Archive for month: Oktober, 2025

Prof. Syabuddin Gade

Oleh: Al-Faqir Syabuddin Gade

I. Pendahuluan

Dalam kehidupan manusia, cinta adalah kekuatan yang mampu menggerakkan jiwa, membentuk tindakan, dan menetapkan arah hidup. Namun, Islam tidak membiarkan cinta menjadi liar tanpa kendali. Allah menempatkan cinta sejati hanya kepada-Nya dan menjadikan cinta kepada selain-Nya tunduk pada cinta kepada-Nya. Dua ayat dalam Al-Qur’an yaitu Surah Al-Baqarah ayat 165 dan Surah Ali Imran ayat 31 mengungkapkan pentingnya memurnikan cinta kepada Allah dan membuktikan cinta tersebut dengan ketaatan kepada Rasulullah ﷺ.

II. Teks dan Terjemahan Ayat

1. Surah Al-Baqarah: 165

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادًۭا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ ٱللَّهِ ۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَشَدُّ حُبًّۭا لِّلَّهِ ۗ
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman, amat sangat cintanya kepada Allah…” (QS. Al-Baqarah: 165)

2. Surah Ali Imran: 31

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)

III. Sebab Nuzul

1. Surah Al-Baqarah: 165

Menurut riwayat dari Ibnu Abbas, ayat ini turun berkaitan dengan kaum musyrikin yang menyembah berhala dan mencintai sesembahan mereka seperti mencintai Allah. Mereka memberi nama kepada berhala mereka dengan nama-nama Allah dan merasa bahwa berhala itu dapat memberi syafaat atau manfaat, sebagaimana Allah.

2. Surah Ali Imran: 31

Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa ayat ini turun ketika sekelompok orang Arab mengaku mencintai Allah. Maka Allah menurunkan ayat ini sebagai ujian kejujuran cinta mereka, yaitu dengan mengikuti Nabi Muhammad ﷺ sebagai satu-satunya bukti nyata cinta kepada Allah.

IV. Munasabah (Keterkaitan) Antara Keduanya

Kedua ayat ini membahas tentang cinta kepada Allah, namun dari dua sudut pandang:

QS. Al-Baqarah: 165 menggambarkan kesalahan manusia dalam menempatkan cinta—mereka menyamakan cinta kepada selain Allah dengan cinta kepada Allah.

QS. Ali Imran: 31 memberikan solusi dan panduan praktis: jika benar mencintai Allah, maka ikutilah Rasul-Nya.

Jadi, Al-Baqarah 165 adalah peringatan, sedangkan Ali Imran 31 adalah bukti dan syarat cinta yang benar. Munasabah ini menunjukkan bahwa iman sejati tidak hanya menghindari kesyirikan dalam cinta, tapi juga membuktikannya dengan ketaatan total kepada Rasulullah ﷺ.

V. Isi Kandungan Ayat

1. QS. Al-Baqarah: 165

Larangan menyekutukan Allah dalam cinta dan penghambaan.

Cinta sejati hanya milik Allah dan tidak boleh disejajarkan dengan cinta kepada makhluk.

Orang-orang beriman mencintai Allah lebih dalam dibandingkan kaum musyrikin mencintai berhala mereka.

Iman memperkuat cinta kepada Allah, sedangkan syirik melemahkannya dan menyimpangkannya.

2. QS. Ali Imran: 31

Cinta kepada Allah harus dibuktikan dengan mengikuti Rasulullah.

Ketaatan kepada Nabi ﷺ adalah bukti konkret cinta, bukan sekadar pengakuan lisan.

Jika mengikuti Rasulullah, maka Allah akan mencintai kita (balasan cinta dari Allah) dan Allah akan mengampuni dosa-dosa kita. Hal ini menunjukkan bahwa jalan menuju cinta dan ampunan Allah adalah dengan mengikuti dan mentaati Sunnah Rasulullah SAW.

VI. Tafsir dan Pandangan Ulama

1. Tafsir Ibnu Katsir

Tentang Al-Baqarah 165, Ibnu Katsir mengatakan bahwa “tandingan” yang dimaksud adalah segala sesuatu yang dicintai dan ditaati sebagaimana Allah, seperti berhala, tokoh, bahkan hawa nafsu.

Tentang Ali Imran 31, ia menegaskan bahwa ayat ini adalah ujian bagi setiap orang yang mengaku mencintai Allah: jika benar, maka buktikan dengan ittiba’ kepada Rasulullah ﷺ.

2. Tafsir Al-Qurthubi

Beliau menafsirkan bahwa cinta yang dimaksud adalah cinta pengagungan, bukan sekadar afeksi. Maka menyamakan cinta makhluk dengan cinta kepada Allah adalah bentuk kesyirikan.

Dalam Ali Imran 31, Al-Qurthubi menegaskan bahwa tanpa ittiba’ kepada Nabi, cinta kepada Allah adalah kosong dan palsu.

3. Imam Hasan Al-Bashri

Beliau berkata:
“Ada sekelompok kaum yang mengaku mencintai Allah, maka Allah menguji mereka dengan ayat ini (Ali Imran: 31).”
Dengan kata lain, mengikuti Nabi adalah syarat cinta yang sah.

VII. Hadis Pendukung

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidaklah salah seorang dari kalian beriman hingga aku lebih dia cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini memperkuat ayat Ali Imran: 31, bahwa mengikuti Rasulullah lahir dari cinta yang mendalam dan menjadi syarat kesempurnaan iman.

VIII. Penutup

Kedua ayat ini mengajarkan bahwa cinta kepada Allah bukan hanya soal perasaan, tetapi harus dibuktikan melalui penghambaan yang benar dan ketaatan kepada Rasulullah ﷺ. Menyamakan cinta kepada selain Allah dengan cinta kepada-Nya adalah bentuk kesyirikan yang merusak iman. Sedangkan cinta sejati kepada Allah akan menuntun seseorang pada jalan Rasulullah, yang berujung pada cinta dan ampunan dari Allah. Wa Allahu A’lam.