Tag Archive for: Dakwah

Pos

Acara Musyawarah Wilayah (Muswil) Ke-3 Dewan Da’wah Aceh yang dilaksanakan pada Tahun 2011, selain sebagai amanat organisasi juga dalam rangka mengevaluasi apa yang sudah, sedang dan belum sempat dikerjakan selama satu periode kepengurusan sebelumnya. Evaluasi ini penting sebagai bahan untuk menyusun program kerja berikutnya, juga sebagai sarana penyamaan persepsi sehingga terjadi gerakan yang sinergis dan langkah padu ke depan dalam melaksanakan program da’wah baik di provinsi maupun di kabupaten/kota. Agenda lain yang juga penting dalam Muswil Ke-3 ini adalah pemilihan Pengurus Dewan Da’wah Periode 2011-2015 serta silaturrahim sesama pengurus.
Di sela-sela Muswil, juga diagendakan Dialog Nasional tentang Gerakan Da’wah bersama Ketua Umum Dewan Da’wah Pusat (Ustadz Syuhada Bahri, Lc) dan bedah buku Karya ketua umum Dewan Da’wah Aceh (Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan) dengan judul “Aceh dan Inisiatif NKRI” oleh Amlir Syaifa Yasin, M.Si (Sekjen Dewan Da’wah Pusat).
Dalam Muswil Ke-3 tersebut dipaparkan pula beberapa kegiatan Dewan Da’wah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang diharapkan dapat menjadi bahan tukar pikiran dan pengalaman dalam mengorganisir kegiatan-kegiatan da’wah ke depan.
Sesuai dengan tema yang diangkat, “Revitalisasi Potensi Dewan Da’wah Dalam Menangkal Aliran Sesat dan Upaya Penguatan Aqidah Ummat di Aceh” Musyawarah Wilayah Ke-3 Dewan Da’wah Aceh tahun ini menjadi strategis di tengah prahara pengrusakan aqidah yang terjadi di Aceh. Untuk itu, diharapkan selain membahas agenda-agenda organisasi di atas, pencerahan dan rumusan langkah-langkah konkrit guna mencegah dan menangkal (cekal) aliran sesat serta upaya penguatan aqidah ummat di Aceh dapat dihasilkan dalam muswil kali ini.
Banda Aceh, 12 Juli 2011
Panitia Pelaksana,
Ir. Nazar Idris, MP
Ketua

Panitia Pelaksana dalam laporannya menyebutkan bahwa pembangunan masjid tersebut didanai sepenuhnya oleh Yayasan Syeikh Eid Qatar, sementara tanah dibeli oleh Dewan Da’wah melalui sumbangan dari Dewan Da’wah Pusat, dan wakaf dari para muhsinin. Total tanah yang sudah dibebaskan adalah 2456 M. direncanakan di atas tanah tersebut juga akan didirikan gedung sebagai pusat pelatihan, rumah imam dan sekretariat sebagai markas Dewan Da’wah Aceh.
Ketua Umum Dewan Da’wah dalam sambutannya menyampaikan bahwa salah satu fokus program adalah melakukan penguatan aqidah, pembinaan muallaf dan pencekalan aliran sesat. Karenanya, diharapkan kepada masyarakat, khususnya warga gampong Rumpet di lokasi masjid and markas Dewan Da’wah, agar tidak perlu ragu dengan keberadaan lembaga ini.
Di sela-sela peresmian, Bapak Kepala Dinas Syariat Islam yang membacakan teks pidato Gubernur menyatakan bangga dengan kehadiran masjid Dewan Da’wah ini, juga dengan kegiatan yang selama ini sudah dilaksanakan oleh Dewan Da’wah. Terlebih lagi dalam percepatan pelaksanaan syariat Islam di Aceh. Sekali lagi selamat kepada Dewan Da’wah semoga semangat ini akan terus ditingkat dalam membina ummat di Aceh ke depan, demikian Prof. Rusydi Ali Muhammad mengakhiri sambutannya.
Dalam peresmian tersebut juga turut diundang pihak Donatur, Aparat Gampong Rumpet, Muspika Kecamatan Krueng Barona Jaya, Muspida Plus Kabupaten Aceh Besar, Muspida Kota Banda Aceh dan Muspida Plus Provinsi Aceh. Di samping itu pimpinan parpol nasional dan parpol lokal, ormas Islam juga diundang menghadiri peresmian tersebut.
Ketua panitia Pembangunan Masjid Dewan Dawah Aceh, Bismi Syamaun, memperkirakan peresmian akan dihadiri lebih kurang 300 orang tamu undangan, belum termasuk pengurus Dewan Da’wah Aceh.
Banda Aceh, 02 Juli 2011
Panitia Pembangunan
Dewan Da’wah Aceh,
Drs. Bismi Syamaun
Ketua

Mengingat kondisi yang ironis seperti ini, Dewan Da’wah Provinsi Aceh bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan Akhwalus-Syakhsiyah (HMJ-SAS) Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry melaksanakan pelatihan khatib dan imam selama 2 hari, tanggal 25-26 Juni 2011 bertempat di sekretariat Dewan Da’wah Aceh.
Pelatihan yang diikuti oleh 25 orang mahasiswa ini bertujuan menyiapkan bekal kepada mereka untuk dapat menjadi khatib dan imam shalat berjamaah, khususnya ketika mengikuti program pengabdian masyarakat pada saat akhir kuliah. Di samping itu, menjadi bekal ketika kembali ke tengah-tengah masyarakat dalam rangka menghidupkan kegiatan ibadah dan syiar Islam.
Selama dua hari kepada peserta dibekali materi tentang ketrampilan berbicara (retorika speak) baik dalam bentuk ceramah, orasi, presentasi dan khutbah, syarat seorang khatib, tata cara khutbah, Syarat imam, tatacara mengimami shalat. Di samping teori, kepada peserta juga diajarkan praktek langsung berkhutbah dan mengimami shalat berjamaah.
Pelatihan yang dibekali oleh para pengurus wilayah Dewan Da’wah Aceh ini akan ditindak-lanjuti dengan pembinaan lanjutan secara periodik guna meningkatkan kemampuan, khususnya dalam hal ulumuddin (kafaah syar’iyah) bagi para peserta sebagai bekal dalam menjalankan tugas sebagai khatib dan imam kelak di dalam masyarakat.
Selain materi pelatihan tersebut, Dewan Da’wah juga telah menyediakan panduan tertulis dalam bentuk buku panduan khutbah bagi para khatib yang ditulis oleh Ketua Umum Dewan Da’wah Aceh, Drs. Hasanuddin Yusuf Adan, MA. M.CL, dengan judul “Khutbah Jumat dan Dua Hari Raya; Kajian Ilmiah Isu-isu Semasa”. Buku ini berisi panduan dan tatacara khutbah serta materi-materi selipan untuk bahan khutbah berkaitan dengan beberapa isu aktual di Aceh dan dunia Islam.
Kalau buku ini tersedia di setiap masjid maka, kejadian seperti gagalnya jumat karena khatib tidak hadir akan tertanggulangi. Karena siapa saja di antara jamaah yang bisa membaca dan mengaji, dapat menjadikan buku ini panduan untuk membaca rukun-rukun khutbah dan materi nasehat yang ada di dalamnya, sehingga pelaksanaan ibadah shalat jumat menjadi sempurna.
Banda Aceh, 25 Juni 2011
Said Azhar
Sekjen Dewan Da’wah Aceh

“Itu kan pendapat dia, tapi kan kita juga harus akomodasi aspirasi lokal dan kekhususan di negara kita, seperti Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Itu kan mengakomodir hal-hal yang spesifik di daerah. Dulu kan kita menyepakati itu,” ujar Gamawan Fauzi di kantornya, Senin (23/5).
Ditegaskan Gamawan, pemerintah sangat menghargai kekhususan Aceh. “Artinya, kita minta dia juga menghormati itu,” cetusnya. Terlebih, lanjutnya, sebelum seseorang dikenakan hukuman cambuk, juga sudah melalui proses hukum.
Kecuali itu Dewan Da’wah melihat ada agenda jangka panjang yang diinginkan oleh lembaga-lembaga international berkaitan dengan upaya penggagalan pelaksanaan syaraiat Islam di Aceh, sehingga ada beberapa hal yang perlu dikritisi dari desakan pihak Amnesty International;
Pertama, salah satu point dari Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia bahwa setiap manusia dijamin untuk bebas beragama dan melaksanakan keyakinan agamanya, yang ini juga dijamin oleh UUD 1945 tentang kebebasan beragama dan melaksanakan keyakinan agamanya, sehingga pelaksanaan Syariat Islam di Aceh (secara legal formal telah diamanahkan oleh Undang-Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia), dalam baik dalam dimensi privat dan publik merupakan pengejawantahan dari kebebasan beragama. Oleh karena itu tuduhan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) dan meminta hukuman cambuk di Aceh dicabut oleh Direktur Asia Pasifik Amnesty International, Sam Zarifi, menjadi tidak beralasan.
Kedua, Salah satu alasan yang dikemukakan oleh Sam Zarifi bahwa cambukan bisa mengakibatkan cedera jangka panjang atau permanen,”, seperti terlalu mengada-ngada dan yang bersangkutan tidak memperoeh informai yang utuh bagaimana mekanisme dan proses pelaksanaan hukum cambuk di Aceh. Kalau pun hukuman tersebut menimbulkan rasa sakit dan malu, itu merupakan bagian dari efek jera yang ingin dicapai dari suatu proses penerapan hukuman bagi pelaku kejahatan.
Ketiga, konsekwensi ketika sudah memilih Islam sebagai agama, maka suka tidak suka aturan hukum-hukum agama tersebut harus diberlakukan kepada yang bersangkutan. Dan ini sangat selaras dengan kebebasan beragama. Baru melanggar HAM kalau kepada pemeluk agama selain Islam dipaksakan untuk menggunakan hukum Islam., dan tidak aturan yang akan jalan kalau tidak diawali dengan ketegasan dan sanksi..
Keempat, Kepada pihak pemerintah baik di Aceh maupun di Pusat agar dapat memberikan jawaban dan klarifikasi yang profesional dan proposional terhadap desakan Amnesty International. Karena usulan mereka sepertinya sudah terlalu jauh ‘mencampuri” urusan keyakinan agama seseorang dan kekuasaan sebuah bangsa.
Banda Aceh, 23 Mei 2011
Pengurus Dewan Da’wah Aceh,
Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan
Ketua Umum

Dalam sambutannya, ketua terpilih mengajak semua jajaran pengurus Dewan Da’wah serta semua elemen masyarakat tak terkecuali pmerintah untuk serius sama-sama melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, dan berani menyatakan yang haq itu haq dan yang bathil itu bathil sebagaimana ikrar yang sudah kita ucapkan dalam prosesi pelantikan tadi. Karena, menurut Tgk. Abdul Wahab, posisi ummat Islam akan menjadi ummat terbaik (Khaira ummat) manakala mereka selalu melakukan amar ma’ruf nahi mungkar (baca; gerakan da’wah). Kondisi ini menjadi lebih penting diwujudkan setelah Provinsi Aceh memproklamirkan berlakunya syariat Islam secara kaffah. Untuk itu, Dewan Da’wah Kota Langsa akan berusaha bersama-sama dengan semua komponen masyarakat, ormas Islam lainnya dan pemerintah untuk hadir sebagai sebuah organisasi yang dirasakan manfaatnya untuk Islam dan masyarakat.
Sementara Ketua Dewan Da’wah Aceh, di sela-sela prosesi pelantikan mengharapkan kepada semua pengurus Dewan Da’wah Pijay agar serius bekerja guna mempercepat tegaknya syariat Islam di Pijay Khususnya dan Aceh umumnya. Untuk itu hendaknya jalinan kerja sama dengan semua pihak, baik ormas Islam lainnya, pemerintah kota harus dikedepankan. Kehadiran Dewan Da’wah saat ini menjadi strategis karena kondisi keberagamaan di Aceh yang sedang menghadapi prahara besar berupa gerakan pendangkalan aqidah dan aliran sesat. Kedua persoalan ini menjadi fokus utama gerakan da’wah Dewan Da’wah dan salah satu alasan dari kelahirannya lembaga ini, demikian Dr. Muhammad AR, M.ed mengakhiri amanatnya.
Pelantikan yang dihadiri oleh walikota Langsa, Drs. Zulkifli Zainon, MM, Wakil Ketua DPRK, MPU, MAA dan unsur pemko lainnya, dimulai pukul 09.30 WIB bertempat di Aula Bappeda Kota Langsa. Bapak Walikota dalam arahannya kepada semua yang hadir, khususnya kepada pengurus Dewan Da’wah Kota Langsa, agar dapat menjadi mitra dan patner kerja Pemko khususnya dalam percepatan pelaksanaan syariat Islam. Kecuali itu, walikota juga mengingatkan kondisi kehidupan sosial budaya dan agama di Aceh hari sangat membutuhkan pengajaran-pengajaran guna mencegah berkembangnya aliran sesat dan budaya yang tidak sesuai dengan norma-norma Islam. mengakiri sambutan dan arahannya Bapak walikota menyambut baik kehadiran Pengurus Dewan Da’wah Kota Langsa yang baru di lantik, semoga dapat sama-sama membangun kota Langsa ke arah yang lebih baik.
Setelah prosesi pelantikan, kepada pengurus Dewan Da’wah yang baru dilantik dilaksanakan pembekalan (orientasi) tentang ke-dewan-dakwahan, guna memahami visi-misi serta program kerja yang perlu dilaksanakan selama satu periode ke depan. Di samping itu juga dialog antara pengurus wilayah dengan pengurus daerah Dewan Da’wah Langsa tentang isu-isu aktual berkaitan dengan problematika ummat Islam di Aceh saat ini, yang difasilitasi oleh Dr. Muhammad AR, M.Ed dan Said Azhar, S.Ag
Langsa, 3 Mei 2011
Said Azhar
Sekjen DDII Aceh

Islam sebagai agama terakhir dari kalangan agama-agama samawi yang satu-satunya diakui Allah mempunyai atribut lengkap untuk mengayomi ummat manusia. Tidak mungkin bagi seorang muslim mengetahui kelengkapan Islam tersebut tanpa mendalami, memahami dan mempelajarinya secara bersahaja. Bagi yang mempelajarinya akan paham mana yang haq dan mana yang bathil, mana yang boleh dikerjakan dan mana yang tidak boleh dikerjakan. Sementara bagi yang tidak mempelajarinya sering terjebak dengan kesesatan yang dianggap kebenaran, tersarang pada perbuatan salah yang dianggap benar. Ukuran untuk mengetahui benar atau salah sesuatu itu adalah setelah diuji dengan materi Al-Qur’an dan Al-Sunnah, yang sesuai dengannya adalah benar dan yang tidak selaras dengannya adalah salah.
Agar kehidupan ummah tetap berada pada jalur yang benar, para ilmuan baik dari kalangan ulama, intelektual, cendekiawan dan mereka yang memahami kebenaran serta mengetahui kesalahan harus berdakwah kepada mereka yang belum paham dan tidak mengetahui akan prihal yang haq dan yang bathil. Itu merupakan sebahagian kecil dari langkah-langah dakwah yang pernah dilakukan Rasulullah SAW.
Untuk kasus Aceh, kaum ulama khususnya yang digaji oleh negara memikul tanggung jawab lebih daripada pihak lain untuk menyelamatkan ’aqidah anak bangsa. Mereka harus bekerja dengan yakin dan serius jauh hari sebelum Aceh diserang oleh aliran sesat dan pendangkalan ’aqidah. Bukannya berpura-pura menyelesaikan masalah ketika masalah itu sudah menjadi penyakit kronis dalam masyarakat. Kekeliruan yang terjadi sekarang ini terletak pada kurang pahamnya tugas inti ulama pemerintah sehingga mereka lalai dengan jabatan, lezat dengan mobil plat merah dan nyenyak dengan tunjangan jabatan.
Ulama tempo dulu di Aceh khususnya dalam masa revolusi fisik melawan penjajah Belanda dan Jepang telah mengorbankan jiwa raga untuk menyelamatkan iman anak bangsa. Teungku Syik Di Tiro Muhammad Saman telah berjihat melawan Belanda dengan mengedepankan iman di dada dan tanpa didukung oleh tunjangan jabatan, mobil plat merah dan rumah dinas. Teungku Muhammad Dawud Beureu-éh telah berjaya mengawal dan mengembangkan Islam sehingga Aceh harum dengan syari’ah. Ketika beliau memimpin organisasi Persatoean Oelama Seloeroeh Atjeh (POESA), Islam jaya, syari’ah semakin berbunga, ’aqidah bertambah kuat dan akhlak pula semakin mantap dalam kehidupan muslim Aceh dalam kurun tahun 1950an. Pada masa itu belum ada internet, belum ada HP, belum ada mobil mewah, belum lancar telepon, namun ketua umum POESA bermastautin di Beureunuen, sektarisnya tinggal di Idi dan wakil ketua hidup di Matang Geulumpang Dua, Islam dapat dikembangkan dengan jaya dan sempurna. Kenapa pula hari ini yang sudah menjadi zaman modern dengan berbagai fasilitas hidup yang memadai tetapi ’aqidah ummah dapat dicuri oleh musuh-musuh Allah? Kehidupan hari ini memang set back seabad kebelakang. Siapa yang lemah?
Modus pendangkalan aqidah
Ada beberapa hal yang menjadi modus pendangkalan ’aqidah di Aceh selama ini, ia terjadi dari dua jalur yang berlainan arah. Pertama jalur eksternal yang diimport oleh kam missionaris, pegiat gerakan primasonry, pegiat HAM barat, pegiat gender dan pribadi-pribadi non muslim yang bencikan Islam. Kedua adalah jalur internal yang terdiri dari muslim yang berpaham nasionalis, sekularis, liberalis, pluralis, humanis dan kaum ortodoks yang mengklaim hanya amalannya saja yang benar dan amalan orang lain salah. Kaum semacam ini selalu mengedepankan otot untuk menyelesaikan masalah dan mempertahankan idenya.
Sumber pendangkalan ’aqidah dari eksternal sudah lama disemai benih oleh kaum Kristiani ketika mereka mengalami kegagalan dalam perang salib dahulu kala.[1] Pasca beberapa kali perang salib yang merugikan pihak Kristiani, mereka merumuskan 10 langkah menghancurkan Islam dan muslim dari jarak jauh. Yaitu:
Pertama, melenyapkan syari’ah (Hukum Islam). Langkah yang diambil untuk menghancurkan syari’ah adalah dengan menghancurkan sistem Khilafah Usmaniyah di Turki pada masa perang dunia pertama yang menjadi lambang dan model pemerintahan Islam peninggalan zaman awal. Selama satu setengah abad pihak barat berusaha untuk menghancurkan sistem pemerintahan Islam tersebut kemudian berakhir dengan berjayanya pasukan Inggeris, Yunani, Italia dan Perancis menduduki Turki. Dalam perundingan perdamaian di Lozan Inggeris tidak akan keluar kalau pihak Turki masih bertahan dengan sistem khilafah.
Dalam masa itu muncullah sosok Mustafa kamal At-Taturk, tokoh sekuler Turki yang menerima perjanjian dengan Inggeris dalam empat perkara. (1), menghapuskan khilafah Islam di Turki dan mengambil semua kekayaannya. (2), Turki berjanji harus menumpas semua gerakan pendukung khilafah. (3), pemerintah Turki yang baru akan memutuskan hubungan dengan Islam. (4), pemerintah Turki akan memilih UUD sipil sebagai ganti UUD yang bersumber dari hukum Islam.
Kedua, menghancurkan dan melenyapkan Al-Qur’an. Kaum salibiyah sangat paham kalau Al-Qur’an adalah sebagai sumber hukum dan sumber inspirasi dan aspirasi ummat Islam yang baku dan kekal. Karenanya mereka berupaya keras untuk menghancurkannya dengan berbagai cara, seperti menukar ganti ayat-ayat Al-Qur’an, menyalahkan makna dan artinya, mencetak Al-Qur’an baru yang sengaja disalahkan, memperalat muslim sekuler dan liberal untuk mengartikan Al-Qur’an dengan cara yang salah dan keliru dan sebagainya. Pastor Willem Gaford Bilkraf berkata: ”apabila Al-Qur’an dan kota Makkah dapat dikubur dari negeri Arab, pada saat itu kita dapat melihat orang Arab melangkah menuju peradaban barat serta menjauh dari Muhammad dan kitabnya. Pernyataan serupa diungkapkan oleh tokoh-tokoh salib secara serentak pada zaman itu.
Ketiga, menghancurkan akhlak muslimin. Upaya ini dilakukan kaum salibiyah dengan mengumbar gambar-gambar porno lewat tayangan-tayangan televisi, internet, koran, majalah, fashion baju semi telanjang, cara hidup saling tipu dan seumpamanya. Marmadeuck Picktol berkata: muslim dapat mengembangkan peradaban mereka keseluruh dunia secepat mereka mengembangkannya dahulu, dengan syarat mereka kembali berpegang kepada akhlak yang diperankan oleh nenek moyang mereka pertama dahulu, karena alam ini hampa dan tidak mampu berdiri tegak menghadapi jiwa peradaban mereka.
Keempat, menghancurkan persatuan muslimin. Langkah yang diambil mereka dalam konteks ini adalah mengadu muslim denga muslim lainnya lewat berbagai program yang mereka tawarkan. Lazimnya mereka mengumpan muslim dengan sejumlah uang dengan cara dan strategi yang amat lihai. Di Indoesia mereka membiayai sejumlah LSM seraya meminta para pengurusnya menyebarkan aliran sekuler, liberal, plural dan sebagainya dalam kehidupan muslim. Dengan demikian terjadilah perlawanan dari muslim fanatik sehingga antara muslim dengan muslim menjadi berantakan dan hancur berlerai. Kardinal Simon berkata: persatuan Islam dapat mempersatukan cita-cita ummat Islam dan dapat mendorong mereka lepas dari kekuasaan Eropah sedang upaya Kristenisasi merupakan satu upaya penting dalam mematahkan kuku gerakan mereka. Karena itu dengan Kristenisasi kita harus dapat merubah arah kaum Muslimin dan menjauhkan mereka dari cita-cita persatuan Islam.
Kelima, membuat muslimin ragu dengan agamanya sendiri. Dalam buku kongres karyawan Kristen di negeri-negeri Islam dikatakan: kaum muslimin meyakini bahwa Islam dapat memenuhi hajat ummat manusia, dan bagi kita para missionaris tidak ada pilihan lain kecuali melakukan perlawanan terhadap Islam dengan senjata ideologis dan humanis.
Keenam, membiarkan bangsa Arab tetap lemah. Mereka tau bahwa dunia Arab sebagai rujukan ummat Islam, karena itu mereka berupaya untuk memecahbelahkan bangsa dan negara-negara Arab agar Islam pun menjadi kacau dan lemah. Kasus pendirian negara Israel merupakan salah satu bukti upaya mereka melemahkan bangsa Arab. Menjadikan negara-negara Arab sebagai boneka AS seperti yang dialami Mesir, Tunisia, Yaman, Saudi Arabia, Kuwait, Qatar dan lainnya merupakan bahagian daripada upaya melemahkan bangsa-bangsa Arab.
Ketujuh, menciptakan sistem diktator politik dalam dunia Islam. Orientalis W.K. Smith pakar urusan Pakistan dari Amerika Serikat berucap: apabila kaum muslimin diberi kebebasan hidup dalam dunia Islam dan mereka hidup dalam alam demokrasi maka Islam akan meraih kemenangan dalam negeri itu. Dengan sistem diktator sajalah ummat Islam dapat dipisahkan dengan agamanya. Rancangan tersebut telah membuahkan hasil di sejumlah egara mayoritas muslim seperti di Arab Saudi dan negara-negara teluk persi, di Mesir, di Iraq, di Yaman, di Pakistan, di Indonesia dan sebagainya.
Kedelapan, menjauhkan kaum muslimin dari kemampuan berproduksi dan membiarkan mereka tetap menjadi konsumen produksi barat. Kasus ini menjadi kenyataan di mana ummat Islam terus menerus menjadi konsumen barat dalam berbagai produk dari yang paling kecil sampai yang palinf besar. Mic Donald, Kentacky Fried Chicken, sejumlah MLM, sampai kepada produksi senjata dan alat-alat perang berat menjadi bukti nyata bahwa mereka terus menerus menguasai kehidupan musim.
Kesembilan, mengupayakan agar orang pandai dan orang kuat Islam jauh dari kekuasaan dan tidak dapat berkuasa di negaranya. Prihal ini telah lama terjadi di sejumlah negara mayoritas muslim seperti di Indonesia, di malaysia, di Pakistan, di Afghanistan dan sejumlah negara-negara Afrika. Ben Gourion (Perdaa Menteri Israel tempo dulu) berucap: ”yang paling kami takutkan kalau di dunia Arab akan lahir Muhammad baru”. Salazar (diktator Portugis masa lampau) berkata: ”saya khawatir kelak akan lahir dari kalangan mereka seorang yang mampu mengekspor perselisihan mereka kepada kami”.
Kesepuluh, merusak kaum wanita muslimah dan menyebarkan kebejatan seksual. Pemerintah Israel menganjurkan para wanita Yahudi untuk mengaet dan berhubungan seksual luar batas dengan para pemuda muslim terutama di kawasan Palestina dan dunia Arab lainnya. Seterusnya, upaya tersebut dilanjutkan oleh para missionaris ke dunia muslim seluruh dunia sehingga para wanita muslimah cenderung menjadi santapan mereka di berbagai negara mayoritas muslim.
Semua rancangan kaum salib tersebut disusun demikian rapi untuk masa waktu jangka panjang sehingga dalam operasionalnya selalu disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Untuk hari ini mereka masuk melalui jalur pendangkalan ’aqidah dengan perahu aliran sesat atau langsung diprakarsai oleh kaum missionaris seperti yang terjadi di Meulaboh Juli 2010, di Matang Geulumpang Dua September 2010 dan Banda Aceh Maret-April 2011.
Modus pendangkalan ’aqidah di Aceh menjurus kepada dua perkara utama, yaitu penghancuran iman bangsa Aceh dan penggagalan berlakunya syari’ah yang sudah diazaskan lebih delapan tahun lalu di Aceh. Untuk mencapai sasaran tersebut mereka berusaha keras dengan berbagai cara termasuk memperalat orang-orang Aceh sendiri dengan berbagai dalih seperti dalih Hak Azasi manusia (HAM), dalih jender, dalih politik, dalih bantuan kemanusiaan dan sebagainya. Apabila para penguasa Aceh tidak cukup modal ’aqidah maka mudah sekali bagi mereka untuk menghancurkan iman rakyat Aceh. Apabila para penguasa Aceh tidak cukup ilmu tentang syari’ah maka membuat kaum salib leluasa menghambat berlakunya syari’ah di Aceh.
Study Kasus
Dalam sejarah perpolitikan Islam, awal terpecahnya ummat Islam menjadi banyak aliran adalah setelah reda perang Shiffin antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi Sofyan yang menguntungkan pihak Muawiyah bin Abi Sufyan. Akibat terjadi penipuan Abu Musa al-Asy’ari utusan Ali oleh Amru bin ’Ash dari utusan Muawiyah dalam masa tahkim (albritase) maka muncullah sekte Khawarij, Syi’ah, Murji’ah dan sebagainya. Sekte-sekte tersebut masing-masing memperkuat kekuatan untuk merebut kekuasaan yang sudah dipimpin oleh dua penguasa yaitu Ali dan Muawiyah.
Yang paling keras dan serius melawan pihak Ali dan Muawiyah adalah kaum Khawarij, mereka menganggap Ali lemah menjaga amanah ummah, Muawiyah pengkhianat dan Amru bin ’Ash penipu. Untuk kembali kepada kekompakan awal mereka berencana untuk membunuh ketiga tokoh tersebut. Namun apa yang disayangkan adalah hanya Ali yang sempat terbunuh pada waktu shubuh hari sementara Muawiyah dan Amru bin ’Ash tidak pergi ke masjid pada shubuh itu. Ketika Ali sudah meninggal, maka menjadi pucuk dicinta ulampun tiba bagi Muawiyah bin Abi Sufyan.[2]
Berbicara tentang perkembangan aliran sesat di Aceh, dalam beberapa kurun waktu yang lalu kita telah dhebohkan oleh aliran Habib Muda Seunagan,[3] aliran Jubah Puteh, dan terakhir aliran Millata Abraham yang melanda Matang Geulumpang Dua dan Banda Aceh.[4] Semua itu sulit dipisahkan dengan gerakan missionaris dan primasonri yang disponsori kaum Yahudi dan Nashrani. Kedua agama tersebut berasal dari satu jalur kaum Bani Israil dari keturunan nabi Ya’kub AS. Keduanya sepakat dan kompak untuk saling membantu apabila salah satunya berhadapan dengan Islam. Kaum Yahudi langsung atau tidak langsung sedang menguasai dunia lewat jalur teknologi dan persenjataan hari ini. Sementara kaum Nashrani berupaya keras untuk menguasai dunia dari kapasitas kuantitas penganutnya secara mendunia. Oleh karena itu terkesan Yahudi berpenampilan slow dan rileks, sementara Nashrani berformat kasar dan ofensif, sementara Islam terhimpit oleh kedua kekuatan ideologi tersebut karena ketidak kompakan muslim secaramenyeluruh.
Efek dari pergumulan tiga agama samawi tersebut merembes ke bumi Aceh yang sebelum tsunami jauh dari pantauan luar negeri karena dikungkung oleh RI. Ketika pihak luar punya kesmpatan masuk dengan dalih membawa bantuan kemanusiaan maka Aceh menjadi bahagian dari dunia internasional yang sulit dikontrol. Kondisi semacam ini dimanfa’atkan dengan baik sekali oleh pihak Kristiani untuk memurtadkan muslim Aceh sebagaimana yang telah mereka lakukan terhadap muslim di wilayah lain di dunia.
* KASUS HABIB MUDA SEUNAGAN.
Dalam sejarah peribadatan ummat Islam Aceh kurun 50an di Aceh pernah berkembang sebuah aliran sesat yang disponsori oleh Habib Muda Seunagan, seorang habib yang bermastautin di Seunagan (sekarang Nagan Raya). Habib Muda Seunagan bersama para pengikutnya melaksanakan ibadah berbeda dengan kebiasaan muslim lain, umpamanya mereka tidak melaksanakan shalat lima waktu lazimnya yang kita laksanakan sehari hari. Tetapi mereka cukup dengan berdo’a sahaja dan berzikir (meurateb) dengan menyebut nama Allah besar-besar dan cepat, sehingga ucapan Allahu lama-lama terucap huk huk huk. Dengan ucapan tersebutlah nama kelompok mereka kemudian terkenal dengan Sulok Huk.[5]
Sulok Huk ini kemudian dikembangkan di Teupin Raya Kabupate Pidie oleh Tgk. Teureubue ’Id (Tgk. Sa’id dari Teurereubue). Ia juga dikembangkan oleh Tgk. Husin di Gampong Blang mangki Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie. Sulok Huk ini bagi masyarakat di sana juga dikenal dengan Sulok Buta, karena mereka buta dalam beribadah, yaitu tidak mau melaksanakan shalat. Menurut mereka shalat itu menyembah tikar sehingga dikembangkan motto: Kaphe la-ot seumah patong, kaphe gampong seumah tika (kafir laut menyembah patung, kafir kampung menyemah tikar).[6]
* KASUS-KASUS PASCA TSUNAMI
Pasca Tsunami yang menghantam Aceh 26 Desember 2005, media massa sudah mengekspos bagaimana gigihnya para missionaris mencuri anak-anak Aceh. Ada yang dibawa ke luar negeri dan ada pula yang disembunyi di Medan atau Pulau Jawa. Hal ini disaksikan oleh para aktivis dan wartawan.[7] Terdapat beberapa LSM yang menjalankan missi Kristenisasi dibalut dengan missi kemanusiaan. Umpamanya boneka yang diberikan kepada anak-anak jika dipencet akan mengeluarkan bunyi dalam bahasa Inggris berisi doa-doa tidur jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, bermakna “penyatuan roh-roh manusia dengan roh-roh kudus”.[8]
Seratusan mahasiswa Unsyiah yang tergabung dalam Koalisasi Mahasiswa Anti Pemurtadan (KOMANDAN) menjelaskan dihadapan Gubernur soal kegiatan kristenisasi tersebut. Bahkan pada kesempatan itu mahasiswa memperlihatkan sejumlah bukti yang ditemukan di sejumlah lokasi kamp-kamp pengungsi kepada Gubernur seperti, buku bacaan berjudul Roh Kudus Pembaruan (Yayasan Kemanusian Bersama), buku bacaan siswa SLTA berjudul Dewasa dalam Kristus Gaya Hidup Kristenan, kemudian popo yang di dalamnya ditemukan berisi mainan anak-anak berupa kalung berlambang palang salib.
Termasuk copy buku kumpulan doa-doa Hanan el-Khouri berjudul Rahasia Doa-Doa Yang Dikabulkan. Dalam buku tersebut berisikan doa-doa yang dikutip dari injil dengan bertulisan bahasa Arab. Kalau masyarakat tidak paham, ini kan bisa membuat mereka murtad, bahkan di Aceh Jaya juga kami sudah temukan 500 injil, kata Irwansyah sebagai representatif mahasiswa.[9]
Masyarakat Desa Lhok Geulanggang, Kecamatan Setia Bakti, Kabupaten Aceh Jaya, Oktober 2005 silam menemukan sejumlah tablet obat bergambar ’bunda maria‘. Tablet tersebut dibagikan kepada anak-anak di desa itu.[10] Pada silaturahmi yang sengaja diadakan untuk melaporkan fakta pemurtadan di Aceh, sejumlah fakta berupa Injil dalam bahasa Aceh, selimut bergambarkan salib, boneka atau mainan anak-anak bergambar sinterklas, booklet, brosur, pamflet berciri Islam tetapi isinya tentang agama Kristen diperlihatkan kepada publik di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.[11] Selain itu ada juga LSM tertentu yang sengaja membagikan bahan logistik tepat pada waktu shalat ummat Islam.
Penulis juga pernah menerima laporan langsung dari beberapa orang ibu di Durong Aceh Besar bahwa mereka diajar ajaran Nabi Isa oleh wanita pekerja pada Yayasan Kreasi asal Bandung dalam bulan Juli 2005. Pembagian Injil dan mainan anak-anak kepada masyarakat Baitussalam di Aceh Besar juga dilaporkan tokoh masyarakat di sana. Rasanya sudah memadailah bukti untuk disimpulkan bahwa memang betul-betul ada upaya-upaya pemurtadan di Aceh oleh LSM-LSM asal luar Aceh dalam suasana pemulihan kehidupan rakyat akibat hantaman tsunami.[12]
* KASUS MEULABOH
Satu keluarga kristen warga AS, yakni Kelly Glen Jordan dan Robin Kay Jordan bersama anaknya Mackenrie Claire Jordan, dengan menggunakan dua perempuan asal Medan Sumatera Utara bersahaja melakukan pengkristenan terhadap tiga anak dara Aceh di Meulaboh, ibukota Kabupaten Aceh Barat bulan Juni 2010. Dengan kedok pekerja sebuah LSM/NGO mereka membuka sebuah sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan mempekerjakan tiga anak dara Aceh tersebut yang bersengaja dan berencana hendak dikristenkan dari awal lagi.[13]
Korban pemurtadan tersebut adalah Ernawita alias Nonong binti Bustamam (27), warga Desa Suak Seumaseh dan Juwita binti Karman, warga Desa Suak Geudeubang. Dan seorang perempuan lainnya berinisial CT (18) juga disinyalir sudah menukar agamanya. Menurut media lokal perempuan yang bernama Ernawita alias Nonong berperan sebagai pelaku pemurtadan (yang membaptis) sedangkan Juwita binti Karman adalah korban pemurtadan.[14]
Ernawita alias Nonong, perempuan berstatus janda itu mengaku dirinya telah lebih dulu dipindahkan ke agama Kristen oleh rekannya yang sama-sama berprofesi sebagai guru pendidikan anak usia dini (PAUD) yang berasal dari luar Aceh. Menurut Ernawita, saat dirinya dibaptis oleh rekannya, ia sama sekali tidak mengetahui kalau ia telah berpindah agama. Bahkan ia juga mengakui dirinya turut membabtis Juwita binti Karman di kawasan Pantai Lhok Bubon pada 7 Juni 2010. Prosesi itu dilakukan dengan sejumlah rekannya yang sama-sama guru PAUD yang melakukan bimbingan agama nonmuslim.[15]
Pemurtadan yang dilakukan oleh satu keluarga warga AS di Meulaboh tersebut betul-betul berenca dan dipersiapkan demikian rupa. Buktinya, dari dua rumah yang disewakan mereka di Meulaboh ditemukan sejumlah brosur dan selebaran Kristiani dalam benrbagai bentuk seperti CD, VCD, buku cetak, selebaran lepas dan sebagainya.
* KASUS MATANG GEULUMPANG DUA
Mulanya, lima dari 14 orang anggota komunitas Millata Abraham diduga membawa aliran sesat, disidangkan di MPU Bireuen. Mereka yang disidangkan itu adalah Safwaliza (38), M Afdal (35), Hajarul Mirza (25), Junaidi (30) dan M Ikhawan (23). Semuanya penduduk Peusangan Bireuen. Mereka ditangkap pada 22 September 2010 lalu atas dugaan menyebar aliran sesat.[16] Hasil penyidangan mereka diputuskan oleh MPU bireuen bahwa mereka berada dalam aliran sesat. Mendengar fatwa tersebut masyarakat Tanpa komando, usai sidang di MPU Bireuen, seribuan warga Peusangan bereaksi. Mereka ditangkap satu per satu setelah MPU Bireuen menyebut mereka beraliran sesat. Ada 11 orang yang ditangkap pertama sekali. Masyarakat pun seakan tak sanggup menahan amarah. Bahkan ada di antaranya yang menjadi korban pemukulan dengan bibir yang bengkak-bengkak. Mengapa warga emosi? “Pengajian Millah Abraham dilakukan secara berkelompok dan bersifat tertutup, memunculkan beragam pandangan dan mengarah kepada pendangkalan akidah dan murtad, “ kata Munawar, warga Peusangan, menjawab Kontras, pekan lalu.[17]
Bireuen menjadi sorotan karena terbongkarnya sebuah ”aliran” yang menganggap Nabi Ibrahim lebih hanif daripada para Nabi yang lain, bahkan jauh lebih unggul dibandingkan dengan nabi Muhammad sekalipun. Dalam khutbah Jumat di mesjid Cot Gapu, terungkap bahwa aliran Millata Abraham ini sesungguhnya telah benar-benar keluar dari ajaran Islam. Mereka membenarkan perkawinan antara saudara kandung, dan seorang bapak boleh menikahi putri kandungnya. Dalam sebuah diskusi yang lain, disampaikan juga bahwa jika sang bapak meninggal dunia maka sang anak dapat ”mewarisi” ibunya. Disamping itu, dalam setiap keluarga, maka hanya sang bapak – sebagai kepala keluarga – yang diwajibkan untuk melaksanakan shalat lima waktu.
Menurut seorang rekan yang saudara iparnya terlibat dalam Millata Abraham, seluruh anggota jamaah tersebut harus mengganti namanya menjadi lebih western. Misalnya, Ibrahim menjadi Abraham, Daud menjadi David dan Yusuf berganti Yosep, dan seterusnya. Tetangga dari rekan saya tersebut bahkan berganti nama menjadi Bunda Maria.[18] “Mereka mengaku teologinya berasal dari Abraham, apa yang mereka bawa berasal dari Ibrahim, Ishaq, Ismail, Yakub, Yusuf, Musa, Yesus kemudian Muhammad,” terang Jamaluddin dalam sidang di MPU, seraya menambahkan ibadah mereka, antara lain, melaksanakan shalat malam, menghafal ayat-ayat Alquran, berdakwah, pengkaderan, rapat mingguan, hingga pengutipan iuran.[19]
* KASUS BANDA ACEH
Di Kota Banda Aceh dalam tahun 2010 sampai 2011 berkembang aliran sesat yang meresahkan mayarakat kota tersebut. Adanya aliran sesat millata abraham yang disponsori putera-putera Aceh tersebut bukan hanya mengakibatkan fatalnya iman mereka yang bergabung kesana, melainkan menjadi pukulan berat bagi Aceh secara keseluruhan yang sedang menjalankan syari’at Islam. Pengikut Mukmin Muballigh (Millata Abraham), kata ketua MPU Aceh Muslim Ibrahim, tidak percaya kepada rukun iman, juga mengingkari rukun islam. “Mereka juga menafsirkan Quran dengan kaidah yang salah, Bismillah diartikan dengan isme Allah, mereka juga menghina para nabi dan rasul. Nabi Isa dituding punya bapak, kalau Maryam tidak punya suami, mereka mengatakan berarti Maryam bersetubuh dengan Allah. Para pengikut ajaran itu kata Muslim merupakan pengikut Ahmad Musaddiq yang kini di penjara di pulau jawa [20] karena mengembangkan aliran sesat alqiyadah.
Mukmin Muballigh tersebut ternyata sama dengan aliran sesat Millata Abraham. Dalam menjalankan ajarannya para pengikut aliran tersebut menamakan dirinya Mukmin Muballigh dari aliran sesat Millata Abraham. Ini bermakna Mukmin Muballigh adalah missionarinya Millata Abraham. Selain itu, aliran itu mengingkari hadits dan tidak meyakini sebagai sumber kebenaran, serta mengingkari shalat lima waktu. Yang mereka akui adalah shalat malam saja itu pun dilaksanakan dengan posisi duduk dengan menghadap lilin yang telah dinyalakan dan lampu dimatikan.”Aliran ini juga tidak percaya kepada Nabi Muhhammad SAW sebagai nabi dan rasul Allah yang terakhir dan diyakini masih ada nabi setelah Nabi Muhammad SAW,” terangnya, pagi ini.[21]
Tiga anggota Komunitas Millah Abraham (Komar) yang dicurigai mengembangkan aliran sesat di Gampong Prada, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, Jumat (1/4) dini hari diamankan polisi ke Mapolresta Banda Aceh untuk menghindari amuk massa. Ketiga pengikut Komar yang diamankan itu masing-masing Zainuddin, Wisbar alias Buyung, dan Iqbal. Polisi membawa ketiganya setelah massa semakin ramai mengitari Masjid Jami Al-Hidayah, Prada saat salah seorang di antara pengikut Komar bernama Zainuddin dimintai keterangan oleh aparat gampong di masjid tersebut.[22]
Setelah ditelusuri dengan mendalam ternyata Zainuddin merupakan pimpinan aliran sesat Millata Abraham untuk wilayah Aceh. Isterinya juga bergabung ke sana dan sekarang bergelar bunda maria,[23] sementara dua anak kandungnya yaitu Jimmy dan Fajri juga menjadi kader aliran tersebut yang gencar menyebarkan aliran itu di Banda Aceh. Kedua putera tersebut akhirnya ditangkap pihak keamanan Kota Banda Aceh di sebuah toko bertingkat tiga tempat mereka berjualan di Jalan Teratai, Kelurahan Gampong Baro, Kota Banda Aceh Minggu (17/4) pagi.[24]
Setelah lama terjadi keresahan masyarakat Kota Banda Aceh karena aliran sesat tersebut kemudian tertangkapnya pelaku utama Zainuddin bersama dua puteranya Jimmy dan Fajri, serta kesemua komunitas mereka berjanji bertaubat di masjid Raya Baiturrahman, maka redalah isue tersebut buat sementara watu. Jum’at 22 April 2011 pukul 11.50 Wib sebanyak 135 Komunitas Millata Abraham (Komar) disyahatakan kembali di Masjid Raya Baiturrahman oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Prof. Dr. Tgk. Muslim Ibrahim MA.[25]
Zainuddin (55), kelahiran Gampong Laweung, Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie, Aceh, pimpinan komunitas ini di Aceh, berdiri dan membacakan ikrar yang berisi sepuluh butir pernyataan. Di antaranya, mereka mengakui bahwa Millata Abrahan adalah aliran sesat dan menyesatkan, kemudian mereka mengaku telah mengikuti ajaran sesat itu, menyebarkan, dan mengajak pengikut lainnya untuk bergabung. Dalam ikrarnya Zainuddin juga berjanji akan menyerahkan dokumen Millata Abraham dan aliran sesat lainnya kepada MPU dan Pemerintah Aceh. “Demi Allah saya bersumpah, selurus dan seikhlasnya kembali ke ajaran Islam yang benar, sesuai Alquran dan hadis,” ucap Zainuddin dalam ikrarnya.[26]
Pensyahadatan tersebut juga diikuti dan disaksikan oleh Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dan Kapolda Aceh Irjen Pol Drs Iskandar Hasan SH MH. Juga hadir Wali Kota Banda Aceh, Ir Mawardy Nurdin dan Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol Armensyah Thay. Gubernur Aceh menegaskan, Pemerintah Aceh tidak mentolerir jika ada aliran-aliran sesat atau agama ciptaan baru di Aceh. Tidak ada tempat di Aceh bagi aliran sesat dan agama baru itu. “Tugas kita ulama, umara, dan masyarakat untuk tetap menjaga kesucian agama Allah dari segala bentuk kebatilan. Di Aceh tidak boleh ada Syiah, Khawarij, Mu’tazilah, Bahaiyyah, Ahmadiyah, Karimiyah, Nasiriah, Druz, dan Qaramitah, dan sebagainya. Di Aceh hanya ada Ahlussunnah wal Jamaah,” tegas Gubernur Irwandi.
Sedangkan Kapolda Aceh, secara tegas mengatakan, meski 135 orang pengikut Millata sudah disyahadatkan kembali, tapi penyebar Millata Abraham tetap akan menjalani proses hukum hingga ke pengadilan. Pensyahadatan yang dilakukan kemarin itu akan menjadi salah satu pertimbangan bagi hakim nanti untuk meringankan hukum mereka. “Ingat, pensyahadatan hari ini jangan pura-pura. Jika mengingkarinya, maka kita akan menyeretnya ke proses hukum. Kepada masyarakat agar menerima saudara-saudara kita yang sudah kembali ke jalan yang benar ini. Tidak boleh seorang pun melakukan kekerasan dan anarkis kepada mereka,” imbuh Kapolda. Setelah itu, Zainuddin, mewakili komunitasnya, menandatangani sepuluh pernyataan yang mereka ikrarkan. Kemudian, Kapolda ikut menandatanganinya sebagai saksi.
* KASUS PANDRAH & PLIMBANG
Di Pandrah dan Plimbang juga muncul isue aliran sesat yang dikembangkan oleh Tgk. Aiyub dan pengikut-pengikutnya. Belum jelas apa jenis dan apa nama aliran sesat yang dituduhkan terhadap Tgk. Aiyub di sana, namun massa terlanjur mengamuk hendak membunuh para pengikut aliran sesat tersebut. Karena polisi cepat tanggap maka semua mereka selamat dari rencana amuk massa.
Dalam aksi itu, massa membakar tiga unit sepeda motor (sepmor), sebuah mobil, dan dua balai pengajian. Massa juga melempari dan merusak dua rumah yang masing-masing ditempati guru pengajian di desa Jambo Dalam Kecamatan Plimbang maupun Pandrah. Bahkan, massa sempat bergerak ke kecamatan lainnya, yakni Peudada, sekitar pukul 04.00 WIB, namun karena orang yang dicari tidak berada di tempat, mereka akhirnya bubar.[27]
Setelah reda di Jambo Dalam, massa bergerak lagi ke Pandrah, karena di sana juga ada seorang warga yang diduga mengajarkan ajaran sesat, seperti yang mereka sangkakan terhadap Tgk Aiyub. Tanpa jelas siapa yang mengomandoi, sekitar pukul 02.00 WIB, mereka naik sepmor menuju rumah Sulaiman di Desa Lhok Mane, Pandrah. Dalam perjalanan ke rumah tersebut, Tgk Sulaiman bersama rekannya, Tgk Murhaban, kebetulan hendak ke luar dari desa itu. Lalu warga menghadang dan menangkap mereka di sebuah jembatan masih di kawasan Pandrah. Tgk Sulaiman dan Tgk Murhaban akhirnya digiring kembali ke rumahnya. Berjarak 20 meter dari rumah Tgk Sulaiman, tiba-tiba massa membakar sebuah sepmor, kemudian membakar sebuah balai pengajian berukuran 4 x 6 meter dan sebuah jambo (rangkang).[28]
Kasus Pandrah dan Plimbang tersebut sudah lama tercium pada masyarakat dan masyarakat sudah melapor kepada pihak pemerintah, namun tidak pernah ada tanggapan serius dari pemerintah untuk menyelesaikan kasus tersebut sehingga meletus huru-hara. Setelah itu baru polisi mengamankan tersangka dari amuk massa. Semua mereka, menurut data sementara, berjumlah 13 orang: enam dari Desa Jambo Dalam, Plimbang, dua dari Desa Lhok Mane, Pandrah. Kemudian ditambah tiga lagi dari Desa Pandrah Janeng dan dua dari Desa Kuta Rusep, Kecamatan Pandrah. Semua mereka ditempatkan di Musala Mapolres Bireuen. Tempat ini dulunya pernah dihuni pengikut aliran sesat jemaah Millata Abraham yang terkuak di Peusangan Bireuen. Para pengikut Millata itu mencapai 70 orang, sehingga dari musalla tersebut dipindahkan ke Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di kawasan Cot Gapu Bireuen.[29]
Kedelapan orang yang dibawa ke Polres Bireuen itu adalah enam orang dari rumah Tgk Aiyub, yakni Tgk Aiyub (43) sendiri; Nabhani, warga Jambo Dalam; Fauzi, warga Peusangan, dan Bukhari, warga luar Pandrah. Adapun dua tamu yang berkunjung ke rumah tersebut adalah Tgk Ishak dan Zulkifly. Serambi Indonesia, Tue, Mar 22nd 2011, 10:21
* KASUS FAJAR HIDAYAH
Lembaga Pendidikan Terpadu Fajar Hidayah di Gampong Cot Mon Raya, Kecamatan Blangbintang, Aceh Besar diserbu ribuan orang yang diduga tak bisa menerima cara pendidikan menyimpang di lembaga tersebut. Amuk massa itu diduga dipicu oleh isu adanya pelatihan menyimpang dengan menggunakan potongan tulisan Arab sebagai medianya. Tanda-tanda akan terjadinya gejolak mulai terlihat sejak usai shalat Jumat kemarin. Ada satu kelas yang sedang menggembleng peserta pelatihan tidak bisa menerima penyajian materi oleh tutor yang dianggap menyimpang.
Tutor di ruangan pelatihan itu menggunakan potongan-potongan tulisan Arab di lembar-lembar karton berwarna berukuran kecil yang ditaburkan di lantai. Peserta pelatihan diarahkan mengail setiap potongan-potongan tulisan Arab yang ditaburkan di lantai. Ketika aksi saling kail itu berlangsung, tak jarang peserta sempat melangkahi tulisan yang mirip potongan-potongan ayat Quran itu. “Berawal dari situlah para peserta memberontak dan memilih meninggalkan ruangan,” kata seorang peserta pelatihan. Informasi adanya cara pelatihan yang menyimpang, dengan menghambur-hamburkan (menyerak) tulisan-tulisan Arab, ternyata berkembang cepat ke masyarakat sekitarnya. Massa diduga menangkap informasi bahwa yang ditabur-tabur itu adalah potongan-potongan ayat Quran. Unsur Muspika Blangbintang bersama aparat keamaman, dan perangkat gampong segera ke lokasi untuk meredam emosi massa yang nyaris tak terkendali.
Berdasarkan kesepakatan bersama yang ikut menghadirkan unsur pimpinan Yayasan Fajar Hidayah dan pihak Dinas Pendidikan Aceh, amuk massa menjelang sore kemarin mampu diredam. Keputusan yang dicapai antara lain pelatihan ditunda dengan batas waktu yang tidak ditentukan. Hasil dari kesepakatan itu, hampir seluruh peserta pelatihan memilih pulang ke kampung masing-masing.[30]
Meski sudah ada kesepakatan bahwa pelatihan ditunda dan hampir seluruh peserta memilih pulang kampung, namun massa dari berbagai penjuru tetap tak mampu membendung emosi. Buktinya, sekitar pukul 20.30 WIB tadi malam, ratusan, bahkan ada yang menyebut ribuan massa menyerbu Fajar Hidayah. Aksi perusakan dengan lemparan batu dan benda-benda keras lainnya muncul dari berbagai penjuru. Kaca pintu, jendela, dan bagian-bagian lainnya dari sejumlah bangunan rusak parah. Pagar pengaman kompleks hancur dan nyaris tak ada bagian yang tersisa. Massa juga menyerbu hingga ke dalam ruangan merusak inventaris lembaga pendidikan tersebut seperti komputer, mobiler, dan barang-barang lainnya. Bahkan ada beberapa jenis barang yang dijarah. “Suasananya sulit dikendalikan,” kata Camat Blangbintang, Baharuddin Daud, menjawab Serambi, tadi malam.
Tidak kurang 800 guru dari berbagai kabupaten/kota di Aceh yang menjadi peserta pelatihan fahmul Quran di Fajar Hidayah lebih memilih pulang kampung pascakejadian itu. Alasan utama peserta untuk mundur adalah kekhawatiran terhadap muatan materi yang diberikan dalam pelatihan. Selain dinilai tidak sesuai dengan harapan guru, juga dianggap menyimpang dari norma dan kaidah yang diajarkan Islam. Guru-guru yang sedang mengikuti pelatihan saat peristiwa itu terjadi merupakan gelombang ke-11 yang dimulai Jumat (26/11) dan akan berakhir hingga 15 hari ke depan. Ada juga kelompok lainnya yang masuk gelombang 10 yang dimulai Senin (22/11).
Seorang peserta dari gelombang 10, Rajab asal Pidie Jaya mengungkapkan, selama pelatihan, tutor lebih banyak memberikan materi yang bersifat nyanyian. Sementara materi penguatan lainnya sangat kurang, bahkan tidak banyak yang diperoleh pada pelatihan itu. “Sejujurnya sia-sia kami ikuti pelatihan kalau begini hasilnya. Makna Fahmul Quran kan lebih pada pemahaman tentang nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran. Bukan berarti pemberian materi dalam bentuk nyanyian tidak bermakna, tapi kan bisa diseimbangkan,” katanya.[31]
http://eksposnews.com/view/2/18496/Yayasan-Fajar-Diserbu-Warga.html
Kiat-kiat antisipasi pendangkalan aqidah dan aliran sesat
Untuk mengantisipasi pendangkalan aqidah terhadap muslim-muslimah harus mengikuti beberapa langkah yang menjadi haluan kehidupan ummah. Di antara haluan tersebut adalah:
Selalu membaca Al-Qur’an dan membaca maknanya. Dengan embaca Al-Qur’an dan maknanya seorang muslim akan mengetahui dasar-dasar keimanan, tauhid dan aqidah. Ia juga akan mengetahu kisah-kisah kaum nabi sebelum nabi Muhammad SAW. Dengan demikian akan jelas haluan hidup mereka akan emihak kemana, kalau memihak kepada kebenaran Islam aia akan memperoleh syurga dan kalau memihak kepada kebathilan sudah pasti akan memperoleh neraka.
selalu berhati-hati terhadap prilaku dan gerak langkah non muslim yang hidup bersamanya. Sering terjadi pendangkalan aqidah dikarenakan keakraba antara seorang muslim dengan non muslim seperti kasus pemurtadan tiga orang perempuan Meulaboh bulan Juli 2010 yang lalu.
jangan bergaul akrab dengan mereka. Karena mereka sudah diposisikan Allah SWT sebagai pihak yang bathil dan kita berada di pihak yang haq. Antara haq dengan bathil tidak akan dapat bersatu dan tidak mungkin dapat bekerjasama dalam urusan-urusan kehidupan beragama dan bernegara.
jangan berguru dengan mereka. Khususnya dalam bidang ilmu agama selagi masih ada negara dan universitas Islam maka semestinya kita melupakan negara dan universitas non Isla. Banyak sudah ummat Islam yang terperosok kedalam gaya dan cara pikir mereka setelah belajar di negara dan universitas non Islam.
jangan bangga dengan produk dan kecanggihan toknologi kafir. Walaupun Islam belum memiliki produk dan teknologi mutakhir seorang muslim tidak boleh bangga dengan sesuatu yang baru yang diperoleh non Muslim. Karena selalu ummat Islam terperosok kedalam keyakinan non muslim akibat perkara tersebut.
Untuk mengantisipasi aliran sesat ummat Islam perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini:
formatkan dri sebagai seorang muslim yang sepenuhnya berpegang kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Dalam kehidupan ini hanya Al-Qur’an dan Al-Sunnah saja yang menjadi rujukan, tidak boleh sedikitpun ragu terhadap keduanya.
jangan mudah bergabung dan terpengaruh dengan kelompok-kelompok tertentu yang memakai Islam dan kajian Islam sebagai media. Pelajari dahulu siapa mereka dan bagaimana latarbelakangnya.
jauhi diri dengan kelompok yang berpaham liberal, sekuler, plural, nasional dan seumpamanya. Biasanya berawal dari kerancuan pemikiran mereka ummat Islam terseret kedalam kelompok aliran sesat dengan mengatasnamakan Islam.
jangan menyalahkan Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Karena kedua pedoman hidup tersebut suda mu’tamat kebenarannya, karena itu jangan pernah ada ummat Islam yang menyalahkannya sebagaimana yang dilakukan oleh golongan liberalis.
jangan bergabung dengan non muslim dengan menyisihkan muslim karena sesama muslim adalah bersaudara dan dengan afir adalah musuh yang nyata.
Hubungan agama dengan negara dan batas kebebasan beragama
Agama merupakan satu ikatan terpadu yang menyatukan kehidupan ummatnya dalam berbagai dimensi kehidupan baik yang berhubungan dengan persoalan duniawi maupun perkara ukhrawi. Sementara negara merupakan sebuah wilayah yang dihuni oleh sejumlah warga untuk mencari ketenagang,keamanan, dan kenyamanan hidup seseorang. Negara merupakan sebuah alat untuk mengaplikasikan ajaran-ajaran agama yang sifatnya absolut dan pasti. Sementara hukum dalam sesuatu negara yang dibuat oleh manusia tidak akan pernah pasti, karenanya agama dapat mendominasi negara tetapi negara tidak akan boleh mendominasi agama.
Dengan demikian antara agama dan negara saling memerlukan untuk mewujudkan kesejahteraan dan ketenteraman. Agama tanpa negara tidak mungkin dapat mengaplikasikan ajaran-ajarannya. Negara tanpa agama akan selalu kacau karena masing-masing warganya ingin menang sendiri. Agama sangat memerlukan negara untuk mensosialisasikan seluruh ajaran-ajarannya. Dan negara sangat perlu kepada agama untuk mewujudkan ketenteraman dan kedamaian di dalamnya. Antara agama dengan negara ibarat orang mengantuk dengan nyamuk, orang mengantuk memerlukan tidur sementara nyamuk memerlukan darah manusia. Manusia jaga tidak dapat dihisap darahnya oleh nyamuk karena akan dibunuh olehnya, tetapi orang tertidur nyenyak dengan mudah saja dapat digigit oleh nyamuk.
Dalam Islam, seorang muslim tidak dibenarkan keluar dari agamana untuk masuk atau tidak masuk agama lain. Karena Islam sudah menjamin keselamatan ummatnya di dunia dan di akhirat sementara agama lain sudah dibatalkan Allah semuanya. Karenanya tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk mengamalkan paham kebebasan beragama dalam kehidupannya dalam situasi dan kondisi bagaimanapun jua. Islam merupakan agama yang benar dan satu-satunya agama yang diakui Allah SWT.[32] Ia juga agama yang sempurna yang diturunkan Allah untuk ummat manusia via Rasul-Nya yang paling akhir.[33]
Karena tiada agama yang murni dan sempurna selain Islam di dunia ini maka ummat manusia seluruhnya diajak untuk memeluk agama Islam. Yang mau memeluknya akan mendapatkan syurga di hari kemudian dan yang tdak mau akan memperoleh neraka.[34] Berdasarkan keterangan tersebut tidak ada peluang sama sekali bagi seorang hamba ini untuk memilih-milih agama, untuk menukar agama melainkan wajib berada dalam agama Islam. Kebebasan eragama bukan konsumsi ummat Islam, itu merupakan konsumsi komunitas barat yang sudah runyam dalam menjalankan ajaran agamanya sehingga mereka terus mencari agama yang berbeda dengan sebelumnya.
Khatimah
Untuk mengantisipasi pendangkalan aqidah dan aliran sesat di Aceh haruslah dilakukan oleh orang-orang yang berkapasitas untuk itu seperti ulama, cendekiawan, tokoh masyarakat dan pegiat aqidah dan syari’at Islam. Mereka harus ada bekal awal dengan memperkuat iman, tauhid dan aqidah Islam agar tidak mampu dipengaruhi oleh pihak manapun juga yang menjejaskan keutuhan aqidahnya. Seorang muslim harus menguasai ilmu-ilmu Islam dan menguasai pula ilmu-ilmu umum sebagai bahan perbandingan. Dengan demikian tidak mudah dapat ditipu oleh non muslim.


 Makalah disampaikan pada acara Dialog intern ummat beragama tahun 2011, yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama wilayah Aceh pada hari Jum’at 29 April 2011 di Banda Aceh.
ÞKetua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Aceh.


[1] Untuk lebih sempurna informasi tersebut silahkan lihat Jalal Al ’Alim, Rencana orang-orang barat untuk menghancurkan Islam, terj. Salim Basyarahil, Jakarta: Intergrita Prees, 1985, hlm., 33-42.
[2] Informasi lebih lengkap silahkan lihat Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, jilid 2, cetakan ketiga 2005, hal., 58-61. Lihat juga Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulah Khulafaur Rasyidin, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, hal., 486-501.
[3] Lihat Hasanuddin Yusuf Adan, Teungku Muhammad Dawud Beureu-éh Ulama, Pemimpin dan Tokoh Pembaharuan, Bangi Malaysia: UKM, 2005, hlm., 48-50.
[4] Lihat Serambi Indonesia 19 Oktober 2010. dan Serambi Indonesia 01 Maret 2011.
[5] Hasanuddin Yusuf Adan, Op Cit, hlm., 48.
[6] Ibid, hal., 50.
[7] Serambi Indonesia Senin 19 Desember 2005
[8] Serambi Indonesia Senin 19 Desember 2005
[9] Serambi Indonesia Rabu, 13 Juli 2005
[10] Serambi Indonesia Rabu, 30 November 2005.
[11] Republika, Selasa, 27 Desember 2005
[12] Untuk kesempurnaan data tersebut silahkan lihat Hasanuddin Yusuf Adan, ‘Aqidah Modal Utama Implementasi Syari’ah, Yogyakarta: AK. Group, 2006, hlm., 55-56.
[13] Waspada, 22 July 2010.
[14] serambi Indonesia 19 November 2010.
[15] serambi Indonesia 23 Juli 2010.
[16] Tabloid KONTRAS Nomor : 563 | Tahun XII 14 – 20 Oktober 2010.
[17] http://m.serambinews.com/news/view/41141/ajaran-sesat-millah-abraham. dicetak 15 Februari 2011.
[18] http://hanadawa.wordpress.com/. Dicetak 15 Februari 2011.
[19] serambi Indonesia 19 Oktober 2010.
[20] Atjeh post Tuesday, 15 March 2011.
[21] Waspada, 15 Maret 2011.
[22] Serambi Indonesia, 2 April 2011.
[23] Wawancara dengan Husni, tokoh masyarakat Peurada, Banda Aceh 20 April 2011.
[24] Serambi Indonesia, 18 April 2011.
[25] Serambi Indonesia, 23 April 2011.
[26] Ibid.
[27] Serambi Indonesia, 22 Maret 2011.
[28] http://aceh.tribunnews.com/news/view/52131/ribuan-massa-mengamuk-di-plimbang-dan-pandrah.
[29] Serambi Indonesia, 22 Maret 2011.
[30] http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2010/11/27/12001/diduga-injak-al-quran-pesantren-yatim-di-aceh-diserang-ratusan-orang/download; 28/3/2011
[31] Serambi indonesia, Sat, Nov 27th 2010, 11:39
http://eksposnews.com/view/2/18496/Yayasan-Fajar-Diserbu-Warga.html
Sabtu, 27 November 2010 | 05:46:46
Download; Senin, 28 Maret 2011
[32] Lihat Al-Qur’an surah Ali Imran; 19.
[33] Lihat Al-Qur’an surah Al-Maidah; 3.
[34] Lihat Al-Qur’an surah Al-bayyinah; 6-8.
—=hya=—

Kendati sudah beberapa tahun berlakunya syari’at Islam di Provinsi Aceh, sampai sekarang belum ada sebuah gerakan, baik pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat, yang secara permanen dan profesional menangani pembinaan mu’allaf. Kegiatan yang dilakukan sering insidental dan temporer, tanpa proses keberlanjutan.

Menyikapi Kondisi ini Dewan Da’wah Aceh bekerjasama dengan Baitul Mal Provinsi Aceh, Dewan Da’wah Kabupaten Aceh Tenggara melaksanakan pembinaan mu’allaf secara berkesinambungan, yang untuk tahap awal berupa pembinaan pemahaman Islam, khususnya Aqidah dan ibadah praktis sehari-hari. Selanjutnya akan dilakukan proses pemberdayaan menyangkut kesejahteraan dalam menjalani hidup dan kehidupan. Kegiatan pembekalan ini difasilitasi langsung oleh Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, Dr. Muhammad AR, M.Ed, dan pemateri lain dari Dewan Da’wah Agara

Bupati Agara, H. Hasanuddin, dalam sambutannya menyebutkan bahwa pembinaan untuk muallaf harus secara terpadu, sistematis dan berkelanjutan. Artinya disamping pembinaan aqidah, dan syariat Islam juga perlu penguatan kehidupan perekonomian. Untuk itu itu, dia meminta semua instansi terkait dan khususnya kepada Dewan Da’wah Agara agar menyusun program khusus untuk pembinaan muallaf ini. Saya berkomitmen untuk menjalankan program khusus ini, sekali lagi mohon dicamkan bahwa buat program ini secara khusus, demikian Bapak Bupati mewanti-wanti pihak Baitul Mal Agara, Bidang Kesra, Dinas Syariat Islam dan dinas teknis lainnya dengan melibatkan pengurus Dewan Da’wah Agara agara merespon instruksinya ini.

Kegiatan daurah syariat Islam untuk muallaf di Agara yang berlangsung sehari penuh, tanggal 23 April 2011 bertempat di Ooproom Setdakab Agara, diikuti oleh 45 muallaf yang berasal dari Kecamatan Babul Makmur, Lawe Sigala-Gala dan Semadam. Adapun materi yang disampaikan meliputi Wawasan Islam, Pemahaman Syahadatain, Membaca Al-Quran, Ibadah Praktis dan perkembangan pelaksanaan syariat Islam di Aceh.

 Dengan kegiatan pembekalan ini diharapkan dapat memberi pemahaman yang komprehensif tentang Dienul Islam bagi para mu’allaf, khususnya berkaitan dengan aqidah dan ibadah, menghilangkan citra negatif yang selama ini ada, seolah-olah tidak ada beda antara sebelum mereka menjadi muslim dengan sesudah masuk Islam, dan menjawab kebutuhan para mu’allaf sendiri sebagai langkah awal belajar Islam dan proses pemberdayaan kesejahteraan keluarganya.

 Guna tercapainya tujuan yang diharapkan, Kegiatan ini akan ditindak-lanjuti dengan pembinaan rutin para muallaf oleh pengurus daerah Dewan Da’wah Agara, dengan menyusun program yang disampaikan oleh Bapak Bupati dalam pembukaan acara ini.

Kepada peserta panitia menyediakan bahan bacaan (Al-quran dan buku-buku agama), kain sarung dan juga sejumlah biaya transport. Kepada para donatur, baik lembaga, Baitul Mal Aceh, Baitul Mal Agara, Kemenag Agara, bapak Bupati, maupun atas nama pribadi panitia mengucapkan terima kasih.

 

Kutacane, 23 April 2011

Koordinator

 

Said Azhar

Inilah yang menjadi tema pelantikan pengurus Dewan Da’wah Bireuen, kata ketua panitia.
Sementara, Safrizal—ketua umum terpilih–dalam sambutannya menyampaikan terima kasih atas kepercayaan dan amanah yang diberikan, dengan harapan semua pihak dapat membantu menyukseskan program-program dakwah yang akan dilaksanakan ke depan.
Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, selaku Ketua Umum Wilayah Dewan Da’wah Aceh dalam amanatnya mengucapkan terima kasih kepada pengurus periode sebelumnya yang telah bekerja keras guna pemajuan da’wah. Kepada pengurus yang baru dilantik, Hasanuddin mengingat kan untuk menjaga kekompakan dalam mengelola organisasi serta membangun komunikasi dengan semua organisasi Islam lainnya sehingga tercipta ukhuwah Islamiyah yang berujung pada mudahnya melakukan aktivita da’wah.
Bireuen, yang dengan segala keterbatasan—transportasi, komunikasi dan teknologi—pada masa dulu telah berhasil melahirkan kader-kader terbaik ummat yang tergabung dalam PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) melalui lembaga pendidikan Al-Muslim Peusangan dan Normal Islam Bireuen. Kalau orang tua kita dahulu mau dan mampu melakukan hal-hal besar untuk kepentingan Islam dan ummatnya kenapa kita hari ini—dengan segala kemudahan fasilitas—tidak mau dan mampu melakukannya, timpal Tgk Hasanuddin Yusuf Adan di sela-sela sambutan pelantikan. Modal dasar keberhasilan tersebut, masih menurut Hasanuddin, adalah orang tua kita dahulu bekerja, berjuang dengan ikhlas, tanpa mengharapkan imbalan apapun—harta, jabatan dan lain-lain—kecuali keridhaan Allah Swt.
Di sesi terakhir pelantikan, Tgk. Nurdin Abdurrahman, selaku Bupati Kabupaten Bireuen, berpesan agar da’wah itu berjalan dengan baik, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang da’i. di antaranya, perlu ada kesesuaian antara apa yang disampaikan dengan perilaku sehari-harinya (baca; da’wah bil hal), kedua, dalam berdakwah mesti ada sedikit toleransi sosial, tidak menegakkan benang basah pada hal-hal yang tidak prinsipil, sehingga ukhuwah Islamiyah yang mau diciptakan tidak runtuh dengan perkara-perkara sepele.
Kehadiran Dewan Da’wah Kabupaten Bireuen, kami sambut dan terima dengan senang hati, susun program yang benar-benar dibutuhkan oleh ummat, kita akan bantu baik moril maupun materil, demikian pernyataan Bupati diakhir arahannya.

Kondisi ini mulai semarak pada masa imam mujtahid—karena Islam telah menyebar luas, persoalan semakin komplek, otoritas kenabian tidak ada lagi–pada awal abad ke II Hijrah. Namun demikian, di tengah keragaman pendapat yang disebabkan perbedaan pemahaman dan metodologi yang mereka (baca:imam mujtahid) gunakan tidak sampai menimbulkan konflik di antara mereka. Apalagi menganggap kelompok yang berbeda faham dalam masalah furu’iyah sebagai lawan/musuh atau menuduh sesat.

 

 

Suasana di atas berubah sepeninggal para imam mujtahid, dengan munculnya para muqallid  (pengikut dan pembela imam mujtahid secara berlebihan) yang menjurus kepada fanatisme mazhab. Mereka tidak lagi melakukan ijtihad, tetapi hanya melakukan syarah (memberi penjelasan), hasyiyah (rincian-rincian), tahzib dan ikhtishar (ringkasan) terhadap hasil ijtihad imam mazhab. Proses tersebut tidak hanya mematikan tradisi intelektual (ijtihad) para ulama saat itu, bahkan sebagian mereka terkesan berlebihan dalam membela dan mempertahankan  mazhab yang dianutnya.

Dalam lingkup Aceh, adanya variasi pemahaman dan praktek ibadah telah lama eksis dalam masyarakat dan bukan suatu hal yang aneh serta sesuatu yang perlu diributkan, karena ini memang warisan sejarah khazanah keilmuan Islam. Namun kita sangat menyayangkan, dalam beberapa tahun terakhir ini warisan sejarah tersebut sudah mulai dicemari oleh perilaku sebagian ummat Islam, di mana mereka dengan keangkuhannya merasa memiliki otoritas dalam pengamalan agama sehingga dengan begitu mudah melakukan klaim sesat atas kelompok lain yang berbeda. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman tentang fiqh ikhtifaf dan fiqh lintas mazhab (fiqh muqaaran)

Menyikapi kondisi di atas, Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Provinsi Aceh melakukan kajian Tinggi Syariat Islam berbagai mazhab guna mengkaji berbagai persoalan keislaman dari sumber aslinya (maraji’-nya), berupa karya para ulama klasik (turats) maupun kontemporer (mu’asshirah) dalam berbagai mazhab. Tujuan dari kajian ini yaitu untuk menghidupkan kembali tradisi keilmuan dan intelektual Islam yang pernah dicontohkan oleh para ulama terdahulu (salafusshaleh), menjalin ukhuwah, dan memberikan pemahaman serta sosialisasi syariat Islam secara kaffah. Kegiatan yang dikoordinir oleh Ustadz Muhammad Yusran Hadi Lc, MA, selaku ketua bidang da’wah dan pemberdayaan ummat di Dewan Da’wah Aceh ini, sudah berjalan selama sepuluh bulan sampai saat ini. Kajian dan diskusi ilmiah ini dilakukan pada setiap hari Sabtu Jam 16.30 sampai dengan 18.00 di Aula Sekretariat Dewan Da’wah Aceh Jl. T.Nyak Arief No.159  (Depan Mesjid Polda Aceh) Jeulingke. Pengajian ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Menariknya, kajian selama ini dihadiri oleh berbagai kalangan, baik dari akademisi, ormas Islam, LSM, imam/bilal masjid, remaja masjid, dan mahasiswa.

Adapun jadwal, topik dan pemateri serta kitab-kitab yang dikaji adalah; Sabtu Pertama, dengan topik Fiqhul Ikhtilaf, oleh : Tgk. M. Yusran Hadi, Lc, MA (Alumni Universitas Islam Madinah – Arab Saudi/Kandidat Doktor Ushul Fiqih UIA Malaysia) dengan referensi; Kitab Al-Ikhtilaf al-Fiqhi (Dr. Muhammad Syarif Musthafa) dan Kitab Atsar al-Ikhtilaf al-Ushuliyyin fi Ihktilaf al-Fuqaha (Dr. Musthafa al-Khin).

Sabtu Kedua, dengan topik Fiqhus Siyasah  (Politik Islam), oleh : Drs. Tgk. H. Ghazali Abbas Adan (Alumni Fakultas Syari’ah IAIN Jakarta dan Mantan Anggota DPR-RI), dengan referensi; Kitab Haza ad-din Baina Jahli Abna-ihi wa Kaidi A’da-ihi (Syaikh Muhammad As-Sayyid Ahmad Al-Wakil), Kitab Al-Mausu’ah al-Muyassarah fi al-Adyaan wal mazaahib wal ahzaabii al-Mu’ashirah ( Dr. Mani bin Hammad Al-Juhaini), Kitab Al-Ibadatu fil Islam (Syaikh Yusuf  Qardhawy) dan Kitab Nizham  al-Islam; al-Hukmu wa Ad-daulatuhu (Syaikh Muhamad Al-Mubarak).

Sabtu Ketiga, dengan topik Aqidah, oleh : Tgk. Muhammad Thaib, Lc (Alumni Universitas Islam Madinah/Mudir Ma’had Ar-Rabwah Indrapuri) dengan referensi; Kitab Muqarrar Aqidah at-Tauhid (Syaikh Fauzan al-Fauzan).

Sabtu Keempat, dengan topik Hadits Ahkam, oleh : Ustadz Sulaiman, Lc. MA (Alumni Universitas Al-Azhar-Kairo) dengan referensi Kitab Subulus Salam (Syaikh Ashan’any), dan Kitab Naillul Authar (Syaikh Asy-Syaukani).

Dengan adanya kajian Islam dari berbagai bidang dan mazhab tersebut diharapkan akan memberikan keluasan dalam memahami dan mengamalkan Islam, sehingga etika berbeda pendapat yang pernah ada pada masa imam mazhab dan ukhuwah yang mereka bangun senantiasa dapat kita terapkan dalam zaman sekarang. Kalau ini mampu kita persepsikan dan aplikasikan dalam kehidupan nyata, maka klaim sesat yang tidak disertai argumentasi naqli maupun aqli, apalagi penggunaan kekerasan dan pemaksaan dalam pemahaman serta pengamalan ibadah perlahan-lahan akan hilang di bumi Aceh. Sehingga perbedaan pendapat ulama dalam masalah furu’iyyah dapat mendatangkan rahmat bagi ummat Islam, bukan sebaliknya menjadi bencana dan permusuhan.

Oleh: Junaidi bin Ibrahim [1]

A. Pendahuluan

Lahirnya berbagai peralatan teknologi dalam bidang penyiraan: radio, televisi, percetakan, telekomonikasi dan yang terakhir internet, telah memberi harapan baru bagi aktivis dakwah untuk sekala global. Seiring dengan itu maka muncullah istilah televangelism, teledakwah, e-dakwah dan lain-lain. Harapan ini memang sangat menjajikan, ini dikarenakan skop dakwah melalui signel tersebut jangkauannya sangat luas dan mendunia, bagaikan kata pepatah sekali terdayung dua-tiga pulau terlewati.

Dalam konteks ini, harapan yang ditawarkan oleh teknologi media untuk kepentingan dakwah-dakwah agama perlu dicermati dengan bijak, sehingga sarana yang ada dapat diakomudir dengan tepat sasaran dan terhindari dari efek negatif yang timbul secara seporadis. Dakwah dalam media bisa hadir dalam berbagai segmen yang intinya mengulas tentang isu relegius dalam berbagai sisi, baik di media cetak maupun media elektronik. Talk show, artikel dan teleconference keagamaan adalah beberapa contoh wajah baru dakwah agama yang tampil dalam teknologi media yang dapat membentuk citra dan sekaligus memperluas jangkauan audiens dakwah, tidak hanya mereka yang seagama, namun juga kepada pemeluk agama lain.

Di sisi lain para da’i dituntut agar peka dengan setiap isu yang muncul disamping bisa menguasai manajemen dalam mengelola media yang ingin ditranfer ide dakwah. Dengan demikian, tingkat penyebaran nilai-nilai agama menjadi lebih luas dan singkat waktu, minimal dalam tataran informatif. Orang-orang dapat mengambil banyak manfaat dari maraknya program agama Islam di radio, televisi, koran dan internet, dimana sebahagiannya sibuk tidak sempat menghadiri majelis taklim. Hadirnya nilai-nilai agama dengan perantaraan teknologi media tersebut sangat membantu mereka dalam menjaga kontinuitas keberagamaannya.

Dakwah melalui media massa seperti di radio, televisi, koran memang sangat menghematkan waktu dan sasaran yang ingin dicapaipun lebih banyak, namun biaya yang dikeluarkan tidak sedikit bahkan bisa mencapai ratusan juta rupiah. Akan tetapi hadirnya dunia internet dengan akses selama 24 jam ternyata memberi solusi kepada dunia dakwah hari ini, anda tidak perlu mereguh kocek sampai jutaan, cukup lima ribuan satu jam anda dapat mentranfer bermacam dokumen, artikel, makalah, ceramah ke dunia siber baik dalam bentuk audio atau video.

Bagi peminat dunia maya, dakwah melalui siber memang sangat mengasyikkan. Ini dikarenakan fasilitas yang disediakan oleh pemilik provider dan server cukup kreatif dan inovatif. Hanya sedikit tambahan ilmu pengetahuan tentang komputer terutama copy-paste nya anda sudah dapat memiliki sebuah bloger gratis. Hanya saja kreasi design web dan updatingnya yang memerlukan keseriusan dalam mengelola manajemen dakwah melalui siber tersebut. Walau bagaimanapun kita dituntut keseriusan dan kesungguhan dalam berbagai bidang yang ingin kita geluti jika memang kesuksesan mau diraih.

B. Pembahasan

1. Pengertian E-Dakwah Dan Siber

E-dakwah, secara sederhana, dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan dakwah dengan bantuan teknologi informasi, terutama Internet. Sebagaimana halnya e-mail yang digunakan untuk mengirim surat dan e-commerce yang merupakan perdagangan dengan bantuan Internet[2]. Pada umumnya istilah ini digunakan dalam dunia computer dan internet. Sedangkan istilah siber sering digunakan untuk sebuah komonitas dalam dunia maya atau dunia fantasi. Hadirnya berbagai istilah baru ini membawa kita ke sebuah alam tanpa wujud di dunia nyata namun ia muncul dalam alam pikiran computer dalam bentuk fantasi. Alam inilah yang kemudiannya menterjemahkan ide pikiran manusia menjadi rialtime di dunia nyata.

Istilah E-Dakwah selaras dengan istilah E-Book dan E- E- lainya di dunia computer. Istilah ini muncul untuk menjawab tantangan zaman, sehingga misi dakwah tetap jalan dalam kondisi bagaimanapun.

2. Dialektika Teknologi

Sebuah teknologi tentu datang dengan dialektikanya sendiri. Ada sisi baik dan ada sisi buruk. Sikap skeptis yang menolak sebuah teknologi apalagi mengharamkannya lantaran tidak dipahaminya bukanlah sebuah tindakan yang bijak. Namun juga tidak lantas menerima mentah-mentah semua teknologi yang ada tanpa ada filterisasi yang standar.

Disadari atau tidak, teknologi informasi kini telah berkembang begitu pesat dan telah merambah ke hampir setiap sisi kehidupan. Perkembangan ini memaksa manusia terutama kaum muslimin, menjadi lebih kreatif. Memang teknologi informasi ini, sebagaimana teknologi yang lain juga datang dengan dua sisi yang berbeda, yang dari sudut pandang akidah Islam, sangat diametral. Dimana seakan-akan dunia dakwah Islam pada satu sisi dan dunia anti dakwah Islam pada sisi yang lain, keduanya saling produktif.

Dialektika inilah yang harus dipahami oleh para da’i dalam mengelola website nya di internet. Pemanfaat teknologi ini sangat penting di era globalisasi sekarang, jika tidak praksi kejahatan dengan segala fasilitas dan kepakaran yang mereka miliki siap menyuguhkan informasi yang menggiurkan, yang pada akhirnya praksi kebenaran kalah bersaing di pentas dunia maya[3].

Pada dasarnya masalah dialektika teknologi ini dalam penyebaran nilai-nilai agama juga dihadapi oleh komunitas agama lain, seperti kekhawatiran seorang cendekiawan Kristen berikut: “Tetapi teknologi baru, dan komunikasi yang dimungkinkannya, bersifat ambigu (dua-arti): teknologi tersebut sama-sama dapat meneruskan atau merusak impuls-impuls profetik“[4]. Namun disamping kekhawatiran dan masalah yang muncul, di sisi lain, kita tidak bisa menutup mata bahwa teknologi memberikan banyak manfaat positif bagi manusia. Hanya saja sejauh mana manusia tersebut dapat beradaptasi dengan dunia maya tersebut.

3. Perlukah berdakwah melalui internet?

Untuk menjawab pertanyaan diatas ada baiknya kita mengetahui sekilas tentang internet dan luas jangkauannya. Sebab tanpa diketahui apa itu internet maka akan sulit dipahami apa itu dunia maya atau siber. Oleh karena itu pengetahuan dasar tentang internet sangat penting agar dakwah tidak salah jalur bahkan tersesat dalam terang.

Sebagaimana diketahui internet merupakan sebuah saluran informasi melalui jaringan telepon baik seluler atau non seluler. Artinya dimana sinyal telepon dapat diakses maka disitu pula sekarang jaringan internet dapat diaktifkan. Jaringan ini lebih luas dari gelombang televisi dan radio, terutama di negara maju dimana rata-rata penduduknya memiliki jaringan internet. Oleh karena jangkauannya yang sedemikian luas maka tidak heran jika dalam satu waktu yang bersamaan internet dapat di akses oleh ratusan juta manusia.

Pada tahun 2004 pengguna Internet di seluruh dunia telah mencapai lebih dari setengah milyar dan diperkirakan akan mencapai satu milyar. Angka ini meningkat tajam pada tahun 2005 menjadi satu milyar dan pada tahun 2007 mencapat 1.4 milyar[5]. Inilah sebenarnya dakpak positif yang luar biasa yang dibawa internet dalam dunia informasi. Itu belum lagi kecanggihan internet yang melebihi teknologi TV dan radio dari berbagai sudut.

Jumlah pengguna Internet di Indonesia akan akan terus bertambah sejalan dengan waktu mengingat penetrasi Internet di Indonesia yang masih di bawah 2% tahun 2004. Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi meramalkan bahwa pengguna potensial Internet di Indonesia mencapai 61 juta yang terdiri dari pengguna rumahan, pengguna kantoran, pengguna di warung Internet, universitas, sekolah, dan pondok pesantren. Dalam konteks e-dakwah di Indonesia, statistik ini menunjukkan peluang e-dakwah. Belum lagi jika kita berpikir untuk membidik sasaran di luar Indonesia dengan bahasa utama Inggris[6].

Informasi di dunia internet muncul dengan sangat cepat dan dahsyat, maka lahirlah website-website yang nyeleneh dan kekirian yang membawa ribuan misi pribadi dan kelompoknya masing-masing, sehingga muncullah istilah peperangan siber. Istilah ini muncul setelah dua misi yang berbeda berlaga di alam maya, yang satu menarik ke kanan dan yang lainnya menarik ke kiri, begitu juga antara kejahatan dan kebenaran juga saling adu otak menarik kliennya.

Munculnya website seperti http://groups.yahoo.com/group/Anti-Islamicsite, http://groups.yahoo.com/group/anti-islamicapologists. dan berbagai website lainnya telah membuat ajang diskusi menjadi sangat keras dan ekstrim. Disinilah sebenarnya dunia dakwah mengambil andil meluruskan persepsi keislaman yang salah dan dangkal. Maka lahirlah website-website Islamic seperti http://theholyquran.com/, http://islamport.com dan banyak lagi. Semuanya mencoba merespon tantangan dunia maya yang bebas tak terkendali.

Jika kita tidak mau melirik perkembangan dunia internet saat ini sebagai usaha dalam rangka membendung arus penistaan moral yang kini mengarah pada titik nol, maka sebuah bom yang disinyalir sebagai sebuah bencana kemanusian di abad melenium kian tak terbendung, yang pada akhirnya generasi manusia akan bertukar menjadi generasi hewan berwajah manusia. Dari sisi inilah pentingnya dakwah hadir dalam dunia siber sebagai respon penyelamatan manusia menuju kehidupan yang bermartabat layaknya sebagai manusia bukan hewan.

4. Manajemen Dakwah Melalui Siber

Dalam komonitas dunia siber dakwah bisa berjalan dengan sebebas-bebas tanpa hambatan, sebenarnya bukan hanya dakwah, media yang lain yang anti dakwah juga menikmati kebebasan yang sama. Disinilah diperlukan sebuah manejemen yang matang untuk mengelola informasi dakwah bagi audiens nya. Jika tidak dakwah yang disiarkan bukan hanya ditinggalkan oleh pemeluk agama lain bahkan kaum muslimin sendiri akan meninggalkan website yang tidak propesional tersebut.

Pengelolaan website dakwah hampir sama dengan pengelolaan website lainnya yang tidak berbasis dakwah, jika sebuah website memerlukan manajemen yang matang maka website dakwahpun memerlukan hal yang sama demi memenuhi konfigurasi website itu sendiri. Yang membedakan website dakwah dengan website lainnya adalah hanya pada konfigurasi dan fitur-fitur Islami serta memenuhi standar dakwah secara propesional.

Manajemen dakwah melalui siber selayaknya dilihat sebagai upaya untuk memoptimalkan peran dakwah dalam skala global. Maka sudah semestinya organisasi dakwah di menej dengan berbagai sub kerja yang propesional sehingga website dapat di akses dengan updating nya secara berkala dan terus menerus. Prosedural ini sudah selayaknya diperhatikan dan ditinjau ulang dari waktu ke waktu agar kebutuhan masyarakat tentang dakwah terpenuhi.

Manajemen dakwah melalui siber ini tidak semestinya di tunjangi dengan dana yang besar, yang lebih penting adalah kepakaran web developer sebagai administrator atau sebagai admin bersedia membangun website yang menarik. Berdakwah melalui siber bukanlah hal yang sulit, yang dituntut adalah kesungguhan dan kerja keras dalam menghidangkan berbagai artikel, dokumen dan software yang memenuhi selera para web browser. Pasar dunia web tidak selalu meminta artikel, dokumen dan software pemilik web tersebut, namun apa yang mereka hidangkan memenuhi keperluan pasar dalam dunia siber.

5. Manajemen Web Dakwah

Sudah seyogianya web dakwah dikemas dan diramu dengan manajemen yang handal agar bisa bersaing website lain yang senada dengannya, berikut ini beberapa trik dalam mengolah website berbasis dakwah agar menarik minat para pengunjung dalam melayari web yang kita tampilkan:

< Design web yang menarik dan tidak terlalu fulgar, oleh itu pilih warna dasar, background color serta picture Islami yang sesuai, dan yang lebih penting penempatan fitur tepat pada posisinya sehingga menghasilkan sebuah design web yang menarik.

< Dalam penampilan web sebaiknya para web developer menghindari animasi dan picture yang berlebihan, oleh karena itu biasakan menggunakan animasi atau picture dalam format *.gif untuk mengecilkan bite yang besar, sehingga para pelayat web dapat mengakses web degan mudah.

< Web yang baik adalah web yang selalu menampilkan data dan informasi baru dalam dunia Islam, oleh karena itu usahakan agar web selalu di update minimal satu kali seminggu.

< Dalam melengkapi kesempurnaan penampilan web sebaiknya disertakan juga hal-hal kecil tapi manarik seperti menyediakan kolom poling pendapat, chat antar member, link web Islami yang sejenis dan berbagai hal lainya yang dianggap perlu.

< Kemeriahan web biasanya dengan banyak pelayat, salah satu trik agar web mendapat banyak palayatnya adalah dengan menghadirkan forum diskusi, mailing list yang dapat di akses oleh members.

< Web yang mendunia adalah web yang dapat di akses dengan cepat di urutan pertama oleh engine search seperti yahoo, google, altavista dan lain-lain. Maka diperlukan trik apa yang dinamakan add URL pada yahoo atau google, dan jangan lupa menentukan keyword Islami sehingga web anda berada di urutan pertama pada engine search[7].

< Pastikan web dakwah berisi berbagai artikel, dokumen, wallpaper, ceramah agama dan software yang Islami, kalua bisa siapkan database untuk menampung uploading anda tersebut.

< Usahakan proses download yang dilakukan para palayat secepat mungkin, oleh karena itu pilihlah provider yang menyediakan server dengan speed (berkecepatan) tinggi sehingga bisa menghemat dana dan waktu para pelayat web tersebut.

< Pagari web dakwah dengan security yang memadai, sehingga tidak memberi peluang bagi para hecker mengganyang serta merusak data dan fasilitas web, walaupun tidak ada web yang tidak bisa ditembus oleh para hecker setidaknya anda telah melakukan backup data sebagai antispasi kehilngan data sewaktu-waktu.

< Promosikan web dakwah tersebut keberbagai web lainnya baik melalui chat, forum diskusi, mailing list atau sarana lainnya yang disediakan oleh web lain, agar palayat tau web dakwah tersebut telah hadir untuk memenuhi kebutuhan mereka.

< Menejlah web dakwah dengan sehemat mungkin, baik dalam penggunaan dana, waktu dan tempat. Oleh karena itu diperlukan minimal seorang web developer (pembuat web) namun tidak perlu yang punya izajah web, yang penting orang tersebut dapat mengelola web dengan baik. Ini untuk menghemat dana, kecuali web dakwah tersebut berasal dari sebuah instansi yang memerlukan hal seprti itu.

6. Misi E-Dakwah

E-Dakwah merupakan sebuah metode baru dalam menyampaikan misi keislman dalam kontek yang lebih besar dan lebih luas. Pada dasarnya misi dakwah melalui internet sama dengan misi dakwah yang dilakukan melalui internet, namun E-Dakwah tidak berdiri sendiri dan lepas satu sama lain, melainkan saling berhubung. Oleh sebab demikian E-Dakwah pada dasarnya hanya memperkuat dakwah dalam dunia nyata dan dakwah yang sesungguhnya. E-Dakwah bisa di gunaka sebagai sarana untuk membantu dakwah dalam beberapa hal sebagai mana berikut:

a). Memperluas Jangkauan Dakwah

Ada ungkapan dalam manajemen pemasaran bahwa “sebetulnya konsumen ada di mana-mana, namun masalahnya pemasar tidak bisa berada di semua tempat itu”. Hal yang sama juga terjadi dalam medan dakwah dimana mad’u yang menginginkan siraman informasi dan nilai-nilai Islam, bisa berada di mana-mana, namun program dakwah tidak bisa menjangkau semuanya. Maka melalui model E-Dakwah cakupan dakwah dapat diperluas hampir tak terhingga, sehingga dapat merentas berbagai dimensi batas ruang dan waktu. Konsep ini sebenarnya telah lama dikembangkan dengan tujuan bisnis secara online via website dengan istilah e-commerce.

b). Menampilkan wajah Islam yang sesungguhnya

Menampilkan wajah Islam yang sesungguhnya sangatlah penting. Hal yang penting ini sekarang dapat diwujudkan dengan mudah jika kita mau. E-dakwah dengan jangkauannya yang hampir tak terbatas menyampaikan kita pada satu titik mau atau tidak berdakwah melalu internet?. Apalagi, sampai saat ini, sebagian pengguna Internet adalah mereka yang belum mengikuti jalan Islam dalam arti beragama Islam[8].

c). Membangun citra Islam

Citra Islam yang rusak akibat segelintir orang, setidaknya dapat diperbaiki dengan hadirnya jawaban yang berimbang antara Barat dan Islam. Keadaan ini dapat memperbaiki citra Islam di mata dunia, walaupun sebagian besar kalangan Barat sangat benci dengan Islam sebaik apapun citranya sebagaimana di sinyalir oleh Allah dalam Al-Qur’an. “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk “.Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu” (Surat Al-Baqarah Ayat 120).

C. Penutup

Dengan hadirnya digital islamic library dengan mendokumentasikan naskah-naskah pemikiran Islam dalam bentuk digital pada tahun 2003 oleh International Institute for Islamic Thoughts (IIIT) dan banyak lagi website yang serupa, hendaknya menyadarkan kita untuk segera memanfaatkan barang gratisan tersebut. Oleh karena demikian E-Dakwah dapat disimpulkan sebagai berikut:

E-Dakwah adalah sebuah keniscayaan zaman yang merupakan respon terhadap kemajuan teknologi informasi. Umat Islam sebagai komunitas yang tidak bisa terpisahkan dari komunitas dunia, tidak bisa menutup mata dan pasrah terhadap perkembangan yang ada. Pemanfaatan teknologi dalam proses dakwah merupakan sebuah respon aktif-kreatif yang wajib dilakukan oleh umat Islam.

E-Dakwah sudah seharusnya dikelola serius sejalan dengan dakwah konvensional. Sudah banyak pihak yang mengelola dengan serius E-Dakwah di Indonesia. Namun tidak salah jika pengelolaan dan pengembangan E-Dakwah juga dilakukan oleh pihak yang peduli dengan dakwah Islam (seperti organisasi-organisasi sosial keberagamaan Islam. Sebagai konsekuensi dari peningkatan keseriusan pengelolaan e-dakwah harusnya ada departemen atau badan atau majelis teknologi informasi pada setiap organisasi Islam. Namun sayang banyak universitas Islam tidak memiliki website dalam mengelola informasi universitas tersebut. Muda-mudahan dengan tulisan singkat ini menggugah para pembaca untuk memberikan kontribusinya pada medan dakwah.

Daftar Pustaka

Al-Qur’an, terjemahan Depag, 2000

Internet Users Will Top 1 Billion in 2008, Wireless Internet Users Will Reach 48% in 2008, http://www.c-i-a.com/pr032102.htm, diakses 02 Agustus 2008.

Fathul Wahid, e-Dakwah: Dakwah Melalui Internet, Yogyakarta: Gava media, 2004.

http://www.drury.edu/ess/church/church.html, diakses pada tanggal 20 September 2002.

Budiayono, Homepage gratis, cet Gramedia, Jakarta: 2006.

Fathuddin. Dakwah Era Digital, cet media dakwah, Jakarta: 2007.

[1]Mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, Konsentrasi Dirasah Islamiyah. Makalah disampaikan pada diskusi Mata Kuliah Manajemen Dakwah, dengan dosen pembimbing Prof. Drs. Yusni Sabi, Phd dan Dr. Abdul Rani, Msi.

[2] Fathul Wahid, e-Dakwah: Dakwah Melalui Internet, Yogyakarta: Gava media, 2004. hal 8.

[3] Fathul Wahid, e-Dakwah: Dakwah Melalui Internet, Yogyakarta: Gava media, 2004. hal 30.

[4] http://www.drury.edu/ess/church/church.html, diakses pada tanggal 20 September 2002.

[5] Internet Users Will Top 1 Billion in 2008, Wireless Internet Users Will Reach 48% in 2008, http://www.c-i-a.com/pr032102.htm, diakses 02 Agustus 2008.

[6] Fathul Wahid, e-Dakwah: Dakwah Melalui Internet, Yogyakarta: Gava media, 2004, hal 10.

[7] Budiayono, Homepage gratis, cet Gramedia, Jakarta, 2006, hal 54.

[8] Fathul Wahid, e-Dakwah: Dakwah Melalui Internet, Yogyakarta: Gava media, 2004, hal 10.