Archive for category: Semua Katagori

semua katagori di bawah ini

SUBULUSSALAM – Sebanyak 50 mualaf mengikuti pembinaan spiritual disampaikan Dewan Dakwah Indonesia Kota Subulussalam di aula Pendopo Wali Kota, Senin, 8 Mei 2017.

Ketua Dewan Dakwah Indonesia Kota Subulussalam Ustaz Sabaruddin kepada portalsatu.com di sela-sela acara tersebut mengatakan, kegiatan pembinaan bekerja sama dengan Pemerintah Kota Subulussalam diperuntukkan bagi mualaf atau orang yang masuk Islam sejak tiga tahun belakangan ini.

"Ini mereka yang tiga tahun belakangan ini menjadi mualaf. Atau ada di antara mereka mungkin saja sudah lama masuk Islam, tetap belum pernah mengikuti pembinaan," katanya.

Ia menyebutkan, peserta pembinaan mualaf itu dari empat kecamatan dalam wilayah Subulussalam yakni Penanggalan 24 mualaf, Simpang Kiri 22 orang, Rundeng 2 mualaf dan Sultan Daulat 2 orang.

Sabaruddin yang juga anggota MPU Kota Subulussalam menyampaikan materi tentang akidah Islamiyah. Sementara Wakil Ketua Dewan Dakwah Ustaz Chairul Anwar, S.Ag., menyampaikan fiqih ibadah.

Sedangkan dua narasumber lainnya juga dari dewan dakwah masing-masing Ustaz Aab Syihabuddin, M.A., dan Masnur, S.Pd.I., menyampaikan tentang sosial kemasyarakatan dan cara membawa Alquran.

Sabaruddin menyebutkan kerja sama pembinaan terhadap mualaf diharapkan terus berlanjut setiap tahunnya, baik dengan Pemerintah Subulussalam maupun Provinsi Aceh. Terlebih Subulussalam wilayah perbatasan dengan Sumatera Utara, sehingga dibutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

"Mereka menjadi mualaf atas kesadaran sendiri, tidak ada intimidasi, ini murni atas keinginan mereka menjadi mualaf. Karena itu mereka harus tetap dibina, kalau bisa jangan cuma pembinaan spiritual saja, tetapi harus ada pembinaan ekonomi juga," kata Sabaruddin.

Ia mengatakan pembinaan sebaiknya dilakukan secara berimbang antara spiritual dan ekonomi. Pasalnya sejak masuk Islam hubungan para mualaf dengan keluarga sebelumnya menjadi terputus.

"Jadi kalau tidak kita yang memberikan perhatian kepada mereka siapa lagi. Jika tidak dibina dengan baik, bisa saja di antara mereka kembali ke komunitasnya lagi. Selama ini ada satu dua kembali lagi ke komunitas asalnya," kata Sabaruddin.

Sementara Dewan Dakwah Indonesia Kota Subulussalam, kata Sabaruddin, hanya mampu memberikan pembinaan melalui spiritual saja lantaran tidak memiliki dana untuk program pembinaan ekonomi. Karena itu, dibutuhkan perhatian serius dari pemerintah daerah maupun Provinsi Aceh untuk melakukan pembinaan ekonomi bagi mualaf di Bumi Sada Kata.[]

BANDA ACEH – ‎Pemuda Dewan Dakwah Aceh (PDDA), mengkaji dan mendiskusikan isu wanita terkini yakni lesbian yang harus 'dihindari atau diayomi'. Acara digelar di Warung Jus Bang Khan, kawasan Rukoh, Syiah Kuala, Banda Aceh, Jumat (24/3/2017).‎ 

Kegiatan ini didasari terhadap keprihatinan mendalam, terkait isu moral dan sosial yang menjadi tugas masyarakat, pemerintah dan juga kita semua. Seperti yang disampaikan oleh pemateri ngobrol isu wanita terkini, Nurul Fahmi.

Nurul mengatakan, cara dan solusi terbaik dalam menanggulangi segala hal terkait isu amoral di masyarakat seperti lesbian, free sex (seks bebas), LGBT maupun kasus "penyakit sosial" lainnya, bisa disembuhkan dengan cara menuntun mereka ke arah yang benar. 

"Mereka yang lesbian maupun yang mendekati pada ciri-cirinya juga harus kita dekati. Sebagai umat muslim, kita jangan menjauhi mereka. Dekati mereka dengan cara mengayomi, menasihati serta menuntun ke arah yang lebih baik," ujarnya dalam diskusi tersebut.

Menasihatinya, sambung nurul, harus dengan lemah lembut dan jangan pernah memperlakukan mereka dengan kekerasan serta bertindak semena-mena. "Sehingga membuat hati mereka terluka, sehingga mereka pun tidak ingin berubah dan tetap kembali pada jalan dan pola hidup seperti itu," tambahnya.

Sementara itu, Ketua Bidang Kemuslimahan PDDA, Uswatun Hasanah mengatakan, tujuan kegiatan ini dilakukan adalah agar pemahaman dan kepekaan kita terhadap isu sosial terus digalakkan. 

"Sehingga bahasa dan efek yang ditimbulkan mudah dicegah. Apalagi, dengan kondisi masyarakat sekarang yang mudah disusupi dan dipengaruhi jika kita tidak memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT," kata Uswatun.

Sebagai seorang muslimah, lanjutnya, kita wajib membentengi diri kita dari hal yang mudharat dan segala hal yang tidak baik. "Maka, selain menjaga diri kita dari segala hal yang negatif mempengaruhi kehidupan kita, juga sebagai peran kita dalam menyiarkan kebaikan agar kehidupan masyarakat yang berada di lingkungan kita juga terhindar dari pengaruh yang kurang baik," tambahnya.

Pengurus Wilayah Pemuda Dewan Dakwah Aceh melalui bidang Pemberdayaan Ekonomi Pemuda menggelar seminar wirausaha, Sabtu sore (18/3) di Mesjid Markaz Dewan Dakwah Aceh di Gampong Rumpet, Kec. Krueng Barona Jaya, Aceh Besar. Seminar bertajuk DINAR (Diskusi Enterpreneur Pemuda Imajiner) itu diikuti oleh puluhan mahasiswa dan pemuda.

Ketua Bidang Pemberdayaan Ekonomi, Pemuda Dewan Dakwah Aceh, Akmal Iman mengatakan kegiatan ini merupakan program rutin yang dilaksanakannya pada setiap bulan. Tujuannya adalah untuk memotivasi dan melahirkan para pemuda pemudi Aceh yang fokus serta gemar untuk berwirausaha. Ia menambahkan pada setiap kegiatannya, panitia selalu menghadirkan para profesional muda yang telah berhasil di berbagai dunia usaha sebagai pematerinya.

“Program ini sangat bermanfaat bagi para pemuda dan mahasiswa Aceh yang ingin berwirausaha. Apalagi banyak mahasiswa setelah tamat kuliah langsung mencari lowongan pekerjaan. Sementara persaingan hidup semakin ketat dan lapangan pekerjaan sangat sulit. Maka dengan kita berwirausaha akan mengatasi beban pengangguran dan juga membantu pemerintah dalam mengurangi angka kemiskinan,” kata Akmal Iman yang juga Ketua Panitia Pelaksana, Minggu (19/3).

Sementara itu yang menjadi pemateri dalam seminar ini adalah praktisi bisnis profesional yang juga CEO D’Green Laundry, Munardi Nazwar. Adapun judul materinya adalah “teknik jitu dalam memulai usaha”. Karena berlatar belakang sebagai pengusaha laundry, iapun bercerita dan menguraikan kisahnya ketika membangun bisnis dan usahanya itu sejak awal hingga sekarang.

Pengusaha muda ini menjelaskan modal awal dalam berwirausaha adalah bagaimana kita mampu transparan dan dapat dipercaya dalam mengelola segala jenis usaha. Kemudian juga harus mampu meyakinkan investor (sumber modal) untuk membantu usaha yang sedang berjalan tersebut.

Ia menambahkan dalam mengelola sebuah usaha itu juga diperlukan keseriusan yang tinggi dan kosentrasi yang penuh. Serta di tunjang dengan tata kelola yang baik dan manajemen yang bagus. Dan yang terpenting adalah jangan cepat menyerah jika menemui kegagalan dan kebuntuan. Karena kegagalan dan kebuntuan tersebut akan mendidik kita untuk tetap istiqamah dalam suatu perjuangan. Dan tak ada keberhasilan tanpa perjuangan yang berat.

“Selain itu para konsumen (pembeli) pun harus kita jaga dengan baik. Komunikasi dengan mareka pun harus teratur dan bijaksana. Dengan demikian usaha yang sedang kita rintis tersebut secara perlahan akan menjelma menjadi usaha yang besar dan menjadi terkenal,” pungkas Munardi Nazwar. []

BEGITU TANDUSKAH NEGERI INI ?       
Oleh: Nazarullah S.Ag, M.Pd *

Indonesia dari dulu jadi rebutan negara-negara Eropa, Sehingga mereka "Meuseunoh" untuk menjajah negeri ini. Belanda menjajah Indonesia agar tidak terkesan radikal, Lewat mendirikan VOC merampas hasil alam Indonesia. Kenapa hasil alam yang diincar? Jawabannya, karena hasil alam Indonesia sangat menjanjikan keuntungan.

Bila hasil alam negeri ini membuat tergiur bangsa lain untuk menguasai Indonesia, kenapa saat Indonesia sudah merdeka dari penjajahan, bangsa ini tidak pernah menikmati kesejahteraan sampai dengan saat ini? Barangkali ini-lah misteri yang harus diungkapkan, agar menjadi terang benderang penyebab bangsa ini terpuruk sampai harus menjadi negara yang terutang dan terjajah.

Umar Bin Khattab pernah berkata: "Suatu negeri akan hancur jika pengkhianat jadi petinggi, dan kekayaan dikuasai oleh orang-orang yang fasik". Pertanyaannya, Apakah ungkapan Umar Bin Khattab itu sedang terjadi di NKRI yang kita cintai ini?

Buka mata lebar-lebar, Negera kita adalah negara yang kaya raya. Tapi penduduknya rela menjadi "Budak" (TKI) di Negeri orang demi sesuap nasi, Karena susahnya mencari lapangan kerja di Negeri sendiri. Penduduk Indonesia tidak-lah “bodoh-bodoh amat”, tapi Sumber Daya Alam diolah oleh bangsa lain. Sumber Daya Manusia sudah banyak yang dibentuk, tapi untuk berbuat sangat-lah terbatas.

Indonesia negara yang Aneh, kaya raya, tapi kebutuhan hari-hari harus di import dari negara lain. Kebutuhan pokok saja harus dipasok dari negara luar. Pertanyaannya, apakah begitu Tandusnya negeri Indonesia ini sehingga untuk kebutuhan makanan sehari-hari saja terpaksa didatangkan dari negara-negara tetangga ??

Tentulah jawabannya tidak, Indonesia bukan negara tandus. Indonesia adalah negara makmur dan Subur. Cuman penduduknya jadi miskin disebabkan oleh salah "Urus" negeri oleh orang-orang yang telah hilang hati nurani. Disaat bangsa kita butuh kerja, malah di PHK dan direkrut pekerja China. Inilah yang dimaksud sebagai pengkhianatan untuk anak-anak dari Ibu Pertiwi Indonesia. "Endatu" Bangsa Aceh pernah berkata tentang carut marutnya negeri ini, Bahwa:

Rakyat Deuk Troe.    
Neugara Ruyang Rayoe.        
Masyarakat Saket Asoe.        
Udep Lage Lam Lumpoe.

Negeri ini direbut oleh para pahlawan kita dari bangsa penjajah bertujuan untuk kesejahteraan penduduk negeri. Sehingga mereka rela "Menyumbang" Nyawanya demi kemerdekaan negara yang makmur dan kaya sumber alam ini. Tapi betapa sedihnya hati mereka jika mengetahui bahwa banyak pemimpin negeri ini yang telah berkhianat dan rela menjual tanah dan Sumber Daya Alam Indonesia demi kepentingan pribadi dan golongan.

Bukti nyata dari pengkhianatan itu salah satunya adalah dengan dibangunnya sejumlah Reklamasi untuk penduduk China yang nantinya akan menempati Bangunan tersebut, dan ironisnya, mengusir penduduk asli dari dari seputaran pantai itu hanya demi menyenangkan hati beberapa bangsa taipan sang penyandang dana.

Cukupkah sampai disitu? Jawabannya, belum. Saat bangunan reklamasi itu ditempati oleh orang-orang China nantinya, dan mereka dibekali dengan KTP Indonesia, maka siapa-pun suatu saat nanti dalam pemilihan Presiden atau Gubernur yang diusung mereka, pasti akan menang. Maka tamatlah riwayat negara Indonesia.      
Walahu A'lam…..

  • Penulis adalah Salah satu Calon Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Aceh

BANDA ACEH —Pengurus Wilayah Dewan Dakwah Aceh mengikuti acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat-Ahad (24-26/2/2017).

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Dewan Dakwah Pusat itu bertema “Mengawal Akidah, Merekat Ukhuwah, Menjaga NKRI” juga dirangkai dengan acara Haflah Tasyakur Setengah Abad Dewan Dakwah.

“Kegiatan ini dihadiri oleh Pengurus Dewan Dakwah Pusat, 32 Pengurus Wilayah Dewan Dakwah Provinsi seluruh Indonesia dan 270 Pengurus Daerah Dewan Dakwah Kab/Kota. Khusus untuk Aceh, Rakernas ini diikuti oleh 15 peserta yang terdiri dari Pengurus Wilayah Dewan Dakwah Aceh, Perwakilan Pemuda Dewan Dakwah Aceh, Pengurus Daerah Dewan Dakwah Kab. Pidie Jaya, Kab. Pidie dan Kab. Aceh Besar,” kata Sekjend Dewan Dakwah Aceh Said Azhar S Ag kepada wartawan di Banda Aceh, Senin (27/2).

Menurut Said Azhar, ada sejumlah kegiatan yang menjadi agenda utama dalam pelaksanaan Rakernas tersebut. Diantaranya penulisan buku, bedah buku dan seminar internasional dengan menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya seperti Prof Dr Yusril Ihza Mahendra, Prof Dr Syafii Antonio dan Prof Dr Bambang Sudibyo MBA CA.

Hasilkan Rumusan

Sementara itu Ketua Pemuda Dewan Dakwah Aceh Basri Effendi SH MKn menambahkan dalam Rakernas yang berlangsung hingga tengah malam tersebut telah menghasilkan sejumlah rumusan, dimana rumusan tersebut ditandatangani langsung oleh Ketua Umum Dewan Dakwah Pusat Drs Mohammad Siddik MA dan Sekretaris Umum Drs Avid Solihin MM.

“Rumusan tersebut selanjutnya akan menjadi acuan yang harus ditindaklanjuti oleh Pengurus Dewan Dakwah Pusat, Pengurus Wilayah Dewan Dakwah Provinsi dan Pengurus Daerah Dewan Dakwah di Kab/Kota dalam bersikap dan bertindak. Kita berharap ini akan menambah kinerja Dewan Dakwah ke arah yang semakin baik lagi dalam menghadapi tantangan yang semakin berat dan kompleks yang cenderung mengerus akidah dan nilai-nilai ajaran agama Islam,” ungkap Basri Effendi.

Basri Effendi merincikan sejumlah rumusan itu diantaranya adalah Dewan Dakwah harus turut aktif dalam menjalankan dakwah berkualitas. Dan orientasi dakwah harus diarahkan pada upaya membangun kembali semangat persatuan dan kesatuan ummat dan bangsa. Kemudian untuk mendukung pelaksanaan dakwah yang berkualitas, maka diperlukan pula kader-kader yang berkualitas.

“Untuk melahirkan kader-kader yang berkualitas tersebut, maka lembaga-lembaga pendidikan yang ada seperti Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir dan Akademi Dakwah Indonesia (ADI) harus ditingkatkan dan dikembangkan serta diperluas penyebarannya,” ujar Basri.

Ia menambahkan dalam rangka pelaksanaan dakwah dikalangan perempuan, anak-anak dan keluarga, Pengurus Dewan Dakwah diseluruh tingkatan harus menindaklanjutinya dengan membentuk Kepengurusan Muslimat. Kepada mareka diberi keleluasaan dalam menjalankan organisasi dan kegiatannya.

“Dan yang terkait dengan penyebaran dai, maka perlu diperluas dan dikembangkan baik jumlah maupun wilayah penempatannya dengan mengintegrasikan pengeloaan dai Dewan Dakwah Pusat yang ditempatkan di daerah-daerah kepada Pengurus Wilayah Dewan Dakwah Provinsi. Dengan demikian memudahkan dalam mengkoordinir dan melakukan pembinaanya,” tutup Basri Effendi. *

Pengurus Wilayah Dewan Dakwah Aceh bekerjasama dengan LAZIS Dewan Dakwah Pusat, Jakarta menggelar pelatihan kebencanaan di Komplek Markaz Dewan Dakwah Aceh di Gampong Rumpet, Kec. Krueng Barona Jaya, Aceh Besar Sabtu (21/01).

Kegiatan yang bertajuk “Madrasah Relawan Kemanusiaan” itu diikuti sekitar puluhan mahasiswa dan dibuka secara resmi oleh Direktur LAZIS Dewan Dakwah Pusat H Ade Salamun MSi. Turut dihadiri oleh Presiden Global Peace Mission (GPM) Malaysia, Mohd Halimi bin Abdul Hamid, Sekjend Dewan Dakwah Aceh Said Azhar S Ag, pengurus Dewan Dakwah Aceh dan para undangan lainnya.

Ade Salamun saat membuka kegiatan tersebut mengatakan sebagai daerah yang rawan akan bencana alam seperti gemapa bumi dan banjir, Aceh harus memiliki banyak relawan yang siap terjun setiap saat ke lapangan jika sewaktu-waktu bencana itu datang. Ditambah lagi dengan kondisi masyarakat kita yang kurang tanggap saat bencana terjadi. Maka disinilah peran utama dari para relawan yang harus dikedepankan.

“seperti saat terjadi gempa di Pijay beberapa waktu yang lalu. Relawan Dewan Dakwah dan juga para relawan lainnya langsung terjun ke lokasi gempa untuk memberikan pertolongan kepada para korban. Dengan demikian relawan kebencanaan harus mempunyai pengetahuan yang luas. Karena tugas utama relawan itu bukan hanya mengevakuasi para korban yang meninggal juga harus menolong korban yang selamat,” ungkap Ade.

Ia menambahkan para relawan juga harus mampu membangkitkan kembali kondisi masyarakat pasca bencana. Agar mareka tidak trauma dan akan menata kehidupannya lagi seperti sediakala.

Sementara itu Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh Dr Tgk Hasanuddin Yusuf Adan MCL MA, memberikan apresiasi dan menyambut baik atas pelaksanaan kegiatan ini. Pelatihan seperti ini sangat banyak manfaatnya untuk membantu masyarakat dan siapa saja terutama ketika terjadinya bencana.

“saling membantu antar sesama manusia walaupun berbeda suku, bangsa dan agama merupakan ajaran Islam. Dari itu kami berharap kepada para peserta untuk mengikuti pelatihan ini dengan serius demi kemaslahatan ummat manusia kedepannya. Pelatihan ini juga penting bagi para mahasiwa yang nantinya juga akan mengabdi kepada masyarakat,” tegas Tgk Hasanuddin.

Menurut panitia pelaksana Zulfikar Tijue SE, mareka menghadirkan dua instruktur terbaik untuk pelatihan tersebut, yaitu Hairul Anwar S.Kom I dari Jakarta dan Agung Gumelar ST dari Garut, Jawa Barat.

“Adapun materi pelatihannya meliputi teknik pemetaan, strategi perencanaan program dan metode pendampingan,” Tutup Zulfikar.[]

 

  

Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh

 

Dr. Tgk Hasanuddin Yusuf Adan, M.CL MA

(Hp. 08526018557

Pengurus Wilayah Dewan Dakwah Aceh bekerjasama dengan Lazis Dewan Dakwah Pusat, Jakarta menyelenggarakan aneka pelatihan wirausaha bagi seratusan mahasiswa dan pemuda yang dipusatkan di Komplek Markaz Dewan Dakwah Aceh di Gampong Rumpet, Kec. Krueng Barona Jaya, Aceh Besar, Selasa (17/1/2017).

Pelatihan yang berlangsung selama dua hari berturut-turut tersebut diantaranya pelatihan pengolahan tempe dan susu, pelatihan budi daya lele organik dan pelatihan pemasangan instalasi air bersih (air RO). Dan untuk masing-masing pelatihan diikuti oleh 40 peserta.

Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh Dr Tgk Hasanuddin Yusuf Adan MCL MA, dalam sambutannya mengatakan kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh minimnya lahan pekerjaan akan dapat diatasi salah satunya dengan berwirausaha. Pelatihan seperti yang dilaksanakan oleh Dewan Dakwah Aceh ini sangat banyak manfaatnya untuk membantu perekonomian masyarakat dan ummat.

Dosen Fak. Syariah dan Ekonomi Islam UIN Ar-Raniry ini menambahkan para mahasiswa dan pemuda juga dituntut untuk mempunyai skill yang mumpuni dalam menghadapi era globalisasi yang sudah berada di depan mata.

“Pelatihan ini akan bernilai tinggi dan bermanfaat dalam kehidupan kita. Dari itu kami berharap para peserta dapat bersungguh-sungguh dalam mengukutinya dan yang terpenting pasca pelatihan ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat. Dan kami juga berterima kasih kepada semua pihak atas prakarsa terlaksananya pelatihan ini,” ungkap Tgk Hasanuddin.

Sementara itu Pengurus Dewan Da’wah Pusat yang juga Kepala LPM STID Mohd. Natsir Ust Mohammad Firdaus M.Kom I saat membuka kegiatan tersebut mengatakan pelatihan serupa juga dilaksanakan di beberapa provinsi lain di seluruh Indonesia. Tujuannya adalah untuk memperbaiki dan menambah ekonomi dengan skill yang dimiliki.

“Kami berharap Markaz Dewan Dakwah Aceh ini dapat menjadi central pelatihan bagi pemuda dan mahasiswa untuk melahirkan wirausaha muda yang terampil dan beraklaq,” harap Ustd Firdaus.

Panitia pelaksana Afrizal Refo MA mengatakan para instruktur dalam pelatihan tersebut diantaranya Ust Mohammad Firdaus M.Kom I dari Riau dan Ust Sudarmin dari Kubu Raya, Kalbar.

“Kegiatan ini turut dihadiri oleh Manager Program Lazis Dewan Dakwah Pusat Agus Gumelar, Corpotare Fundraising Lazis Dewan Dakwah Pusat Khairul Anwar, Direktur Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Aceh Dr Muhammad AR M.Ed, pengurus Dewan Dakwah Aceh dan para undangan lainnya,” tutup Refo.

Partai Komunis Indonesia (PKI) awal sekali didirikan oleh seorang sosialis Belanda bernama Henk Sneevliet dan Sosialis Hindia Belanda lainnya pada bulan Mei 1914 yang dalam waktu lama berkantor pusat di Jakarta. PKI mempunyai organisasi-organisasi underbawnya seperti CGMI sebagai sayap Pelajar, pemuda Rakyat sebagai sayap pemuda, Gerwani sebagai sayap perempuan, SOBSI sebagai sayab buruh, BTI sebagi sayap petani. PKI juga memiliki warna khas yaitu warna merah dengan palu-arit sebagai lambangnya.

            Henk Sneevliet bersama teman-temannya membentuk tenaga kerja di pelabuhan pada tahun 1914, dengan nama: Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) dalam bahasa Inggeris disebut; Indies Social Democratic Association. ISDV pada dasarnya dibentuk oleh 85 anggota dari dua partai sosialis Belanda, SDAP dan Partai Sosialis Belanda yang kemudian menjadi SDP komunis, yang berada dalam kepemimpinan Hindia Belanda. Anggota ISDV memakrufkan pemikiran-pemikiran Marxis, atheis untuk mengedukasi orang-orang Indonesia mencari cara menentang kekuasaan penjajah

Pada Kongres ISDV di Semarang bulai Mei 1920, nama organisasi ini diubah menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (PKH). Semaun ditetapkan sebagai ketua partai dan Darsono sebagai wakil ketua. Sekretaris, bendahara, dan tiga dari lima anggota komite adalah orang Belanda. PKH menjadi partai komunis Asia pertama yang menjadi bagian dari Komunis Internasional. Pada Mei 1925, Komite Exec dari Komintern dalam rapat pleno memerintahkan komunis di Indonesia untuk membentuk sebuah front anti-imperialis bersatu dengan organisasi nasionalis non-komunis, tetapi unsur-unsur ekstremis didominasi oleh Alimin & Musso menyerukan revolusi untuk menggulingkan pemerintahan kolonial Belanda. Pada November 1926 PKI memimpin pemberontakan melawan pemerintahan kolonial di Jawa Barat dan Sumatera Barat. PKI mengumumkan terbentuknya sebuah republik. Namun usaha pemberontakan tersebut telah gagal dan pemerintah Belanda melarang  PKI. pada tahun 1927

Pada Februari 1948 PKI dan Partai Sosialis membentuk front bersama yang diberi nama Front Demokrasi Rakyat. Partai Sosialis kemudian bergabung dengan PKI. dan milisi Pesindo berada di bawah kendali PKI. Pada tanggal 11 Agustus 1948 Musso kembali ke Jakarta setelah dua belas tahun menuntut ilmu komunis di Uni Soviet. Pada 5 September 1948 Musso berpidato menganjurkan Indonesia berkiblat  ke Uni Soviet. Dengan kerja kerasnya kemudian Musso berhasil menggerakkan massa PKI untuk memberontak di Madiun Jawa Timur tahun 1948.

 

PEMBERONTAKAN PKI 1948

Pemberontakan PKI 1948 atau yang juga disebut Peristiwa Madiun adalah pemberontakan kaum komunis yang terjadi pada tanggal 18 September 1948 di kota Madiun. Pemberontakan ini dilakukan oleh anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan partai-partai kiri lainnya yang tergabung dalam organisasi bernama Front Demokrasi Rakyat" (FDR). Berawal dari kejatuhan kabinet RI yang dipimpin Amir Sjarifuddin dan digantikan oleh kabinet Muhammad Hatta, membuat Amir Sjarifuddin membentuk wadah baru dan mengumpulkan orang-orang yang berpaham kiri dan sekuler dalamnya dengan nama Front Demokrasi Rakyat" (FDR).

Musso sebagai tokoh PKI yang lama tinggal di Uni Soviet dalam sidang Politbiro PKI 13-14 Agustus 1948 mengusulkan sebuah jalan baru untuk Republik Indonesia karena menurutnya gerakan PKI sudah salah jalan dalam bergerak di Indonesia. Musso menghendaki satu partai kelas buruh dengan memakai nama yang bersejarah, yakni PKI. Untuk itu harus dilakukan fusi tiga partai yang beraliran Marxsisme-Leninisme, yaitu: PKI illegal, Partai Buruh Indonesia (PBI), dan Partai Sosialis Indonesia (PSI). PKI hasil fusi ini akan memimpin revolusi proletariat untuk mendirikan sebuah pemerintahan yang disebut "Komite Front Nasional".

Tanggal 18 September 1948, PKI/FDR menguasai Kota Madiun, Jawa Timur, dan mengumumkan berdirinya "Republik Soviet Indonesia". Keesokan harinya, PKI/FDR mengumumkan pembentukan pemerintahan baru. Di Pati, Jawa Tengah juga diduduki oleh PKI dan FDR. Pemberontakan ini menewaskan RM Suryo sebagai Gubernur Jawa Timur, dr. Moewardi yang pro-kemerdekaan, serta beberapa tokoh agama dan petugas kepolisian. Mengingat kondisi Madiun sudah sangat berbahaya maka kabinet Muhammad Hatta di Jakarta mengambil gerakan cepat untuk menghapus gerakan PKI tersebut. Pemerintah mengangkat Kolonel Sungkono sebagai gubernur militer untuk menumpas PKI. Yang dimulai pada tanggal 20 September 1948. Musso yang melarikan diri ke Sumoroto, sebelah barat Ponorogo. berhasil ditembak mati. Amir Sjarifuddin yang di tangkap di Grobogan, Jawa Tengah dijatuhi hukuman mati.

 

PEMBERONTAKAN PKI 1965

            Semenjak tahun 1950, PKI menggeliat kembali di Indonesia yang dipimpin oleh Dipa Nusantara Aidit (D.N.Aidit) yang memilih posisi sebagai partai nasionalis. Aidit dan kelompok muda lainnya seperti Sudisman, Lukman, Njoto dan Sakirman, menguasai pimpinan partai pada 1951. Di bawah kepemimpinan D.N.Aidit, PKI berkembang dengan sangat cepat, dari sekitar 3.000-5.000 anggota pada 1950, menjadi 165.000 pada 1954 dan sampai 1,5 juta pada 1959, sungguh merupakan sebuah perkembangan yang sangat cepat.

kongres PKI yang diadakan Agustus 1959 walaupun dicegah militer namun berhasil dan berjalan lancar karena mendapatkan dukungan Soekarno dan ia pula yang membukanya. Pada tahun 1960 Sukarno meluncurkan slogan Nasakom, singkatan dari Nasionalisme, Agama, Komunisme yang diwakili oleh PNI, NU, dan PKI. Dengan demikian peran PKI sebagai mitra junior dalam pemerintahan Sukarno resmi dilembagakan dan PKI semakin naik daun karena mendapatkan dukungan partai berbasis agama (NU) dan berbasis nasionalisme (PNI).

Perkembangan PKI yang mencapai 3 juta orang tahun 1965, PKI menjadi salah satu partai komunis terkuat di luar Uni Soviet dan RRT. PKI mempunyai massa dalam beberapa organisasi underbawnya seperti Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), Pemuda Rakjat, Gerwani, Barisan Tani Indonesia (BTI), Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) dan Himpunan Sardjana Indonesia (HSI). Menurut perkiraan seluruh anggota partai dan organisasi-organisasi yang berada di bawah payungnya mungkin mencapai seperlima dari seluruh rakyat Indonesia, jumlah tersebut menjadi modal kuat buat PKI untuk berusaha menguasai Indonesia.

Merasa diri sudah kuat maka pada malam 30 September dan 1 Oktober 1965, enam jenderal senior Indonesia dibunuh dan mayat mereka dibuang ke dalam sumur yang terkenal dengan nama Lubang Buaya. Pembunuh para jenderal mengumumkan keesokan harinya bahwa Dewan Revolusi baru telah merebut kekuasaan, yang menyebut diri mereka "Gerakan 30 September ("G30S"). Jenderal Suharto mengambil alih kepemimpinan tentara dan menyatakan kudeta tersebut gagal pada 2 Oktober esok harinya.

Menjelang terpilihnya Jokowi menjadi presiden RI,  mantan Aster Kasad Mayjen TNI Purn  Prijanto di Jakarta, Ahad (29/6/2014) mengatakan bahwa Komunisme sedang lakukan rekonsolidasi secara serius dan terencana di Indonesia. Lebih jauh, Prijanto mengatakan,  istilah petugas partai yang disampaikan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri kepada Jokowi juga dinilai modus komunisme. Sebab, istilah petugas partai mirip dengan pekerja partai yang pernah dikatakan tokoh PKI. D.N Aidit. Sekarang terjadi kolaborasi antara kader-kader komunis yang sudah menyusup di PDIP dengan kalangan Katolik yang memiliki ideologi ‘Theologi Pembebasan’ yang diadopsi dari Amerika Latin, dan bermuara lingkaran Jokowi. Maka, sekarang lingkaran Jokowi terus menggelindingkan dan menggelorakan tentang idiom atau kata ‘kerakyatan yang lazim digunakan PKI.

Dalam beberapa bulan terakhir ini pihak keturunan PKI dan aktivis HAM gencar menyebarkan issue bahwa negra RI sudah banyak membunuh anggota PKI dalam tahun 1948 dan tahun 1965 dan mereka menuntut pemerintah agar minta ma’af kepada keturunan korban. Selain itu lambang palu arit akhir-akhir ini kembali menjulang di kawasan-kawasan tertentu terutama sekali di Pulau Jawa. Ada orang menulis buku berjudul “Aku Bangga Menjadi anak PKI” (oleh Dr. Ribka Ciptaning), ramai kawula muda kini memakai kaos oblong berlambang palu arit (sebagai lambing PKI), ada pula muslim yang pakai kaos oblong bergambar Che Guevera (tokoh Komunis), dan sebagainya.

Apapun opini dan komentar serta pendapat orang tentang PKI, yang jelas PKI baik yang dipimpin Musso di Madiun maupun yang dipimpin D.N.Aidit di Jakarta telah banyak membunuh manusia. Mereka anti tuhan karena beraliran dan berpaham Marxisme, Atheisme, dan Leninisme, maka tidak layak lagi PKI eksis di bumi Indonesia yang konstitusinya mengesahkan enam agama bagi bangsanya (Islam, Hindu, Budha, Katholik, Protestan, dan Kong Hu Chu). Sementara Komunisme tidak memiliki agama, tidak bertuhan, dan suka kepada pembantaian terhadap orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka.

Oleh: Hasanuddin Yusuf Adan

(Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh & Dosen Siyasah pada fakultas Syari’ah & Hukum UIN Ar-Raniry)

Selain menyalurkan bantuan sembako, dropping air, Dewan Dakwah juga melaksanakan kegiatan trauma healing dengan mengajak anak-anak bermain, bercerita, mengadakan lomba dengan berbagai hadiah. kegiatan ini dihandle oleh relawan Dewan Dakwah dan Pelajar Islam Indonesia (PII),

Anak-anak di posko pengungsian saat antusias mengikuti kegiatan ini, dan mereka sejenak melupakan musibah yang baru beberapa hari kemarin terjadi.

Dalam waktu dekat Dewan Dakwah bekerja sama dengan Global Peace Malaysia (GPM) juga akan mengadakan kegiatan pengobatan keliling (mobile) dengan ambulans. Tim obat-obatan dan ambulans Dewan Dakwah diperkirakan hari Rabu (14/12) sampai di Pijay setelah menempuh perjalanan darat dari Jakarta selama 3 hari.

Tim ini akan dibantu oleh 4 orang dokter dari GPM Malaysia, dan diharapkan akan membantu korban gempa dan masyarakat pada umumnya yang memerlukan penanganan masalah kesehatan.. 

Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL., MA

oleh Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan,MCL., MA

            Negara Indonesia merupakan sebuah negara adonan dari sejumlah negara dan sejumlah bangsa di kepulauan Hindia yang dalam masa penjajahan Belanda disebut dengan Pemerintahan Hindia Belanda. Dari istilah Hindia Belanda ini kemudian ditarik nama baru oleh sejumlah ilmuan baik dalam maupun luar Indonesia dengan nama Indus (India) dan Nesus (pulau-pulau) dari bahasa Latin. Dari dua istilah itulah kemudian muncul nama Indonesia yang wilayahnya mencakupi jazirah dari Sabang sampai Marauke. Sesungguhnya Indonesia tidak mempunyai akar tunggal sebagai sebuah negara berdaulat sebelum dijajah oleh Belanda, yang ada hanya kerajaan-kerajaan di kepulauan nusantara seperti kerajan Aceh Darussalam, kerajaan Mojopahit, kerajaan Sriwijaya, kerajaan Ngurah Rai, kerajaan Kutai dan sebagainya.

            Kini Indonesia yang tidak berakar tunggal sudah berdiri selama 71 tahun lebih semenjak diumumkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam rentang waktu 71 tahun tersebut negara yang hari ini makruf dengan sebutan NKRI ini telah mengalami banyak pengalaman, baik yang terasa manis, asin, masam, pedas dan sebagainya. Pemberontakan DI/TII tahun 1949, pemberontakan PKI 1948 di Madiun dan PKI 1965 di Jakarta, dan gerakan massa dalam kasuus reformasi 1998 yang melengserkan Soeharto dari kursi presiden NKRI merupakan sebahagian pengalaman pedas, asin, dan masam untuk negeri ini.

            Selain itu masih banyak pengalaman lain baik dalam skala besar maupun kecil seperti kasus pembajakan pesawat oleh Imran, kasus pembantaian Amir Biki di Tanjung Priuk, kasus peristiwa Malari, kasus serbuan terhadap Ahmadiyah Qadiani, syi’ah LDII, dan yang terakhir adalah kasus penodaan agama Islam oleh Basuki Tjahya Purnama (Ahok) sebagai gubernur DKI. Kasus terakhir ini membangunkan MUI untuk mengeluarkan fatwa yang disebutnya rekomendasi bahwa itu termasuk dalam kategori penistaan agama yang dalam Undang-undang No. 1 PNPS Tahun 1945 diancam maksimal lima tahun penjara. Efek dari penistaan agama Islam oleh seorang ummat Kristiani tersebut memeriahkan ibukota Jakarta dengan demo santun 4 November 2016 yang dislogani dengan 411 dan demo super damai 2 Desember 2012 yang dipopulerkan dengan sebutan 212. Yang menjadi sebuah keanehan di sini adalah ketika para ulama, para intelektual, para cucu pendiri negeri ini datang beramai-ramai dengan muslihat dan santun ingin menasehati presiden di istana negara, ternyata presiden mengelak, keluar dari istana dengan alasan yang diada-adakan dan tidak mau berjumpa dalam kasus 411. Sebaliknya ia bersama wakil presiden dan sejumlah menterinya datang bergabung, mendengar Habib Riziq berkhuthbah dan shalat jum’at bersama di Monas dalam kasus 212.

 

KASUS ALMAIDAH 51 DAN DEMO MASSA

            Hari Jum’at 4 November 2016 lebih kurang 2 juta representatif muslim se Indonesia berkumpul di masjid Istiqlal dengan rencana selepas Jum’at berdemo santun untuk memberi nasehat kepada presiden Joko Widodo di istana negara Jakarta. Inti nasehat yang mau disampaikan oleh representatif muslim tersebut adalah agar presiden menghormati dan  menjalankan fatwa MUI tentang penodaan agama oleh gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahya Purnama (Ahok). Ucapan penodaan tersebut terkait dengan pelecehan Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 51, bunyinya lebih kurang sebagai berikut: “jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil bapak itu nggak bisa pilih saya, ya kan. Dibohongin pakai surah Al-Maidah 51 macem macem ini. Itu hak bapak ibu. Jadi bapak ibu perasaan nggak bisa pilih nih karena saya takut masuk neraka, dibohongi gitu ya”.

            Efek dari ucapan Ahok tersebut membuat MUI sebagai lembaga yang berhak memberikan dan menetapkan fatwa di Indonesia berijmak dan menetapkan fatwa bahwa Ahok sudah bersalah dan berhak mendapatkan hukuman. Namun demikian oleh penegak hukum di Indonesia tidak merespon dan tidak menjalankan fatwa MUI tersebut, itulah yang menyebabkan representatif muslim seluruh Indonesia berdemo dengan tujuan mau memberikan nasehat kepada presiden Joko Widodo. Demo yang menghadirkan lebih kurang dua juta ummat Islam dari berbagai kalangan dan berbagai wilayah di seluruh Indonesia itu menjadi sesuatu yang luar biasa karena berjalan santun, muslihat, aman, dan damai, belum pernah terjadi sebelumnya di negeri ini. Lebih hebat lagi ketika demo super damai yang menghadirkan tidak kurang dari tiga juta muslim se Indonesia dalam kasus 212.

            Fatwa MUI bertanggal 11 Oktober 2016 tersebut ditandatangani langsung oleh DR. KH. MA’RUF AMIN sebagai Ketua Umum dan DR. H. ANWAR ABBAS, MM, MAg, sebagai Sekretaris Jenderal.  Lima poin fatwa yang dalam ketetapan MUI disebut rekomendasi itu adalah:                                

1. Pemerintah dan masyarakat wajib menjaga harmoni kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

 2. Pemerintah wajib mencegah setiap penodaan dan penistaan Al-Quran dan agama Islam dengan tidak melakukan pembiaran atas perbuatan tersebut.

3. Aparat penegak hukum wajib menindak tegas setiap orang yang melakukan penodaan dan penistaan Al-Quran dan ajaran agama Islam serta penghinaan terhadap ulama dan umat Islam sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Aparat penegak hukum diminta proaktif melakukan penegakan hukum secara tegas, cepat, proporsional, dan professional dengan memperhatikan rasa keadilan masyarakat, agar masyarakat memiliki kepercayaan terhadap penegakan hukum.

5. Masyarakat diminta untuk tetap tenang dan tidak melakukan aksi main hakim sendiri serta menyerahkan penanganannya kepada aparat penegak hukum, di samping tetap mengawasi aktivitas penistaan agama dan melaporkan kepada yang berwenang.

 

MENOLAK NASEHAT RAKYATNYA

            Seorang presiden yang dipilih oleh rakyat semacam Joko Widodo adalah sepenuhnya menjadi presiden rakyat, terlepas banyak rakyat yang tidak memilih dia karena memilih rifalnya Prabowo Subianto dalam pemilu dahulu. Tetapi ketika ia menjadi presiden RI bermakna dia menjadi presiden seluruh rakyat Indonesia, bukan lagi calon presiden yang didukung oleh rakyat ini dan rakyat itu, demikianlah rumus dan fungsi kedudukan seorang presiden dalam sesuatu negara. Akan halnya dengan Joko Widodo, ketika dua juta rakyatnya terutama sekali dari kalangan ulama dan intelektual mau berjumpa dengannya untuk memberi nasehat kepadanya malah ia keluar dari istana presiden, tidak mau berjumpa, dan berdalih memeriksa proyek di Air port Soekarno Hatta Cengkareng. Itu merupakan sebuah kesalahan besar yang sudah dilakukan seorang presiden semacam Joko Widodo. Sebaliknya, dalam kasus 212 malah ia ikut bergabung tanpa tujuan yang jelas dengan para demonstran super damai di Monas.

            Dalam Islam dan untuk masyarakat Islam, Rasulullah SAW telah bersabda: “Agama adalah nasehat”, para shahabat bertanya: “untuk siapa?” Beliau bersabda: “Untuk Allah, kitabNya, RasulNya, untuk pemimpin kaum muslimin, dan rakyatnya”. (riwayat Bukhari dan Muslim). Dalam kaitannya dengan hadis tersebut, Rasulullah SAW dengan mudah menerima nasehat Abubakar Ash-Shiddiq ketika tiba di gua Tsur, tatkala itu Abubakar berucap: Ya Rasulullah, bersabarlah, biar saya dahulu yang memasuki gua Tsur, nanti belakangan baru Nabi masuk. Nabi tidak membantah nasehat Abubakart tersebut. Dalam kasus lain ketika Abbas pamannya Nabi tau nabi mau berjumpa dengan sejumlah orang Yatsrib di bukit ‘Aqabah untuk menerima bai’at mereka, lalu Abbas menasehati Nabi agar jangan pergi sendiri karena takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan, maka nabi mendengarnya. Akhirnya Abbas menemani Nabi pada tengah malam tersebut.

            Dalam kesempatan lain ketika terjadi perang Ahzab dan posisi muslimin sangat terjepit, shahabat Nabi Salman Al-Farisi menasehati beliau untuk menggali parit sebagai tempat berlindung dari serbuan musush yang lengkap dengan persenjataannya, lalu Nabi menerimanya dengan senang hati yang kemudian perang yang juga disebut perang Khandaq tersebut dimenangi pasukan muslimin. Masih banyak lagi kasus-kasus serupa yang berkaitan dengan Nabi menerima nasehat rakyatnya dalam sejarah Islam, demikian juga dengan para Khulafaurrasyidin sebagai generasi pertama penerus risalah Nabi.

            Kalau nabi begitu mudah menerima nasehat daripada rakyatnya untuk kemenangan Islam dan kesejahteraan ummat Islam, maka apalah arti seorang Joko Widodo yang jauh sekali bandingannya dengan Nabi berani menolak nasehat para ulama di negeri yang dimerdekakan oleh ummat Islam ini. Sungguh merupakan suatu pelanggaran besar terhadap hakikat kemerdekaan Indonesia yang dilakukan seorang Joko Widodo. Tidakkah ia ketahui kalau tidak ada perjuangan para ulama muslim dan ummat Islam dalam berjihad melawan penjajah Belanda dahulu seorang Joko Widodo tidak akan mendapatkan kursi presiden di Indonesia hari ini? Tidakkah ia ketahui bahwa membela orang kafir dalam kehidupan beragama Islam merupakan perbuatan memasukkah gol ke gawang sendiri yang dilarang dan dibenci Allah? Atau model pemerintahan Hindia Belanda mau diwujudkan kembaili oleh seorang Jokowi di Indonesia hari ini, yakni sebagaimana digambarkan Aqib Suminto dalam bukunya: Politik Islam Hindia Belanda halaman 4 berikut ini: “dalam rangka menghadapi Islam di Indonesia, pemerintah Hindia Belanda bekerjasama dengan para kepala adat dan menggunakan lembaga adat untuk membendung pengaruh Islam di kepulauan nusantara. Kalau pemerintahan pimpinan Jokowi hari ini sudah memasang strategi yang pernah dilakukan pemerintah Hindia Belanda maka perlu diingat bahwa Indonesia merupakan negara tanpa akar tunggal, ia akan mudah rebah ketika dihembus angin dan akan memungkinkan tercabut dari tanah ketika dibantai puting beliung. Berhati-hatilah wahai pencinta NKRI.

(Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh & Dosen Politik Islam Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh) diadanna@yahoo.com/085260185571