Archive for year: 2015

Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan 1436 H, OKI (Organisasi Konferensi Islam) Perwakilan Aceh, Minggu, 7 Juni 2015 menyalurkan bantuan paket sembako kepada anak yatim dan fakir miskin  yang ada di Aceh Besar dan sekitaran Banda Aceh. Proses penyaluran paket sembako dipusatkan di Markaz Dewan Da’wah Aceh, Gampong Rumpet Krueng Barona Jaya, Aceh Besar.

Sejumlah 200 paket, yang berisi 15 Kg beras, gula pasir, minyak makan, terigu, susu, teh, mentega dan 1 pak kurma, disalurkan untuk anak yatim Pesantren Ar-Rabwah Indrapuri, anak panti asuhan Desa Ceurih Ulee Kareng, muallaf dari Pesantren Baitul Arqam Sibreh, Santri Pesantren Ummahatul Mukminin Montasik, UKBA, perwakilan masyarakat Rumpet dan beberapa fakir miskin lainnya.

Koordinator OKI di Aceh, Mughni, menyatakan bahwa bantuan ini bersumber dari kaum muslim Turki yang tinggal di Eropa, khususnya Jerman dan tergabung dalam sebuah lembaga yang bernama Hasene. Bantuan ini merupakan bentuk solidaritas mereka terhadap sesama muslimin, dan semoga dapat membantu kesulitan anak yatim dan fakir miskin yang menerimanya, khususnya dalam menghadapi bulan suci Ramadhan.  Lebih lanjut Mughni menjelaskan bahwa kegiatan serupa juga dipusatkan di Baitussalam, Seulimum, Pidie dan pengungsi Rohingya di Aceh Timur.

Sementara Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, selaku ketua umum Dewan Da’wah Aceh dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada OKI yang telah berusaha memfasilitasi bantuan ini, dan juga kepada kaum muslimin Turki yang bermukim di Eropa dan tergabung dalam Hasene. Selanjuntnya, kami mohon maaf, khususnya kepada masyarakat Gampong Rumpet, lokasi Markaz Dewan Da’wah Aceh, karena bantuan yang dapat kami usahakan sangat terbatas sehingga tidak dapat diterima oleh semua kaum dhuafa, semoga di kesempatan berikutnya akan ada bantuan-bantuan lain.

Di akhir pesannya, Tgk. Hasanuddin menyampaikan keinginan dari para donatur agar kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan sempurna, menjaga ukhuwah Islamiyah dengan tidak menebar permusuhan, iri hati dan kedengkian terhadapa sesama muslim, dan tidak lagi meninggalkan ibadah-ibadah wajib, khususnya shalat lima waktu.

Dalam kegiatan ini juga dihadiri oleh dua orang dari perwakilan Hasene, yang turut langsung membagikan paket bantuan sembako tersebut kepada para anak yatim dan fakir miskin.

 

Banda Aceh, 7 Juni 2015

 

Said Azhar

Sekum Dewan Da’wah Aceh

Senin, 1 Juni 2015, Dewan Da’wah Aceh melakukan kunjungan kali kedua untuk menyalurkan bantuan ke posko pengungsi Muslim Rohingya yang ada di Kuala Cangkoi Seuneudon Aceh Utara. Bantuan berupa kain sarung, beras, pakaian layak pakai dan uang tunai sebesar 12,3 juta  diterima oleh koordinator relawan posko ACT. Pengungsi ini sudah sebulan lebih menepati lokasi Kuala Cangkoi, dan sudah ada komitmen dari Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dalam waktu dekat untuk menyiapkan tanah untuk relokasi pengungsi di  Kuta Makmur, dekat jalan pipa line dengan membangun shelter/tempat tinggal, demikian penjelasan koordinator posko ACT.

Zulfikar, SE selaku koordinator Posko Dewan Da’wah Aceh, didampingi perwakilan dari BKM Baitusshalihin Ulee Kareng, dalam prosesi penyaluran bantuan menyampaikan keprihatinan mendalam dengan derita Muslim Rohingya, dan mengapresiasi kebijakan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara yang akan menyiapkan tempat tinggal sementara untuk muslim Rohingya. Semoga kebijakan ini disahuti juga oleh Pemerintah Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Timur secara khusus untuk pengungsi di sana, dan Pemerintah Aceh serta Indonesia secara umum.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada donatur yang sudah menyalurkan bantuan melalui Dewan Da’wah dan BKM Baitusshalihin Ulee Kareng, dan bantuan yang kami berikan ini tidak seberapa dibandingkan dengan musibah dan pengorbanan yang ditanggung oleh saudara kami dari Rohingya, semoga Allah Swt memberi kesabaran kepada mereka dan kepada yang sudah menyumbang semoga menjadi sedekah jariyah yang akan dibalas oleh Allah Swt. baik di dunia maupun akhirat, kata Zulfikar mengakhiri sambutannya.

Adapun data jumlah pengungsi muslim Rohingya yang selama ini sudah ada di Aceh adalah sebagai berikut:

Tempat Penampungan

Rohingya

Bangladesh

TOTAL

Laki-laki

Perempuan

Anak-Anak

Jumlah

Laki-laki

Kuala Langsa – Kota Langsa

118

76

63

257

426

683

Bayeun – Aceh Timur

187

86

84

357

52

409

Rawa Cangkoi – Aceh Utara

168

69

92

329

40

369

Gedung SKB – Aceh Tamiang

27

12

 

39

9

48

 

Banda Aceh, 3 Juni 2015

Pengurus Dewan Da’wah,

 

Zulfikar, SE

Ketua Bid. Sosial dan Penanggulangan Bencana

Dalam rangka mewujudkan ukhuwah Islamiyah dan solidaritas kemanusiaan, Dewan Da’wah dan Persaudaraan Muslimah (Salimah) Kabupaten Pidie mengunjungi Muslim Rohingya yang diusir dari kamuing halamannya, dan saat ini mereka terdampar di beberapa tempat di Aceh

Di wilayah Aceh Utara, tepatnya di Kuala Cangkoi Lhoksukon,  sekitar 581 orang dengan rincian wanita 76 orang, laki-laki 462 orang anak-anak sebanyak 43 orang. Sementara di wilayah Kuala Langsa berjumlah 790 Orang dengan rincian wanita 70 Orang, pria 660 orang dan anak-anak 60 orang. di wilayah Tamiang 47 orang imigran Rohingya menetap di Desa Sungai Keruk, Kecamatan Seruway, 12 gadis dan 35 pemuda

Selain itu ada yang baru merapat malam kemarin di Kuala Julok Aceh Timur sebanyak 500 dan mereka sudah dibawa ke penampungan di Kuala Langsa.org baru datang tadi malam, mendarat di Kuala Julok Aceh Timur.

Dalam kunjungan kali ini, Rabu, 20 Mei 2015, Dewan Da’wah Dan Salimah Pidie menyalurkan bantuan ke posko pengungsi yang ada di Kuala Cangkoi Seuneudon Aceh Utara. Bantuan berupa pakaian dalam dan baju wanita, pembalut, susu siap minum, milo, biskuit dan peralatan mandi (sabun, sampho dan minyak rambut) dan uang tunai sebesar 14 juta.  Bantuan diterima oleh koordinator relawan posko ACT dan Kammi. Pengungsi ini sudah dua minggu menepati lokasi Kuala Cangkoi, dan kalau pemerintah menyiapkan tanah pihak ACT sudah berkomitmen untuk membangun barak bagi mereka, karena lokasi sekarang yang dekat laut tidak kondusif untuk pengungsi dalam jangka waktu lama, demikian penjelasan relawan ACT.

Junaidi, SH., MH selaku ketua Dewan Da’wah Pidie, didampingi Ainul, S.Pd Ketua Muslimah Pidie, dalam prosesi penyaluran bantuan menyampaikan keprihatinan mendalam dengan derita Muslim Rohingya, dan menghimbau agar Pemerintah Aceh melalui Pemerintah Pusat agar mengizinkan mereka menetap di Aceh. Apalagi orang Aceh sangat terbuka dalam menerima dan membantu mereka. Ini terbukti ketika negara lain menolak mereka, Indonesia, melalui orang Aceh dengan lapang dada menerima dan membantu mereka secara spontanitas.

 Kami juga mengucapkan terima kasih kepada donatur yang sudah menyalurkan bantuan melalui Dewan Da’wah dan Salimah Pidie, dan bantuan yang kami berikan ini tidak seberapa dibandingkan dengan musibah dan pengorbanan yang ditanggung oleh saudara kami dari Rohingya, semoga Allah Swt memberi jalan keluar terbaik atas masalah ini, kata Junaidi mengakhiri sambutannya.

 

 

Pidie, 21 Mei 2015

Pengurus Dewan Da’wah Pidie

 

Drs. Yusmadi, M.Pd

sekrataris

Dalam rangka meringankan beban dan penderitaan Muslim Rohingya yang mendarat di beberapa pelabuhan di Aceh akibat diusir dan dibunuh di negaranya sendiri, Myanmar, Dewan Da’wah Aceh bekerjasama dengan BKM Mesjid Baitusshalihin membuka posko penggalangan bantuan yang berpusat di Masjid Baitusshalihin, Ulee Kareng Banda Aceh. Kepada para aghniya dan donatur dapat menyalurkan bantuan dengan menghubungi nomor telepon koordinator (Zulkfikar/HP. 08126908733), atau langsung ke rekening Bank Aceh Syariah rekening nomor 612 01 08 0000315 atas nama Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.

Kebutuhan mendesak sesuai urutan

  1. Sembako
  2. Susu untuk anak-anak dan orang dewasa
  3. Peralatan Shalat (mukena, sarung, sajadah dan al-Quran)
  4. Pampers Anak-anak dan pembalut wanita
  5. Peralatan mandi (sabun mandi, odol, sikat gigi, shampoo dll)
  6. Tas untuk menyimpan pakaian

Untuk  informasi, jumlah pengungsi saat ini adalah;

Di wilayah Aceh Utara sekitar 581 orang dengan rincian wanita 76 orang, laki-laki 462 orang anak-anak sebanyak 43 orang.

Di wilayah Langsa berjumlah 790 Orang dengan rincian wanita 70 Orang, pria 660 orang dan anak-anak 60 orang.

di Wilayah Tamiang 47 orang imigran Rohingya di Desa Sungai keruk, kecamatan Seruway, 12 gadis dan 35 pemuda

Penampungan Kuala Langsa sebanyak 790. Mereka terdiri atas 420 imigran asal Bangladesh dan 370 imigran dari Myanmar. Semua imigran dari Bangladesh berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan yang dari Myanmar terdiri atas 240 laki-laki dewasa, 70 perempuan dewasa, dan 60 anak-anak.

500 org baru datang  dan mendarat di Kuala Julok Aceh Timur sekarang sudah dievakuasi ke Kuala Langsa

Pengurus Pemuda Dewan Dakwah Aceh (PDDA) menggelar Daurah Dakwah I untuk tahun 2015. Kegiatan yang dipusatkan di dua tempat sekaligus, berlangsung selama dua hari di Markaz Dewan Dakwah Aceh Gampong Rumpet, Kec. Barona Jaya, Kab. Aceh Besar, kemudian berlanjut di Kompleks Pesantren Darul Hijrah, Aceh Besar.

Kegiatan yang bertemakan “Membangun Generasi Peradaban Dakwah” tersebut, dilaksanakan tanggal 29-30 Maret 2015, dengan menghadirkan sejumlah pemateri dari unsur akademisi UIN Ar-Raniry, Unsyiah, Unmuha, dan LIPIA Baiturrahman Banda Aceh.

Kegiatan yang dibuka oleh Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh Tgk. H. Dr. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL, MA., diikuti secara antusias oleh 50 orang yang didominasi mahasiswa/i semester awal dari seluruh Aceh sebagai peserta. Kesemuanya merupakan calon kader dakwah yang berasal dari berbagai kampus PTA/PTN/PTS di seluruh Aceh.

“Kegiatan ini merupakan upaya merekrut kader-kader berkualitas sebagai pengurus PDDA kedepan, maka sengaja direkrut dari PTA/PTN/PTS dari seluruh kampus yang ada di Aceh,” terangnya.

"Selain materi kajian islam, kegiatan diselingi outbond dan malam muhasabah," tambahnya. 
Peserta cukup antusias mengikuti pelatihan tersebut. Tampak seluruh peserta mengikuti seluruh rangkaian kegiatan selama dua hari hingga usai. 

“Disadari bahwa eksistensi PDDA sebagai lembaga kader yang konsisten dalam memperjuangkan penegakan Syariat Islam di Aceh selama ini, menjadi daya tarik sendiri bagi para pemuda Islam di Aceh yang berminat menjadi muballigh, maka penting bagi segenap peserta untuk berprilaku sesuai tuntunan baginda Rasulullah SAW, dengan menunjukkan pribadi yang amanah dan santun,” demikian salah satu isi sambutan Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, mengingatkan kepada peserta.

“PDDA merupakan satu-satunya lembaga pemuda kader dakwah bersifat nasional yang dimiliki Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia pusat dan berkedudukan di Aceh. Lembaga ini menjadi pilot project bagi DDII secara nasional, karena belum ada di provinsi lain,” demikian penjelasan Basri Effendi, selaku Ketua Umum PDDA yang juga Dosen Fakultas Hukum Unsyiah.

Kegiatan ini ditutup tepat pukul 12.00 Wib, Minggu (29/3/2015) bertempat di Gedung Serbaguna Kompleks Pesantren Darul Hijrah, Kec. Kuta Malaka, Kab. Aceh Besar. (RZ/DS)

ceramah agamaAkademi Dakwah Indonesia (ADI) Aceh yang bernaung dibawah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia melakukan kegiatan Safari Dakwah Perbatasan, bersinergi dengan BKM Ibnu Sina Rumah Sakit Zainoel Abidin dan Rumah Zakat. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari terhitung dari 15-17 Mei 2015 yang dipusatkan di Desa Napagaluh  kecamatan Danau Paris Aceh Singkil yang merupakan daerah perbatasan Aceh dengan Sumatera Utara merupakan daerah minoritas Muslim dari 140 KK hanya 20 KK saja Muslim. Kegiatan tersebut dibungkus dalam beberapa kegiatan yaitu Pengobatan Massal Gratis, Ruqyah Syar’iyyah, penyaluran kornet superqurban, penyaluran sembako dan ceramah agama.

DR. Abizal Muhammad yati, Lc, MA selaku ketua Tim memamparkan kegiatan ini sengaja dilakukan untuk membendung arus kristenisasi yang gencar dilakukan oleh misioneris di daerah perbatasan tersebut, para misioneris giat melakukan pengobatan gratis, pembiayaan operasi bagi yang tidak mampu, bantuan sembako. Namun dibalik kegiatan tersebut mereka menyelipkan program kristenisasi, banyak yang terpengaruh dengan aksi-aksi terebut sehingga mereka meninggalkan Islam (murtad), bahkan sebagian muallaf yang ada disana kembali kepada agama asalnya karena tidak adanya pembinaan yang berkesinambungan. Disamping itu pula bebasnya pergaulan telah mempengaruhi  muda-mudi Islam sehingga mereka terjebak hubungan dengan muda-mudi non muslim yang ujung-ujungnya menikah dengan pasangan yang bukan Islam, mau tidak mau terpaksa melepas agama Islam karena paksaan dari pasangannya yang mensyaratkan harus memeluk agama yang dianutnya.

dr. Nurkhalis SpJP-FIHA selaku Ketua BKM Mesjid Ibnu Sina dari rumah sakit Zainoel Abidin yang ikut langsung dalam rombongan tersebut mengungkapkan bahwa pengobatan massal yang dilakukan sangat efektif, para masyarakat sangat antusias datang untuk berobat sehingga jumlah yang datang untuk berobat melebihi dari target yang direncanakan, tidak hanya umat Islam yang hadir, bahkan sebagian dari non muslim yang menetap di daerah tersebut juga ikut berobat.  Kami tidak hanya sekedar memberikan obat, tapi kami juga menyelipkan nasehat-nasehat untuk menjaga aqidah dan shalat. Kita harus mengambil peran besar dalam hal ini sehingga mampu membalikkan angka jumlah muslim minoritas menjadi mayoritas tambahnya.

Tgk. Jamaluddin selaku da’i yang ditempatkan di desa tersebut sudah 6 tahun lebih beliau mengabdi untuk berdakwah, ia tinggal di sebuah rumah yang tidak layak huni dengan istri dan dua orang anaknya. Ia mengungkapkan kurang adanya perhatian pemerintah dan organisasi Islam tentang daerah perbatasan, padahal banyak Muslim terancam aqidahnya, tidak terbina ibadah dan akhlak mereka, mayoritas mereka berada diibawah garis kemiskinan, dai tidak memiliki rumah yang layak. Tidak semua desa memiliki dai apalagi jarak satu dengan desa lainnya sangat berjauhan sehingga sulit dijangkau.

 Salah satu Muallaf menyebutkan bahwa mereka sangat mengharapkan kehadiran dai di desa mereka, dulu sudah pernah ada dai tapi sudah pergi, sehingga banyak anak-anak yang belum bisa membaca Al-Qur’an, banyak muallaf tidak shalat karena mereka tidak tahu tatacara shalat.

Kegitan ditutup pada malam harinya dengan cermah agama yang sisampaikan oleh Ustaz DR. Abizal Muhammad Yati, Lc, MA, dalam ceramhanya memberikan pesan untuk pentingnya mempertahankan aqidah sehingga tidak terpengaruh dengan iming-iming apapun, menjaga shalat, menutup aurat dan tidak kembali pada kebiasaan-kebiasaan buruk pada masa dahulu. Diperkirakan Jamaah yang hadir lebih dari 350 orang dari berbagai desa yang ada di kecamatan tersebut yang menyesaki mesjid yang dibangun oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) hingga ke luar mesjid di tenda yang telah disiapkan panitia. Salah satu jamaah dari kalangan ibu-ibu menyebutkan bahwa ceramah sangat menyentuh, sehingga banyak dari jamaah yang meneteskan air mata, kami berharap kegiatan ini harus berlanjut tidak hanya sampai disini, karena kami memang benar-benar haus akan ilmu agama dan butuh perhatian khusus dari saudara-saudara muslim lainnya tambahnya. 

Kehadiran ADI sebagai program kaderisasi da’i merupakan salah satu dari tiga program unggulan Dewan Da’wah periode 2010-2015, di samping program penguatan organisasi da’wah dan kemandirian dana da’wah. Tujuan utama pendirian ADI untuk mengembangkan program pendidikan da’wah bagi para calon da’i seluruh wilayah Nusantara dalam sebuah program pendidikan yang khas. Kekhasan pendidikan tersebut tercermin dari orientasi pendidikan yang mengarah kepada penguatan intergritas sebagai da’i illallah, penguatan ulum ad din dan ulum ad da’wah, di samping itu, program ini juga untuk menjawab kebutuhan da’i yang belum berimbang antara jumlah penduduk dengan jumlah da’i. karena Dewan Da’wah meyakini bahwa, sekalipun ada da’i sejauta ummat, satu da’i tidak cukup untuk sejuta ummat.

Dalam mewujudkan tujuan tersebut Dewan Da’wah Aceh juga mendirikan Akademi Da’wah Indonesia (ADI Aceh) sesuai dengan mandat yang diberikan oleh Dewan Dakwah pusat. ADI Aceh mensinergikan tujuan di atas dengan keilmuan lokal yang berkembang di Aceh seperti yang telah berkembang di dayah manyang (Ma’had ‘Aly) yang ada di Aceh. Di samping itu, kehadiran ADI Aceh dapat menjadi lembaga penguat dan penyokong percepatan penegakan Syariat Islam dan menjadi warna baru dalam  dunia pendidikan di Aceh.

Akademi Da’wah Indonesia (ADI) Dewan Da’wah Aceh yang saat ini berusia 6 bulan, kembali menggelar proses belajar mengajar untuk semester genap tahun ajaran 2015. Proses perkuliahan untuk semester genap tahun 2015 resmi dimuai hari ini, Senin, 2 Februari 2015. diawali dengan pengumuman hasil akademik dan pemberian hadiah untuk 3 mahasiswa berpretasi, masih-masing M. Yusuf (dari Tamiang), Sedar Tarigan dan Mukhsin Nyak Ampun (dari Subulussalam) oleh Sekretaris ADI, Dr. Abizal Yati, Lc, MA.

Kuliah perdana secara resmi dibuka oleh Dr. Muhammad AR.,M.Ed selaku Direktur dan diiringi dengan studium general (kuliah umum) oleh Dr. H. A. Mufakhir Muhammad, MA, salah seorang masjlis syura Dewan Da'wah Aceh, dengan topik "Tehnologi Da'wah". Dalam materinya Dr. Mufakhir menjelaskan babhwa da’i yang cerdas harus menguasai tehnologi da’wah, dan yang dimaksud dengan tehnologi da’wah di sini bukan berarti sebatas menguasai komputer, presentasi materi dengan projector, tetapi menguasai dan tahu batasan-batasan suatu ilmu atau materi yang dida’wahkan. Jadi seorang da’i harus tehno, cerdas, tahu sumber, batasan suatu persoalan, yang dalam istilah lain disebut dengan At-tahaddi. Ini nanti secara mendetail akan dipelajari dalam kuliah-kuliah berikutnya, sehingga out putnya da’i alumni ADI akan menjadi probem solver (pemberi solusi) bagi ummat bukan sebaliknya menjadi path of problem (bagian dari masalah) dalam hidup dan kehidupan ummat, demikian Tgk. Mufakhir menutup kuliah umum-nya.

Memasuki semester genap tahun ajaran 2015, mahasiswa ADI akan dibimbing khusus dengan program tahfidh kerjasama antara AMCF (Asia Muslims Charity Foundation) dengan Dewan Da’wah Aceh, yang memfasilitasi satu orang ustadz tahfidh, yakni Ustadz. Muhammad Ihsan,Lc, untuk membimbing mahasiswa. Setelah 2 tahun di ADI, mahasiswa ini akan melanjutkan ke jenjang Sarjana di STID Mohammad Natsir di Jakarta, tentunya harus lulus seleksi dan mampu bersaing dengan mahasiswa ADI dari provinsi lain seluruh Indonesia, mengingat program ini sangat terbatas formasinya dan bagi mahasiswa yang lulus disediakan beasiswa, sejak dari ADI sampai dengan di STID Mohammad Natsir.

 

Banda Aceh, 2 Februari 2014

Sekretaris ADI Dewan Da’wah Aceh,

Dr. Abizal Yati, Lc. MA