Banda Aceh – Akademi Dakwah Indonesia (ADI) menggelar ADI Fair 2018 di Kompleks Markas Dewan Dakwah Aceh, Gampong Rumpet, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Aceh Besar.
Beragam perlombaan Islami mewarnai kegiatan yang berlangsung 11-14 Januari 2018 tersebut.
Sejumlah perlombaan yang diadakan mulai dari keagamaan hingga olahraga, yaitu Musabaqah Khitabah, Mushabaqah Hifzhil Qur’an dan Turnamen Futsal.
Aneka lomba yang diikuti ratusan peserta tersebut ditutup dengan rihlah wisata alam Keluarga Besar Dewan Dakwah Aceh.
Ketua Panitia, Reza Adlani S.Sos kemarin mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan potensi mahasiswa sebagai calon da’i masa depan dalam berdakwah di masyarakat. 
“Kegiatan ini akan menjadi bekal bagi para mahasiswa saat mengabdi dan bergaul bersama masyarakat. Kepada para pemenang, panitia juga menyediakan piala dan sejumlah hadiah lainnya,” kata Reza.
Sementara itu Wakil Direktur ADI Bidang Kemahasiswaan Afrizal Refo MA mengatakan, bahwa pelaksanaan ADI Fair sangat bermanfaat bagi mahasiswa lembaga pendidikan tersebut.
Ia berharap kegiatan serupa dapat dilaksanakan setiap tahunnya. Hal ini, tujuannya untuk lebih memotivasi para mahasiswa supaya bersungguh-sungguh dalam belajar dan menuntut ilmu.
Menurut Refo, dalam dunia yang serba digital saat ini, sudah sewajarnya para mahasiswa dituntut untuk dapat menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Baik yang ada kaitannya dengan duniawi maupun dengan ukhrawi (akhirat).
Karena dengan begitu, ilmu tersebut akan sangat membantu dan berguna bagi dirinya sendiri dan dengan mengaplikasikan ilmu tersebut juga akan bermanfaat bagi masyarakat sekitar. 
“Oleh karena itu, maka bersungguh-sungguhlah dan serius dalam belajar. Maksimalkan semua potensi yang dimiliki. Karena itu semualah yang akan menentukan keberhasilan dan kecemerlangan di masa depan,” tutup Refo
Sumber : serambi news

Musyawarah Daerah Dewan Da’wah kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2017 yang digelar pada tanggal 20 s/d 21 Mei 2017 di Aula Khana Pakat (Gues House) Blangpidie ditutup dengan penetapan Iin Supardi, S.S,M.E.I sebagai Ketua Umum periode 2017-2020.

Proses Musyda ke – IV ini berjalan dengan baik yang dipimpin oleh Ir. Zuhardi dan melahirkan program – program untuk pengurus masa yang akan datang. Said Azhar, S.Ag selaku Sekretaris Umum Dewan Da’wah Aceh, dalam penutupan musyda menyampaikan, “Dewan Da’wah di Abdya mengalami perkembangan cukup baik, kami berharap pengurus yang terpilih dapat melaksanakan program kedepan dengan maksimal, secara organisasi kita harus sinergi antar Daerah, Provinsi dan Pusat sehingga upaya da’wah kepada ummat terintegrasi dengan baik,” Senin,
(22/5).

Ia juga menambahkan, untuk kedepan Dewan Da’wah terus melakukan komunikasi dan kerjasama Internasional sebagai gerakan bersama dalam menghadapi pemurtadan, liberalisme dan sekularisme serta penguatan gerakan Islam.” imbuhnya

Musyda ke – IV yang berlangsung selama dua hari ini, melahirkan Iin Supardi sebagai Ketua Umum yang dipilih oleh tim formatur. Selain ketua, tim formatur juga menetapkan Ilman Syahputra, M.Si sebagai Sekretaris Umum dan Sahilmi, SE, MM sebagai Bendahara Umum periode 2017 – 2020.

Dalam sambutannya pasca dinobatkan kembali sebagai Ketua Umum, Iin Suparti menyampaikan, “Ini musibah bagi saya yang kembali ditetapkan sebagai ketua, namun ketika sudah diberi kepercayaan saya mengajak kita semua untuk sama-sama berbuat untuk da’wah di Abdya, mari kita selamatkan Abdya dengaan da’wah”,” ajaknya.

Iin juga berharap, bersama para pengurus dan seluruh kader Dewan Dakwah Abdya, ia yakin pasti bisa melanjutkan pekerjaan da’wah yang belum selesai dan melahirkan kader-kader da’wah tangguh dimasa yang akan datang. []

Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Aceh Barat Daya (Dewan Dakwah Abdya) menggelar Musyawarah Daerah (Musda) ke IV di Wisma Khana Pakat, Blangpidie, Sabtu (20/05).

Musda tersebut di buka secara resmi oleh Bupati Aceh Barat Daya yang diwakili Asisten Pemerintah, Drs. Yafrizal. Turut dihadiri Ketua Dewan Dakwah Aceh DR Tgk Hasanuddin Yusuf Adan MCL MA, Majelis Syura Dewan Da’wah Abdya, MPU, Muhammadiyah, NU dan tamu undangan lainnya.

Ketua Panitia Hasyimi S.Ag, dalam laporannya menyampaikan ada beberapa agenda penting dalam pelaksanaan Musda itu, diantaranya pertanggungjawaban pengurus lama, pemilihan pengurus baru untuk periode 2017-2020 dan penyusunan program kerja. Dan ia berterima kasih kepada semua pihak atas dukungan agar terlaksananya kegiatan ini.

“Kita akan melaksanakan Musda ini selama dua hari, 20-21 Mei 2017. Pembukaan dan musyawarah pemilihan Ketua dan pengurus baru di hari pertama, kemudian dilanjutkan dengan Up Grading pengurus baru dengan materi Sejarah Dewan Da’wah dan Penguatan Organisasi pada esoknya,” kata Hasyimi.

Ketua Umum Dewan Da’wah Abdya, Iin Supardi S.S, M.E.I, mengatakan kepengurusannya itu telah banyak melaksanakan kegiatan sejak 2013. Diantaranya Seminar Internasional Ekonomi Islam, workshop pemikiran islam dan penguatan potensi da’wah.

“Ini semua merupakan wujud upaya kita terhadap da’wah di Aceh Barat Daya. Selain itu Dewan Da’wah Abdya juga sudah memiliki tanah hibah untuk pembangunan mesjid dan sekretariat. Dan kami sangat mengharapkan sumbangsih dari donatur untuk pembangunan ini,” ujar Iin.

Sementara itu Ketua Umum Dewan Da’wah Aceh DR Tgk Hasanuddin Yusuf Adan MA, MCL dalam sambutannya mengatakan Dewan Dakwah hadir di Indonesia dengan menyambut perkembangan bangsa yang gencarnya kristenisasi, liberalisasi dan pendangkalan akidah. Dan kondisi bangsa Indonesia saat ini katanya hampir 80% bidang ekonomi dikuasai oleh non muslim dan aseng-asing. Begitu juga dengan wilayah politik.

Dosen Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN AR Raniry ini menambahkan, posisi umat Islam saat ini sangat terjepit. Terjadinya kriminalisasi ulama. Adanya streotype negatif terhadap umat Islam. Munculnya isu radikal, makar dan lain-lain.

“Ini bisa kita pertanggungjawabkan datanya. Selain itu puluhan orang Aceh juga telah menjadi pendeta di Medan dan Jakarta. beginilah kondisi yang sangat memprihatinkan umat di Aceh,” tegas Tgk Hasanuddin.

Mencermati berbagi persoalan bangsa tersebut, Ketua Dewan Dakwah Aceh ini berharap agar Dewan Dakwah Abdya dapat mengambil peran strategis untuk meminimalisirnya. Ia juga mengapresiasi program-program yang telah dilaksanakan oleh pengurus lama. Dan berharap kepengurusan yang baru dapat mempertahankan eksistensinya serta bisa terbentuknya pengurus cabang di setiap kecamatan.

Dalam sambutannya saat membuka acara Bupati Abdya yang diwakili Asisten Pemerintah, Drs. Yafrizal, menyambut baik hadirnya organisasi-organisasi islam yang konsen dengan dakwah. Ia berharap organisasi tersebut dapat bersinergi dengan Pemerintah Abdya.

“Semoga Dewan Da’wah Abdya bisa bersinergi dengan organisasi Islam lainnya di Abdya seperti Muhammadiyah, NU dan Perti dalam meningkatkan pemahaman dan penguatan umat di Abdya. Dan Pemerintah Abdya menyambut baik hadirnya Dewan Da’wah Abdya”, tegas Yafrizal. 

Akademi Dakwah Indonesia (ADI) yang merupakan lembaga pendidikan binaan Dewan Dakwah Aceh mengirimkan 20 mahasiswanya yang tergabung dalam Kafilah Dakwah Ramadhan ke daerah-daerah perbatasan dan pedalaman Aceh. Daerah tersebut mencakup Subulussalam, Singkil, Gayo Lues, Simeulue, Aceh Tenggara dan Aceh Tamiang.

Selama Ramadhan mareka akan mengisi dengan berbagai kegiatan. Diantaranya menjadi imam shalat tarawih, khutbah jum’at, ceramah Ramadhan, pelatihan TPA, pesantren kilat, dan tahsin al qur’an.

“Alhamdulillah, ini kali ke tiga ADI Dewan Dakwah Aceh mengirimkan Kafilah Dakwah Ramadhan ke daerah perbatasan dan pedalaman Aceh. Di daerah perbatasan dan pedalaman tersebut biasanya jarang mendapatkan sentuhan dakwah. Dan kita berharap dengan hadirnya mahasiswa ADI ini akan menambah semangat masyarakat di situ dalam beribadah di bulan suci Ramadhan,” kata Direktur ADI Dr Muhammmad AR MEd saat memberikan sambutan pada acara pelepasan Kafilah Dakwah Ramadhan 1438 H di Markaz Dewan Dakwah Aceh, Gampong Rumpet, Kec. Krueng Barona Jaya, Aceh Besar, Kamis (25/05).

Ia menambahkan kegiatan bertema “Da’i Menyapa Perbatasan dan Pedalaman Aceh” ini bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa ADI dengan terjun dan berinteraksi langsung bersama masyarakat di pelosok daerah selama Ramadhan.

Dengan demikian mareka akan mengetahui praktek dakwah di lapangan. Dan kegiatan ini juga akan mendapatkan penilaiaan tersendiri, karena bagian dari kurikulum yang ada di ADI.

“Jangan takut dengan tantangan karena hidup adalah perjuangan. Berdakwah itu mengembangkan tugas nabi. Dan yang terpenting adalah mampu menghadirkan Ramadhan ke dalam hati masyarakat,” pesan Dr Muhammad.

Sementara itu Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh sangat mendukung dan mengapresiasi atas terlaksananya kegiatan tersebut. Menurutnya ini merupakan bentuk partisipasi dan keseriusan serta komitmen Dewan Dakwah Aceh dalam membantu pemerintah untuk mengawal daerah perbatasan dan pedalaman Aceh dari hal-hal yang tidak diinginkan.

“Dewan Dakwah Aceh sangat siap dan akan senantiasa bersama pemerintah Aceh untuk berdakwah di daerah perbatasan dan pedalaman Aceh itu. Sebab di situ merupakan daerah rawan aqidah. Tentunya diperlukan kerjasama semua pihak terutama pemerintah Aceh untuk mengawalnya,” kata Tgk Hasanuddin. *

 

Sebagai agenda rutin tahunan, pada tahun 1438 H Dewan Da’wahAceh kembali menggelar ifhtar Jama’i di Markaz Dewan Da’wah Aceh Gampong Rumpet Krueng Barona Jaya Aceh Besar.

Acara yang diikuti oleh 300 orang, terdiri dari masyarakat Gampong Rumpet, Pimpinan Ormas Islam, anggota DPRA, Pimpinan Pesantren dan pengurus Dewan Da’wah dilaksanakan pada 4 Ramadhan 1438 H bertepatan dengan 30 Mei 2017.

Buka puasa bersama dengan menu kuah beulangong (daging masak Aceh Besar) dan ta’jil lainnya yang merupakan donasi dari Qatar Charity dan sumbangan muhsinin lainnya diharapkan dapat memperkuat ukhuwah islamiyah dan silaturrahim di bulan yang penuh berkah..

Sambil menanti waktu berbuka diisi dengan tausiyah agama yang di sampaikan oleh Ustadz Mursalin Basyah, Lc, MA.. dalam tausiyahnya ustadz Mursalin mengajak hadirin, khususnya da’i agar belajar dari burung hud hud dalam berdakwah. Di mana burung hud hud tidak langsung mengkritisi kondisi penduduk Saba, tetapi menyampaikan kelebihannya terlebih dahulu,baru kemudian menyampaikan bahwa mereka kufur kepada Allah dan menyembah matahari.. sebagai da’i kita harus berdakwah dengan cinta, demikian Ustadz Mursalin bertamsil di akhir tausiyahnya.. 

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh bekerjasama dengan Dewan Dakwah Aceh menggelar acara tarhib Ramadhan. Kegiatan bertajuk “The Miracle Of Ramadhan” itu di isi dengan tausyiah oleh Ketua Umum Dewan Dakwah Pusat Periode 2010 – 2015, Ustad H Syuhada Bahri, Lc dan berlangsung selama dua hari di tempat terpisah yaitu di Aula Lantai IV Balai Kota Banda Aceh, Kamis (11/5) malam dan di Aula RSUZA Banda Aceh, Jum’at (12/5).

“Alhamdulillah dengan kerjasama yang baik, kegiatan ini dapat terlaksana dengan sempurna. Ini menjadi moment yang sangat berharga bagi kita untuk mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramdhan yang sudah di depan mata,” kata Ketua IDI Aceh Dr Fachrul Jamal Sp.An.KIC, Sabtu (13/5).

Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh DR Hasanuddin Yusuf Adan MCL MA dalam sambutannya mengapresiasi dan berterima kasih kepada semua pihak atas prakarsa terlaksananya kegiatan itu. Menurutnya kegiatan seperti ini akan semakin menambah nilai ketaqwaan kepada Allah Ta'ala.

“Dewan Dakwah Aceh sudah lama bersinergi dengan para dokter dalam hal dakwah, terutama sekali dengan RSUZA. Banyak sudah program-program yang kita laksanakan bersama. Di antaranya bakti sosial dan pengobatan gratis di daerah rawan aqidah, bantuan untuk mahasiswa Akademi Dakwah Indonesia (ADI) pengisian pengajian di RSUZA dan pengiriman da’i Ramadhan,” ungkap Tgk Hasanuddin

Dosen Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Ar-Raniry ini berharap kerjasama yang telah terjalin tersebut akan terus berlangsung di masa hadapan dan dapat ditingkatkan lagi aspek aspek-aspek dalam pelaksanaannya.

Sementara itu, Ustadz H Syuhada Bahri, Lc dalam taushiahnya menyampaikan tentang pentingnya bersedekah dan berinfaq serta keutamaan-keutamaan di bulan Ramadhan.

“Ramadhan merupakan bulan yang dilipatgandakan pahala, di tutup pintu neraka dan di bukanya pintu syurga. Oleh itu jangan sedikitpun ada keraguan di hati kita untuk memperbayak sedekah dan infaq. Semua akan menjadi amal kita di negeri akhirat kelak. Dan alangkah sayangnya jika ramadhan telah datang tetapi berlalu begitu saja, sedangkan kita tidak dapat meraih pahala dan keutamaan dari bulan mulia tersebut,” tegas Ustadz Syuhada. *

 

Pengurus Wilayah Dewan Dakwah Aceh telah menyusun program kerja tahunan untuk tahun 2017. Kegiatan yang melibatkan seluruh pengurus tersebut  berlangsung di Komplek Markaz Dewan Dakwah Aceh di Gampong Rumpet, Kec. Krueng Barona Jaya, Aceh Besar, Minggu (2/4).

Sekjend Dewan Dakwah Aceh Said Azhar, S.Ag kepada wartawan, Senin (3/4) mengatakan, untuk tahun 2017 ini, Dewan Dakwah Aceh telah menyusun sejumlah program kerja. Penyusunannya dilakukan menurut bidang masing-masing. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih atau double kegiatan yang sama di bidang tersebut juga untuk memudahkan dalam pelaksanaannya.

“Di antara sejumlah program-program itu, yang menjadi prioritas pada tahun ini diantaranya adalah program kemandirian dakwah melalui pemberdayaan ekonomi usaha produktif, pendidikan dan pelatihan (diklat) dakwah, pembentukan dan pengaktifan pengurus daerah, penerimaan mahasiswa baru Akademi Dakwah Indonesia (ADI) dan program selama bulan suci ramadhan 1438 H,“ rinci Said Azhar seperti keterangan tertulis yang diterima redaksi dewandakwahaceh.com.

Sementara itu Ketua Dewan Dakwah Aceh Dr Tgk Hasanuddin Yusuf Adan MCL MA mengharapkan program kerja yang telah disusun tersebut dapat dilaksanakan semuanya di tahun ini sesuai dengan schedule yang telah ditetapkan. Mengingat program-program tersebut sangat bermanfaat untuk kemaslahatan ummat dalam rangka mengawal pelaksanaan Syariat Islam di Aceh yang kini sudah berusia 15 tahun.

Dosen Fak. Syariah dan Ekonomi Islam UIN Ar-Raniry itu menambahkan selama ini Dewan Dakwah Aceh telah melaksanakan sejumlah kegiatan yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan Syariat Islam di Aceh. Ini merupakan bentuk partisipasi dan keseriusan serta komitmen Dewan Dakwah Aceh dalam membantu pemerintah agar Syariat Islam di Aceh akan semakin maju dan berjaya. Selain itu dukungan penuh dari pemerintah juga sangat diperlukan.

“Dewan Dakwah Aceh sangat siap dan akan senantiasa bersama pemerintah Aceh untuk kemajuan Syariat Islam. Karenanya kami sangat berharap agar pemerintah dapat membuat terobosan-terobosan yang inovatif. Tentunya Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dan mesti di bantu oleh pihak lainnya. Dari itu pemerintah haruslah bersinergi dengan lembaga dakwah dan ormas islam serta mensupport dan memberi dukungan penuh pada setiap kegiatan yang mereka laksanakan,” tutup Tgk Hasanuddin. [

 

SUBULUSSALAM – Sebanyak 50 mualaf mengikuti pembinaan spiritual disampaikan Dewan Dakwah Indonesia Kota Subulussalam di aula Pendopo Wali Kota, Senin, 8 Mei 2017.

Ketua Dewan Dakwah Indonesia Kota Subulussalam Ustaz Sabaruddin kepada portalsatu.com di sela-sela acara tersebut mengatakan, kegiatan pembinaan bekerja sama dengan Pemerintah Kota Subulussalam diperuntukkan bagi mualaf atau orang yang masuk Islam sejak tiga tahun belakangan ini.

"Ini mereka yang tiga tahun belakangan ini menjadi mualaf. Atau ada di antara mereka mungkin saja sudah lama masuk Islam, tetap belum pernah mengikuti pembinaan," katanya.

Ia menyebutkan, peserta pembinaan mualaf itu dari empat kecamatan dalam wilayah Subulussalam yakni Penanggalan 24 mualaf, Simpang Kiri 22 orang, Rundeng 2 mualaf dan Sultan Daulat 2 orang.

Sabaruddin yang juga anggota MPU Kota Subulussalam menyampaikan materi tentang akidah Islamiyah. Sementara Wakil Ketua Dewan Dakwah Ustaz Chairul Anwar, S.Ag., menyampaikan fiqih ibadah.

Sedangkan dua narasumber lainnya juga dari dewan dakwah masing-masing Ustaz Aab Syihabuddin, M.A., dan Masnur, S.Pd.I., menyampaikan tentang sosial kemasyarakatan dan cara membawa Alquran.

Sabaruddin menyebutkan kerja sama pembinaan terhadap mualaf diharapkan terus berlanjut setiap tahunnya, baik dengan Pemerintah Subulussalam maupun Provinsi Aceh. Terlebih Subulussalam wilayah perbatasan dengan Sumatera Utara, sehingga dibutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

"Mereka menjadi mualaf atas kesadaran sendiri, tidak ada intimidasi, ini murni atas keinginan mereka menjadi mualaf. Karena itu mereka harus tetap dibina, kalau bisa jangan cuma pembinaan spiritual saja, tetapi harus ada pembinaan ekonomi juga," kata Sabaruddin.

Ia mengatakan pembinaan sebaiknya dilakukan secara berimbang antara spiritual dan ekonomi. Pasalnya sejak masuk Islam hubungan para mualaf dengan keluarga sebelumnya menjadi terputus.

"Jadi kalau tidak kita yang memberikan perhatian kepada mereka siapa lagi. Jika tidak dibina dengan baik, bisa saja di antara mereka kembali ke komunitasnya lagi. Selama ini ada satu dua kembali lagi ke komunitas asalnya," kata Sabaruddin.

Sementara Dewan Dakwah Indonesia Kota Subulussalam, kata Sabaruddin, hanya mampu memberikan pembinaan melalui spiritual saja lantaran tidak memiliki dana untuk program pembinaan ekonomi. Karena itu, dibutuhkan perhatian serius dari pemerintah daerah maupun Provinsi Aceh untuk melakukan pembinaan ekonomi bagi mualaf di Bumi Sada Kata.[]

BANDA ACEH – ‎Pemuda Dewan Dakwah Aceh (PDDA), mengkaji dan mendiskusikan isu wanita terkini yakni lesbian yang harus 'dihindari atau diayomi'. Acara digelar di Warung Jus Bang Khan, kawasan Rukoh, Syiah Kuala, Banda Aceh, Jumat (24/3/2017).‎ 

Kegiatan ini didasari terhadap keprihatinan mendalam, terkait isu moral dan sosial yang menjadi tugas masyarakat, pemerintah dan juga kita semua. Seperti yang disampaikan oleh pemateri ngobrol isu wanita terkini, Nurul Fahmi.

Nurul mengatakan, cara dan solusi terbaik dalam menanggulangi segala hal terkait isu amoral di masyarakat seperti lesbian, free sex (seks bebas), LGBT maupun kasus "penyakit sosial" lainnya, bisa disembuhkan dengan cara menuntun mereka ke arah yang benar. 

"Mereka yang lesbian maupun yang mendekati pada ciri-cirinya juga harus kita dekati. Sebagai umat muslim, kita jangan menjauhi mereka. Dekati mereka dengan cara mengayomi, menasihati serta menuntun ke arah yang lebih baik," ujarnya dalam diskusi tersebut.

Menasihatinya, sambung nurul, harus dengan lemah lembut dan jangan pernah memperlakukan mereka dengan kekerasan serta bertindak semena-mena. "Sehingga membuat hati mereka terluka, sehingga mereka pun tidak ingin berubah dan tetap kembali pada jalan dan pola hidup seperti itu," tambahnya.

Sementara itu, Ketua Bidang Kemuslimahan PDDA, Uswatun Hasanah mengatakan, tujuan kegiatan ini dilakukan adalah agar pemahaman dan kepekaan kita terhadap isu sosial terus digalakkan. 

"Sehingga bahasa dan efek yang ditimbulkan mudah dicegah. Apalagi, dengan kondisi masyarakat sekarang yang mudah disusupi dan dipengaruhi jika kita tidak memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT," kata Uswatun.

Sebagai seorang muslimah, lanjutnya, kita wajib membentengi diri kita dari hal yang mudharat dan segala hal yang tidak baik. "Maka, selain menjaga diri kita dari segala hal yang negatif mempengaruhi kehidupan kita, juga sebagai peran kita dalam menyiarkan kebaikan agar kehidupan masyarakat yang berada di lingkungan kita juga terhindar dari pengaruh yang kurang baik," tambahnya.

Pengurus Wilayah Pemuda Dewan Dakwah Aceh melalui bidang Pemberdayaan Ekonomi Pemuda menggelar seminar wirausaha, Sabtu sore (18/3) di Mesjid Markaz Dewan Dakwah Aceh di Gampong Rumpet, Kec. Krueng Barona Jaya, Aceh Besar. Seminar bertajuk DINAR (Diskusi Enterpreneur Pemuda Imajiner) itu diikuti oleh puluhan mahasiswa dan pemuda.

Ketua Bidang Pemberdayaan Ekonomi, Pemuda Dewan Dakwah Aceh, Akmal Iman mengatakan kegiatan ini merupakan program rutin yang dilaksanakannya pada setiap bulan. Tujuannya adalah untuk memotivasi dan melahirkan para pemuda pemudi Aceh yang fokus serta gemar untuk berwirausaha. Ia menambahkan pada setiap kegiatannya, panitia selalu menghadirkan para profesional muda yang telah berhasil di berbagai dunia usaha sebagai pematerinya.

“Program ini sangat bermanfaat bagi para pemuda dan mahasiswa Aceh yang ingin berwirausaha. Apalagi banyak mahasiswa setelah tamat kuliah langsung mencari lowongan pekerjaan. Sementara persaingan hidup semakin ketat dan lapangan pekerjaan sangat sulit. Maka dengan kita berwirausaha akan mengatasi beban pengangguran dan juga membantu pemerintah dalam mengurangi angka kemiskinan,” kata Akmal Iman yang juga Ketua Panitia Pelaksana, Minggu (19/3).

Sementara itu yang menjadi pemateri dalam seminar ini adalah praktisi bisnis profesional yang juga CEO D’Green Laundry, Munardi Nazwar. Adapun judul materinya adalah “teknik jitu dalam memulai usaha”. Karena berlatar belakang sebagai pengusaha laundry, iapun bercerita dan menguraikan kisahnya ketika membangun bisnis dan usahanya itu sejak awal hingga sekarang.

Pengusaha muda ini menjelaskan modal awal dalam berwirausaha adalah bagaimana kita mampu transparan dan dapat dipercaya dalam mengelola segala jenis usaha. Kemudian juga harus mampu meyakinkan investor (sumber modal) untuk membantu usaha yang sedang berjalan tersebut.

Ia menambahkan dalam mengelola sebuah usaha itu juga diperlukan keseriusan yang tinggi dan kosentrasi yang penuh. Serta di tunjang dengan tata kelola yang baik dan manajemen yang bagus. Dan yang terpenting adalah jangan cepat menyerah jika menemui kegagalan dan kebuntuan. Karena kegagalan dan kebuntuan tersebut akan mendidik kita untuk tetap istiqamah dalam suatu perjuangan. Dan tak ada keberhasilan tanpa perjuangan yang berat.

“Selain itu para konsumen (pembeli) pun harus kita jaga dengan baik. Komunikasi dengan mareka pun harus teratur dan bijaksana. Dengan demikian usaha yang sedang kita rintis tersebut secara perlahan akan menjelma menjadi usaha yang besar dan menjadi terkenal,” pungkas Munardi Nazwar. []