Archive for category: Semua Katagori

semua katagori di bawah ini

Laznas Dewan Dakwah Pusat bersama Dewan Dakwah Provinsi Aceh dan Dewan Dakwah Kab. Nagan Raya salurkan bantuan 750 paket sembako untuk masyarakat terdampak banjir luapan Sungai Tripa di desa-desa terdampak di Kecamatan Tripa Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Aceh, pada Sabtu-Minggu (20-21 Mei 2023).

Sebanyak 750 paket sembako berisi beras, minyak goreng, tepung, gula, susu kental manis, teh, hingga mie instan didistribusikan untuk warga di desa-desa terdampak di Kecamatan Tripa Makmur, seperti desa Gampong Ujung Krueng hingga Gampong Drien Tujoh. Aksi ini pun mendapat apresiasi, baik dari pemerintah desa maupun kabupaten.

“Terkait banjir ini, atas nama pemerintah, terima kasih banyak atas perhatian dan bantuannya dari donatur Laznas Dewan Dakwah. Pastinya ini bisa meringankan beban mereka hingga pulih,” kata Alfiandi, Sekdis BPPD, Kabupaten Nagan Raya.

“Terima kasih banyak atas bantuan yang luar biasa ini. Kami benar-benar senang masyarakat kami hampir semua mendapat komposisi bantuan banyak. Baru kali ini banyak quantity dan isinya,” kata Tengku Dahlan, kata Kepala Desa Yee PK.

Menurut Tengku Dahlan, banjir sudah ada sejak tahun 1990-an, bahkan ketinggiannya pernah mencapai 1,5 meter dan menggenang lebih dari satu pekan. Namun seiring waktu, banyak perbaikan irigasi dan sanitasi yang dilakukan dengan membuat parit-parit yang dialirkan ke laut, sehingga banjir mulai mereda. Dua-tiga hari air jadi bisa surut.

Meski demikian, akibat intensitas hujan yang lama pada Bulan Mei 2023 ini, Sungai Tripa meluap dan mengakibatkan banjir kembali terjadi di 24 Desa di Kabupaten Nagan Raya. Sebagian warga mengungsi dan sebagian tetap tinggal di rumah bila rumah mereka panggung.

Oleh karena itu, Laznas Dewan Dakwah merespon kejadian banjir ini dengan memberikan bantuan 750 paket sembako kepada warga terdampak. Masyarakat antusias dan begitu senang dengan kehadiran tim Laznas Dewan Dakwah.

“Alhamdulillah, masyarakat menyambut dengan antusias bantuan ini. Kondisi topografi kabupaten dekat dengan sungai dan ini menjadi langganan (banjir) 1-2 kali setiap tahunnya. Harapan pemerintah kabupaten dan Dewan Dakwah berkolaborasi untuk pembinaan dari segi sosial maupun ruhiyahnya,” pungkas Alfiandi.


Oleh Afrizal Refo, MA

Layanan perbankan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mengalami gangguan sejak Senin (8/5), dan saat ini nasabah sudah bisa kembali mengakses layanan perbankan BSI.

Jejaring sosial pun diramaikan sejumlah nasabah yang mengeluhkan lamanya gangguan karena tidak bisa menarik uang. Adanya gangguan layanan, disinyalir karena adanya serangan siber.

Dampak dari gangguan tersebut munculah permasalahan di tengah masyarakat, khususnya para nasabah BSI hingga memunculkan keinginan dari DPR Aceh untuk merevisi Qanun nomor 11 tahun 2018 tentang LKS dengan tujuan menghadirkan kembali bank konvensional di Aceh.

Baru-baru ini keluar pernyataan dari ketua DPR Aceh, Saiful Bahri yang menyatakan akan merevisi kembali qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang berlaku di Aceh akibat BSI Error menurutnya.

Sekjen Dewan Da’wah Kota Langsa, Afrizal Refo, MA menyampaikan bahwa statement yang disebutkan oleh Saiful Bahri (Pon Yahya) itu tidak berdasar dan tidak bisa menjadi acuan, dikarenakan di Aceh masih ada Bank Aceh Syariah dan Bank Syariah lainnya yang masih bisa digunakan sebagian besar Masyarakat Aceh di seluruh Aceh. Seharusnya sebagai pimpinan DPRA mendukung Qanun LKS yang berlaku di Aceh yang berlaku syariat Islam di Aceh, tegas Refo.

Pernyataan yang disebutkan itu sangat disayangkan dan bahkan memalukan bagi rakyat Aceh sendiri oleh wakil rakyat yang tidak paham tentang pentingnya qanun LKS yang berlaku di Aceh. Anda itu wakil rakyat Aceh jangan karena pernyataan tersebut membuat masyarakat resah karena sejak diberlakukan qanun LKS di Aceh maka peluang riba di Aceh tertutupi juga para rentenir yang tidak bisa berbuat apa-apa di Aceh.

Sekjen Dewan Da’wah Kota Langsa Afrizal Refo, MA juga mengecam atas pernyataan oleh ketua DPRA Saiful Bahri, dia harus segera mencabut pernyataannya itu dan meminta maaf kepada seluruh rakyat Aceh.
Karena pernyataan tersebut mengundang polemik baik dari dalam maupun luar Aceh, tegas Refo.

Alhamdulillah sudah 4 tahun qanun LKS di Aceh sudah diterapkan dan lembaga keuangan yang konvensional berubah menjadi syariah dan juga Lembaga non keuangan seperti asuransi, koperasi berubah menjadi syariah dan sangat berdampak positif bagi masyarakat Aceh.

Oleh karena itu refo mengajak setiap masyarakat Aceh jangan terkecoh dengan isu yang berkembang untuk mengembalikan sistem konvensional itu kembali ke Aceh dan rakyat Aceh harus sama-sama mendukung terus agar tetap berlakunya Qanun LKS di Aceh dan menolak keras jika ada yang berupaya untuk mengembalikan sistem yang ribawi, tutupnya.

Penulis: Sekretaris Dewan Da’wah Kota Langsa


Oleh : Afrizal Refo, MA

Bulan Ramadhan telah berlalu, tetapi semangat ibadah di bulan Ramadhan setidaknya dapat kita pertahankan dan kita tingkatkan di bulan Syawal ini.

Dalam kalender Hijriah, urutan setelah bulan Ramadhan adalah bulan Syawal. Secara hakiki, kita tidak bisa terus berada dalam bulan Ramadhan yang penuh rahmat dan maghfirah Allah. Oleh karena itu, kita diharapkan bisa terus meningkatkan kualitas ibadah kita di bulan-bulan setelahnya yang salah satunya adalah bulan Syawal.

Bulan Syawal adalah bulan peningkatan, dimana seorang hamba berlomba-lomba untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Sang Pencipta. Berbagai amalan yang dianjurkan untuk dilakukan di bulan Syawal guna mengadakan peningkatan kualitas dan iman. Di antaranya adalah shalat Idul Fitri, silaturahmi, sedekah dan menikah.

Perkataan “Syawal” berasal dari kata Arab, yaitu syala yang berarti irtafa’a, naik atau meninggi. Orang Arab biasa berkata, syala al-mizan (naik timbangan), idza irtafa’a (apabila ia telah meninggi).

Lalu, yang menjadi pertanyaan, mengapa bulan setelah Ramadhan itu dinamai Syawal, bulan yang naik atau meninggi atau meningkat? Ada dua alasan yang dapat diutarakan, yaitu:

Pertama, karena derajat kaum Muslim meningkat di mata Allah. Hal ini disebabkan mereka mendapat pengampunan (maghfirah) dari Allah setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan. Sebagaimana sabda Rasulullah,“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan tulus kepada Allah, maka dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah.” Ampunan Allah tersebut, dapat diibaratkan seperti bayi yang baru lahir yang bersih dari segala dosa.

Kedua, karena secara moral dan spiritual, kaum Muslim harus mempertahankan dan meningkatkan nilai-nilai amaliah Ramadhan pada bulan ini dan bulan-bulan berikutnya hingga datang Ramadhan tahun depan.

Secara etimologi, arti kata syawal adalah peningkatan. Hal itu merupakan target ibadah puasa. Pasca-Ramadan diharapkan orang-orang yang beriman meraih derajat ketakwaan, seorang Muslim yang terlahir kembali seperti kertas yang masih bersih, sehingga di bulan Syawal ini kualitas keimanannya mengalami peningkatan. Tidak hanya kualitas ibadah, tetapi juga kualitas pribadinya, yang selama di bulan Ramadhan dilatih secara lahir batin.

Makna dan semangat peningkatan amal ini dapat dilihat dari perintah puasa di bulan ini, walaupun hukumnya sunah, tetapi sangat dianjurkan (sunnah muakkad). Setelah berlebaran pada 1 Syawal, kaum Muslim dianjurkan agar berpuasa dalam bulan Syawal selama enam hari, tidak mesti berturut-turut. Sebab, puasa tersebut amat besar pahalanya. Rasulullah bersabda,”Barang siapa berpuasa di bulan Ramadan lalu berpuasa lagi enam hari di bulan Syawal, maka ia seolah-olah berpuasa selama satu tahun.”

Kenapa puasa Syawal bisa dinilai berpuasa setahun? Mari kita lihat pada hadits Tsauban berikut ini:
“Dari Tsauban, bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa berpuasa enam hari di bulan Syawal setelah Idul Fithri, maka ia telah menyempurnakan puasa setahun penuh. Karena siapa saja yang melakukan kebaikan, maka akan dibalas sepuluh kebaikan semisal.” (HR. Ibnu Majah)

Namun tidak demikian yang terjadi di masyarakat kita, fenomena yang terjadi justru sebaliknya. Syawal, seakan-akan bulan yang ditunggu-tunggu agar terlepas dari belenggu dan bebas melakukan kegiatan apa saja seperti sedia kala. Indikatornya yang sangat jelas, antara lain adanya perayaan Idul Fitri dengan pesta atau dengan kegiatan yang bertentangan dengan nilai-nilai ke-Islam-an, pacaran bagi kawula muda kian hari makin meningkat dan membudaya, judi online makin bertebaran dimana-mana dan Kemaksiatan seperti itu justru langsung ramai sejak hari pertama bulan Syawal. Na’udzubillah! Lalu setelah itu, masjid-masjid akan kembali sepi dari jamaah shalat lima waktu. Lantunan ayat suci Alquran juga tidak lagi terdengar. Yang ada justru umpatan, ghibah, dan kemarahan kembali membudaya. Bukankah ini seperti mengotori kain putih yang tadinya telah dicuci dengan bersih kembali penuh noda?

Dengan demikian, Idul Fitri dan Syawal sesungguhnya mengandung semangat peningkatan ibadah dan amal saleh. Oleh sebab itu, sayang rasanya apabila di antara kaum Muslim pasca-Ramadhan, malah kembali melakukan dosa-dosa dan berpaling dari petunjuk Allah. Memang, pada dasarnya manusia tidak bisa lepas dari berbuat salah dan dosa. Tetapi, hendaknya kita berdoa memohon petunjuk kepada Allah untuk tidak kembali lagi ke dosa yang pernah kita lakukan maupun dosa lainnya dan berusaha meminimalkannya agar tidak larut dalam hal tersebut. Begitu pula, kesucian diri kita harus dijaga dan dipelihara sepanjang waktu, sesuai dengan prinsip istiqomah yang diajarkan oleh Islam.

Sikap istiqomah dalam beribadah dan berbuat baik harus kita jaga sampai malaikat maut mencabut nyawa kita. Semakin hari, seharusnya kita semakin giat lagi dalam beribadah dan mendekatkan diri pada Allah SWT, karena usia kita tidak ada yang mengetahui, kecuali Allah SWT. Wallahu a’lam bisshawab.

Penulis adalah Dosen PAI IAIN Langsa dan Sekretaris Dewan Da’wah Kota Langsa


Oleh: Afrizal Refo, MA

Umat muslim di seluruh dunia saat ini sudah memasuki 10 Akhir di bulan Suci Ramadhan. Ada peristiwa penting di 10 Akhir Bulan Ramadhan yaitu Lailatul Qadar. Kita sebagai umat muslim tentu berharap mendapatkan atau berjumpa dengan malam lailatul qadar yang hanya datang pada bulan suci Ramadhan.

Lantas mengapa malam lailatul qadar begitu didambakan?

Malam Lailatul Qadar sangat didambakan umat Islam di bulan Ramadhan, keistimewaan malam ini dikabarkan oleh Al-Qur’an lebih baik daripada seribu bulan. Seorang muslim yang melaksanakan ibadah pada malam lailatul qadar tersebut dianggap telah mengerjakan Ibadah selama seribu bulan yakni sekitar 83 atau 84 tahun.
Untuk menyambut malam Lailatul Qadar, umat muslim tentunya perlu memahami kriteria waktu, tanda-tanda, cara mendapatkannya hingga keutamaan malam Lailatul Qadar itu sendiri.

Malam lailatul Qadar sangat istimewa hingga Allah SWT, menurunkan surat Al-Qadr untuk memuji kemuliaan malam ini.

إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٞ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرٖ تَنَزَّلُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ بِإِذۡنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمۡرٖ سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. al-Qadr : 1–5).

Keagungan malam Lailatul Qadar juga disampaikan melalui hadits Rasulullah SAW, dimana beliau menyuruh para sahabat untuk mencari malam Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.

Waktu Malam Lailatul Qadar

Tidak ada yang tahu pasti kapan kedatangan malam Lailatul Qadar. Jadi mengapa Lailatul Qadar itu dirahasiakan kapan waktunya? Lailatul Qadar memang seakan seperti misteri yang datang pada seorang muslim. Namun, hal yang pasti diyakini soal waktu kedatangan Lailatul Qadar yakni, Lailatul Qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir pada malam-malam ganjil di bulan Ramadan sesuai sabda Rasulullah SAW.

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya: “Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan.” (HR Bukhari)

Tanda-tanda Malam Lailatul Qadar

Beberapa tandanya adalah sebagai berikut.
1. Matahari Pagi Berwarna Putih
Melalui Ubay bin Ka’ab, ia menyampaikan,

هي اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بَهَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعِ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لَا شُعَاعَ لَهَا

Artinya: “Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadan). Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru.” (HR Muslim)

2. Cuaca yang tenang dan Nyaman
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda yaitu,

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةُ سَمْحَةُ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَّمْسُ صَبِيحَتُهَا ضَعِيفَةً حَمْرَاء

Artinya: “Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.” (HR Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)

Dengan melihat tanda-tanda di atas maka tidak perlu mencari-cari tanda Lailatul Qadar, hal ini dikarenakan kebanyakan tanda yang ada muncul setelah malam itu terjadi. Hal yang harus kita persiapkan adalah untuk memperbanyak ibadah di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan, Insyaallah kita akan mendapati malam penuh kemuliaan tersebut.

Cara mendapatkan malam lailatul qadar

Tak satupun manusia yang mampu memprediksi secara tepat dan memastikan kapan malam lailatul qadar datang. Karena begitu mulia dan agungnya malam lailatul qadar sehingga tidak terjangkau oleh nalar manusia.

Di dalam Qur’an Surat Al-Qadr ayat 2 dijelaskan, wama adraka ma lailatul qadar (dan tahukah kamu malam lailatul qadar itu?). Wahyu Allah SWT tersebut ingin menegaskan bahwa betapa mulianya malam lailatul qadar.

Meski tak dapat diprediksi umat muslim dapat mempersiapkan diri untuk bertemu dengan malam lailatul qadar. Caranya dengan mempersiapkan sejak awal Ramadhan datang dengan memperbaiki ibadah. Berikut dua cara mempersiapkan diri untuk mendapatkan malam lailatul qadar.

Pertama, melakukan kebaikan karena pada malam lailatul qadar Malaikat turun (QS Al-Qadr: 4). Ketika Malaikat turun dan mengunjungi seseorang, Malaikat senang dengan kebaikan, melingkupi kebaikan apa saja. Malaikat mendukung manusia yang berbuat baik secara kontinu dan tidak menunda-nunda untuk membantu sesama.

Kedua, di malam lailatul qadar ada kedamaian sampai fajar (QS Al-Qadr: 5). Artinya, damai dengan diri dan damai dengan orang lain. Termasuk tidak mengambil hak orang lain demi mewujudkan kesejahteraan.

Keutamaan malam Lailatul Qadar

Setelah mengetahui keterangan waktu dan tanda-tanda malam Lailatul Qadar, hendaknya kita mengetahui keterangan mengenai keutamaannya. berikut ini adalah beberapa keutamaan dari malam Lailatul Qadar.

1. Malam penuh kemuliaan

Allah SWT memberitahukan perihal Lailatul Qadar dalam surat Al-Qadr yang artinya kemuliaan.

Sejak malam Lailatul Qadar diturunkan manusia diberikan kemuliaan lewat Al-Qur’an, yang mengeluarkan umat Nabi Muhammad SAW dari kegelapan menuju cahaya petunjuk dari Allah SWT.

2. Al-Qur’an diturunkan pada malam Lailatul Qadar

Allah SWT menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW di malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang penuh dengan keberkahan.
Dalam riwayat Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah SWT menurunkan Al-Qur’an sekaligus dari Lauhul Mahfuz ke Baitul ‘Izzah di langit pertama pada malam Lailatul Qadar. Kemudian, Al-Qur’an diturunkan berangsur-angsur, sesuai dengan kejadian-kejadian dalam masa kenabian Rasulullah SAW selama 23 tahun.

3. Malam Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan

Dalam surat Al-Qadr ayat ke-3, Allah SWT berfirman dengan jelas bahwa Lailatul Qadar adalah malam kemuliaan yang lebih baik daripada seribu bulan. Keutamaan Lailatul Qadar itu sama dengan seribu bulan atau bandingannya serupa lebih daripada usia manusia delapan puluh tiga tahun.

Ini untuk menghibur Rasulullah SAW yang khawatir dengan usia umatnya yang pendek, tidak seperti ahli ibadah terdahulu yang berusia panjang, dan melakukan amal ibadah sepanjang hidupnya tanpa maksiat.

Allah SWT kemudian mengutus malaikat Jibril untuk memberi kabar gembira kepada Rasulullah SAW, tentang malam Lailatul Qadar yang pahalanya lebih baik dari seribu bulan.

4. Ada Pengampunan Dosa
Dikutip melalui perkataan Abu Hurairah yang menyampaikan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: “Barangsiapa melaksanakan salat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR Bukhari)

Dikutip dari Tafsir Zaadul Masiir bahwa Mujahid Qotadah dan ulama lainnya sepakat berpendapat bahwa yang dimaksudkan dengan lebih baik di sini merujuk pada shalat dan amalan yang dilakukan pada malam Lailatul Qadar. Artinya shalat dan puasa pada malam Lailatul Qadar lebih baik daripada shalat dan puasa di seribu bulan lain yang tidak terdapat Lailatul Qadar.

Itulah sedikit banyak pembahasan mengenai malam Lailatul Qadar yaitu waktu, tanda, cara mendapatkannya dan keutamaannya. Semoga dapat bermanfaat dan membantu kita menyambut dan mengawal malam Lailatul Qadar di Ramadhan tahun ini. Aamiin yaa Rabbalalamiin.

Penulis: Dosen Pendidikan Agama Islam IAIN Langsa dan Sekjen Dewan Da’wah Kota Langsa.

Dewan Dakwah Aceh kembali menyalurkan sebanyak 150 paket ramadhan berupa sembako kepada keluarga fakir miskin di wilayah Aceh Besar, Banda Aceh dan juga daerah perbatasan Aceh.

Penyaluran secara simbolis dilakukan oleh Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh, Prof Dr Muhammad AR, MEd di Markaz Dewan Dakwah Aceh, Gampong Rumpet, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Aceh Besar.

Koordinator kegiatan yang juga Sekretaris Dewan Dakwah Aceh, Zulfikar SE MSi, Senin (10/4/2023) mengatakan bantuan sembako tersebut disalurkan untuk wilayah Banda Aceh sebanyak 10 paket, Aceh Besar 70 paket dan daerah perbatasan Aceh 70 paket.

“Alhamdulillah pada ramadhan tahun ini Dewan Dakwah Aceh kembali menyalurkan paket ramadhan kepada keluarga fakir miskin. Program tersebut merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahunnya di bulan suci Ramadhan,” kata Zulfikar.

Ia menjelaskan program tersebut bertujuan untuk membagikan kebahagian dan keberkahan ramadhan bagi kelurga miskin dan kaum kurang mampu di daerah perbatasan dan pedalaman Aceh. Sehingga diharapkan akan membantu mareka untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.

“Setiap paket bantuan tersebut berisi beras, minyak goreng, telur, gula dan sirup. Alhamdulillah, jumlah bantuan yang disalurkan terus meningkat pada setiap tahunnya,” kata Zulfikar.

Sementara itu Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh, Prof Dr Muhammad AR MEd sangat mengapresiasi dan berterima kasih atas terlaksananya prorgam bantuan tersebut. Ia menambahkan semua bantuan tersebut dihimpun dari Keluarga Besar Dewan Dakwah Aceh, masyarakat dan donatur lainnya.

“Terakhir kami mengucapkan ribuan terima kasih kepada para donatur yang telah menyumbangkan sebagian hartanya dan juga para panitia yang telah membantu kesuksesan kegiatan ini. Semoga Allah SWT membalasnya dengan yang lebih baik. Kami juga berharap ditahun-tahun mendatang program tersebut tetap berjalan dan akan banyak lagi daerah dan masyarakat miskin yang dapat kita bantu,” pungkas Prof Muhammad AR.


Oleh Afrizal Refo, MA

Umat Muslim di seluruh dunia saat ini sudah melaksanakan setengah lebih puasa bulan Ramadhan. Ada peristiwa penting yang terjadi pada Ramadhan adalah turunnya Al-Quran atau Nuzulul Quran.
Nuzulul Quran adalah peristiwa turunnya Alquran dari Allah kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril.

Kata nuzulul quran berasal dari dua kata yaitu nuzul dan Alquran. Secara harfiah arti kata nuzul adalah menurunkan sesuatu dari tempat tinggi ke rendah. Sementara, kata quran diambil dari Alquran yang merupakan kitab suci umat Islam.

Apabila digabungkan, arti nuzulul quran adalah proses turunnya Alquran dari tempat yang tinggi ke muka bumi. Arti lebih lengkapnya adalah peristiwa turunnya Alquran dari Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril.

Sejarah Nuzulul Quran

Proses turunnya Al-Quran ke bumi secara bertahap, di mana hal itu tidak dialami oleh kitab-kitab sebelumnya sehingga menunjukkan keagungan dan kemukjizatan Al-Quran seperti firman Allah SWT yang artinya:
“Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S. Al Isra: 17)

Proses turunnya Alquran terjadi dalam dua tahap yakni, Tahap pertama, Alquran diturunkan pada malam lailatul qadar. Alquran diturunkan dari Lauh Mahfuz pada malam lailatul qadar. Tahap kedua, diturunkan secara bertahap melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.

Alquran pertama kali diturunkan saat Rasulullah SAW berada di Gua Hira pada tahun 610 M. Saat itu Nabi Muhammad SAW sedang menyendiri untuk menenangkan hati.

Pada saat yang bersamaan Allah SWT meminta Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyuNya kepada Rasulullah. Malaikat Jibril membawa ayat yang pertama kali diturunkan, surat Al-Alaq yang berisikan 5 ayat.

Malaikat Jibril meminta Nabi Muhammad SAW untuk membaca surat tersebut. Namun, Rasulullah bergeming dan mengatakan bahwa dirinya tidak bisa membaca surat tersebut.

Maka dari itu, Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca melalui surat Al-Alaq.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya,” firman Allah dalam surat Al-Alaq ayat 1-5, ayat Alquran yang pertama kali diturunkan.

Surat ini jugalah yang menjadi penanda bahwa Muhammad diangkat sebagai Nabi dan Rasul.

Rasulullah tidak bisa membaca saat wahyu pertama diturunkan kepadanya, Malaikat Jibril yang diutus oleh Allah SWT memerintahkan Rasulullah untuk membaca “Iqra” (bacalah). Wahyu tersebut adalah surah Al-Alaq (ayat 1-5). Ayat ini menjadi pendorong, penggerak dan memotivasi umat Islam untuk bisa membaca.

Setelah tahap pertama ini, Alquran turun secara bertahap selama kurang lebih 23 tahun. Setiap ayat yang diturunkan oleh Allah SWT menyesuaikan dengan keadaan sosial, keagamaan, kisah-kisah para Nabi terdahulu hingga hikmah, di masa nabi.

Ayat terakhir diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surat Al-Maidah ayat 3. Ayat itu turun sesudah waktu Ashar pada hari Jumat di Padang Arafah saat musim haji terakhir.

Setelah itu, Nabi Muhammad pergi dari Makkah ke Madinah untuk mengumpulkan pada sahabat. Beliau memberikan kabar bahagia bahwa agama Islam telah sempurna dengan turunnya Alquran.

Para sahabat yang mendengar kabar bahagia tersebut, seraya berkata: “Agama kita telah sempurna. Agama kita telah sempurna.”

Perbedaan Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar

Nuzulul quran berkaitan dengan lailatul qadar. Itu karena keduanya merupakan malam saat Al-Qur’an diturunkan. Maka dari itu banyak yang menganggap keduanya sama. Padahal keduanya merupakan peristiwa berbeda.

Tentang turunnya Al-Qur’an di malam lailatul qadar tertera dalam surat Al-Qadr ayat 1-5
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”

Sementara tentang nuzulul quran tertera dalam Surat Al-Baqarah ayat 185.
Artinya: “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.”

Para ulama kemudian menyimpulkan bahwa lailatul qadar adalah malam ketika Al-Qur’an diturunkan secara utuh untuk pertama kalinya. Sementara nuzulul quran adalah malam peristiwa turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad.

Keutamaan Nuzulul Quran

Dikutip dari sumber yang sama, Nuzulul Quran menunjukkan kekuatan hati Rasulullah SAW dan para sahabat dalam memperjuangkan dakwah dalam menyebarkan agama Islam kepada umat manusia yang tidak mudah dan penuh tantangan. Maka dari itu, Nuzulul Quran memiliki keistimewaan dan keutamaan berikut ini.

1. Malam Turunnya Al-Quran

Malam Nuzulul Quran yang pertama yaitu malam turunnya Al-Quran dan ini tidak terjadi di malam-malam yang lain. Kitab suci Al-Quran ini diturunkan bukan untuk Nabi Muhammad sendiri tetapi untuk menjadi pembeda antara hak dan bathil juga menjadi petunjuk bagi umat Muslim.

2. Diturunkannya Wahyu yang Pertama

Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surat Al Alaq ayat 1-5. Saat wahyu tersebut diturunkan, Nabi Muhammad sedang melakukan khalwat di Gua Hira. Setelah itu, datanglah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu tersebut.

3. Diangkatnya Nabi Muhammad SAW

Menjadi Utusan Allah dan Menjadi Nabi yang Terakhir
Tepat setelah menerima wahyu yang pertama, Nabi Muhammad diangkat menjadi seorang Rasulullah. Beliau juga merupakan Nabi terakhir dalam sejarah Islam, yang artinya Nabi yang membawa kita dari zaman jahiliyah hingga menuju zaman yang terang benderang.

Demikianlah ringkasan singkat yang dapat di sampaikan mengenai pengertian, sejarah, perbedaan Nuzulul Qur’an dan Lailatul qadar serta keutamaan Nuzulul Quran yang akan kita temui di bulan Ramadhan ini, semoga bermanfaat ya.

Penulis: Dosen Pendidikan Agama Islam IAIN Langsa dan Sekretaris Dewan Da’wah Kota Langsa.


Langsa — Bulan Ramadhan adalah bulan penuh rahmat, dimana umat Islam melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh.

Pada bulan puasa ini seringkali dimanfaatkan oleh sekolah atau madrasah untuk melakukan kegiatan keagamaan yang sering dikenal dengan pesantren Ramadhan atau pesantren kilat.

Begitu pula dengan Dewan Da’wah Kota Langsa bekerjasama dengan MTs MIM langsa yang mengadakan kegiatan Madrasah Ramadhan Camp (MRC) selama 4 hari 3 malam mulai Selasa-Jum’at (4-7 April 2023) dengan tema “Melalui momentum Ramadhan membentuk Generasi Qur’ani yang Berakhlakul Karimah”

Tujuan dari menyelenggarakan kegiatan ini yaitu untuk mengajarkan dan membimbing siswa-siswi MTs MIM Langsa agar dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT serta meningkatkan amalan ibadahnya dibandingkan Ramadhan-Ramadhan sebelumnya.

Kegiatan Madrasah Ramadhan Camp ini diisi dengan aktifitas yang sangat bermanfaat diantaranya shalat berjamaah 5 waktu, shalat tarawih, tadarus Al-Qur’an, buka puasa bersama, sahur bersama dan materi keislaman seperti Aqidah, Akhlaq, Manajemen waktu, Fiqh Puasa, Fiqh Shalat, Kaligrafi, Outbound, Muhasabah dan praktek Ibadah.

Peserta Madrasah Ramadhan Camp adalah siswa kelas VII, VIII dan IX yang telah mendaftar untuk mengikuti program MRC yang dilaksanakan di MTs MIM Langsa.

Peserta dibagi menjadi 2 gelombang (laki-laki dan perempuan terpisah) dari masing-masing tingkat, yakni kelas 7 , 8 dan kelas 9 dalam kegiatan tersebut peserta MRC diberikan kesempatan untuk bermalam di Asrama Madrasah.

Dalam sambutan, Afrizal Refo, MA selaku ketua panitia pelaksana, mengatakan bahwa seluruh siswa yang mengikuti Madrasah Ramadhan Camp (MRC) berjumlah sebanyak 35 peserta dengan rincian 22 laki-laki dan 13 perempuan dan khusus laki-laki diinapkan di sekolah dan nanti haruslah betul-betul diniatkan untuk tholabul ilmi dan mengikuti kegiatan MRC ini dengan sungguh-sungguh.

“Diharapkan setelah mengikuti kegiatan Madrasah Ramadhan Camp siswa-siswi bisa bertambah wawasannya serta dapat diamalkan di dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya.

Sementara itu Kepala Madrasah MTs MIM Langsa, Nursadhriyah, S.Ag menyampaikan bahwa sangat menyambut baik kegiatan Madrasah Ramadhan Camp yang dilaksanakan ditempat kami ini oleh Dewan Da’wah Kota Langsa.

Kepala Madrasah Nursadhriyah, S.Ag memberikan motivasi kepada peserta Madrasah Ramadhan Camp (MRC). Kebetulan ini pertama kali siswa madrasah ikut mencoba bermalam dan menikmati fasilitas sekolah.

“Saya mengambil pengalaman dari awalnya anak masuk pesantren, awalnya mereka bilang pesantren biasa saja belajar agama Islam lama-lama akan terbiasa. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya sukses dan menjadi anak yang soleh dan solehah, maka dari itu kegiatan MRC menjadi momentum untuk memperdalam ilmu agama dan nantinya dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari hari sehingga dapat membahagiakan orang tua kita semua dengan nilai praktik ibadah yang rajin dan berahklak mulia.” Ujar Nursadhriyah, S.Pd selaku Kepala MTs MIM Langsa dalam sambutan pembukaan Madrasah Ramadhan Camp.

Sementara itu Ketua Dewan Da’wah Kota Langsa, Prof. Dr. H. Iskandar, MCL menyampaikan bahwa kegiatan Madrasah Ramadhan Camp ini adalah bagian dari Program Dewan Da’wah Kota Langsa tahun ini di Bulan Ramadhan.

Ia berharap dengan adanya kegiatan seperti ini dapat memberikan motivasi kepada siswa-siswi dalam menuntut ilmu apalagi saat ini kita memasuki zaman globalisasi yang membuat moral generasi muda makin merosot.

“Dengan adanya kegiatan seperti ini harapannya dapat membentengi Aqidahnya dan dapat memberikan pemahaman Agama Islam secara mendasar,” ujar Prof. Iskandar.

Kegiatan Madrasah Ramadhan Camp diasuh langsung oleh para tutor terbaik lulusan Timur Tengah dan Lulusan Dalam Negeri seperti Dr. Muhammad Dayyan, M.EC (Kaprodi HES PPS IAIN Langsa), Afrizal Refo, MA (Dosen PAI IAIN Langsa), Dr. Nurmawati, MA (Kepala Pusat Pengembangan Standar Mutu LPM IAIN Langsa), Syawaluddin, Lc, MA (Kaprodi HTN Fakultas Syariah IAIN Langsa ), Muhammad Firdaus, Lc., MA (Sekretaris Prodi HES Fakultas Syariah IAIN Langsa ), Muhammad Fauzi, M.Pd (Pengajar Kaligrafi bersanad), Muhammad Iqbal, S.Hum (Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Sayed Fitri Adhi, Lc (Guru MTs MIM Langsa), Dr. Hatta Sabri, M.Pd (Dosen PBA IAIN Langsa), Sitti Suryani, Lc.,MA (Dosen Fakultas Syariah IAIN Langsa), Muhammad Ihsan, M.Ag (Pengajar MUQ Bustanul ulum Langsa), Ikhsan Hadi, S.Psi (Kawan Kreatif) dan lain-lain.

Langsa – Dalam momen bulan Ramadhan tahun ini keluarga besar Dewan Da’wah Kota Langsa bersama MTs MIM Langsa menyelenggarakan kegiatan santunan dan buka puasa bersama anak yatim yang ada di sekitar lingkungan sekolah.

Sejumlah 12 orang anak yatim diberikan santunan berupa uang saku dan bingkisan.

Dalam kegiatan penutupan Madrasah Ramadhan Camp dan buka puasa bersama sekaligus santunan yatim pada hari Jum’at, 7 April 2023 itu dihadiri oleh Kakanmenag Kota Langsa Drs. H. Hasanuddin, MH, Kasi Pendis Kemenag Kota Langsa Zainuddin, S.Ag, Ketua Dewan Da’wah Kota Langsa Prof. Dr. Tgk. H. Iskandar, MCL dan berserta pengurus Dewan Da’wah Kota Langsa, Kepala sekolah MTs MIM Langsa Nursadriyah, S.Pd dan seluruh Dewan Guru, mewakili dari GPM Indonesia Abdul Razaq.

Ketua panitia Afrizal Refo, MA menyampaikan bahwa kegiatan MRC telah terlaksana dengan baik yang diikuti oleh 35 orang peserta dan pada penutupan hari ini juga diadakannya acara buka puasa bersama sekaligus santunan yatim.

Santunan yang diberikan kali ini berasal dari Pegadaian Syariah kota Langsa, wali murid dan donatur lainnya.

Kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas donasi yang telah diberikan dalam acara santunan dan buka puasa bersama anak yatim, semoga menjadi amal jariyah bagi kita semua dan semoga diberikan keberkahan oleh-Nya.

Kegiatan santunan tersebut dilaksanakan di mushalla MTs MIM Langsa dengan menu yang beragam, dilanjutkan dengan shalat magrib berjamaah dan makan bersama.

Ia juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam kegiatan buka bersama dan santunan anak yatim ini.

“Semoga amal ibadah kita di bulan ini menjadi berkah dan segala amal ibadah kita di bulan ramadhan ini di terima oleh Allah SWT,” ungkap Refo.

Sementara itu, Kasi pendidikan Islam Kemenag Kota Langsa, Zainuddin S.Ag menyampaikan apresiasinya atas telah dilaksanakan kegiatan Madrasah Ramadhan Camp (MRC) sejak tanggal 4 – 7 April 2023, kegiatan seperti ini sangat bermanfaat bagi peserta didik dan pihaknya sangat berterima kasih atas kegiatan yang terlaksana dengan sukses Yang diinisiasi oleh Dewan Da’wah Kota Langsa.

“Kami mengucapkan terima kasih atas undangan dari MTs MIM Langsa dan semoga terus berjaya dan berkembang untuk pendidikan di Kota Langsa. Semoga apa yang sudah kita lakukan senantiasa di balas oleh Allah SWT dengan berlipat ganda dan InsyaAllah di jabah oleh Allah,” tutur Zainuddin.

Ketua Umum Dewan Da’wah Kota Langsa Prof. Dr. Iskandar, MCL dalam sambutannya mengatakan bahwa Dewan Da’wah Kota Langsa akan terus bersinergi dengan pemerintah kota Langsa dalam kemajuan pendidikan Islam di Langsa dan salah satu upaya yang dilakukan Yaitu dengan mengadakan Program seperti Madrasah Ramadhan Camp kali ini dan semoga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di Kota Langsa.

Ia juga menyampaikan terimakasih kepada Kepala Sekolah MTs MIM Langsa yang telah memberikan tempat dan berbagai fasilitas untuk terlaksananya kegiatan MRC ini.

“Terimakasih kepada seluruh panitia pelaksana yang telah menyukseskan acara ini berlangsung hingga selesai,” papar Iskandar.

Sementara itu Kankemenag Kota Langsa, Drs. H. Hasanuddin, MH, dalam sambutannya Menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada pihak sekolah MTs MIM Langsa dan Dewan Da’wah Kota Langsa yang telah mengadakan program MRC ini dan sangat bermanfaat dalam upaya membentuk generasi Qur’ani yang berakhlakul karimah.

“Tema yang diangkat oleh panitia sangat bagus dan penuh makna dan harapannya kegiatan seperti ini terus dilaksanakan,” kata Hasanuddin.

Acara di mulai dengan pembacaan Ayat suci Al-Qur’an dan sebelum berbuka, Kata sambutan dari Kasi Pendis Kemenag Kota Langsa, Ketua Dewan Da’wah Kota Langsa dan Kakanmenag Kota Langsa.

Selanjutnya penyampaian kesan dan pesan dari peserta MRC, pemberian santunan kepada Yatim, pemberian sertifikat bagi siswa-siswi yang mengikuti kegiatan MRC hingga selesai dan diakhiri dengan kegiatan buka puasa bersama.

Langsa — Bulan Ramadhan adalah bulan penuh rahmat, dimana umat Islam melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh.

Pada bulan puasa ini seringkali dimanfaatkan oleh sekolah atau madrasah untuk melakukan kegiatan keagamaan yang sering dikenal dengan pesantren Ramadhan atau pesantren kilat.

Begitu pula dengan Dewan Da’wah Kota Langsa bekerjasama dengan MTs MIM langsa yang mengadakan kegiatan Madrasah Ramadhan Camp (MRC) selama 4 hari 3 malam mulai Selasa-Jum’at (4-7 April 2023) dengan tema “Melalui momentum Ramadhan membentuk Generasi Qur’ani yang Berakhlakul Karimah”

Tujuan dari menyelenggarakan kegiatan ini yaitu untuk mengajarkan dan membimbing siswa-siswi MTs MIM Langsa agar dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT serta meningkatkan amalan ibadahnya dibandingkan Ramadhan-Ramadhan sebelumnya.

Kegiatan Madrasah Ramadhan Camp ini diisi dengan aktifitas yang sangat bermanfaat diantaranya shalat berjamaah 5 waktu, shalat tarawih, tadarus Al-Qur’an, buka puasa bersama, sahur bersama dan materi keislaman seperti Aqidah, Akhlaq, Manajemen waktu, Fiqh Puasa, Fiqh Shalat, Kaligrafi, Outbound, Muhasabah dan praktek Ibadah.

Peserta Madrasah Ramadhan Camp adalah siswa kelas VII, VIII dan IX yang telah mendaftar untuk mengikuti program MRC yang dilaksanakan di MTs MIM Langsa.

Peserta dibagi menjadi 2 gelombang (laki-laki dan perempuan terpisah) dari masing-masing tingkat, yakni kelas 7 , 8 dan kelas 9 dalam kegiatan tersebut peserta MRC diberikan kesempatan untuk bermalam di Asrama Madrasah.

Dalam sambutan, Afrizal Refo, MA selaku ketua panitia pelaksana, mengatakan bahwa seluruh siswa yang mengikuti Madrasah Ramadhan Camp (MRC) berjumlah sebanyak 35 peserta dengan rincian 22 laki-laki dan 13 perempuan dan khusus laki-laki diinapkan di sekolah dan nanti haruslah betul-betul diniatkan untuk tholabul ilmi dan mengikuti kegiatan MRC ini dengan sungguh-sungguh.

“Diharapkan setelah mengikuti kegiatan Madrasah Ramadhan Camp siswa-siswi bisa bertambah wawasannya serta dapat diamalkan di dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya.

Sementara itu Kepala Madrasah MTs MIM Langsa, Nursadhriyah, S.Ag menyampaikan bahwa sangat menyambut baik kegiatan Madrasah Ramadhan Camp yang dilaksanakan ditempat kami ini oleh Dewan Da’wah Kota Langsa.

Kepala Madrasah Nursadhriyah, S.Ag memberikan motivasi kepada peserta Madrasah Ramadhan Camp (MRC). Kebetulan ini pertama kali siswa madrasah ikut mencoba bermalam dan menikmati fasilitas sekolah.

“Saya mengambil pengalaman dari awalnya anak masuk pesantren, awalnya mereka bilang pesantren biasa saja belajar agama Islam lama-lama akan terbiasa. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya sukses dan menjadi anak yang soleh dan solehah, maka dari itu kegiatan MRC menjadi momentum untuk memperdalam ilmu agama dan nantinya dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari hari sehingga dapat membahagiakan orang tua kita semua dengan nilai praktik ibadah yang rajin dan berahklak mulia.” Ujar Nursadhriyah, S.Pd selaku Kepala MTs MIM Langsa dalam sambutan pembukaan Madrasah Ramadhan Camp.

Sementara itu Ketua Dewan Da’wah Kota Langsa, Prof. Dr. H. Iskandar, MCL menyampaikan bahwa kegiatan Madrasah Ramadhan Camp ini adalah bagian dari Program Dewan Da’wah Kota Langsa tahun ini di Bulan Ramadhan.

Ia berharap dengan adanya kegiatan seperti ini dapat memberikan motivasi kepada siswa-siswi dalam menuntut ilmu apalagi saat ini kita memasuki zaman globalisasi yang membuat moral generasi muda makin merosot.

“Dengan adanya kegiatan seperti ini harapannya dapat membentengi Aqidahnya dan dapat memberikan pemahaman Agama Islam secara mendasar,” ujar Prof. Iskandar.

Kegiatan Madrasah Ramadhan Camp diasuh langsung oleh para tutor terbaik lulusan Timur Tengah dan Lulusan Dalam Negeri seperti Dr. Muhammad Dayyan, M.EC (Kaprodi HES PPS IAIN Langsa), Afrizal Refo, MA (Dosen PAI IAIN Langsa), Dr. Nurmawati, MA (Kepala Pusat Pengembangan Standar Mutu LPM IAIN Langsa), Syawaluddin, Lc, MA (Kaprodi HTN Fakultas Syariah IAIN Langsa ), Muhammad Firdaus, Lc., MA (Sekretaris Prodi HES Fakultas Syariah IAIN Langsa ), Muhammad Fauzi, M.Pd (Pengajar Kaligrafi bersanad), Muhammad Iqbal, S.Hum (Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Sayed Fitri Adhi, Lc (Guru MTs MIM Langsa), Dr. Hatta Sabri, M.Pd (Dosen PBA IAIN Langsa), Sitti Suryani, Lc.,MA (Dosen Fakultas Syariah IAIN Langsa), Muhammad Ihsan, M.Ag (Pengajar MUQ Bustanul ulum Langsa), Ikhsan Hadi, S.Psi (Kawan Kreatif) dan lain-lain.


Oleh Afrizal Refo, MA

Aceh adalah salah satu daerah yang mayoritas penduduknya adalah Muslim, Aceh memiliki tradisi khas yang masih dilestarikan hingga kini. Salah satu tradisi itu adalah “meugang” atau juga dikenal dengan sebutan Makmeugang.

Tradisi meugang merupakan sebuah tradisi yang telah mengakar dalam masyarakat Aceh dan dilaksanakan di seluruh wilayah dalam Provinsi Aceh, khususnya pada umat Islam. Tradisi ini berupa pemotongan hewan (kerbau atau sapi). Selain kerbau dan sapi, masyarakat Aceh juga menyembelih ayam dan bebek.

Meugang adalah tradisi memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga, kerabat dan yatim piatu oleh masyarakat Aceh. Meugang atau Makmeugang adalah tradisi menyembelih hewan berupa kerbau atau sapi dan dilaksanakan setahun tiga kali, yakni Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha

Tradisi Meugang di Aceh berlangsung selama dua hari yaitu meugang cet (meugang kecil) dan meugang Rayeuk (meugang besar) yang dilaksanakan sebelum ramadhan maupun sebelum lebaran. Semarak Meugang akan langsung terasa jika kita melewati sejumlah pasar kaget atau pasar musiman di Aceh.

Sejarah Meugang

Tradisi ini telah muncul bersamaan dengan penyebaran agama Islam di Aceh yaitu sekitar abad ke-14 M. Ali Hasjimy menyebutkan bahwa tradisi ini sudah dimulai sejak masa kerajaan Aceh Darussalam. Tradisi meugang ini dilaksanakan oleh kerajaan di istana yang dihadiri oleh para sultan, menteri, para pembesar kerajaan serta ulama (Iskandar, 2010:48). Pada hari itu, raja memerintahkan kepada balai fakir yaitu badan yang menangani fakir miskin dan dhuafa untuk membagikan daging, pakaian dan beras kepada fakir miskin dan dhuafa. Semua biayanya ditanggung oleh bendahara Silatu Rahim, yaitu lembaga yang menangani hubungan negara dan rakyat di kerajaan Aceh Darussalam (Hasjimy, 1983:151)

Hal ini dilakukan sebagai rasa syukur atas kemakmuran rakyatnya dan rasa terima kasih kepada rakyatnya. Setelah Kerajaan Aceh ditaklukan oleh Belanda pada tahun 1873, tradisi ini tidak lagi dilaksanakan oleh raja. Namun, karena hal ini telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Aceh, maka meugang tetap dilaksanakan hingga saat ini dalam kondisi apapun. Tradisi meugang juga dimanfaatkan oleh pahalawan Aceh dalam bergerilya, yakni daging sapi dan kambing diawetkan untuk perbekalan.

Pelaksanaan Meugang

Meugang sangat penting bagi masyarakat di Aceh, karena sesuai dengan anjuran agama Islam, datangnya bulan Ramadhan sebaiknya disambut dengan meriah, begitu juga dengan dua hari raya, yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Jika pada hari-hari biasa masyarakat Aceh terbiasa menikmati makanan dari sungai maupun laut, maka menyambut hari istimewa yaitu hari Meugang, masyarakat Aceh merasa daging sapi atau lembu yang terbaik untuk dihidangkan. Meskipun yang utama dalam tradisi Meugang adalah daging sapi, namun ada juga masyarakat yang menambah menu masakannya dengan daging kambing, ayam juga bebek.

Seperti di pasar kaget atau pasar daging musiman di Aceh. Penjual daging meugang mulai menjajakan daging dari pukul 05.00 WIB pagi. Masyarakat pun terlihat antusias membeli daging meskipun harganya beragam mulai dari 160 ribu rupiah hingga 180 ribu rupiah perkilogramnya.

Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi meugang

Dilihat dari konteks sejarah dahulu meugang atau daging sapi dibagikan kepada fakir miskin dan dinikmati oleh seluruh rakyat Aceh. Akan tetapi kalau dilihat sekarang meugang hanya dinikmati oleh kalangan kelas menengah dan kalangan kelas atas sedangkan untuk kalangan bawah terkadang tidak pernah mereka menikmati daging sapi, kalaupun ada itupun diwaktu kurban di hari raya Idhul Adha jika ada yang berkurban dikampungnya.
Semestinya hal ini bisa kita kembalikan kepada jayanya Islam dahulu yaitu nilai kepedulian saling berbagi diantara tetangga fakir miskin dan anak yatim yang tidak meugang dikarenakan harga daging sapi yang cukup mahal di Aceh sehingga ada Masyarakat Aceh yang tidak mampu membelinya.

Selain itu Perayaan meugang ini juga menjadi momen penting untuk berkumpul seluruh keluarga. Biasanya pada hari meugang, anak dan sanak saudara yang merantau atau telah berkeluarga dan tinggal di tempat yang jauh, mereka akan pulang dan berkumpul di hari Meugang. Nilai kebersamaan inilah yang ingin ditanamkan oleh umat Islam melalui tradisi meugang.

Harapannya tradisi meugang ini tetap dipertahankan oleh masyarakat Aceh dan bisa dinikmati oleh warganya baik yang kaya maupun miskin dan pemerintah setempat bisa menangani atas semua ini dan dapat menikmati daging sapi atau kerbau di hari meugang.

Penulis adalah Dosen PAI IAIN langsa dan Sekretaris Dewan Da’wah Kota Langsa