itu yang akan terjadi maka anak cucu di suatu masa nanti membaca sejarah prilaku rezim muslim hari ini akan geleng-geleng kepada menyalahkan para pendahulunya di suatu masa nanti, namun itu semua tidak lagi bermakna karena nasi sudah menjadi bubur lagi basi, sudah cair jadi bubur basi lagi, kalau cair jadi bubur tetapi belum basi masih bisa dimakan oleh anak cucu, manakala cair dan basi kucing, ayam dan bebekpun tidak mau makan lagi. Itukah target para rezim muslim yang sedang diperankan sekarang ini? Wallahu a’lam bishshawab.

penulis adalah Dosen Siyasah pada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry.

diadanna@yahoo.com

Oleh : Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL, MA

Selama ini di rezim ini banyak statements orang-orang tertentu di negeri ini yang berani mempersoalkan eksistensi Syariat Islam sebagai hukum Allah untuk tidak diamalkan di sini. Pernyataan-pernyataan tersebut sepertinya mengalir sedemikian mulus tanpa adanya pelurusan dari penguasa negara yang mayoritas muslim. Apakah diamnya mereka sebagai isyarat kejahilan yang tidak paham syariat Islam atau sengaja diam karena berada pada posisi satu tangkai dengannya.

Penulis artikel ini punya satu analisa lain; boleh jadi semua itu terjadi sebagai salah satu skenario rezim yang sudah membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Front Pembela Islam (FPI) serta menangkap beberapa orang tokohnya. Dengan adanya pernyataan semisal itu diharapkan oleh rezim akan lahir banyak tanggapan dan emosional ummat Islam agar ada alasan untuk dilabelkan sebagai teroris dan radikalis seperti yang terjadi terhadap Mularman (mantan Sekjen FPI), ustaz Farid Ahmad Okbah, ustaz Zain Annajah, ustaz Anung Al Hamat dan lainnya. Boleh jadi juga rezim punya sasaran terhadap ormas-ormas Islam lain yang dianggap tidak searah dengannya untuk dihabisi seperti HTI dan FPI.

Kalau analisa ini benar maka ummat Islam yang sudah dipasang terget dan perangkap sebaiknya menjauh dan jangan mendekat dengan perangkap, caranya; harus banyak diam dan juga banyak berdo’a kepada Allah zat yang Maha Benar serta bekerja keras untuk kejayaan Islam. Kalau langkah semacam ini yang ditempuh ummat Islam maka target akan tinggal target dan perangkap akan terus kosong tidak akan berisi sehingga Allah akan tentukan sesuatu yang dikenhendakinya terhadap negeri ini.

Tentunya Allah akan memberikan sesuatu itu kepada hambanya sesuai dengan permintaan dan usaha keras yang dilakoninya, tidak mungkin Allah berikan sesuatu tanpa usaha yang disertai do’a. berpeganglah kepada Al-Qur’an surah Al-Israk (17) ayat 15: Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng`azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.

 

PERNYATAAN SUNGSANG

Sungsang yang diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah;  terbalik (yang di atas menjadi di bawah, yang di depan menjadi di belakang, kepala di bawah kaki di atas, dan sebagainya). Kalau kita padankan dengan kontribusi artikel ini maka sungsang di sini adalah pernyataan seorang muslim yang semestinya mengakui, memperkuat, mendakwahkan eksistensi syari’at Islam kepada semua pihak, malah yang terjadi simuslim tersebut hari-hari menyalahkan, memojokkan, merendahkan, meremehkan, mendiskreditkan dan mencemoohkan syariat Islam itu sendiri.

Sifat dan prilaku muslim seperti ini tak lebihnya seperti pemain bola yang mencetak goal kegawang sendiri sehingga kesebelasannya menderita kekalahan. Prihal semacam ini menjadi sesuatu aktivitas yang sangat amat ganjil, aneh bin ajaib binti menggoyahkan wa membingungkan kedudukan syariat Islam dan ummat Islam. Sudah barang tentu ada sesuatu yang tidak lazim dalam kepala pemain bola tersebut pada waktu itu sehingga dia berani dengan sengaja memasukkan goal kegawang sendiri. Sesuatu itulah yang perlu dicari tau sehingga ummat Islam yang lain tidak marah, tidak jengkel, tidak benci dan mudah untuk dipilah dianya pada suatu posisi sehingga pernyataan sungsangnya tidak berefek terhadap eksistensi syariat Islam dan ummat Islam sehingga dia tertinggal sendiri tanpa penggemarnya.

Ada seorang dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) yang menolak keras penegakan syariat Islam di Indonesia, katanya: kewajiban menjalankan syariat justru berbahaya bagi Indonesia itu sendiri. Demikian dilansir oleh laman web: https://www.babe.news/a/7024059391099798017?app_id=1124&c=wa&gid=7024059391099798017&impr_id=7038527628122409217&language=id&region=id&share_desc_type=two_special&user_id=6720051648817873921&user_id=0

Dia juga menantang ummat Islam yang dianggapnya ingin menerapkan syariat Islam di Indonesia: Anda bisa saja tidak setuju dengan saya tapi saya juga bisa tidak setuju dengan anda dan adalah kewajiban saya menyampaikan pandangan bahwa kewajiban bagi umat Islam untuk menegakkan syariat Islam adalah sesuatu yang berbahaya bagi Indonesia,” tegasnya yang dikutip dari video yang diunggah di Youtube, CokroTV, Kamis, 28 Oktober 2021. Pernyataan ini menjadi bahaya bagi dirinya sendiri karena menentang berlakunya syariat Islam di Indonesia dengan nada negatif kepada syariat. Kalau syariat itu benar tentunya dia berada pada posisi yang salah dan berbahaya bagi Islam karena menentang kebenaran syariat Islam yang datangnya dari Allah dan Rasulullah SAW. orang yang menentang Allah dan RasulNya dalam kajian ilmu tauhid berada pada posisi musyrik.

Untuk itulah dia harus berhati-hati dengan ketentuan Allah karena semua para ulama dalam Islam yang benar-benar ulama (bukan kaum sepilis) menegaskan dan meyakinkan bahwa syariat Islam itu benar 100 persen dan wajib diamalkan. Ketika dia mengatakan: kewajiban saya menyampaikan pandangan bahwa kewajiban bagi umat Islam untuk menegakkan syariat Islam adalah sesuatu yang berbahaya bagi Indonesia. Maka pertanyaan yang muncul adalah: siapa yang mewajibkan dia mengatakan yang bukan-bukan, Islam tidak pernah menyuruh itu kepadanya, seluruh bangsa Indonesia juga tidak pernah mewajibkan dia mengatakan itu, boleh jadi juga ayah dan ibunyapun tidak menyuruh dia berbuat demikian. Lalu di mana letaknya kata wajib (kewajiban saya) tersebut?

Apalagi dia sempat membandingkan dengan keberhasilan tokoh-tokoh sekuler tempo dulu yang diumpamakan; dalam konteks sejarah, penegakan syariat Islam di Indonesia hampir berhasil dengan memasukkan ‘Kewajiban untuk Menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.’ Hanya, ini ditolak oleh para founding fathers, termasuk Hatta. Manusia ini harus sadar kalau sebahagian founding fathers yang didukung mantan penjajah itu adalah manusia-manusia sekuler yang phobi dan anti dengan syariat Islam sehingga mereka berupaya dengan berbagai cara untuk menolak berlakunya syariat Islam di Indonesia, sehingga Soekarno yang telah berjanji memberikan kesempatan kepada Aceh melalui tokoh dan ulama besar Teungku Muhammad Dawud Beureu-eh untuk berlaku syariat Islam manakala Indonesia terbebas dari invasi Belanda kedua tahun 1948 yang diperjuangkan bangsa Aceh dengan perang Medan Areanya, dengan pesawat terbang RI Seulawah 001 dan 002, dengan Radio Rimba Rayanya, dengan bantuan full kepada H. Agussalaim sebagai duta keliling Indonesia, L. N. Palar sebagai duta RI di India. Aceh juga menampung para petinggi Indonesia dari kalangan pemerintah, TNI, POLRI, dan lainnya bermastautin di bagian barat Pulau Sumatera karena Jakarta dan Jogjakarta sebagai Ibukota Indonesia sudah ditaklukkan Belanda, Soekarno dan Muhammad Hatta sudah ditangkap penjajah Belanda, seluruh wilayah Indonesia sudah dikuasai kembali oleh penjajah Belanda kecuali Aceh yang mempertahankannya sehingga Indonesia wujud di muka bumi ini.

Namun apa yang terjadi seteh Indonesia merdeka atas Jihad Akbar ummat Islam Aceh, Soekarno yang dahulu datang ke Aceh meminta jasa Teungku Muhammad Dawwud Beureu-eh agar meyakinkan muslim Aceh untuk melawan serbuan kedua Belanda ingkar janjinya kepada Aceh yang dahulu bersumpah memberikan Aceh berlaku syariat Islam. Malah dia berpidato di Amuntai dan di kampus UI di Salemba dengan menyatakan tidak mungkin belahan negeri Indonesia berlaku syariat Islam karena ada orang lain di Bali, di Sulawesi dan tempat lain yang bukan muslim. Jadi kalau dahulu tujuh patah kata dalam Piagam Jakarta berhasil dihapus bukan bermakna syariat Islam itu tidak benar dan membahayakan Indonesia melainkan itu usaha keras kaum sepilis yang anti syariat Islam yang mendapatkan dukungan dari luar.

Orang itu juga mengatakan: Bagi mereka yang sungguh-sungguh percaya pada supremasi syariat sangat percaya bahwa umat Islam wajib menjalankan perintah-perintah Tuhan dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Bagaiman kalau aturan itu ditegakan pada abad 21 ini? Menurut dia akan mendatangkan banyak masalah. Apa masalahnya sebutlah di sini agar bangsa Indonesia tau kalau syariat itu bermasalah bagi mereka. Jangan puntungkan kalimat ini sebab akan diterjemahkan oleh pembaca bahwa orang itu tidak senang dengan syariat dan jahil terhadap syariat. Dia melanjutkan lagi: Sebab, Al-Qur’an dan hadis hanya bisa dipahami berdasarkan konteks sejarahnya. Dengan kata lain, aturan itu banyak sekali yang tidak relevan dengan kondisi kita saat ini. Misalnya, soal perbudakan. Pernyataan ini dengan jelas orang itu tidak yakin kepada kebenaran Al-Qura’n yang sifatnya selaras dengan zaman dan relefan sepanjang zaman. Dia memberi contoh bahwa Al-Qur’an membenarkan seorang lelaki menggarap budak perempuannya yang tidak dibuktikan dalam ayat berapa dan surat apa itu tertera dalam Al-Qur’an. Katanya: Al-Qur’an menyatakan bahwa seorang pria tidak perlu menjaga kemaluannya pada budak perempuan dan ini kemudian diartikan sebagai izin bagi pria untuk meniduri budak perempuannya tanpa harus dalam ikatan pernikahan. “Jadi apakah ini berarti pria dapat berhubungan tanpa menikah dengan budak perempuannya? Lebih lanjut lagi apakah ini berarti Allah mengizinkan seorang pria memiliki berat perempuan,?” tanya dia.

Manusia ini betul-betul tidak mengerti Al-Qur’an dan Hadits yang menyuruh ummat Islam menghapus budak dan perbudakan dalam Islam. Rasulullah SAW.senantiasa berupaya menghapus perbudakan dalam Islam sehingga sampai zaman kini Islam tidak mengenal lagi perbudakan seperti di awal Islam sebagai peninggalan zaman jahiliyah. Sekali lagi’ bahwa budak dan perbudakan dalam Islam merupakan peninggalan zaman jahiliyah yang ketika Rasulullah SAW.diutus Allah langsung dihapus dengan berbagai cara termasuk dengan denda bagi muslim yang melanggar syariat seperti muslim yang bersetubuh di siang hari bulan Ramadhan. Orang tersebut belum sampai kesini pemahamannya sehingga cenderung menyalahkan syariat kalau berlaku di Indonesia. Bukankah negeri ini terus compang camping terjadi pemberontakan di mana-mana, penipuan, perampokan, pemerkosaan, penipuan penimbunan hutang dengan luar negeri karena tidak berlaku syariat? Coba direnungkan apa yang anda handalkan dan diterima bangsa di negeri ini tanpa syariat.

Orang tersebut juga berkomentar: Kemudian secara eksplisit soal pencuri yang harus dipotong tangannya. Atau wanita yang ketahuan berzinah harus dihukum 100 kali cambuk. Termasuk ketentuan untuk tidak menjadikan kaum kafir sebagai teman-temanmu sebelum mereka berpindah pada jalan Allah. “Saya ingin mengatakan memahami pesan Tuhan tidak bisa dengan sekedar menganggap apa yang terlarang dan diizinkan atau bahkan diperintahkan dalam Al-Qur’an dan diperintahkan nabi sebagai hukum yang harus dipatuhi sepanjang waktu dan sepanjang zaman. Aturan dan hukum itu bergantung pada konteks. Kalau konteks berubah aturan dan hukumnya pun berubah,”

Komentar ini betul-betul tidak ada muaranya, pertama dia menyebutkan tentang pencuri yang harus dipotong tangan. Apakah dia tau bagaimana syarat seorang pencuri yang harus dipotong tangannya? Apakah dia tau tidak semua pencuri harus dipotong tangannya seperti yang terjadi pada zaman Umar bin Khattab? Kemudian dia menyebut perempuan yang berzinah harus dihukum 100 kali cambuk, ini betul-betul dia tidak paham hukum Pidana Islam tetapi berlagak pandai tentang hukum Islam. Dalam Islam bukan perempuan berzinah saja yang dicambuk tetapi lelaki juga sama, bedanya yang sudah kawin (muhshan) dirajam dan yang ghairu muhshan (belum kawin) dicambuk 100 kali cambuk. Jadi omongan orang itu memang betul-betul ngaur, kacau dan membingungkan orang banyak. Sebaiknya jangan mudah menyalahkan hukum Allah karena itu membawa padah.

Dia harus paham bahwa memahami hukum Tuhan dalam Islam harus dengan ketentuan Al-Qur’an bukan dengan kepala dia, demikian juga dengan ketentuan Rasulullah SAW harus dengan hadits atau sunnah, sama sekali bukan dengan kepala seorang yang phobi terhadap keduanya. Kalaupun ada perkara baru yang belum terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah/Hadits akibat perkembangan dan kemajuan teknologi di zaman modern umpamanya, maka berlaku Ijmak dan Qiyas oleh para ulamak yang juga harus disandarkan kepada Al-Qur’an dan sunnah bukan kepada kepala orang-orang jahil tentang syariat.

 

KENYATAAN YANG ADA

Menyimak komentar dosen tersebut dalam berbagai konten dan berbagai kesempatan sangat terkesan mendiskreditkan Islam, hukum Islam dan ummat Islam. Sepertinya dia tutup mata dengan kenyataan yang ada dan terjadi di Indonesia dari zaman kezaman akibat tidak berlaku syariat Islam. Ketika Indonesia ini masih dijajah oleh Belanda ummat Islam melawan penjajahan dengan kalimah syahadatain (Asyhadu an lailaha illallah wa asyhaduanna Muhammadarrasulullah), dengan kalimat tauhid  (La ilaha illallah) dengan takbir Islam (Allahu Akbar), dengan doa ummat Islam dan darah gapah Ummat Islam sehingga negeri ini merdeka. Semua itu bahagian dari syariat.

Bukankah tanpa pemberlakuan syariat Islam di Indonesia ini rezim dengan mudah saja melanggar HAM seperti pembunuhan enam orang di kilometer 50, penangkapan orang-orang yang sudah ditargetkan rezim dengan alasan radikalis dan teroris. Bukankah tanpa syariat Islam penguasa negeri ini dengan mudah mempermainkan hukum dan undang-undang seperti kasus kerumunan yang menjerat HRS sementara penguasa bersama anak dan menantu juga melakukan hal serupa tetapi ditak dihukum dan tidak dipenjara, bukankah orang-orang tertentu yang menyerang Islam dan ummat Islam bebas berkeliaran sementara orang-orang Islam yang menegakkan konstitusi dilaporkan, ditangkap dan dipenjara.

Bukankah dalam bidang demokrasi tanpa syariat Islam betapa banyak kecurangan demi kecurangan yang disiarkan berbagai media zaman pemilu, pilpres, pilek dan pilkada terjadi meraja lela dan pihak oligarkhi yang menjadi raja, korupsi juga merajalela? Belum lagi kalau kita lihat dari pandangan ideologi, bukankah dengan menyisihkan syariat Islam negeri ini kembali dikuasai oleh ideologi komunis, liberalis, sekularis, pluralis dan kapitalis yang mengancam kehidupan anak bangsa, mengancam eksistensi negara dan melawan konstitusi dan Pancasila? Bagaimana seorang dosen yang sudah mengenyam pendidikan inggi bisa menutup mata dengan semua kenyataan tersebut, atau dia jahil dengan kenyataan di depan mata. Sadarlah wahai manusia yang beragama Islam, janganlah kita menjadi seperti pemain bola yang memasukkan goal kegawang sendiri, bahaya sekali ketika kita bertemu dengan Allah nanti di alam baqa. Pelajarilah syariat Islam yang sangat luas itu dengan teliti dan komprehensif agar tidak hancur bangsa ini akibat ulah dan pemikiran kita. Jangan berharap rupiah dengan cara menyudukan Islam dan syariatnya, jangan mengharap jabatan dengan menyerbu dan menyerang Islam, jangan mencari perhatian dengan mengorbankan agamanya dan jangan sekali kali memasukkan goal kegawang sendiri. Semoga menjadi sosial kontrol bagi kita sekalian.

penulis adalah Dosen Fak. Syariah & Hukum UIN Ar-Raniry.

Oleh : Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL, MA

Jabatan, sekecil apapun ia adanya selalu menjadi buruan, taruhan dan sesuatu yang dikejar oleh sejumlah ummat manusia, terutama mereka yang punya missi (positif atau negatif) terhadap jabatan yang dikejarnya. Tidak sedikit juga yang mengejar jabatan karena ria dan senang dengan sanjungan orang lain karena memiliki jabatan. Ada juga yang mengejar kelebihan masukan via jabatan baik dalam bentuk benda maupun uang, mereka merasa puas hidup dengan cara demikian karena dengan jabatan bisa berkomunikasi dengan pihak tertentu dalam kekuasaan.

Jabatan itu sering dapat menghantarkan seseorang yang memilikinya kejurang kehancuran dan sedikit yang dapat menyelamatkannya dari malapetaka yang merusak digniti serta marwah yang ada. Semua itu sangat tergantung dengan bagaimana cara seseorang itu memiliki jabatan dan bagaimana ianya menggunakan jabatan yang ada. Kalau dengan jabatan itu ia mampu mengangkat derajat Islam karena dia seorang muslim dan dengan jabatan itu dia mampu menyejahterakan ummat Islam sebagaimana mestinya maka ia berada pada posisi seorang yang menggunakan jabatan secara positif.

Sebaliknya manakala seorang muslim meraih jabatan dengan menghalalkan cara, dengan mengorbakan marwah dan apalagi kalau dengan mengorban keyakinan maka jabatan itu menjadi alat dan instrumen yang dapat menghantarkan dia dalam sebuah kebinasaan baik dalam kehidupan di dunia maupun di hari akhir nanti. Kita sudah banyak contoh orang-orang yang menghalalkan cara untuk memperoleh jabatan seperti dengan menyuap, merampas jabatan orang dengan konspirasi politik yang dimainkannya, dengan cara KKN dan semisalnya yang berakhir tragis dengan jabatan yang dimilikinya. Ada yang ditangkap KPK, ada yang hilang marwah dan kehormatan dari masyarakat dan rakyatnya, ada pula yang dalam jabatan seperti itu dia mati tiba-tiba, tak sedikit juga yang dengan jabatan seseorang itu masuk penjara.

 

YANG DIANGGAP LEBIH DALAM SEBUAH JABATAN

Cukup banyak manusia yang mengejar dan meraih jabatan dengan berbagai cara tanpa memperhatikan halal atau haram karena menganggap ada sesuatu yang lebih di sana sehingga apapun dia lakukan termasuk membunuh orang untuk mendapatkannya. Di antara kelebihan yang ditawarkan oleh sebuah jabatan yang lazim dipahami seorang insan adalah: dalam jabatan ada tunjangan, dalam jabatan ada kehormatan, dalam jabatan ada  mobil dinas, dalam jabatan ada rumah dinas, dalam jabatan ada uang jalan, dalam jabatan ada peluang mengutak atik anggaran, dalam jabatan ada pelayan, lewat jabatan mendapat banyak kawan, karena jabatan banyak orang memberikan perhatian dan tidak terkecuali karena jabatan pula seseorang hilang ingatan.

Itulah sesuatu yang membuat ramai orang gilakan jabatan dengan tidak menghiraukan perintah Tuhan sehingga rela membelinya dengan harga milyaran, walaupun dia tau bahwa itu hukumnya haram. Ada orang yang tidak habis pikir dengan jabatan karena kemana dia pergi selalu dihormati orang sehingga jabatan dianggapnya sebagai sesuatu yang harus diperolehnya. Sebahagian yang lain tidak habis pikir dengan kemudahan fasilitas yang ditawarkan sesuatu jabatan seperti mobil, rumah, uang jalan (SPJ), proyek milyaran dan sebagainya.

Sesungguhnya yang dianggap lebih dalam sebuah jabatan tersebut tidak lebihnya seperti seseorang menganggap indahnya fatamorgana, yang dilihat indah dengan pandangan mata tetapi sama sekali tidak jelas ketika mau diraba. Layaknya seseorang memandang pelangi (buleuen raja timoh) di hujung langait ketika mendung dan hujan tidak jadi turun, indah sekali dipandang mata namun sangat amat susah untuk menggapainya. Walaupun semua orang tau akan hakikat fata morgana dan pelangi di hujung dunia yang nampak indah dipandang mata tetapi tidak dapat digapai dan dimilikinya, tetap saja orang-orang menaruh perhatian kepada pelangi dan fata morgana. Kenapa itu terjadi? Karena kebanyakan orang lebih mengutamakan mata ketimbang data yang dalam bahasa lain mereka mengedepankan hawa nafsu yang terletak di pandangan mata dengan membiarkan iman yang terpatri di dalam dada.

Karena mayoritas orang sudah berpikiran demikian rupa maka ketika ada seseorang yang tidak mampu diperdaya oleh mata tetapi komit dengan dada, sering orang-orang tertentu berucap: dia orang sekolahnya tinggi tetapi jabatan apapun dia tidak miliki. Yang lebih miris lagi ucapan-ucapan semisal itu keluar dari mulut orang tuanya, dari kerongkongan abang, adik dan kakaknya sehingga dia yang komit dengan dada tersisihkan dalam keluarga. Itulah buktinya ketika manusia sudah diperbudak oleh pelangi dan fata morgana, itulah buktinya ketika keluarga tidak tau bagaimana menghargai anggota keluarganya yang kokoh iman dalam dada.

 

ANTARA JABATAN DAN KEYAKINAN

Antara jabatan dengan keyakinan merupakan ibarat dua sisi mata rantai yang sering dipertaruhkan, keyakinan yang kita maksudkan di sini adalah keyakinan ‘aqidah dan keteguhan iman. Ketika berhadapan antara jabatan dengan keyakinan kepala seseorang berkecamuk karena sulit menentukan mau pilih yang mana. Ibarat seseorang menawarkan sesuatu di dua tangannya yang bernilai paradoksi seperti; madu di tangan kanannya rakyat jelata dan racun di tangan kirinya para penguasa, yang mana satu yang harus kita pilih.

Jawaban akal sehatnya menjawab; pilih madu walaupun dipegang seorang rakyat jelata yang tidak punya power dan tidak punya kuasa dan setelah mengambil madu tidak ada apapun benda lain di tangan dan di rumah rakyat jelata tersebut. Tetapi jawaban nafsu jahat adalah memilih racun di tangan penguasa karena di balik racun itu ada sejumlah harapan lain yang sifatnya syubhat yang akan diperolehinya. Demikianlah dan itulah yang terjadi sehari-hari selama ini sehingga orang banyak sudah sulit membedakan yang mana baik dan yang mana buruk, yang mana sehat yang mana sakit, yang mana hahal dan yang mana haram.

Kehidupan kebanyakan ummat Islam baik di negara mayoritas maupun minoritas muslim hari ini berhadapan dengan dua pilihan yang harus dipilih satu dan ditinggalkan satu. Di negara minoritas muslim ummat Islam sulit sekali memperoleh kesempatan menjadi pemimpin, menjadi militer, menjadi polisi, menjadi bisnismen unggul karena terganjal oleh mayoritas non muslim yang memiliki dan menguasai negeri. Ketika ada seseorang muslim yang ambisi jabatan maka tidak ada pilihan lain baginya kecuali harus membaur dengan mayoritas dengan memilih sesuatu yang ada di tangan kirinya (racun) dan membiarkan benda yang ada di tangan kanannya (madu).

Di negara mayoritas muslim lain lagi kejadiannya, rezim yang berkuasa mulai dari presiden sampai kepada Geuchik (kepala kampung) beragama Islam, namun ketika penguasa maju mencalonkan diri sebagai pemimpin menerima bantuan uang dan fasilitas lainnya daripada penguasa dan pebisnis kafir dengan kesiapan menolak hukum Islam, menyisihkan peran ummat Islam dan menjadikan negara sebagai ladang praktik kehidupan sekuler, plural, liberal, nasional, kapitalis dan komunis, sehingga dia memenangi pemilu dengan penuh kecurangan dan menjadi raja dalam negara.

Maka dalam mengurus negara sang raja dihatur dari A sampai Z oleh majikan yang memenanginya dalam pemilihan dahulu kala. Efek negatif buat Islam dan ummat Islam adalah; rezim semacam itu tutup mata serapat-rapatnya terhadap kedzaliman buzzerRp dan membuka mata selebar-lebarnya terhadap para ulama Islam dengan mencari kesalahan, menangkap, menahan serta memenjarakan. Akibat dari sikap pemimpin muslim yang mengedepankan jabatan dengan mengenyampingkan keyakinan seperti itu maka jadilah ummat Islam sebagai tetamu di negaranya sendiri. Negara kaya raya ummat Islam miskin papa. Rakyat sendiri tidak punya kerja tetapi tenaga kerja asing dipesan dari negeri Tionghoa.

Efek dari ulah ummat Islam sepilis yang mencari jabatan dengan mengorbankan keyakinan semacam itulah yang membuat dunia dikuasai orang, negara mayoritas muslim dikuasai dan dipimpin pendatang. Ummat Islam yang memiliki negara sebagai tuan berobah posisi menjadi orang bayaran, orang bayaran tersebut tidak pernah punya waktu dan kesempatan untuk merobah nasib menjadi hartawan dan majikan. Begitulah kondisi ummat Islam pada suatu zaman sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “suatu masa ummat Islam seperti buih di lautan yang dipatok dan dimakan ikan, ketika ditanya para shahabat kenapa demikian, nabi menjawab: karena hubbuddunya wa karahiyatul maut (cinta dunia dan takut mati dari ummat Islam).

Penaja kami, Slotogate, telah membolehkan kami berkongsi maklumat berharga ini, dan kami tidak boleh berasa teruja. Slotogate ialah platform terkemuka yang telah memainkan peranan penting dalam pertumbuhan tapak web kami, membolehkan kami menawarkan artikel berharga kepada khalayak kami. Dengan Slotogate, anda boleh mengharapkan pengalaman permainan yang luar biasa dan akses mudah kepada peraturan dan petua untuk semua permainan mereka. Mereka memenuhi keperluan kumpulan pemain yang pelbagai, menawarkan pelbagai jenis mesin slot daripada pembekal terkenal dan pilihan permainan meja yang luas. Jadi, jika anda berminat dengan hiburan sedemikian, lawati Slotogate dan berseronoklah!

Penulis adalah Dosen Siyasah pada Fakultas Syari’ah & Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

 

Oleh: Dr. Adian Husaini (Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia)

Di Hari Pahlawan ini, ada baiknya kita mengenang satu pemikiran penting dari Mohammad Natsir, seorang Pahlawan Nasional. Pak Natsir dikenal sebagai Tokoh Mosi Intergal yang mengembalikan Indonesia ke bentuk Negara Kesatuan. Ia juga dikenal sebagai tokoh Islam yang sangat responsif dan antisipatif terhadap problematika umat Islam dan bangsa Indonesia.

Di Majalah Serial Media Dakwah No 100, tahun 1982, dimuat pernyataan Mohammad Natsir dan sejumlah tokoh Islam yang datang langsung ke DPR, memprotes buku Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang dipaksakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Begini kata Pak Natsir: “PMP itu artinya Pendidikan Moral Pancasila. Saya termasuk generasi yang orang boleh menyebutkan generasi 3 masa. Masa Penjajahan Belanda, masa Jepang, dan masa kemerdekaan. Saya masuk generasi yang turut mengikuti perkembangan di waktu menyusun UUD kita. Dan di waktu menyusun dan sesudah itu, sewaktu diproklamirkan pada tanggal 18 Agustus, tidak pernah saya merasakan atau mendengar bahwa Pancasila itu dimaksudkan sebagai sumber moral. Tidak pernah satu perkataan moral bagi orang beragama samawi tinggi sekali harkatnya. Moral bukan ciptaan dari pikiran-pikiran akal manusia semata.”

Menurut Mohammad Natsir, tidak ada satu pun dari lima sila Pancasila yang bertentangan dengan Islam. Akan tetapi, berlainan soalnya, jika Pancasila secara sengaja diisi dengan faham-faham yang memang sudah bertentangan dengan ajaran Islam. Jika faham-faham itu sudah dimasukkan dalam Pancasila, maka Pancasila tidak akan bisa melakukan fungsinya yang utama, yaitu sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia.

“Malah dia bisa menjadi buah pertengkaran terus-menerus,” kata Pak Natsir, yang tahun 2008 ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.

Ketika itu, Mohammad Natsir dan para tokoh Islam merespon kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef yang memberlakukan buku PMP. Para tokoh Islam itu menilai, banyak muatan buku itu yang bertentangan dengan ajaran Islam. Buku-buku PMP untuk SD-SMA dinilai bermuatan paham sinkretisme. Lalu, buku-buku itu dipaksakan kepada anak sekolah atas nama Pendidikan Moral Pancasila.

“Ini suatu taktik yang tidak fair. Maka jika kita berani menolaknya, kita dengar ancaman dari Menteri P&K. Siapa saja yang tidak mau menerima PMP, maka dia itu anti-Pancasila,” kata Pak Natsir.

Masih kata Pak Natsir: “Sekarang ini perkataan “Anti-Pancasila” sudah sangat mudah orang menyebutnya dan sangat banyak dipakai sebagai alat pemukul golongan-golongan atau orang yang berbeda paham dengan orang yang memakainya. Ini satu hal yang menyedihkan.

Menyedihkan sekali. Dalam waktu 37 tahun kita sudah merdeka ini kita kehilangan satu kekayaan yang sangat berharga, yang dahulu kita miliki waktu kita mulai memperjuangkan kemerdekaan kita dari tangan Belanda, dari tangan Sekutu, dari tangan Jepang. Apa mustika yang hilang itu? Mustika yang hilang itu adalah keterbukaan antara kita sama kita. Sekarang ini tak ada keterbukaan sama sekali.”

Para tokoh Islam yang hadir ke DPR waktu itu mengkritisi pemikiran dan kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang menjadikan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia; sebagai pandangan hidup bangsa Indonesua; sebagai kesadaran bangsa Indonesia; ditambah lagi sebagai cita-cita moral bangsa Indonesia dan sebagai watak bangsa Indonesia.

“Kalau sudah begitu fungsi Pancasila, timbul pertanyaan dimana gerangan akan dapat tempat lagi Agama di dalam kehidupan rohani bangsa Indonesia ini? Dimana lagi dapat ditempatkan Pola Hidup Islam?” tulis Pak Natsir.

Begitulah, di era awal 1980-an, Pak Natsir dan tokoh-tokoh Islam sudah mengingatkan pemerintah dan DPR, agar tidak memberikan tugas yang berlebihan terhadap Pancasila. Karena itulah, dalam Munas Alim Ulama NU di Situbondo.

Ketika itu diadakan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama Nahdlatul Ulama di Situbondo, Jawa Timur, 16 Rabiulawwal 1404 H/21 Desember 1983 memutuskan sebuah Deklarasi tentang Hubungan Pancasila dengan Islam, yaitu:

  1. Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara Republik Indonesia bukanlah agama, tidak dapat menggantikan agama dan tidak dapat dipergunakan untuk menggantikan kedudukan agama.
  2. Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai dasar Negara Republik Indonesia menurut pasal 29 ayat 1 Undang-undang Dasar (UUD) 1945, yang menjiwai sila yang lain, mencerminkan tauhid menurut pengertian keimanan dalam Islam.
  3. Bagi Nahdlatul Ulama (NU) Islam adalah akidah dan syariah, meliputi aspek hubungan manusia dengan Allah dan hubungan antarmanusia.
  4. Penerimaan dan pengamalan Pancasila merupakan perwujudan dan upaya umat Islam Indonesia untuk menjalankan syariat agamanya.
  5. Sebagai konsekuensi dari sikap di atas, NU berkewajiban mengamankan pengertian yang benar tentang Pancasila dan pengamalannya yang murni dan konsekuen oleh semua pihak. (Lihat, pengantar K.H. A. Mustofa Bisri berjudul “Pancasila Kembali” untuk buku As’ad Said Ali, Negara Pancasila, Jalan Kemaslahatan Berbangsa, (Jakarta: LP3ES, 2009). Lihat juga, Munawar Fuad Noeh dan Mastuki HS (ed), Menghidupkan Pemikiran KH Achmad Siddiq, (Jakarta: Pustaka Gramedia Utama, 2002)

M. Ali Haidar, dalam bukunya, Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), memberikan komentar terhadap keputusan Munas Alim Ulama tersebut: “Penegasan ini sebenarnya bukannya tidak terduga. Seperti dikemukakan Hatta ketika bertemu dengan beberapa pemimpin Islam tanggal 18 Agustus 1945 menjelang sidang PPKI untuk mengesahkan UUD, mereka dapat menerima penghapusan ‘tujuh kata’ yang tercantum dalam Piagam Jakarta, karena dua alasan.

Pertama, bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa mencerminkan monoteisme tauhid dalam Islam. Kedua, demi menjaga kesatuan dan keutuhan wilayah negara yang baru diproklamasikan sehari sebelumnya… Salah seorang yang dipandang Hatta berpengaruh dalam kesepakatan ini ialah Wachid Hasjim, tokoh NU yang memiliki reputasi nasional ketika itu. Jadi rumusan deklarasi itu hakekatnya menegaskan kembali apa yang telah disepakati sejak negara ini baru dilahirkan tanggal 18 Agustus 1945 yang lalu.” (hal. 285-286).

Demikian para ulama dan tokoh bangsa sudah meletakkan Islam dan Pancasila pada tempatnya. Jangan sampai berlebihan. Jangan atas nama Pancasila lalu kampus-kampus Islam dipaksa menerapkan kebijakan sekuler untuk melegalkan zina, seperti dalam Permendikbud No 30 tahun 2021.

Kampus-kampus Islam didirikan untuk meningkatkan iman, taqwa, dan akhlak mulia, berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Ini tentu berbeda dengan kampus yang memang tidak bersedia menjadikan nilai-nilai agama sebagai panduan konsep ilmu dan pendidikannya. Keragaman atau kebhinekaan itu harus dihargai!

Jadi, kembali kepada peringatan Mohamamd Natsir: Jadikanlah Pencasila sebagai alat pemersatu! Jangan jadikan Pancasila sebagai alat pemukul dan akhirnya menjadi sumber pertengkaran yang tiada habisnya! Wallahu A’lam bish-shawab.