Oleh: Al-Faqir Syabuddin Gade (Guru Besar UIN ar-Raniry)
Alhamdulillah, pada hari yang mulia ini kita masih diberikan kesempatan hidup oleh Allah. Karena itu, janganlah kita sia-siakan waktu untuk terus berusaha meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Allah. Hanya dengan ketaqwaan terbaik akan meningkatkan kemuliaan kita di sisi Allah dan dengan kemuliaan itu, nikmat dan rahmat Allah akan semakin melimpah ruah atas diri kita baik di dunia maupun di akhirat kelak. Bukankah kita masuk syurga dan berjumpa dengan Allah karena rahmat-Nya?
Dalam rangka meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Allah, marilah kita merenungi kembali ucapan Rasulullah SAW dalam dua hadis berikut:
1. Rasulullah SAW bersaba:
كل بني أدم خطاءون وخير الخطائين التوابون (رواه الترمذي)
Artinya: Setiap bani Adam berbuat salah dan sebaik-baik orang berbuat salah adalah orang-orang bertaubat (H.R. At-Tarmizi)
2. Rasulullah SAW bersabda:
إن العبد إذا أخطأ خطيئة نكتت في قلبه نكتة سوداء فإن هو نزع واستغفر وتاب صقل قلبه وإن عاد زيد فيها وهو الران الذي ذكر الله؛ كلا بل ران على قلوبهم بما كانوا يكسبون (المطففين؛ ١٤)
Hadis pertama menggambarkan bahwa semua anak cucu Adam bisa saja berbuat kesalahan (berdosa). Hanya para Nabi dan Rasul yang terbebas dari dosa, karena mereja senantiasa dijaga diawasi oleh Allah. Hadis ini juga menjelaskan bahwa sebaik-baik orang berdosa adalah orang-orang bertaubat. Jadi, meskipun bani adam ini tidak luput dari dosa, toh masih bisa menjadi orang baik kalau merka mau bertaubat kepada Allah.
Adapun hadis kedua menggambarkan konsekuensi Bani Adam yang berbuat kesalahan atau dosa, antara lain;
a. Orang berbuat satu kesalah atau dosa akan timbul satu noda hitam dalam hatinya. Kalaulah seseorang setiap hari melakukan satu kesalahan, maka bisa dibayangkan betapa hitamnya hati orang–orang yang bergelimang dosa sepanjang hidupnya.
b. Noda hitam pekat berupa dosa yang menimpa hati seseorang hanya dapat dibersihkan dengan cara; naza’ (ia mencabut diri dari perbuatan dosa), beristighfar (minta ampun pada Allah) dan taba (bertaubat kepada Allah). Nah, kalau ia melakukan tiga hal ini, niscaya hati mereka akan bersih dari noda hitam itu. Maksudnya, Allah akan membersihakan hati mereka dari dosa.
c. Tetapi, kalaulah manusia pendosa itu, kembali lagi berbuat kesalahan, maka mereka akan semakin terjerumus dalam dosa hingga noda hitam itu akan semakin menutupi hati mereka. Kondisi seperti ini persis seperti apa yang digambarkan Allah tentang makna “ar-rana” dalam surah al-Muthaffifin, ayat: 14, yang artinya: “Sekali-kali tidak, bahkan hati mereka tertutup dengan apa yang mereka usahakan”.
ar-rana atau ar-raina dalam ayat di atas diartikan dengan “al-hijaab al-katsiif al-maani’ li al-qalbi ‘an ru’yati al-haqqi wa al-inqiyadu lahu (hijab tebal yang menghalangi hati melihat dan kecendrungan pada kebenaran).
Karena itu, Islam memerintahkan kita untuk segera bertaubat dengan sungguh-sungguh. Tidak membiarkan dosa menumpuk, meskipun itu hanya dosa kecil. Sebab, sekecil apapun dosa kita kalau sudah menumpuk, maka akan membinasakan kita. Rasulullah SAW bersabda:
إياكم ومتحقرات الذنوب فإنهن يجتمعن على الرجل يهلكنه (رواه أحمد).
Hindarilah dosa-dosa kecil, sebab dosa-dosa kecil yang bertumpuk pada seseorang akan mencelakakannya (H.R. Ahmad).
Keharusan segera bertaubat dapat dipahami dari firman Allah;
إنما التوبة على الله للذين يعملون السوء بجهالة ويتوبون من قريب وكان الله عزيزا حكيما.
Allah sangat senang pada hamba-Nya yang segera bertaubat atas segala dosa mereka sebagaimana digambarkan hadis berikut:
لله أشد فرحا بتوبة عبده…
Allah sangat gembira dengan hamba-Nya yang bertaubat.
Kegembiraan Allah tentu akan membawa pengampunan dari-Nya terhadap dosa hamba. Bahkan, dalam satu riwayat disebutkan bahwa “Selama seorang hamba berharap ampunan dari Allah, nisacaya Allah akan mengampuni dosa hamba-Nya, Allah tak perduli walau seberapa besar dosa hamba-Nya itu”.
Jadi, intinya kita selaku hamba Allah yang tidak luput dari dosa perlu segera memutuskan hubungan dengan kejahatan atau kesalahan, memohon ampun dari Allah dan bertaubat kepada-Nya sesegera mungkin sebelum ajal tiba.
Betapa tidak, Rasulullah saw saja sebagai insan suci setiap hari 100 kali bertaubat kepada Allah. Hal ini sesuai dengan sabdanya;
ياأيها الناس توبوا إلى الله فإني أتوب في اليوم إليه مائة مرة.
Wahai manusia taubatlah kalian kepada Allah, sesungguhnya aku setiap hari 100 kali bertaubat kepada Allah.
Nah, kita ini siapa? Rasul bukan, Nabi bukan, sahabat bukan, tabi’in bukan, tabi’ tabi’in bukan dan ulama pun bukan. Kita ini hanya hamba Allah yang dhaif hampir dalam semua sisi. Karenanya, sekali lagi mari kita bertaubat kepada Allah sehingga kualitas ketaqwaan kita pun akan meningkat. Jika kualitas ketaqwaan semakin meningkat maka akan semakin mulialah kita di sisi Allah. Jika kita kita sudah dimuliakan Allah, maka apapun fasilitas kenikmatan duniawi dan ukhrawi pasti akan Allah curahkan kepada kita. Wa Allahu a’lam.
(Intisari Khutbah Jum’at di Mesjid Baitul ‘Alam, Kuta Alam, Banda Aceh, Tgl. 13 Juni 2025)