Archive for category: Semua Katagori

semua katagori di bawah ini


Oleh Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL., MA

MUQADDIMAH

Ramadhan datang, orang-orang beriman senang, Ramadhan datang, orang-orang bertaqwa menjadi riang, Ramadhan datang hamba yang beramal shalih menjadi tenang.

Kenapa semua itu terjadi pada mereka? Karena Allah mewajibkan Ramadhan kepada orang-orang yang beriman selaras dengan firmanNya dalam surah Al-Baqarah ayat 183: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Dengan demikian maka sangatlah patut kalau hanya orang-orang yang betul beriman, bertaqwa dan beramal shalih sajalah yang merasa senamg, girang, bahagia dan senang dengan kedatangan bulan suci Ramadhan. Dan sudah dapat dimaklumi bersama kalau banyak orang-orang yang tidak beriman, tidak bertaqwa dan tidak beramal shalih yang banyak meninggalkan puasa Ramadhan.

Untuk memberikan bukti nyata tentang gambaran ini tidak perlu jauh-jauh pergi ke luar negeri melainkan cukup pergi ke Medan, ke Jakarta, ke Bandung, ke Surabaya dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Di sana kita akan melihat banyak warung yang buka di siang hari bulan Ramadhan dan banyak orang Islam yang minum makan di warung-warung tersebut.

Itulah dia orang-orang yang bukan mukminin, bukan muttaqin dan bukan shalihin.

Berlandaskan kepada latarbelakang tersebut maka dapat dipastikan banyak orang Islam yang merasa tidak ada beda antara bulan Ramadhan dengan bulan-bulan lainnya dalam hidup dan kehidupan.

Mereka sama sekali tidak berkepentingan dengan penyambutan bulan Ramadhan karena mereka tidak menganggap puasa Ramadhan sebagai sebuah kewajiban yang berisiko tinggi manakala dibiarkan dan berpahala besar ketika dilaksanakan.

Hanya muslimin wal muslimat yang beriman, bertaqwa dan beramal shalih sajalah yang sibuk memikirkan bagaimana cara menyambut kedatangan bulan Ramadhan.

Untuk itulah gambaran tersebut kami huraikan dalam artikel singkat ini.

LANGKAH-LANGKAH YANG DITEMPUH

Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam rangka menyambut kedatangan bulan Ramadhan:

Pertama, seluruh ummat Islam harus memasang niat untuk dapat, sanggup dan
sempurna melaksanakan puasa Ramadhan pada tahun yang ditargetkan.

Niat itu menunjukkan kepada sesuatu amalan yang akan dilaksanakan selaras dengan hadis riwayat Bukhari-Muslim:
innamal a’malu binniyyah wa innama likullimri-immanawa (sesungguhnya perbuatan itu sesuai dengan niat dan setiap amalan itu selaras dengan niat).

Bagi setiap muslim yang beriman, bertaqwa dan beramal shalih tentunya jauh-jauh hari sudah memasang niat untuk melaksanakan puasa Ramadhan sehingga terpikat bagi mereka untuk melanjutkan niatnya itu;

Kedua, berdo’a kepada Allah agar sampai hajadnya untuk ketemu dan dapat
menyelesaikan puasa Ramadhan sebulan penuh.

Poin ini selaras dengan hadis Rasulullah SAW yang lazim disebutkan ummat Islam: “Allahumma barikni fi Rajab wa Sya’ban wa ballighni fi Ramadhan” (ya Allah berkatilah saya di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah saya kepada bulan Ramadhan).

Do’a merupakan shilahul mukmin (senjata paling ampuh bagi seorang mukmin), untuk itulah seorang muslim yang mengaku dirinya beriman harus berdo’a kepada Allah
terkait sesuatu yang diinginkannya dalam kehidupan ini termasuklah berdo’a agar ketemu Ramadhan, dapat berpuasa secara penuh sebulan dan bermakna sesuai dengan ketentuan Islam;

Ketiga, berilmu sebagai modal untuk benarnya pelaksanaan puasa Ramadhan.

Seorang muslim wajib memiliki ilmu fikih Ramadhan agar ibadah puasanya sesuai dengan ketentuan syari’ah Islam.

Banyak sudah orang-orang yang menjadi korban karena berpuasa Ramadhan tanpa
ilmu pengetahuan sehingga puasanya menjadi batal, tidak mendapatkan pahala dan sia-sia.

Untuk itulah seorang muslim yang melaksanakan puasa Ramadhan wajib memiliki ilmu tentang puasa Ramadhan seperti perkara yang membatalkan puasa Ramadhan, pantang larang dalam Ramadhan, sunat-sunat yang mesti dilakukan dalam bulan Ramadhan dan segala sesuatu yang terkait dengan keabsahan ibadah puasa Ramadhann;

Keempat, menjaga kesehatan menjadi hal paling utama dan penting diperhatikan seorang muslim yang berhajad untuk berpuasa di bulan Ramadhan.

Kenapa tidak, sangat banyak ummat Islam yang begitu masuk bulan Ramadhan jatuh sakit sehingga tidak berkemampuan untuk berpuasa Ramadhan.

Untuk keperluan tersebut perlulah diperhitungkan jauh-jauh hari sebelum Ramadhan datang akan pengaturan kehidupan seperti mengatur pola makan, merutinkan riyadhah (olah raga), menenangkan pikiran untuk tidak terganggu oleh perihal yang tidak perlu dipikirkan dan diperhitungkan.

Bagi orang yang punya riwayat sakit lambung sudah sedini mungkin menghindari perut lapar, menjauhkan makanan pedas, asam dan menjauhkan diri dengan perihal yang membebani pikiran dan pemikiran.

Bagi yang punya riwayat kolesterol dan asam urat perlu menghindari konsumsi kuwah beulangong yang berlebihan, menghindari makan yang lemak-lemak, demikian juga bagi yang ada gejala kencing manis semestinya mengurangi konsumsi gula.

Yang lebih penting lagi adalah bagi orang yang tidak memiliki riwayat penyakit apa-apa harus berhati-hati dan waspada dengan makanan jauh hari sebelum Ramadhan tiba. Karena penyakit itu datang bukan satu hari atau dua hari setelah kita mengkonsumsikan sesuatu makanan secara berlebihan melainkan ia datang beberapa lama setelah kita mengkonsumsikannya.

Jangan sampai sebelum Ramadhan tubuh badan kita sehat tetapi dalam Ramadhan menjadi tidak sehat sehingga mengganggu ibadah puasa.

Jangan sampai terjadi pula ketika berbuka puasa makan makanan yang berlebihan sehingga membuat tidak tamat berpuasa Ramadhan;

Kelima, berpuasalah dengan penuh kesungguhan, keikhlasan dan kesabaran seraya mengharapkan kebajikan daripada Allah yang Maha menerima amalan hambaNya.

Puasa yang tidak serius akan memperoleh hasil yang tidak serius pula, puasa yang tidak sungguh-sungguh bakal mendapatkan hasil yang tidak sungguh-sungguh juga, puasa yang suka diabaikan akan memperoleh hasil yang terabaikan juga, puasa karena tidak enak dengan seseorang maka hasilnya juga tidak enak dengan Allah SWT.

Untuk itulah lima langkah tersebut perlu ditempuh untuk mengharap limpahan pahala dari Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

MEMASTIKAN HARAPAN ALLAH DAN JANJI RASULULLAH SAW.

Semua itu dilakukan semata-mata untuk memastikan harapan Allah: la’allakum tattaqun dan janji Rasulullah SAW: ghufira lahu ma taqaddama min zanbih serta thuhratal lish shaimi minal laghwi wal fawahisy.

Puasa itu kita lakukan semata-mata untuk mendapatkan gelar taqwa yang dijanjikan Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 183 dan mendapatkan ampunan dosa masa lalu serta bersih dari kotoran jiwa raga sebagaimana janjinya Rasulullah SAW.

Ketika puasa itu dilaksanakan sesuai anjuran, menjaga pantang larang, mengutamakan kelebihan-kelebihan dan menambah amalan-amalan sunat, insya Allah setiap muslim akan mendapatkan harapan Allah dan janjinya Rasulullah SAW.

Penuh harapan kita agar seluruh ummat Islam di alam raya ini berhasrat untuk menjalankan dan melaksanakan puasa Ramadhan tahun ini sesuai dengan ketentuan syari’at Islam dan mengikuti lima langkah tersebut agar hasil puasanya menjadi maksimal dan berkualitas tinggi.

Ketika hasil puasa tersebut sempurna maka sempurna pulalah balasan yang bakal diperoleh di hari kemudian yang telah dipersiapkan Allah untuk setiap ummat Islam yang berpuasa Ramadhan.

Selamat berpuasa Ramadhan semoga semuanya mendapat syurga Allah di hari kemudian.

Penulis adalah Ketua Majlis Syura Dewan Dakwah Aceh & Dosen Siyasah Fak. Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry.


Dewan Dakwah Aceh bekerjasama dengan Forum Dakwah Perbatasan mengirimkan sebanyak 17 dai dan 17 daiyah yang tergabung dalam Kafilah Dakwah Ramadhan ke daerah di pedalaman Aceh dan Sumatera Utara.

Daerah tersebut tersebar di beberapa desa di Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Singkil, Kota Subulussalam, Aceh Tengah, Aceh Timur dan Gayo Lues serta Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.

Adapun pelepasan Kafilah Dakwah Ramadhan itu berlangsung di Komplek Markaz Dewan Dakwah Aceh di Gampong Rumpet, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Minggu (19/3/2021) malam oleh Ketua Dewan Dakwah Aceh, Prof Dr Muhammad AR MEd.

Selama Ramadhan mareka akan mengisinya dengan berbagai kegiatan. Diantaranya menjadi Imam shalat taraweh, khutbah jum’at dan ceramah Ramadhan. Selain itu juga pelatihan TPA, pesantren kilat, tahsin al qur’an dan ceramah Idul Fitri serta kegiatan kemasyarakatan lainnya.

“Berdakwah merupakan tugas para nabi dan rasul. Oleh karena itu perlu keikhlasan dan kesabaran. Dalam menjalankan misi dakwah ini, dimohon agar menjaga nama baik Dewan Dakwah dan juga semua kegiatan yang dilakukan untuk dapat didokumentasikan sebagai bahan laporan,” kata Prof Muhammad AR

Ia berharap dengan hadirnya dai dan daiyah yang merupakan mahasiswa Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Aceh itu akan menambah semangat masyarakat tempatan dalam beribadah di bulan suci Ramadhan.

Sementara itu Direktur ADI Aceh, Dr Abizal Muhammad Yati Lc MA mengucapkan selamat berjuang kepada para dai dan daiyah tersebut. Ia menambahkan Kafilah Dakwah Ramadhan ini merupakan bagian dari program pembelajaran di lembaga ADI sebagai bentuk dakwah lapangan. Sehingga nantinya mareka akan terbiasa dengan kondisi dan situasi di daerah.

“Kami berharap program tersebut dapat menjadikan para mahasiswa ADI sebagai daii yang sesungguhnya. Terlebih selama ini mereka hanya mendapatkan pemaparan materi berupa teori. Dengan berhadapan langsung bersama masyarakat, tentunya akan lebih banyak lagi ilmu dan pengalaman yang didapatkan,” kata Dr Abizal.

Tak lupa pula ia mengucapkan terim kasih kepada para donatur dan semua pihak yg sudah membantu kegiatan itu. Sebelumnya mereka juga telah diberikan pembekalan selama seminggu olah pengurus Dewan Dakwah Aceh dan para dosen ADI.

Prof. Syabuddin Gade

Oleh Al-Faqir Syabuddin Gade

Wahai orang tua yang beriman. Jagalah anak-anak mu agar senantiasa dalam keimanan dan beribadah kepada Allah. Jika orang tua dan anak keturunannya tetap dalam iman dan ibadah kepada Allah hingga ia kembali kepada Allah, maka kelak mereka akan bersama-sama “reuni” dalam syurga.

Kelak orang-orang yang beriman akan berkumpul kembali bersama anak-cucu mereka yang senantiasa mengikuti keimanan mereka di dalam surga. Hal ini telah Allah tegaskan di dalam Al-Qur’an surah Ath-Thur ayat 21:

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱتَّبَعَتۡهُمۡ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلۡحَقۡنَا بِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَمَآ أَلَتۡنَٰهُم مِّنۡ عَمَلِهِم مِّن شَيۡءٖۚ كُلُّ ٱمۡرِيِٕۭ بِمَا كَسَبَ رَهِينٞ
Artinya: Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tiada mengurangi sedikit pun pahala amala (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya. (Surat Ath-Thur: 21).

Karena itu, marilah semua kita menjaga iman dan terus beribadah kepada Allah, bukan hanya diri kita, tetapi juga keluarga dan anak keturunan, cucu, cicit kita agar tetap dalam iman dan ibadah kepada Allah.

Apalagi, dalam waktu dekat ini, akan hadir tamu agung, berupa bulan puasa, bulan yang sepanjang bulan selalu siap menumpuk-numpuk pahala dan mengikis semua dosa orang-orang beriman yang berpuasa serta melaksnakan berbagai ibadah wajib dan sunnah lainnya dengan penuh keimanan dan keikhlasan karena Allah. Rasulullah bersabda;

من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه.

“Barangsiapa yang melaksanakan ibadah puasa dengan penuh keimanan dan keikhlasan, akan diampuni segala dosa yang pernah dilakukannya”. (al-Hadis)

Reuni dalam syurga tentu harapan semua umat Nabi Muhammad SAW. Kita ingin bersama —kalaupun tidak bisa dekat— dalam barisan Rasulullah SAW, pemberi syafaat atas izin Allah dan baginda adalah Rasul pertama yang masuk syurga.
Kita tentu berharap tidak hanya reuni bersama keluarga, tetapi bersama para Nabi dan Rasul, para syuhada, orang-orang shalih, dan seluruh umat muslim sejak Nabi Adam hingga umat akhir zaman.

Ayo saudaraku, jangan lalai. Kita hidup di dunia hanya sementara. Kita harus berusaha menjadi orang cerdas, yakni orang yang beramal untuk persiapan setelah mati. Jangan kita termasuk orang yang lemah atau gagal, yakni orang yang dipimpin oleh hawa nafsunya lalu ia berharap kebaikan dari Allah datang secara “sim salabim abra kadrabra”. Wa Allahu A’lam…

Peserta pawai dan Tarhib Ramadhan yang diselenggarakan oleh Dewan Da’wah Kota Langsa bekerjasama dengan BKM Masjid Al-Muttaqin dan TPQ Hijrah Al-Munawwarah, di Gampong Serambi Indah Kota Langsa, Kamis (16/3/2023).

Kota Langsa — Dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, Pengurus Daerah Dewan Da’wah Kota Langsa menyelenggarakan kegiatan Pawai dan Tarhib Ramadhan di Gampong Serambi Indah Kota Langsa, Kamis (16/3/2023).

Kegiatan tersebut terselenggara atas kerjasama BKM Masjid Al-Muttaqin dan TPQ Hijrah Al-Munawwarah yang dihadiri 90 peserta dari TPQ Hijrah Al-Munawwarah dan binaan Masjid Al-Muttaqin Gampong Serambi Indah, para Ustaz-ustazah serta pengurus Dewan Da’wah Kota Langsa.

Acara yang dimulai pada pukul 16.00 WIB ini dibuka langsung oleh Sekretaris Dewan Da’wah Kota Langsa Afrizal Refo, MA.

Dalam sambutannya, Refo mengucapkan terimakasih kepada panitia atas terselenggaranya kegiatan ini, dan membuat masyarakat semangat menyambut bulan suci Ramadhan.

“Mari kita sambut ramadhan ini dengan memperbanyak ilmu dan tilawah, agar kita siap lahir dan bathin menyambut Ramadhan.” ujar Refo

Refo menyampaikan juga bahwa hendaknya umat Islam menyambut dengan gembira datangnya bulan suci Ramadhan.

“Hal terpenting adalah bagaimana kita mempersiapkan mental dan spiritual kita dalam mengisi bulan suci ramadhan ini dengan berbagai aktifitas yang benilai ibadah” ungkap Dosen PAI IAIN Kota Langsa ini.

Refo menambahkan, Tarhib Ramadhan ini bertujuan sebagai syiar dalam menyambut, mengingatkan, serta menyegarkan kembali kepada masyarakat bahwa Ramadhan akan tiba.

“Saat ini Dewan Da’wah Kota Langsa terus berupaya melakukan beberapa kegiatan dakwah untuk mensyiarkan Islam di Kota Langsa.” lanjut Refo

Sementara itu Ketua BKM Masjid Al-Muttaqin T. Syahputra, SE menyambut baik acara pawai dan Tarhib Ramadhan ini.

“Mudah-mudahan bisa diikuti oleh Gampong lain di Kota Langsa dan harapannya bisa menjadi program pemerintah Kota Langsa dalam menyemarakkan datangnya bulan Ramadhan.” kata Syahputra

Sementara itu Direktur TPQ Hijrah Al-Munawwarah Tgk. Zulkarnaen menyampaikan bahwa mereka sangat antusias terhadap kegiatan pawai.

“Kami sangat senang atas kegiatan tarhib ini yang melibatkan santri kami dan mudah-mudahan kedepan bisa melibatkan lebih banyak lagi santrinya.

Selanjutnya peserta tarhib yang terdiri dari pengurus Dewan Da’wah Kota Langsa, BKM Masjid Al-Muttaqin dan TPQ Hijrah Al-Munawwarah pawai mengelilingi Gampong Serambi Indah dengan penuh antusias.

Pawai dipimpin oleh salah satu pengajar di pesantren di kota Langsa ustadz Ikhsan Hadi, S.Psi dengan meneriakkan yel-yel “Marhaban ya Ramadhan, Syahrul Qur’an, Syahrul Shiyam dan bacaan shalawat Nabi” yang diikuti oleh peserta pawai ramadhan.

Ikhsan Hadi juga menyampaikan bahwa Ramadhan tidak sekedar ajakan dalam tulisan melainkan bagaimana kita bergembira menyambut bulan suci ini dengan menambah ketaatan kita untuk menjadikan kita sebagai insan yang bertaqwa.

“Bertaqwa tidak sekedar beribadah melaksanakan perintah Allah terlebih istiqamah dalam mengamalkannya.” kata Ikhsan

Setelah pawai dilaksanakan dan diakhiri dengan kajian tarhib di masjid Al-Muttaqin dengan pembicara Ustadz Ihsan Sulis, M.Ag dari Sukarejo Kota Langsa.

Dalam paparannya Ihsan mengatakan, benteng dari sebuah kehidupan adalah taqwa dan taqwa adalah tujuan semua mukmin dalam bulan suci ini, puasa tidak sekedar menahan makan dan minum, melainkan menahan dari hawa nafsu.

“Nafsu ibarat anak kecil yang perlu disapih, khususnya dalam bulan suci ini kita harus pandai-pandai mengendalikan hawa nafsu kita, maka isilah bulan suci ini dengan memperbaiki kualitas puasa dan ketaatan kita kepada Allah SWT.” terang ihsan

Di akhir tausiyah ia mengingatkan pada peserta tarhib Ramadhan agar menjadi orang yang pandai bersyukur karena telah mendapatkan banyak nikmat dari Allah.

Ketua Dewan Da’wah Aceh (DDA) Prof. Dr. Tgk. H. Muhammad AR, M.Ed mengisi kajian safari subuh yang digelar oleh Dewan Da’wah Kota Langsa di Masjid Taqwa, Gampong Paya Bujok Blang Pase, Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa, Kamis (16/3/2023).

Langsa — Ketua Dewan Da’wah Aceh (DDA) Prof. Dr. Tgk. H. Muhammad AR, M.Ed mengisi kajian safari subuh yang digelar oleh Dewan Da’wah Kota Langsa di Masjid Taqwa, Gampong Paya Bujok Blang Pase, Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa, Kamis (16/3/2023).

Muhammad AR menyampaikan materi dengan tajuk “Mari Tingkatkan Iman dan Taqwa Kepada Allah SWT Agar Menjadi Orang yang Beruntung”.

Ia mengajak seluruh jama’ah shalat subuh untuk beramai-ramai berjamaah di masjid-masjid.

“Mari kita ramaikan masjid-masjid dengan shalat berjamaah, Subuh berjamaah ini adalah salah satunya untuk makmurkan masjid-masjid kita,” ajaknya.

Muhammad AR menerangkan, berjamaah dengan gerakan Shalat Subuh berjamaah diyakini dapat memantapkan dan membiasakan diri dalam melakukan shalat berjamaah, maka dengan sendirinya akan membangun pondasi yang kuat dalam upaya mewujudkan kemaslahatan Ummat.

“Tentunya hal itu didasarkan pada pandangan realistis bahwa kebersamaan dan silaturahmi yang terbangun dalam pelaksanaan shalat berjamaah tentu akan lebih mempererat tali silaturahmi sehingga akan terbangun rasa kebersamaan dalam menjalankan peran masing-masing dalam kehidupan bermasyarakat,” ujar prof. Muhammad AR

Diakhir tausiyahnya Prof. Muhammad AR menyampaikan kepada Jama’ah subuh bahwa jangan jadikan tempat peristirahatan terakhir kita yaitu alam kubur menjadi tempat yang sempit, gelap, dan sunyi tapi jadikan menjadi tempat yang paling indah dengan melakukan amal ibadah seperti membaca Alqur’an, shalat tahajud dan sedekah.

“Yang kesemua amalan tersebut akan membantu kita dalam menjawab pertanyaan kubur dan mudah-mudahan kita digolongkan orang-orang yang shalih.” tutup Muhammad AR

Ketua Dewan Da’wah Kota Langsa Prof. Dr. Iskandar Budiman, MCL menyampaikan bahwa program safari subuh ini tetap terus digalakkan.

“Safari ini Selain mempererat silaturahim juga untuk memberikan penyemangat bagi para jama’ah untuk tetap Istiqomah dalam menjalankan shalat subuh secara berjamaah di masjid atau mushalla.” kata Prof. Iskandar

Sementara itu, Koordinator Safari Subuh yang juga Sekretaris Dewan Da’wah Kota Langsa, Afrizal Refo, MA mengungkapkan bahwa setelah beberapa lama vakum, Dewan Da’wah Kota Langsa awal tahun ini kembali melaksanakan safari subuh. Khusus dibulan Ramadhan nanti di alihkan pelaksanaan safarinya menjadi setelah shalat Isya sebelum shalat tarawih dilaksanakan.

“Dengan melaksanakan kegiatan ini kita bisa saling menjalin silaturahmi antar sesama umat muslim dengan berkunjung ke masjid-masjid yang ada di Kota Langsa ini,” ungkap Afrizal Refo.

“Artinya memang dengan safari subuh inilah moment itu tercipta untuk bisa saling kenal mengenal serta berbagi ilmu agama Allah SWT,” sambungnya.

Sekretaris BKM Masjid Taqwa, Muhammad Mukhlis mengucapkan terimakasih kepada Dewan Da’wah Kota Langsa beserta tim safari subuh yang telah menjadwalkan agendanya kembali untuk melaksanakan kegiatan safari subuh di Masjid Taqwa.

“Dengan diadakannya safari subuh ini kita bisa banyak mengambil hikmah serta mengimbau kepada semua orang tua untuk dapat mengajak anak-anaknya untuk mengikuti safari subuh yang diharapkan dapat istiqomah dalam melaksanakan shalat subuh berjamaah dan shalat-shalat fardhu lainnya.” kata Mukhlis

Di akhir kegiatan safari subuh dilanjutkan dengan coffee morning dan sarapan bersama.

Afrizal Refo, MA

Oleh : Afrizal Refo, MA

Tidak terasa beberapa hari lagi kita akan memasuki Bulan Ramadhan. Alangkah berbahagianya kaum muslimin dan muslimat yang masih diberi kesempatan waktu dan umur untuk bertemu kembali di bulan Ramadhan tahun ini.

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang mempunyai moment khusus yang disediakan Allah Swt kepada kaum muslimin. Dikatakan demikian karena bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan yang tidak dimiliki bulan lainnya.

Allah Swt menyediakan berbagai macam pahala yang berlipat ganda dibandingkan bulan lainnya kepada orang-orang yang memperbanyak ibadah di bulan Ramadhan. Inilah rahmat dan nikmat Allah swt yang patut disyukuri yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang mau memanfaatkan moment ini.

Bulan Ramadhan juga sering disebut sebagai bulan pembinaan umat. Karena di bulan ramadhan ini Allah membina dan menempa hamba-Nya dengan berbagai amalan yang khusus dilaksanakan di bulan ramadhan saja agar kita bisa meraih kualitas taqwa.

Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Baqarah: 183 yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan pada orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183)

Oleh karena itu, umat Islam akan berlomba-lomba untuk mencari cara menyambut bulan Ramadhan dengan baik sesuai ajaran Rasul SAW.

Kegembiraan menyambut Ramadhan, harus dibarengi dengan persiapan mental dan fisik dalam menyongsong kedatangannya. Para sahabat Nabi malah terbiasa mempersiapkan Ramadhan jauh-jauh hari, yaitu sekira enam bulan sebelumnya.

Mu’alla bin Al-Fadhl, salah satu ulama tabi’in berkata, “Dulu para sahabat, selama enam bulan sebelum datang Ramadhan, mereka berdoa agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan. Kemudian, selama enam bulan sesudah ramadhan, mereka berdoa agar Allah menerima amal mereka selama bulan Ramadhan.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 264)

Dengan kedatangan bulan suci Ramadhan, umat muslim Islam dianjurkan bergembira menyambutnya.

Ini karena di dalam bulan Ramadhan banyak pahala-pahala yang telah Allah sediakan untuk para hamba-Nya. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa: “Rasulullah SAW memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya tentang kedatangan bulan Ramadhan seraya beliau berkata: ‘Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa di dalamnya. Di bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan seribu bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.”

Bagaimana dengan kita apakah sudah mempersiapkannya?

Jadi, jika kita benar-benar ingin memanfaatkan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya, maka kita perlu mempersiapkannya, setidaknya dari sekarang!

Berikut ini beberapa cara menyiapkan diri dalam menyambut Bulan Suci Ramadhan :

Pertama, Puasa di bulan Sya’ban.

Bulan Sya’ban adalah bulan di mana diangkatnya amalan ibadah, sehingga menjadi waktu yang paling tepat untuk memulai puasa sunat atau mengqadha puasa Ramadhan yang lalu.

Kedua, perbanyak membaca Al-Qur’an.

Aisyah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi bersabda: “Sesungguhnya orang yang membaca Al-Qur’an dengan indah, lancar dan tepat, akan berada bersama para malaikat yang mulia dan taat.

Adapun orang yang membaca dengan susah payah, terbata-bata atau tertatih-tatih dalam membaca ayat-ayatnya, maka baginya pahala dua kali lipat.” (Muslim)

Ketiga, Biasakan melaksanakan Shalat malam

Kita semua akan menghidupkan malam bulan Ramadhan dengan melaksanakan shalat tarawih dan oleh karena itu perlu adanya pembiasaan pada diri kita untuk melaksanakannya.

Keempat, Bertobat dan Berdo’a

Kita semua melakukan kesalahan baik yang kita sadari maupun tidak kita sadari maka kita diperintahkan untuk bertaubat dan memperbanyak do’a. Nabi bersabda: “Semua anak Adam selalu salah, tetapi yang terbaik dari mereka yang terus-menerus salah adalah mereka yang terus-menerus bertobat.” (Tirmidzi)

Kelima, perbanyak bersedekah

Rasulullah menyampaikan dalam sabdanya,“Allah selalu memberikan pertolongan buat hamba-Nya selama hambanya selalu membantu orang lain.” (Hr. Muslim)

Nabi juga mengatakan: “Bersedekahlah tanpa penundaan, karena itu menghalangi bencana.” (Al-Tirmidzi)

Keenam, Tingkatkan Akhlaq

Seyogyanya sebelum memasuki bulan Ramadhan mari kita perbaiki dan kita tingkatkan Akhlak kita menjadi lebih baik dari sebelumnya
Nabi pernah bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlak dan akhlaknya.” (HR. Bukhari)

Ketujuh, Makan Sehat dan jaga kesehatan.

Dengan sedikitnya waktu makan di bulan Ramadhan, kita memang perlu memperhatikan apa yang kita makan. Sekarang adalah waktu terbaik untuk meneliti nilai gizi makanan yang kita makan.

Semoga kita semua Allah takdirkan untuk bertemu kembali dengan Ramadhan yang mulia ini, semoga di Ramadhan tahun ini, kita mendapatkan binaan, tempaan, ampunan, keridhaan, barakah dan rahmat yang sebesar-besarnya serta derajat taqwa dari Allah SWT. Amiin Allahuma Aamiin. Wallahu’alam bish shawab.

Penulis adalah Dosen Pendidikan Agama Islam IAIN Langsa dan Sekretaris Dewan Da’wah Kota Langsa

Afrizal Refo, MA

Oleh Afrizal Refo, MA (Dosen PAI IAIN Langsa, Sekretaris Dewan Da’wah Kota Langsa)

Hujan Bukan Musibah, Tapi Anugerah Terbaik dari Allah, Alhamdulillah, dalam beberapa hari ini, beberapa daerah di Indonesia mengalami hujan, khususnya di Kota Langsa, hujan turun sejak 28 Februari 2023 hingga sore ini 1 Maret 2023.

Hujan yang mengguyur Kota Langsa dan sekitarnya sering mengakibatkan banjir dan air akan menggenangi badan jalan dalam beberapa hari, meskipun demikian, aktivitas masyarakat tetap berjalan lancar.

Dalam Islam, hujan disebut sebagai berkah yang diturunkan oleh Allah. Namun, hujan juga bisa berubah menjadi bencana jika turun dengan intensitas tinggi dalam waktu cepat yang mengakibatkan banjir atau longsor.

Ketakutan akan terjadinya bencana membuat sebagian orang mengeluh, mengeluh dalam Islam adalah sesuatu yang dilarang. Islam mengajarkan bahwa air hujan adalah rahmat dan rezeki yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.

Dengan hujan, kondisi bumi yang semula tandus dan gersang menjadi subur. Dengan hujan pula, air untuk kebutuhan pertanian seperti sawah, dan kebutuhan makhluk hidup lainnya akan air dapat terpenuhi. Oleh karena itu, sudah sepantasnya manusia bersyukur jika hujan turun.

Hujan adalah Rahmat bagi Manusia

Hujan yang turun ke bumi dalam Islam disebut sebagai rahmat. Allah SWT menegaskan hal ini dalam al-Qur’an.
Artinya: “Dan dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan dialah yang maha pelindung lagi maha terpuji.” (QS. Asy-Syura: 28)

Hujan tidak hanya dibutuhkan oleh manusia, tetapi seluruh makhluk. Selain menjadi minuman, juga menyuburkan tanah, dan menyehatkan ternak, seperti firman Allah SWT dalam al-Qur’an.

“Dia-lah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.” (QS. An-Nahl: 10).

Hujan adalah rahmat Allah SWT, tentu kita dilarang mencela hujan dan angin. Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kamu mencaci maki angin,” (HR Tirmidzi)

Allah SWT yang mengatur waktu, cuaca dan seluruh alam semesta ini. Sehingga mencela dan memaki, berarti mencela Allah SWT yang telah mengaturnya.

Bagaimana jika hujan turun terus menerus tanpa henti? kita bisa berdoa kepada Allah yang mengatur hujan agar dialihkan dari kita, dengan doa sebagai berikut:

“Ya Allah, hujanilah di sekitar kami, jangan kepada kami , Ya Allah. Berilah hujan ke daratan tinggi beberapa anak bukit, perut lembah dan beberapa tanah yang menumbuhkan pepohonan,” (HR Bukhari Muslim).

Oleh sebab itu kita diperintahkan jangan pernah mencela hujan, karena hujan merupakan karunia dari Allah dan tentunya ada hikmah ketika hujan diturunkan.

Misalkan bagi petani hujan merupakan sesuatu yang ditunggu-tunggu, karena dengan air hujan yang cukup maka sawah dan ladang mereka akan tersirami tanpa harus disirami secara manual. Jika musim kemarau terkadang hampir berbulan-bulan merasakan kesulitan air dan mengalami kekeringan.

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran surat Qaf disebutkan, bahwa hujan merupakan air yang diturunkan dari langit dan penuh keberkahan.

“Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen.” (QS. Qaf: 9)

Allah Ta’ala juga berfirman dalam Al Qur’an bahwa hujan yang turun ke bumi sebagai rahmat yang diperlukan untuk seluruh makhluk.

“Dan Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Maha Pelindung, Maha Terpuji.” (QS. Asy-Syura: 28).

Hujan memang bisa membawa berkah, namun ia juga bisa mendatangkan bencana. Agar terjauh dari bencana dan petaka dari hujan dan cuaca buruk serta selalu mendapat berkah darinya, ada baiknya umat Islam memanjatkan doa seperti Nabi Muhammad SAW. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ : اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا

“Adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam apabila melihat hujan beliau berdoa: Allaahumma shayyiban naafi’aa (Ya Allah, jadikan curahan hujan ini yang membawa manfaat kebaikan.” (HR. Al-Bukhari).

Hikmah diturunkan hujan.

Beberapa hikmah hujan sebagaimana disunahkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut:

Pertama, Waktu Mustajab, waktu terbaik untuk berdoa adalah saat turun hujan. Hal ini seperti disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam hadis dari Sahl bin Sa’d.

“Do’a-do’a yang tidak akan ditolak, yaitu doa ketika adzan dan doa ketika turunnya hujan.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi).

Kedua, Berkah dari Langit, Rasulullah SAW mengambil berkah saat turunnya hujan. Hal ini dilakukan dengan menyikap baju hingga dibasahi air hujan.

Perbuatan tersebut menurut an-Nawawi dilakukan Nabi untuk mengambil berkah dari hujan yang diturunkan oleh Allah SWT. Sunah ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Abu Dawud yang artinya sebagai berikut:

“Ia berkata: Nabi ketika melihat hujan, beliau membuka bajunya. (Riwayat lain dari Imam) Abu Dawud, (Anas) berkata: Nabi menyingkap pakaiannya hingga terkena guyuran hujan.”

“Kami berkata: Ya Rasulullah, kenapa tuan berbuat seperti ini? Rasulullah menjawab: Karena hujan merupakan rahmat yang diberikan Allah” (Riwayat Imam Abu Bakr, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002, h. 170).

Ketiga, Berwudhu dengan Air Hujan, air hujan termasuk air yang suci dan bisa menyucikan. Ia bisa digunakan untuk berwudu dan membersihkan najis.

Pada suatu kesempatan saat turunnya hujan Rasulullah SAW memerintahkan pada sahabatnya untuk bersuci.

“Keluarlah kalian (para sahabat) bersama kami menuju air ini (air hujan) yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk bersuci. Kemudian kami bersuci dengan air ini dan memuji Allah atas nikmat yang diberi.” (HR. Al-Baihaqi)

Itulah tiga sunah saat turun hujan yang jarang dilakukan bahkan sama sekali ditinggalkan oleh umat Islam. Mari kita amalkan sebagai bentuk cinta dan meneladani Rasulullah Muhammad SAW.

Dari penjelasan singkat diatas menunjukan bahwa hujan anugerah terbaik Allah. Kewajiban manusia adalah memperbaiki mind set / pola pikir, dan hati agar selalu berbaik sangka pada Allah jangan sampai berburuk sangka kepada Allah, dengan turunnya hujan hal ini penting karena berkaitan dengan keimanan .

Dan kita sebagai orang muslim memanjatkan doa sebagai ungkapan syukur dan juga rasa nikmat kita kepada Yang Maha Kuasa.
Semoga Allah menurunkan hujan menjadi anugerah bukan musibah. Wallahu a’lam bishowab.


Oleh Afrizal Refo, MA

Ada Apa Dengan Bulan Syakban? Bulan Sya’ban merupakan salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT dan diagungkan dalam Islam.

Sya’ban adalah bulan kedelapan yang terletak ditengah-tengah antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan dalam tahun Hijriyah, dan karena inilah Nabi SAW menyebut dalam sabdanya bahwa Sya’ban sering kali dilalaikan umatnya yaitu banyak orang yang lengah akan amalan yang bisa dikerjakan pada bulan Syaban.

Padahal Rasulullah SAW mengatakan bahwa Sya’ban adalah bulan istimewa, di mana amal perbuatan manusia dilaporkan kepada Allah SWT. Dengan begitu, seharusnya kaum muslim berlomba-lomba dalam memperbanyak amal baik sebelum diserahkan kepada-Nya.

Bulan ini dinamakan bulan Sya’ban karena di saat penamaan bulan ini banyak orang Arab yang berpencar-pencar mencari air atau berpencar-pencar di gua-gua setelah lepas bulan Rajab.

Ibnu Hajar Al-‘Asqalani mengatakan: “Dinamakan Sya’ban karena mereka berpencar-pencar mencari air atau di dalam gua-gua setelah bulan Rajab Al-Haram. Sebab penamaan ini lebih baik dari yang disebutkan sebelumnya. Dan disebutkan sebab lainnya dari yang telah disebutkan.” (Fathul-Bari (IV/213), Bab Shaumi Sya’ban)

Keutamaan Bulan Sya’ban

Bulan ini memiliki banyak keutamaan. Rasulullah SAW mengisinya dengan memperbanyak berpuasa, sedekah, membaca Alquran dan ibadah lainnya di bulan ini sebagai persiapan menghadapi bulan Ramadhan.

Ada beberapa keutamaan yang dimiliki oleh bulan Sya’ban, sebagai berikut:

Pertama, Penuh Pengampunan dari Allah SWT.

Mu’adz bin Jabal meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Allah akan mengumumkan kepada manusia, bahwa Dia akan mengampuni orang-orang yang mau beristighfar, kecuali kepada orang-orang yang menyekutukan-Nya, juga orang-orang yang suka mengadu domba (menciptakan api permusuhan) terhadap saudara muslim.” (HR Thabrani & Ibnu Hibban)

Kedua, diserahkannya Buku Amal Perbuatan Manusia kepada Allah SWT.

Usamah bin Zaid bertanya kepada Nabi SAW: Artinya: “Wahai Rasulullah SAW, saya lihat engkau lebih bersemangat (lebih rajin) berpuasa di bulan Sya’ban ini dibanding bulan-bulan lainnya, mengapa?” Rasul SAW menjawab, “Karena Sya’ban ini bulan agung, yang banyak dilupakan orang, padahal di bulan inilah amal perbuatan manusia akan dinaikkan (dilaporkan) ke hadirat Allah SWT. Karena itu, aku ingin (lebih senang) bila di saat amalan-amalan itu diangkat (dihadirkan kepada Allah), maka aku dalam keadaan puasa.” (HR Nasa’i)

Ketiga, bulan Kegemaran Rasul SAW untuk Puasa.

Riwayat dari Aisyah, ia berkata: Artinya: “Rasulullah SAW berpuasa hingga beliau mengatakan jangan berbuka dan berbuka hingga mengatakan jangan berpuasa (maksudnya selang-seling). Saya tidak melihat Rasulullah SAW berpuasa lengkap sebulan penuh kecuali di bulan Ramadan. Dan saya tidak melihat yang banyak dipuasai Rasulullah SAW kecuali di bulan Sya’ban.” (H Bukhari, Muslim, & Abu Dawud)

Allah SWT membuka pintu-pintu kebaikan dan menurunkan berkah-Nya pada bulan Sya’ban. Dalam kitab ‘al-Ghunyah oleh Quthbur Rabbani Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, diterangkan bahwa Allah SWT senantiasa memilih satu dari empat hal. Allah memilih empat bulan yaitu bulan Rajab, Sya’ban, Ramadhan dan Muharram, dan Allah mengutamakan untuk memilih Sya’ban.

Allah SWT kemudian menjadikan bulan Sya’ban sebagai Syahrun nabi bulannya Rasulullah SAW. Maka bulan Sya’ban pun menjadi afdhalus syuhur sebagaimana posisi Rasulullah sebagai afdhlul ambiya’. Mengenai bulan Sya’ban ini, seorang ulama pernah berkata Sya’ban adalah perantara antara Rajab dan Ramadhan.

Maka jagalah ketaatan selama berada di dalamnya (falyaghtanim at-th’at fiha). Dalam konteks menjaga ketaatan inilah, Rasulullah SAW kemudian menyampaikan hadis yang cukup terkenal dikalangan kaum muslimin.

Diceritakan pada suatu ketika Rasulullah memberikan mauidhah kepada seorang lelaki yang ternyata adalah Abdbullah bin Umar bin Khattab.

Rasulullah SAW berkata jagalah lima perkara sebelum datangnya lima yang lainnya, masa mudamu sebelum masa tuamu. Sehatmu sebelum masa sakitmu. Kayamu sebelum datang miskinmu. Kelonggaranmu sebelum waktu sempitmu dan hidupmu sebelum matimu.

Pekerjaan kita di sekolah, kampus, kantor, perusahaan, kebun, tambak, dan lainnya terkadang menyita banyak perhatian kita ini, sampai-sampai kita lupa bahwa bulan Ramadhan akan segera tiba, padahal begitu banyak persiapan yang harus kita lakukan untuk menyambutnya, salah satunya adalah bekal ilmu dalam menghadapi bulan Ramadhan.

Amalan di Bulan Sya’ban

Berikut penulis rangkum amalan-amalan yang dilakukan di bulan Sya’ban:

Pertama, persiapan menyambut Ramadan.

Persiapan paling utama adalah ILMU DIIN, pengetahuan terkait amaliyah di bulan Ramadhan. Sebagian orang ada yang cuma tahu Ramadhan adalah saatnya puasa, yang dilakukan adalah menahan lapar dari terbit fajar Shubuh sampai tenggelam matahari, cuma itu saja yang ia tahu.

Saatnya sahur, berarti makan sahur, saatnya berbuka, pokoknya berbuka. Bertahun-tahun hanya diketahui seputar hal itu saja. Sampai-sampai ia hanya puasa namun tidak menjalankan shalat sama sekali di bulan Ramadhan.

Selain puasa dari sisi rukun seperti tadi yang kita jalankan, ada juga amalan sunnah terkait puasa seperti mengakhirkan makan sahur dan menyegerakan berbuka puasa. Juga ada amalan shalat tarawih, membaca Alquran, sedekah, dan hal lainnya.

Kedua, memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban.

Kata Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, no. 1969 dan Muslim, no. 1156).

Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah dalam Lathaif Al-Ma’arif mengatakan, “Di antara rahasia kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak berpuasa di bulan Sya’ban karena puasa Sya’ban adalah ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib).

Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa Sya’ban. Karena puasa di bulan Sya’ban sangat dekat dengan puasa Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan. Dan puasa ini bisa menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan.”

Ketiga, membayar utang puasa sebelum masuk bulan Ramadhan.

Kata Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Aku dahulu punya kewajiban puasa. Aku tidaklah bisa membayar utang puasa tersebut kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, no. 1950 dan Muslim, no. 1146).

Keempat, ulama menganjurkan untuk memperbanyak membaca Alquran sejak bulan Sya’ban untuk lebih menyemangati membacanya di bulan Ramadhan.

Salamah bin Kahiil berkata, “Dahulu bulan Sya’ban disebut pula dengan bulan para qurra’ (pembaca Alquran).”

Kelima, jauhi perbuatan syirik dan amalan yang tidak ada tuntunan di bulan Sya’ban atau menjelang Ramadhan seperti: mengkhususkan bulan Sya’ban untuk kirim doa pada leluhur, mengkhususkan ziarah kubur pada bulan Sya’ban sebelum masuk Ramadhan dan juga beribadah khusus hanya di malam nisfu Sya’ban.

Ingatlah!
Abu Bakr Al-Balkhi berkata,

شَهْرُ رَجَبٍ شَهْرُ الزَّرْعِ ، وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ سَقِيِّ الزَّرْعِ ، وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ حَصَادُ الزَّرْعِ .

“Bulan Rajab saatnya menanam. Bulan Sya’ban saatnya menyiram tanaman dan bulan Ramadhan saatnya menuai hasil.”

Semoga jadi amalan penuh berkah di bulan Sya’ban dan kita dimudahkan berjumpa dengan bulan penuh berkah, yakni bulan Ramadhan.

Demikian beberapa amal ibadah yang bisa penulis sebutkan pada artikel ini. Mudahan kita bisa mengoptimalkan latihan kita di bulan Sya’ban untuk bisa memaksimalkan ibadah kita di bulan Ramadhan. Mudahan bermanfaat. Aamiiin.

Penulis: Dosen Pendidikan Agama Islam IAIN Langsa dan Sekretaris Umum Dewan Da’wah Kota Langsa.

Afrizal Refo, MA

Oleh Afrizal Refo, MA (Dosen PAI IAIN Langsa, Sekretaris Dewan Da’wah Kota Langsa)

Isra’ Mi’raj sebagai momentum memperbaiki kualitas ibadah shalat, Shalat merupakan salah satu ibadah yang paling utama dalam hubungan antara manusia dengan Allah SWT.

Shalat juga merupakan ibadah yang pertama kali diperiksa oleh Allah SWT. Baik ibadah shalat kita maka baik pula ibadah yang lain sehingga ibadah Shalat menjadi tolok ukur bagi kita sebagai hamba-Nya.

Shalat memiliki kedudukan yang sangat penting dan mendasar dalam Islam, yang tidak bisa disejajarkan dengan ibadah-ibadah yang lain.

Kita sebagai umat Islam berkewajiban untuk mengerjakan shalat lima waktu dalam sehari semalam. Kewajiban ini ditanggungkan oleh Allah kepada hamba-Nya ketika terjadinya peristiwa besar Isra mikraj. Kita mungkin dalam mengerjakan shalat masih belum khusyuk, tergesa – gesa. Bahkan banyak dari kita yang terbiasa menunda – nunda waktu shalat. Banyak juga dari kita yang mengesampingkan keutamaan shalat berjamaah. Oleh karena itu, peringatan Isra mikraj bisa kita jadikan momentum untuk memperbaiki kualitas shalat lima waktu kita.

Shalat adalah rukun Islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat. Shalat ini mencakup berbagai macam ibadah, seperti : dzikir kepada Allah, membaca Alquran, berdiri menghadap Allah, rukuk, sujud, do’a, tasbih dan takbir.

Allah SWT berfirman,

“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”(QS. An-Nisa : 103).

Terdapat sebagian fenomena yang patut disayangkan, yaitu adanya sebagian orang yang masih dengan mudah meninggalkan shalat tanpa ada rasa bersalah sedikitpun baik dikalangan remaja, dewasa dan juga orang tua, selain itu juga ditemukan orang yang sakit masih tidak melaksanakan shalat kecuali dia akan shalat diwaktu sembuh dari sakitnya. Padahal Allah telah memberikan rukhsah kepada hamba-Nya untuk mengerjakan shalat lima waktu dalam berbagai kondisi baik itu waktu perjalanan, sakit maupun peperangan sekalipun.

Melihat fenomena diatas ini adalah kesalahan yang sangat besar, jika banyak kaum muslimin telah meninggalkan shalat karena ketidaktahuannya dan sikapnya yang tidak bertanya kepada orang yang mengetahui ilmunya.

Allah SWT berfirman,

“Maka,bertawakalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.’’ [At-Taghabun: 16].

Sejarah Isra dan Mikraj

Dalam kitab Sirah Nabawiyah ar-Rahiq Al-Maktum karya Syeikh Syafiyurrahman Al-Mubarakfuri disebutkan tentang kisah Isra Miraj yang dialami Nabi Muhammad SAW. Dalam peristiwa Isra Mi’raj tersebut ada sebuah kisah tentang sejarah diperintahkan shalat lima waktu.

Shalat wajib bagi umat Islam adalah lima waktu dalam satu hari. Tapi, awalnya, Nabi Muhammad mendapatkan perintah dari Allah tersebut bukan lima waktu, melainkan 50 waktu.

Lima waktu shalat adalah bentuk dispensasi shalat dari Allah SWT, lantas bagaimana kisahnya?

Isra mi’raj sendiri terjadi pada 27 Rajab di masa kesepuluh kenabian. Dalam perjalanan tersebut Nabi diperlihatkan oleh Allah SWT betapa indahnya surga, lengkap dengan pelbagai hal yang membuat bahagia. Beliau juga diperlihatkan kondisi neraka, lengkap dengan kejadian mengerikan yang dialami oleh mereka yang mendapatkan

Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad pada malam hari dari Mekah menuju Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa di Palestina. Sementara Mikraj adalah perjalanan Nabi diangkat menuju langit ketujuh, Sidratul Muntaha, langit tertinggi yang tak dapat dijangkau oleh makhluk apa pun dan berjumpa dengan Allah SWT.

Perjalanan yang sangat jauh itu dialami Rasulullah dalam waktu yang sangat singkat. Ayat Al Quran yang membenarkan perjalanan Isra Miraj tersebut salah satunya Surat Al Isra ayat 1, Allah SWT berfirman:

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Israa:1)

Melihat perjuangan dan pengorbanan nabi Muhammad SAW dalam momentum Isra’ Mi’raj ini, semoga kita dapat meningkatkan kualitas ibadah shalat kita sebaik mungkin, sehingga dapat meningkatkan takwa kepada Allah swt.

Dari ulasan diatas sudah seharusnya sebagai seorang muslim kita harus menaruh perhatian yang sangat besar dalam menjalankan Shalat dengan sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab, dan bukan sekedar rutinitas atau penggugur kewajiban.

Dengan demikian kita akan menjadi orang-orang yang akan mewarisi surga Firdausnya Allah dan Insya Allah kekal di dalamnya. Aaminn.

Afrizal Refo, MA

Oleh : Afrizal Refo, MA

Valentine Day yang dirayakan setiap tanggal 14 Februari merupakan salah satu momen yang sering digunakan untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya.

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)”. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”. (QS. Al-Baqarah [2]: 120).

Islam adalah agama yang lengkap, yang bukan hanya sekedar agama. Lebih dari itu, Islam adalah sistem nilai sekaligus sistem hidup.

Bagi sebagian orang, Islam adalah pembebas, Islam adalah penyelamat. Akan tetapi bagi sebagian orang yang telah aman dan mapan dengan sistem yang telah dianutnya, Islam adalah ancaman. Bukan hal yang luar biasa jika begitu banyak sikap antipati terhadap Islam. Sejak Islam lahir pun sudah begitu. Berbagai cara digunakan untuk menghancurkanya. Melalui cara terang-terangan atau dengan cara diam-diam.

Upaya paling efektif dan tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk menghancurkan Islam salah satunya adalah dengan mengaburkan ajaran Islam.

Samuel Zwemer dalam konferensi al Quds untuk para pastur pada tahun 1935 mengatakan: “Sebenarnya tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang Islam dari agamanya menjadi pemeluk agama kalian. Akan tetapi menjauhkan mereka dari agamanya (Al-Qur’an dan Sunnah)”.

Salah satu momen yang sering digunakan untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya adalah valentine day.

Di era modern ini banyak hal atau budaya barat yang masuk ke Indonesia. Salah satunya melakukan atau merayakan hari valentine yang sering disebut juga dengan hari kasih sayang.

Banyak pemuda-pemudi sekarang yang merayakan hari valentine, karena mereka tidak mau dikatakan anak kuper. Hari valentine ini biasanya identik dengan pemberian coklat, bunga, atau kado.

Seiring dengan masuknya beragam gaya hidup barat ke dunia Islam, perayaan hari valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat, terutama dari kalangan remaja ABG.

Bertukar bingkisan valentine, semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya, menyemarakkan suasana valentine setiap tahunnya, bahkan di kalangan remaja muslim sekali pun.

Apalagi sekarang adalah bulan dimana mereka merayakan hari tersebut. Mereka merayakan hari valentine dengan memberikan coklat ataupun hal lainnya kepada pasangan atau kekasih mereka Padahal harga untuk membeli kado kado tersebut pun harganya tidak murah. Bahkan mereka membelinya pun masih meminta uang kepada orang tua mereka. Untuk sekedar membelikan kado kepada pasangan mereka di hari valentine.

Merayakan hari valentine memiliki banyak dampak negatif. Dampak nya pun tidak hanya satu tetapi banyak sekali. Dampak yang pertama mengakibatkan hidup boros atau menghambur hamburkan uang. Yang kedua tidak sesuai dengan syariat agama islam. Efek negatif dari valentine lebih banyak terjadi, terutama freesex. Mengkonsumsi narkoba juga merupakan dampak dari merayakan valentine.

Dan bagi teman-teman terutama yang remaja sebaiknya sebelum kita memperingati atau merayakan sebaiknya kita pelajari dulu dan pahami apa yang akan kita lakukan. Jadi jangan asal ikut-ikutan sesuatu yang kita tidak tahu asal-usulnya. Padahal hari perayaan valentine dapat digunakan untuk merusak aqidah orang-orang Muslim agar berbuat maksiat.

Jauhnya umat dengan Islam membuat umat muslim seakan asing dengan agamanya. Hingga rela beraktifitas dengan sesuatu yang tak ada dalam ajaran Islam.

Sekularisme telah membawa kaum muslim tidak paham dengan ajaran agamanya sendiri. Jadilah orang muslim dan orang kafir melakukan hal yang sama, mirisnya umat muslim yang terseret dalam keyakinan umat agama lain.

Sistem sekularisme sukses menjadikan umat muslim tak mengenal islam. Inilah yang menjadi tujuan orang kafir agar Islam terlempar jauh kehidupan umatnya.

Berbagai perayaan digelar dengan sengaja agar umat muslim turut serta didalamnya. Parahnya perayaan tak sekedar perayaan, tapi ada latar belakang terhadap sebuah keyakinan agama tertentu.

Keberadaan negara yang menerapkan sistem buatan manusia telah mencetak kaum muslim yang anti terhadap ajaran agamanya sendiri. Sistem pemisahan kehidupan dari agama telah terbukti tidak bisa menjaga umat. Oleh karena itu keberadaan sistem Islam memanglah sangat dibutuhkan. Hanya sistem islamlah yang akan menjaga akidah umat agar tetap lurus.

Sejarah Valentine Day

Valentine day jatuh pada tanggal 14 Februari. Valentine day seakan-akan menjadi perayaan universal bagi seluruh umat manusia, tidak peduli latar belakang agamnya. Apakah ia beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha, dll.

Valentine day tak ubahnya hari maksiat sedunia. Kasih sayang yang ditawarkan tak ubahnya seperti racun yang dipolesi dengan manis oleh madu. Membunuh secara perlahan, dan kita terkadang tidak merasakannya.

Patutkah budaya yang sama sekali tidak kita kenal untuk kita ikuti tanpa melihat asal-usul timbulnya budaya tersebut?

Hari Kasih sayang (Valentine’s day) bermula pada tanggal 14 februari 269 M, Santo Valentine seorang pendeta harus menerima hukuman pancung dari penguasa (raja) Claudus II Ghotikus melalui tangan-tangan Algojonya.

Santo Valentine dianggap melanggar ketentuan imperium, yakni ia telah berani menikahkan sepasang remaja yang sedang merasakan kisah-kasih yang menyenangkan secara diam-diam (back street).

Tindakan pendeta Valentine tersebut akhirnya diketahui oleh pihak kerajaan. Padahal sudah ada ketentuan pada masa itu, para remaja yang single dilarang untuk menikah dulu karena mereka dibutuhkan untuk menjadi prajurit yang tangguh. Prajurit yang belum menikah dianggap memiliki prestasi yang baik dimedan pertempuran.

Pada tanggal 14 Februari 296 M, dikota Cisalpine Gaul, tepatnya di jalan Flaminia. Pihak gereja telah menobatkan Santo Valentine sebagai pahlawan yang telah melindungi orang yang saling mencintai. Paus St. Julius I telah membuatkan bangunan kehormatan untuk menghormati Santo Valentine tersebut.
Paus Galesium I adalah pelopor pencetus peringatan hari kasih sayang pertama tahun 496 M

Menyikapi Valentine Day

Sejarah Valentine di atas menjelaskan kepada kita apa dan bagaimana valentine day itu, yang tidak lain bersumber dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor. Bahkan tak ada kaitannya dengan kasih sayang.

Lalu kenapa kita masih juga menyambut hari valentine? Adakah ia merupakan hari yang istimewa? Adat kebiasaan? Atau hanya ikut-ikutan semata tanpa tahu asal muasalnya? Bila demikian, sangat disayangkan banyak teman-teman kita -remaja putra-putri muslim – yang terkena penyakit ikut-ikutan mengikuti budaya Barat dan acara ritual agama lain. Padahal Allah SWT berfirman:

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawabnya? (QS. Al-Isra’ [17]: 36).

Sungguh sangat jelas sikap yang harus diambil oleh kaum muslimin, bahwa merayakan valentine berarti meniru budaya kufur kaum lain, padahal kita dilarang untuk mengekor, mengambil cara hidup yg lahir dari akidah selain Islam, seperti valentine day.

Sudah cukup kita hanya mengambil pandangan hidup yang terlahir dari akidah Islam karena sudah jelas bahwa Islam adalah agama yang sempurna sebagaimana diterangkan Allah swt dalam Qur’an surah Al-Maidah ayat 3 :
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu??

Maka apalagi yang kita tunggu selain meninggalkan bentuk acara valentine day itu, marilah serkarang kita mulai meninggalkan sesuatu yang memang wajib diingkari, dan memulai untuk berusaha menerapkan ajaran-ajaran Islam, memilih-milih mana perkara yg tdk bertentangan dengan Islam kita ambil, sementara perkara yg bertentangan dengan Islam kita tolak dan tinggalkan

Ikut valentine day berarti menghancurkan kepribadian dan karakter kita sendiri, kepribadian muslim. Maka dari itu jauhilah kebiasaan yang jahiliyah, yang dapat merusak kepribadian kita, merusak keIslaman kita. Jika generasi muda muslim telah rusak, maka Islam ini akan mudah dihancurkan.

Kita sebagai muslim memiliki karakter dan kepribadian yang khas dan istimewa berdasarkan teladan Rasulullah SAW. Tanggung jawab kita adalah menyerap, mengamalkan dan memeliharanya.

Jadi, mengapa harus mengambil kepribadian orang lain yang belum tentu baik, atau bahkan nyata keburukannya? Jauhilah dan say Good Bye! Wallahu A`lam.