Afrizal Refo, MA
Oleh : Afrizal Refo, MA

Hijrah merupakan salah satu risalah penting dalam Islam. Bahkan penanggalan bulan dalam Islam dimulai dari hitungan momentum hijrahnya nabi dari Makkah ke Madinah.

Mengapa fenomena hijrah menjadi mementum penting dalam sejarah Islam?

Hal ini karena hijrah memberikan arahan tentang langkah memulai perubahan dari realitas yang buruk menuju realitas yang baik.

Definisi Hijrah

Secara bahasa hijrah adalah berpindah, berpisah.

Sementara secara istilah, menurut pakar leksiografi Al-Quran, Raqib al-Isfahani berpendapat bahwa kata hijrah mengacu kepada tiga pengertian, yaitu:

Pertama, Meninggalkan negeri yang berpenduduk kafir menuju negeri yang berpenduduk muslim, seperti hijrah Rasulullah SAW dari Mekkah ke Madinah,

Kedua, Meninggalkan syahwat, akhlak yang buruk dan dosa-dosa menuju kebaikan yang diperintahkan oleh Allah SWT,

Ketiga, Mujahadah an-nafs atau menundukkan hawa nafsu untuk mencapai kemanusiaan yang hakiki.

Dalam konteks ini maka yang tepat adalah pengertian yang kedua dan ketiga. Yaitu suatu jiwa berniat untuk melakukan perubahan perbaikan diri dari dunia “hitam” menuju dunia “putih”.

Perubahan diri dari realitas hidup yang awalnya serba borju, hura-hura, foya-foya, senang-senang seakan tanpa batas, berubah menuju realitas hidup anak muda yang serba baik, suka ke masjid, hadir majelis taklim, menjadi aktifis dakwah dan segala perubahan kebaikan lainnya. Inilah sejatinya hijrah itu.

Kehidupan adalah sebuah dinamika perubahan sejak manusia lahir hingga meninggal dunia. Setiap manusia yang normal secara umum memiliki visi dan misi dalam hidupnya atau paling minimal memiliki harapan untuk hidup yang lebih baik. Upaya perubahan hidup manusia berupaya semaksimal mungkin bertujuan untuk mencapai kehidupan yang sukses baik secara individu maupun kolektif. Namun dalam realitas masih banyak manusia belum mampu mengelola perubahan yang terjadi untuk meraih kehidupan yang lebih baik.

Adapun Rasulullah saw bersama sahabatnya adalah contoh tauladan terbaik bagaimana beliau memanfaatkan semua potensi yang ada untuk membangun sebuah perubahan. Kondisi Jazirah Arab pada saat itu berada pada peradaban hidup yang rendah (jahiliyah). Meliputi kebodohan, kezaliman, perang antar kabilah, kerusakan moral, pelecehan nilai kehormatan wanita, penyembahan berhala serta berbagai bentuk kejahatan. Bagaimana Rasulullah saw dapat merubah kehidupan yang buruk itu menjadi kehidupan yang berperadaban yang tidak ada bandingannya sepanjang zaman.

Tentu semua atas bimbingan Allah swt sebagai nabi dan rasul terakhir sebagai rahmatan lil’alamin. Diharapkan menjadi contoh bagi manusia setelah beliau wafat dalam membangun peradaban kehidupan dunia sampai hari kiamat.

Ada 3 (tiga) instrumen yang dijalankan oleh Rasulullah saw dalam melakukan perubahan sebagaimana dalam al-quran surah al-baqarah ayat 218. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. yaitu iman, hijrah dan jihad atau secara umum kita sebut keyakinan, perubahan dan perjuangan.

Ketiga prinsip hidup tersebut harus berjalan serasi, sejalan dan seiring agar tujuan hidup manusia yaitu bahagia dunia dan akhirat dapat tercapai. Keyakinan adalah dasar untuk berjuang dalam melakukan perubahan. Dan sangat mustahil ada perubahan tanpa perjuangan. Demikian halnya, mustahil ada perjuangan tanpa ada keyakinan.

Allah swt berfirman dalam QS. ar-Ra’du:11 “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. Hijrah sebagai salah satu prinsip hidup, harus senantiasa kita maknai dengan benar.

Dalam suasana menjelang tahun baru Islam 1 Muharram 1444 Hijriyah yang tinggal beberapa hari lagi ini, mari kita kembali meletakkan pemahaman yang benar tentang hijrah. Hijrah tidak hanya berarti meninggalkan tempat tetapi juga berarti meninggalkan sikap/perbuatan, yang tidak produktif dan tidak diridhai Allah menuju sikap/perbuatan yang produktif dan diridhai Allah swt. Secara maknawi hijrah dibedakan beberapa macam, yaitu:

Pertama, Hijrah i’tiqadiyah atau keyakinan adalah sesuatu yang menjadi penentu setiap amal kita. Tanpa sebuah keyakinan dalam setiap amal, niscaya tidak akan sukses amal tersebut. Karena begitu pentingnya i’tiqadiyah yang benar dalam diri kita, maka inilah sesuatu yang pertama kali harus kita hijrahkan.

Diakui atau tidak, selama hidup ini, kita sering bersinggungan dengan keyakinan yang kurang benar, baik dalam hal kesehatan, pekerjaan, rezeki, jodoh dan lain sebagainya. Dan terkadang tidak banyak di antara kita yang menyadarinya padahal perbuatannya sudah mendekati bahkan masuk dalam ruang kesyirikan.

Hijrah i’tiqadiyah, menjadi sebuah keharusan bagi setiap muslim, karena i’tiqadiyah merupakan pondasi dan motivasi amal agar segala aktivitas kita diterima dan diridhoi Allah swt.

Kedua, hijrah fikriyyah atau pemikiran. Seiring perkembangan zaman, kemajuan teknologi dan informasi, seolah dunia tanpa batas. Berbagai informasi dan pemikiran bisa kita akses secara online. Dibutuhkan kemampuan untuk memfilter arus informasi agar informasi yang diterima tidak menimbulkan perubahan pikiran yang bisa merusak nilai- nilai agama, budaya dan akhlak yang baik. Dalam perang pemikiran (ghazwul fikri) berbagai pemikiran telah tersebar di medan perang tersebut laksana amunisi dari senjata-senjata perenggut nyawa.

Isu sekularisasi, kapitalisasi, liberalisasi, pluralisasi, LGBT, bahkan demokratisasi tanpa arah telah menyusup ke dalam sendi-sendi dasar pemikiran kita yang murni. Ia menjadi virus ganas yang sulit terdeteksi oleh kaca mata pemikiran biasa. Keberadaannya samar dan dipoles dengan nilai-nilai yang seolah-olah Islami.. Hijrah fikriyah menjadi sangat penting mengingat kemungkinan besar pemikiran kita telah terserang virus ganas tersebut.

Mari kita kembali mengkaji pemikiran-pemikiran Islam yang murni. Pemikiran yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, melalui para sahabat, tabi’in, tabi’t tabi’in dan para generasi pengikut salaf.

Ketiga, Hijrah Syu’uriyyah atau cita rasa, kesenangan, kesukaan dan semisalnya, semua yang ada pada diri kita sering terpengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang Islami. Banyak hal seperti hiburan, bacaan, gambar/hiasan, pakaian, idola, organisasi, dan banyak lagi, sebagian besar tak luput dari pengaruh nilai-nilai di luar Islam.

Mode pakaian juga tak kalah pentingnya untuk kita hijrahkan. Hijrah dari pakaian gaya jahiliyah menuju pakaian Islami, yaitu pakaian yang benar-benar mengedepankan fungsi bukan gaya. Apa fungsi pakaian? Tak lain hanyalah untuk menutup aurat dan estetika, bukan justru memamerkan aurat. Ironis memang, banyak diantara manusia berpakaian tapi aurat masih terbuka. Kata Nabi, berpakaian tapi telanjang. Ada yang sudah tertutup tapi ketat dan transparan, sehingga lekuk tubuhnya bahkan warna kulitnya terlihat. Dan masih banyak model-model pakaian masa kini yang nyeleneh-nyeleneh.

Keempat, Hijrah Sulukiyyah yaitu tingkah laku atau kepribadian atau biasa disebut juga akhlaq. Dalam perjalanannya akhlaq dan kepribadian manusia tidak terlepas dari degradasi dan pergeseran nilai. Pergeseran dari kepribadian mulia (akhlaqul karimah) menuju kepribadian tercela (akhlaqu sayyi’ah).

Sehingga tidak aneh jika bermunculan berbagai tindak amoral dan asusila di masyarakat. Pencurian, perampokan, pembunuhan, anarkis, pelecehan, pemerkosaan, penghinaan, gosip dan penganiayaan seolah telah menjadi biasa dalam masyarakat kita. Penipuan, korupsi, prostitusi, suap dan manipulasi, ketidak adilan hampir bisa ditemui di mana-mana.

Kelima, hijrah amaliah yaitu, setiap muslim harus memiliki komitmen untuk menerapkan nilai-nilai Islam, baik yang terkait dengan ibadah maupun muamalah. Dalam muamalah mari kita menegakkan ekonomi ilahiyah yang kita yakini dapat menjadi solusi terhadap keterpurukan dan kesenjangan ekonomi. Sehingga dapat mewujudkan tatanan ekonomi yang berkeadilan, mensejahterakan, dan memberikan kebahagiaan dunia – akhirat. Begitu pula dalam bidang lain seperti bidang politik, pendidikan, sosial, budaya, keamanan dan lingkungan dengan berupaya menerapkan nilai-nilai ilahiyah.

Oleh karena itu dalam momentum hijrah ini mari kita melakukan evaluasi terhadap masa yang telah kita lewati untuk melakukan perubahan yang lebih baik dimasa yang akan datang agar kita tidak termasuk orang yang merugi. Karena sesungguhnya orang yang beruntung adalah hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih hebat dibandingkan hari ini. Kesuksesan hanya dapat dicapai dengan perubahan dan perubahan memerlukan perjuangan dan pengorbanan. Wallahu ‘Alam

Penulis adalah Sekretaris Dewan Da’wah Kota Langsa, Dosen FTIK IAIN Langsa, Aceh.

Afrizal Refo, MA
Oleh : Afrizal Refo, MA

Tak lama lagi umat muslim sedunia akan segera menghadapi hari raya besar kedua, yakni hari raya Idul Adha. Salah satu amalan yang sangat dianjurkan untuk dilakukan adalah menyembelih hewan Kurban.

Menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha, tanggal 10 Dzulhijjah dan hari-hari Tasyriq (tanggal 11,12,dan 13 Dzulhijjah) merupakan ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam.

Bulan Dzulhijjah adalah bulan yang sangat ditunggu-tunggu oleh setiap umat islam di seluruh dunia, karena di bulan ini umat islam menyerahkan hewan qurban untuk dibagikan kepada fakir miskin. Bulan ini juga menjadi momentum ibadah yang meneladani Nabi Ibrahim a.s yang bermuara kepada pemerataan sosial dan keadilan sosial.

Kata qurban sendiri berasal dari bahasa arab yaitu “quroba-yaqrobu-qurban, waqurbanan” yang artinya dekat, maksudnya ialah mendekatkan diri kepada Allah Swt. Adapun pengertian secara istilah, qurban adalah penyembelihan hewan dalam rangka ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt yang dilakukan pada waktu tertentu. Ibadah qurban disyariatkan pada tahun ketiga hijriah, sama halnya dengan zakat dan shalat hari raya (Terjemahan Fiqih Islam Wadillatuhu, 2011)

Ibadah qurban yang dilakukan umat Islam yakni dengan penyembelihan hewan kurban pada setiap 10 Dzulhijjah. Hewan yang boleh dijadikan untuk kurban adalah unta, sapi, dan kambing atau domba.

Tapi apakah ibadah qurban ini menjadikan agama Islam tidak berbeda dengan agama-agama lainnya. Bahwa umat Muslim menjadikan hewan-hewan tersebut sebagai persembahan kepada Allah SWT.

Ibadah qurban sama halnya dengan ibadah haji, bersifat simbolik. Qurban bukanlah sebuah ritual menumpahkan darah untuk mendapatkan pertolongan Allah melalui kematian makhluk lain. Qurban bagi umat Islam adalah ungkapan terima kasih kepada Allah atas limpahan rezeki dengan cara berbagi makanan berharga kepada mereka yang tidak mampu.

Penyembelihan hewan qurban sebenarnya sudah ada sejak pra-Islam. Bahkan dipraktekkan oleh orang-orang Arab kafir dan juga Yahudi sebagai bentuk persembahan, untuk memperoleh kekayaan dan perlindungan Allah dengan pengorbanan darah.

Islam datang untuk mengubah tradisi tersebut. Penyembelihan qurban bukan untuk mendamaikan Tuhan yang sedang marah atau untuk menebus dosa-dosa sebagaimana yang diyakini umat kristen. Penyembelihan qurban menurut Islam adalah untuk memadamkan ego dan keinginan pribadi kepada Allah.

Seperti diceritakan kisah Nabi Ismail dalam Alquran surat Ash-Shaffat ayat 102-107.

“Maka ketika (anak laki-laki) mencapai (usia) sanggup bekerja dengannya, (Ibrahim) berkata: “Wahai anakku! Sesungguhnya saya bermimpi bahwa saya menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab: “Wahai Ayahku! Lakukan apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu: Insya Allah, Engkau akan menemukanku, termasuk orang yang sabar. Maka ketika keduanya telah berserah diri (kepada Allah), dan dia (Ibrahim) membaringkannya anaknya atas pelisnya (untuk pengorbanan). Lalu kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! Sungguh engkau telah memenuhi mimpi itu! ” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat benar. Sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”

Ketulusan dan kesabaran nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail untuk melaksanakan perintah Allah Swt tidak diragukan lagi. Iblis berusaha untuk menggodanya, namun nabi Ibrahim tetap kuat dan kokoh untuk melaksanakan perintah Allah walaupun hanya lewat mimpi (ru’yah shadiqah). Dengan ketabahan, ketulusan, dan tawakal kepada Allah Swt, ia melaksanakan perintah tersebut dengan penuh keyakinan, kepasrahan dan keikhlasan.

Ujian yang dihadapi Nabi Ibrahim a.s adalah ujian penyembelihan nabi Ismail a.s yang peristiwa ini diabadikan dalam ibadah qurban yang dilakukan oleh segenap kaum muslimin di seluruh dunia. Makna dan pesan dari qurban itu sendiri yang dititahkan (disyariatkan) Allah Swt tentulah memiliki pesan sosial, tak terkecuali ibadah qurban. Selain memiliki makna ritual, ibadah qurban juga mengandung makna sosial. Oleh karena itu, umat islam yang merayakan ibadah qurban diharapkan tidak hanya sebatas ritual yang miskin makna, akan tetapi ada nilai-nilai luhur dan moral yang dapat diimplementasikan. Diantara makna moral yang terkandung di dalam ritual qurban adalah :

Pertama, ketundukan Ibrahim a.s kepada Rabbnya membawa pesan moral kepada kita semua untuk senantiasa taat dan patuh terhadap aturan Undang-undang yang telah digariskan dalam Al-Qur’an dan As-Sunah.

Kedua, dibebankannya ibadah haji ini bagi umat islam yang mampu dan mendistribusikan daging qurbannya sebagai bentuk kepedulian kepada kaum lemah menyiratkan pesan substansial kepada kita agar selalu bersemangat membantu meringankan penderitaan orang lain. Bantuan tidak hanya sebatas materi, melainkan ide tenaga atau pikiran yang akan dapat meringankan dan penyelesaian problematika hidupnya. Secara substansial belum dapat disebut “berkurban” manakala di dalam dirinya belum tumbuh semangat berkurban dan membantu penderitaan orang lain.

Ketiga, menyembelih hewan berarti menyembelih sifat-sifat kebinatangan seperti egois, serakah, rakus, menindas, tidak mengenal aturan, norma atau etika dan bertengkar bahkan membunuh hanya demi keuntungan sesaat, memperkaya diri sendiri, menindas yang lemah dan arogan. Hal ini menunjukan bahwa qurban yang dilakukan berdampak mampu memberikan kontribusi dan penyadaran untuk memperbaiki diri dan menata tatanan sosial yang baik.

Keempat, disunahkan menggemakan takbir mulai hari pertama malam 10 Dzulhijjah sampai waktu ashar di akhir hari tasyrik (tanggal 13 Dzulhijjah) memperlihatkan kepada kita bahwa hanya Allah-lah yang memiliki kekuasaan Agung dan Absolut. Oleh karenanya, tidak patut bagi kita bertindak semena-mena terhadap orang lain serta berjalan di muka bumi dengan congkak karena hanya Allah yang maha kuasa atas segalanya dan kita selaku hamba Allah tunduk dan patuh terhadap perintah Allah SWT.

Dengan momentum qurban ini dapat kita mengambil pelajaran bahwa dalam Alquran Allah menegaskan, Allah tidak pernah menyuruh Ibrahim membunuh (mengorbankan) putranya. Hal ini berbeda dengan apa yang disebut dalam Alkitab, bahwa Abraham (Ibrahim as) diperintahkan berqurban dengan membunuh putranya.

Dengan kata lain, implikasi yang mendasari umat Islam dalam berqurban bukanlah pertaubatan darah atau mencari pertolongan dari Allah melalui kematian orang lain, melainkan ungkapan rasa syukur kepada Allah atas rezeki seseorang dan pengorbanan pribadi untuk berbagi harta benda dan makanan berharga mereka dengan sesama manusia.

Sebagaimana Firman Allah SWT, “Dan bagi setiap umat telah kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang diberikan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada mereka yang tunduk patuh (kepada Allah). (Al-Hajj ayat 34)

Dari Ayat Alquran diatas maka dapat disimpulkan, bahwa Allah SWT tidak membutuhkan daging atau darah karenanya berqurban adalah simbol rasa syukur dengan cara berbagi daging qurban kepada sesama manusia. Justru yang terpenting dalam berqurban adalah, penyembelihan dilakukan dengan menyebut nama Allah.

Dengan demikian, berqurban selain untuk mengagungkan sebagian syiar Allah, juga agar mendapatkan keutamaan qurban. Ada banyak keutamaan qurban, di antaranya adalah dicatat sebagai amalan terbaik di hari Idul Adha yang paling dicintai Allah, mendapat kebaikan sebanyak bulu hewan kurban dan mendapatkan ampunan dosa.

Semoga pelaksanaan qurban kita semua menjadi ibadah yang hakiki dalam konteks ritual maupun sosial.

Penulis adalah Sekjen Dewan Da’wah Kota Langsa

Oleh Afrizal Refo, MA

Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang mulia dalam Islam. Dzulhijjah sendiri berasal dari kata ‘Dzul’ yang artinya pemilik dan ‘Al-Hajjah’ yang artinya haji.

Karena merupakan bulan yang mulia, sangat dianjurkan bagi umat Muslim untuk memperbanyak ibadah. Mulai dari berpuasa, berzikir, berkurban, hingga melaksanakan shalat Idul Adha.

Beberapa hari lagi umat Islam akan menyambut bulan Dzulhijjah. Dzulhijjah merupakan bulan ke-12 atau terakhir dalam kalender tahun Hijriah. Dzulhijjah menjadi salah satu bulan suci (syahr al haram) dalam Islam selain Dzulqaidah, Muharram, dan Rajab. Di Indonesia, bulan Dzulhijjah juga sering disebut sebagai bulan haji.

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada 12 bulan, di antaranya terdapat empat bulan yang dihormati, yakni Dzulqa’adah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dzulhijjah disebut sebagai salah satu bulan yang dimuliakan Allah SWT. Di dalamnya terdapat kewajiban haji bagi yang mampu menunaikannya. Sementara orang yang tidak mampu dianjurkan memperbanyak amalan sunah lainnya seperti sedekah, shalat, dan puasa.

Karenanya, kesempatan beribadah tidak hanya diberikan kepada jama’ah haji. Siapapun mendapat kesempatan beramal meskipun dalam bentuk yang berbeda-beda.

Saat datangnya bulan Dzulhijjah, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh. Hal itu seperti yang dijelaskan dalam sejumlah hadis Rasulullah SAW, salah satunya hadis riwayat Ibnu ‘Abbas yang ada di dalam Sunan At-Tirmidzi:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر
Artinya,

“Rasulullah SAW berkata: Tiada ada hari lain yang disukai Allah SWT untuk beribadah seperti sepuluh hari ini,” (HR At-Tirmidzi).

Di dalam bulan Dzulhijjah ada hari-hari yang dipilih oleh Allah sebagai hari-hari terbaik sepanjang tahun. Allah berfirman:

والفجر وليال عشر

“Demi fajar, dan malam yang sepuluh” (Qs. Al Fajr: 1-2)

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan 10 malam yang dimaksud oleh Allah dalam ayat tersebut. Penafsiran para ulama ahli tafsir mengerucut kepada 3 pendapat:

Yang pertama: 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.

Yang kedua: 10 malam terakhir bulan Ramadhan.

Yang ketiga: 10 hari pertama bulan Al Muharram.

Yang rajih (kuat) adalah pendapat yang menyatakan bahwa yang dimaksud adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Hal ini berdasarkan atas 2 hal sebagai berikut:
Hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dari Jabir radhiyallaahu ‘anhuma
إن العشر عشر الأضحى، والوتر يوم عرفة، والشفع يوم النحر

“Sesungguhnya yang dimaksud dengan 10 itu adalah 10 hari di bulan Al Adh-ha (bulan Dzulhijjah), dan yang dimaksud dengan “ganjil” adalah hari Arafah, dan yang dimaksud dengan “genap” adalah hari raya Idul Adh-ha. (HR. Ahmad, An-Nasaa’i, hadits ini dinilai shahih oleh Al-Haakim dan penilaiannya disepakati oleh Adz-Dzahabi)

Bulan Dzulhijjah juga penuh dengan sejarah bagi umat Islam. Di antaranya yaitu ibadah haji dan menunaikan kurban. Dua ibadah tersebut memiliki nilai pahala yang sangat besar di mata Allah SWT.

Alasan lain dijadikannya Dzulhijjah sebagai salah satu bulan yang mulia karena ada banyak peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah Islam. Apa saja peristiwa penting di bulan Dzulhijjah?

1. Nabi Ibrahim Menyembelih Ismail

Allah SWT menguji Nabi Ibrahim dengan memerintahkannya menyembelih putranya, Nabi Ismail. Perintah tersebut disampaikan melalui mimpi sebanyak tiga kali. Ibrahim pun mengatakan hal ini kepada Ismail.
Ismail menerima hal tersebut karena merupakan perintah Allah. Keesokan harinya, Ibrahim menyembelih Ismail di sekitar Mina, Mekah. Karena keikhlasan Nabi Ibrahim dan Ismail, Allah menggantikannya dengan seekor domba. Peristiwa ini terjadi pada 9 Dzulhijjah.

2. Pembangunan Ka’bah
Peristiwa lainnya yang terjadi pada bulan Dzulhijjah adalah pembangunan Ka’bah. Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membangun Ka’bah yang juga dibantu Ismail.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 127 yang artinya: “Dan ingatlah ketika Nabi Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail seraya berdo’a : Ya Tuhan kami terimalah daripada kami amalan kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah : 127)

3. Perintah Wajib Berhaji
Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyerukan ibadah haji. Peristiwa ini diyakini terjadi pada bulan Dzulhijjah. Diriwayatkan, Nabi Muhammad menunaikan ibadah haji sekali seumur hidup pada bulan Dzulhijjah.
Allah SWT berfirman: “Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” (QS. Al-‘Imran : 97)

4. Peristiwa Nabi Yunus
Nabi Yunus pernah mengalami kejadian ditelan paus raksasa setelah dilempar ke laut. Saat itu, Allah memberi mukjizat kepadanya agar mampu bertahan di dalam perut paus. Peristiwa ini diyakini terjadi pada 2 Dzulhijjah. Itu mengapa umat Muslim disunnah untuk berpuasa pada tanggal tersebut.

5. Diampuninya Dosa Nabi Adam
Adam dan Hawa dilempar Allah dari surga oleh Allah SWT ke Bumi karena memakan buah khuldi yang terlarang akibat godaan iblis. Karena kejadian tersebut, Nabi Adam terus berdoa kepada Allah agar diampuni dosanya. Pada 1 Dzulhijjah, Allah pun mengampuni dosa Nabi Adam dan pada tanggal ini pula umat Muslim dianjurkan berpuasa.

Penulis adalah Sekjen Dewan Da’wah Kota Langsa.

Oleh Dr. Muhammad AR. M.ED

            Akhir tahun 2021 kita diramaikan oleh berita rudapaksa (pemerkosaan) anak gadis dibawah umur oleh 14 orang pemuda di Nagan Raya. Mungkin ini kado buat ibu dan bapak yang merasa lalai menjaga putra-putrinya, konon lagi yang masih sedang mencari patron kehidupan. Ini jelas bahwa institusi keluarga apakah secara umum di Indonesia ataupun di Aceh sudah sangat rapuh dalam mendidik generasi muda sehingga  persoalan-persoalan yang tidak kita bayangkan-pun akan terjadi. Inilah yang disebut dengan kata bijak dalam bahasa Inggris ”charity begins at home.”  Di sini dimaknakan bahwa  rumah tangga merupakan kekuatan utama dalam menentukan arah masa depan generasi muda ini. Maka dari itu hati-hatilah setiap rumah tangga memiliki pe er  besar untuk mendidik.

            Dalam tahun 2021  sedikitnya sudah tiga kali terjadinya pemerkosaan beramai-ramai terhadap anak dibawah umur di Aceh, namun para petinggi negara di Aceh belum berani  menjadikan issu ini sebagai bahasan utama dalam pemerintahan Aceh.  Jika kasus seperti yang terjadi di Bener Meriah (Februari 2021),  Langsa (Maret 2021) dan di Nagan Raya (Desember 2021) mau dijadikan issue central, maka  persoalan pemerkosaan, penelantaran, kekerasan terhadap anak mungkin tidak separah yang terjadi selama ini.  Kemungkinan besar, persoalan ini  belum menyentuh hati para elit, maka beginilah panorama yang dilakukan oleh para calon pemimpin yang akan memimpin  dua puluh tahun kedepan, yaitu para pemimpin yang bermental  pemerkosa.  Nanti mereka tidak segan-segan akan memaksa lawan politiknya, memaksa  lawan keyakinannya,  memaksa lawan jenisnya untuk ditidurinya, memaksa orang-orang yang tidak sehaluan dengan mereka, dan memaksa orang untuk berbuat maksiat secara beramai-ramai. Ini semua karena mengikuti pengalaman masa lalunya  mereka telah pernah diperkosa namun tidak diperbaiki kehidupannya dan nama baiknya dan demikian  juga para pemerkosa yang tidak dihukum dengan serius atas kejahatannya.

Anak adalah amanah Allah dan sebuah anugerah yang sangat berharga bagi orang  tua, karena itu jagalah amanah tersebut dengan baik, jagalah pendidikannya, jagalah ibadahnya, jagalah  lingkungannya, jagalah dengan siapa dia berkawan.  Anugerah Allah itu mahal sekali dan tidak dapat ditebus dan dibeli dengan harga triliun dan milyaran untuk mendapat seorang anak, karena itu syukurilah  anugerah tersebut, papahlah  pemberian tersebut,  jagalah ia dari dalam kandungan, sejak bayi hingga dewasa agar para predator, pemerkosa, peleceh,  tidak pernah menyentuhnya secara haram. Ini merupakan tanggung jawab rumah tangga  pada lini terdepan, kalau rumah tangga lalai dan ketiduran dalam melihat serta memperhatikan gerak gerik anak-anak, maka  jangan  terkejut ketika kasus meledak ke seantero negeri.  Jika  pengawasan rumah tangga rapuh dan bebas, maka para calon pemimpin bangsa  (bunga bangsa yang sedang berkembang) sekarang ini  akan terkulai layu sebelum masanya.  Institusi yang paling bertanggung jawab pada peringkat awal adalah  (household institution) yaitu ayah dan ibu. Jika mereka tidak memiliki ilmu, tidak memiliki  akidah yang sahih, dan tidak memiliki roh Islam dan kasih sayang terhadap anak manusia sejak kecil, maka ketuka mereka beranjak dewasa akan lepas dari pengawalan atau pengawasan.

Demikian pula tanggung jawab berikutnya adalah wujudnya caring society (masyarakat penyayang atau masyarakat yang saling peduli) terhadap moralitas anak bangsa dan jangan membiarkan mereka berbuat sesuatu yang melanggar aturan agama dan tatanan social di depan mata kita. Jika masyarakat Islam tidak lagi melakukan amar makruf nahy munkar, maka di kawasan itu tidak ada lagi  agama Islam.  Sebab, salah satu cri khas Islam adalah  saling menasehati terhadap kebenaran dan kesabaran. Lagi pula, salah satu peran agama Islam adalah  salng memberi nasehat. Jika nasehat tidak ada lagi atau tidak mau menerimanya, berarti  kita sudah keluar dari agama ini. Namun,  jika telah berlaku, maka akan sulit untuk memperbaikinya karena  nasehat dan pencegahan sudah kedaluarsa. Artinya nasi telah menjadi bubur.  Penyesalan selalu datangnya terlambat. Masa lalu jangan disesali, tetapi masa depanlah  yang harus disongsong dan diperbuat sebaik mungkin.  Oleh karena itu hidupkan nasehat, dan jagalah bersama anak-anak kita agar selamat dari narkoba, dari pergaulan bebas, zina, pemerkosaan, dan dekadensi moral.

Umat Islam seharusnya tidak terperosok ke dalam  lobang yang sama untuk kali kedua, apalagi kali ketiga.  Pengalaman buruk dan kegagalan seharusnya sebagai pemicu keberhasilan di masa berikutnya, demikian pula  jika  malapetaka yang pernah menimpa kita pada masa pertama atau masa lalu  karena akibat kesalahan kita sendiri, maka itu merupakan  guru yang paling baik dalam kehidupan kita. Artinya, cukup sekali kita merasakan pengalaman pahit dan memalukan dalam kehidupan. Jika kita terus gagal dan gagal,  tertimpa kehinaan, dan kemelaratan bertubi-tubi, artinya ada yang salah dalam kehidupan kita, karena itu mohonlah petunjuk Allah, bertobatlah kepada-Nya, mohonlah ampun kepada-Nya, dan bertaqwalah dengan sesungguhnya.  Jauhkan diri dari sifat kemunafikan dan kepura-puraan terhadap agama Allah, perintah Allah,  terhadap perintah Raulullah,  serta meninggalkan semua larangan agama secara totalitas. Jangan menyombongkan diri terhadap Allah swt karena Dia Maha Perkasa dan semua penguasa dan manusia ada dalam genggaman-Nya semuanya.

Kita memohon kepada pemerintah Aceh agar memperketat pengawasan terhadap eksistensi anak, lingkungan anak, pendidikan anak, dan  keinginan mereka demi  masa depan yang gemilang. Rasa kepedulian ini sangat diperlukan sejak dari tahap pemerintahan desa (kampung), kecamatan, kabupaten hingga ke propinsi. Maknanya negara harus benar-benar memperhatikan kelangsungan hidup generasi muda sejak dari kampung hingga ke kota. Negara bisa melakukan ini semua karena  mereka memiliki aparat (TNI –POLRI), Satpol PP dan WH., penegak hukum, memiliki dana yang cukup, dan  dapat melahirkan hukum-hukum yang tegas dan berat bagi pelaku kejahatan terhadap anak (generasi muda).  Disinilah harapan besar yang dapat kita harapkan kepada negara khususnya dalam mencegah berlakunya  kekerasan terhadap anak.

Pengawasan dan perlindungan terhadap anak harus nampak terlihat dan harus  eksis di kampung-kampung hingga ke kota-kota sehingga jika ada gelagat akan terjadinya ke arah rudapaksa, pedofil, kekerasan, penelantaran, ekploitasi, dan perdagangan anak, dengan mudah dapat diatasi.  Prevention is better than cure.  Demikian bunyi pepatah Inggris yang artinya upaya pencegahan lebih baik sebelum sesuatu terjadi. Upaya pendeteksi  segala kemungkinan buruk ini akan teratasi jika setiap kampung dan kota memiliki kepedulian, dan pengawasan di mana-mana. Dengan adanya pengawasan baik oleh ibu bapak, masyarakat, pemerintah dan badan-badan khusus yang berkecimpung terhadap perlindungan anak.

Dr. Muhammad AR. M.Ed

Komisioner Pengawasan dan Perlindungan Anak Aceh  (KPPAA).

Oleh : Cut Meuthia Sari 

Dinasti Bani Umayyah baru terwujud pada tahun 41 H/661 M dipelopori oleh Mu’awiyyah bin Abi Sufyan dan berumur lebih kurang 90 tahun. Tidak bisa dipungkiri bahwa pemerintahan Dinasti Bani Umayyah telah memberikan banyak kontribusi untuk pengembangan dan kemajuan dunia Islam.

Hanya dalam jangka waktu 90 tahun banyak bangsa di empat penjuru mata angin beramai-ramai masuk ke dalam kekuasaan Islam yang meliputi tanah Spanyol ke seluruh wilayah Afrika Utara, Jazirah Arab Syria Palestina sebagian daerah anatolia koma-koma persiapan Afghanistan India dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan Uzbekistan dan Kyrgyzstan yang termasuk Soviet Rusia.1

Menurut Prof.Ahmad syalabi, penaklukan militer di zaman Umayyah mencakup tiga peran penting yaitu sebagai berikut:

Pertama, front melawan bangsa Romawi di Asia kecil dengan sasaran utama pengepungan ke ibukota Konstantinopel dan penyerangan ke pulau-pulau di Laut Tengah.

Kedua, front Afrika Utara. Selain menunjukkan daerah hitam Afrika, pasukan muslim juga menyeberangi Selat Gibraltar, lalu masuk ke Spanyol.

Ketiga, front Timur menghadapi wilayah yang sangat luas sehingga operasi kecil ini dibagi menjadi dua arah. yang satu menuju udara ke daerah adalah di seberang Sungai Jihun (Ammu Darya). sedangkan yang lainnya ke arah selatan menyusuri Sind, wilayah india bagian barat.2

Pada masa pemerintahan Muawiyah diraih kemajuan besar dalam perluasan wilayah. Selain itu, peristiwa yang paling mencolok ialah keberaniannya mengepung Kota Konstantinopel melalui suatu ekspedisi yang dipusatkan di kota pelabuhan dardanella setelah terlebih dahulu menduduki pulau-pulau di laut tengah seperti protes peta Cyprus, Sicilia dan sebuah pulau yang bernama awak tidak jauh dari ibu kota Romawi Timur itu titik di belahan Timur ke mama oh yang berhasil menaklukkan khurasan sampai ke sungai oxus dan Afganistan.

Ekspansi ke Timur yang dirintis oleh Muawiyah, lalu disempurnakan oleh Khalifah Abdul Malik serta dianggap sebagai Daulah Bani Umayyah kedua. Selain itu, ia juga berhasil menyempurnakan administrasi pemerintahan Bani Umayyah. Kemudian, masa pemerintahan Abdul Malik diganti oleh putranya Al-walid. Al-walid memerintah selama 10 tahun (86-96) H. Pada masa pemerintahannya merupakan masa kemenangan, kemakmuran, dan kejayaan bani umayyah.

Negara Islam meluas ke daerah Barat dan Timur, beban hidup masyarakat menjadi ringan, pembangunan kota, pabrik-pabrik, jalan-jalan, dan pendirian gedung-gedung seperti Masjid Al-Amawi di Damaskus dan perkantoran mendapat perhatian yang cukup serius.3

Di samping itu, ia juga menggunakan kekayaan negerinya untuk menyantuni para yatim piatu, fakir miskin, dan penderita cacat seperti orang lumpuh, buta, dan sakit kusta. Al-walid I berhasil menghidupkan kembali Kota Konstantinopel dengan memberikan pukulan-pukulan yang cukup kuat. walaupun cita-cita untuk mendudukkan ibu kota Romawi tetap saja belum berhasil tetapi tindakan itu sedikit banyak berhasil menggeser tapal batas pertahanan Islam lebih jauh ke depan dengan menguasai Basis Basis militer kerajaan Romawi di mar’asy dan ‘Amuriyah.

Prestasi yang lebih besar dicapai oleh al-walid I ialah di Afrika bagian Utara dan sekitarnya. Setelah segenap tanah Afrika bagian utara diduduki, pasukan muslim di bawah pimpinan Thariq Bin Ziyad menyerangi Selat Gibraltar masuk ke Spanyol. Lalu ibukotanya, Cordova segera dapat direbut, menyusul kemudian kota-kota lain seperti Sevilla, Elvira, dan Toledo. Gubernur Musa bin Nushair kemudian menyempurnakan penaklukan atas tanah Eropa ini dengan menyisir kaki pegunungan Pyrenia dan menyerang Carolingian Prancis. Pada masa pemerintahannya juga tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya, dipimpin oleh panglima Musa bin Nusyair dan Tariq bin Ziyad yaitu pada tahun 711 M.4

Disamping keberhasilan tersebut Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan berbagai bidang baik politik pemerintahan maupun sosial kebudayaan titik dalam bidang politik Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan yang sama sekali baru untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi kenegaraan yang semakin Kompleks. selain mengangkat majelis penasehat sebagai pendamping khalifah Bani Umayyah dibantu oleh beberapa orang sekretaris untuk membantu pelaksanaan tugas yang meliputi:

  1. Katib Ar-Rasail, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan administrasi dan surat-menyurat dengan para pembesar setempat
  2. Katib Alkharraj, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan penerimaan dan pengeluaran negara.
  3. Katib Al-Jundi, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan berbagai hal yang berkaitan dengan ketentaraan.
  4. Katib Asy syurthah, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan pemerintahan keamanan dan ketertiban umum.
  5. Katib Al-Quddat, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan tertib hukum melalui badan badan peradilan dan hakim setempat.5

Dalam bidang sosial budaya, Bani Umayyah telah membuka kontak antar bangsa-bangsa muslim (Arab) dengan negeri-negeri taklukan seperti Persia, Mesir, Eropa dan sebagainya. Dalam bidang seni, terutama seni bangunan (arsitektur) Bani umayyah tercatat suatu pencapaian gemilang seperti Dome of The Rock (qubah Ash-Shakhra) di Yerussalem yang menjadi momentum terbaik hingga kini dan membuat orang-orang terkagum. Namun dari segi ilmiah, bahasa, sastra, dan lainnya tetap maju, menonjol dan mengambil kedudukan yang layak. Bangsa Arab adalah ahli syair, mendapati kedudukan khusus bagi para penyair dengan memberikan hadiah yang cukup besar dan memuaskan.

Pada masa Abul Aswad Ad-Duali (681 M) menyusun gramatika Arab dengan memberi titik pada huruf-huruf hijaiyah yang semula tidak bertitik. Usaha ini memiliki peranan besar dalam mengembangkan dan memperluas bahasa Arab, serta memudahkan orang membaca, mempelajari, dan menjaga barisan yang menentukan gerak kata dan bunyi suara serta ayunan iramanya, hingga dapat mudah kita pahami maknanya.

Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M) merupakan raja Bani Umayyah yang paling terkenal di lapangan ilmu pengetahuan dengan meletakkan perhatian besar pada ilmu pengetahuan sehingga kerajaan bani Umayyah dapat mampu menempatkan dirinya dalam ilmu pengetahuan dengan cara mementingkan buku-buku bahasa Yunani dan Kopti (Kristen Mesir).6

Selanjutnya dalam bidang peradaban, Bani Umayyah telah mampu mengembangkan dan perluasan berbagai ilmu pengetahuan, dan bahasa Arab sebagai media utamanya. Menurut Jurji Zaidan (George Zaidan) beberapa kemajuan dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan diantaranya:

  1. Pengembangan Bahasa Arab.

Bani Umayyah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi dalam tata usaha negara dan pemerintahan sehingga pembukuan dan surat-menyurat harus menggunakan bahasa Arab, yang sebelumnya menggunakan bahasa Romawi/Persia.

  1. Marbad Kota Pusat Kegiatan Ilmu

Bani Umayyah mendirikan sebuah kota kecil sebagai pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan kebudayaan diberi nama Marbad, kota satelit dari Damaskus. Di kota Marbad inilah berkumpul para filsuf, ulama, penyair dan para ahli lainnya sehingga kota tersebut di beri gelar Ukadz-nya Islam.

  1. Ilmu Qiraat.

Ilmu ini merupakan ilmu tertua di masa khulafurrasyiddin, kemudian masa dinasti umayyah dikembangkan sehingga menjadi cabang ilmu syariat yang sangat penting. Dan lahirlah ahli qiraat seperti Abdullah bin Qusair (120 H), dan Ashim bin Abi Nujud (127 H).

  1. Ilmu Tafsir.

Dikarenakan minat di kalangan umat Islam dalam menafsirkan alquran bertambah, sehingga memberikan apresiasi yang baik dalam dunia ilmu pengetahuan terus dikembangkan hingga sekarang. Salah satu ulama yang membukukan ilmu tafsir yaitu Mujahid (104 H).

  1. Ilmu Hadis.

Ketika umat Islam berusaha memahami Al-Qur’an, tentu diperlukannya hadis (ucapan-ucapan nabi). Oleh karena itu, timbullah usaha untuk mengumpulkan hadis, menyelidiki asal usul hadis sehingga akhirnya muncul ilmu baru yang disebut dengan ilmu hadis. Diantara ilmu hadis yang termasyhur di masa bani umayyah adalah Al-Auzai Abdurrahman bin Amru (159 H), Hasan Basri (110 H), Ibnu Abu Malikah (119 H) dan Asya’bi Abu Amru Amir bin Syurabil (104 H).

  1. Ilmu Fiqh.

Diantara ahli fiqh yang terkenal adalah Sa’ud bin Musib, Abu Bakar bin Abdurrahman, Qasim Ubaidillah, Urwah, dan Kharijah.

  1. Ilmu Nahwu

Pada masa bani umayyah Islam menyebar secara luas sehingga diperlukan ilmu nahwu terkhusus untuk orang-orang Ajam (non-Arab) yang masuk Islam. oleh karena itu, ilmu nahwu dibukukan dan dikembangkan.

  1. Ilmu Jughrafi dan Tarikh.

Pada masa bani umayyah, ilmu Jughrafi (ilmu bumi/geografi) dan Tarikh (ilmu sejarah) sudah berdiri pada masa itu, kemudian dikembangkan menjadi suatu ilmu agama Islam.

  1. Usaha Penerjemahan

Pada masa bani umayyah dimulai pula penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa-bahasa lain ke dalam bahasa arab. Adapun yang pertama sekali memulai usaha penerjemahan ialah Khalid bin Yazid, seorang pangeran yang sangat cerdas dan ambisius.7[1]

Penulis adalah Mahasiswi S2, prodi Islamic Studies, UIN Ar-Raniry


[1]Samsul Munir Amin, Sejaeah Peradaban Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 129

2Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983), h. 124-139

3Ali Sodiqin, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: LESFI, 2002), h. 69

4Samsul Munir Amin, Sejaeah Peradaban Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 131

5Joesoef Soe’yb, Sejarah Daulat Umayyah I, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 234

6Fuad Mohd Facruddin, Perkembangan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 46

7Jurji Zaidan, Tarikh Adab Lughah Al-Arabiyyah, (Cairo: Darul Hilal, Jilid 2), h. 236.

Oleh Dr. Muhammad AR. M.Ed

Dewan Dakwah Aceh — Guru itu tidak pernah kaya, tidak pernah hebat, tidak pernah dikenal, dan tidak meminta untuk disanjung-sanjung asalkan muridnya senang dan bahagia, ia ikut senang dan bahagia, juga ketika ia
mendengar bekas muridnya menjadi hebat dan berjaya.

Tanggal 25 November yang bertepatan dengan hari kamis, telah disepakati sebagai Hari Guru Nasional dan tidak perlu berlebihan untuk dirayakan karena hal itu tidak penting, sebab ada hal lain yang lebih penting yaitu mengenang jasa guru yang telah membuka mata dan hati untuk berpikir dan berzikir.

Kenapa kita bisa berpikir dan berzikir, kemungkinan besar karena pernah diajarkan oleh seorang (guru) agar menggunakan kepala untuk berpikir yang baik dan bermanfaat baik untuk diri sendiri, keluarga ataupun untuk masyarakat banyak.

Demikian pula, kenapa kita rela untuk berzikir kepada Rabb dan dengan menghabiskan waktu, kadangkala berjam jam lewat tasbih, tahlil, tahmid, dan takbir, namun tidak pernah bosan. Itulah nilai yang sangat berharga yang
pernah diajarkan oleh guru untuk mengingat Sang Maha Kuasa lewat zikir dan beribadah kepada-Nya. Semua ini karena guru.

Dalam Islam, guru/ustad/teungku/cekgu/ulama/ adalah orang-orang yang perlu mendapat penghormatan dan perhatian, menelusuri kehidupannya, melihat keluarganya serta menjaga kebutuhannya apakah mereka dalam kebahagaian atau dalam kepapaan dan kesengsaraan. Jangan biarkan mereka bersedih dan berduka terus menerus.

Pengorbanannya terlalu berat dalam mendidik putra-puteri bangsa. Perlu dimaklumi bahwa karena merekalah kita mengenal Allah (Pencipta), mengenal orang tua kita, dan mengenal diri sendiri. Camkanlah bahwa guru tidak mengajarkan kita membunuh, tidak mengajarkan kita mencuri atau korupsi, tidak mengajarkan kita berbuat dhalim, dan memakan barang-barang haram yang menyebabkan kita harus dijebloskan ke dalam api neraka. Artinya tidak
satupun guru yang menggiring murid-muridnya untuk berbuat kerusakan di muka bumi, merusak dan
menyengsarakan rakyat dan masyarakat apalagi rakyatnya.

Guru tidak terlibat dalam persekongkolan jahat, tidak merestui pengkhiatan, tidak bangga akan muridnya melakukan kejahatan dan kebiadaban karena mereka tidak pernah mengajarkannya.

Oleh karena itu jika seseorang berbuat jahat, berbuat serong, berbuat perbuatan amoral, terjerumus ke dalam lembah hitam, dan menjadi manusia yang anti Allah dan anti agama Allah serta Rasul-Nya, itu bukan pesanan guru, itu bukan datangnya dari syarahan guru, itu bukan pula cita-cita seorang guru dalam membekali muridnya.

Namun, perlu dilihat makanan yang mereka santap itu, halal atau haram, lihat pakaian yang mereka pakai, menutup aurat atau memamerkan aurat, lihatlah siapa kawan-kawan mereka, apakah pemabuk, penzina, pengkorup, penganianya, penindas, atau pemaksa kehendak, dimana lingkungan mereka tinggal, mendukung untuk berbuat kebajikan ataupun membacking kejahiliyahan dan kemaksiatan, dan ilmu apa yang mereka perlajari, Ini sangat
mempengaruhi tabiat atau kelakukan seseorang dan sekali lagi ini bukan guru yang menjadi kambing
hitamnya.

Namun jika kita berada dalam lembah kebinasaan atau terlibat dalam dunia hitam seperti narkoba, maryuana, dadah, ganja, perjudian, perzinahan, perampokan, korupsi, dan sebagainya. Semua itu bukan salah guru, tetapi salahkan dirimu sendiri, kenapa anda berada dalam keadaan yang demikian.

Sebagai manusia yang berakal sehat, dan memiliki rasa balas jasa dan balas budi, tidak berlebihan memang, maka jangan membuang muka jika berpapasan dengan orang yang telah mengajarkan anda walaupun satu huruf. Jangan sombong, jangan angkuh, dan jangan berpura-pura tidak kenal jika melihat orang itu, tengku itu, ustad itu, guru itu, pendidik itu atau guree tersebut.

Perlu diketahui dari mana anda belajar alif, ba, ta, tsa dst. Dari mana anda belajar a, b, c, d dan seterusnya. Bukankah ini semua telah dilakukan oleh orang yang namanya guru, apakah guru itu orang tua sendiri ataupun orang lain. Ini tidak penting, dan siapapun dia, harus menyimpan porsi sedikit dalam hati dan dalam kepala agar penghormatan dan kemuliaan perlu diberikan kepada mereka yang menyandang predikat guru.

Anda menjadi presiden, menjadi gubernur, bupati dan camat karena guru, anda menjadi polisi, tentara, dan sebagainya adalah karena anda pernah berguru pada banyak orang.

Keberhasilan seseorang mesti ada orang lain yang bersama anda dan mesti ada orang lain yang menyebabkan anda
tenar dan dikenal. Karena itu berpikirlah akan keterlibatan orang lain dalam kehidupan anda, belajarlah bersyukur kepada Pencipta dan berterima kasihlah kepada sesama apalagi kepada orang yang pernah membuka mata dan hati anda.

Pada umumnya, guru tidak pernah meminta atau merengek-rengek kepada muridnya untuk kepentingan pribadinya, tidak memohon jabatan yang tinggi, tidak memohon harta dan tahta, serta tidak meminta yang muluk-muluk dari muridnya. Namun, yang paling menyenangkan guru ketika mendengar bahwa bekas muridnya berhasil dalam kehidupanyna, berhasil dalam tugasnya, berjaya dalam memimpin, berjaya dalam menggarungi kehidupan dan mencari kehidupan secara halal.

Kita bisa saja menjadi pejabat tinggi, tetapi guru kita tidak membina dan memaksa kita kearah itu, kita mungkin
menjadi pemimpin tertinggi di sebuah qaryah, tempat dan Negara, namun guru kita tetap eksis sebagai guru dan bahkan hingga akhir hayatnya tetap menjadi penyampai risalah kepada manusia (murid-murid)-nya.

Kadang-kadang jika melihat nasib guru di daerah pedesaan, di daerah terpencil, dan di pelosok-
pelosok negeri, mungkin nasibnya sangat tragis dan menyengsarakan serta sangat tidak layak dari segi
kehidupannya, dari segi lingkungannya, dan dari segi tempat mendidik ummat.

Mungkin ini kurang mendapat perhatian pihak-pihak yang berkompeten, luput dari perhatian para pengambil kebijakan, sehingga nasib guru luntang lantung, namun masih juga terdapat orang-orang yang antipati terhadap
guru, memusuhi guru, bahkan ada yang memukul guru. Ini merupakan factor ketidak tuntasan dalam mendidik murid dan sekaligus mendidik wali murid sehingga nilai-nilai sacral yang seharusnya tertanam dalam hati dan pemikirannya tidak berfungsi dengan seksama dalam hal menyepelekan peran dan jasa guru.

Banyak hal yang harus diperhatikan oleh siapapun ia, apakah ia masyarakat sipil, masyarakat berpangkat, masyarakat bersenjata, masyarakat yang berpakaian seragam, maka penghormatan kepada guru adalah sebuah keniscayaan.

Inilah Islam yang mendidik manusia agar murid-murid perlu memelihara hubungan baik dengan
gurunya, bersilaturrahmi dengan mereka, berbaik sangka dengan mereka, menghormati mereka dalam
batas-batas kewajaran.

Jangan pongah dan sombong kepada orang yang pernah mengajarkan anda walau satu huruf.

Ali bin Abi Thalib berpesan bahwa “Kalau ada seseorang yang mengajarkan aku satu
huruf, maka aku bersedia diperhambakan, bersedia dijual.” Demikian tingginya value terhadap guru
yang pernah mengajarkannya.

Saya hari ini sebagai kepala …. karena guru, saya hari ini berhasil karena
guru, saya hari ini menjadi … karena guru. Mereka tidak pernah mengharap belas kasihan kita kecuali
redha Allah. Inilah tujuan guru dalam Islam.

Penulis adalah Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Aceh

Oleh Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL, MA.

Kalam Pembuka

Membaca judul artikel ini: “Indonesia ibarat gadis cantik yang kaya tetapi bisu” boleh menimbulkan banyak interpretasi selaras dengan kemampuan, tujuan dan kapasitas seseorang yang menafsirkannya. Ia dapat ditafsirkan Indonesia sebagai sebuah negara yang memiliki keindahan panorama alam, dapat juga ditafsirkan ia memiliki banyak hasil alam, dan juga dapat diartikan ia mempesonakan dengan banyaknya kekosongan lahan dan semisalnya.

Penafsiran tersebut dapat mengundang banyak orang asing untuk berdomisili penuh di dalamnya, dapat juga mengundang orang asing untuk berniaga di sana, boleh jadi juga menjadi pesona bagi orang asing untuk mencari rizki di sana, yang paling ekstrim dapat kita maknai; boleh jadi dapat mengundang orang asing untuk menguasai sepenuhnya sicantik bisu tersebut.

Untuk penguasaannya dapat terjadi melalui beberapa jalur; politik, perdagangan, pinjaman uang, pendidikan dan pemasukan tim ekspert. Semua itu sangat didambakan oleh negara luar terkait dengan potensi terpendam di bumi Indonesia yang apabila dilakukan sesuatu oleh pihak asing Indonesia tidak dapat berteriak apa-apa karena bisu.

Bisu itupun disebabkan oleh beberapa faktor: faktor keterbatasan kemampuan anak bangsa Indonesia, faktor keserakahan para penguasa terhadap rakyatnya dengan menjadikan pihak asing sebagai majikannya, faktor terlanjur meminjam dana sehingga ketika digertak menjadi bisu karena tidak mampu, dan bisu karena rakyat Indonesia tidak punya dignity, identity dan tidak berpegang kuat kepada religy.

Tiga poin terakhir itu menjadi tolak ukur sehingga membuat Indonesia menjadi gadis cantik lagi kaya tetapi bisu. Rakyat Indonesia tidak punya harga diri sehingga dengan mudah infiltrasi asing mengatur kehidupannya, mereka juga sudah meninggalkan identitas murni Indonesia yang berjaya mengusir penjajah suatu ketika sehingga menjadi sebuah negara berdaulat, satu bangsa beradab dan satu territorial yang mahal harga.

Yang paling penting lagi adalah rakyat Indonesia sudah melepaskan diri dari ikatan doktrin agama (faktor religy) sehingga dengan mudah menerima doktrin dan budaya agama dari bangsa luar. Faktor ini mendominasi kebisuan Indonesia, mendominasi ketertinggalan Indonesia dan mendominasi kedunguan Indonesia berbanding dengan negara lain yang masih komit dengan ideologi bangsa dan negaranya seperti kapitalisme, komunisme, sosialisme, sekularisme, pluralisme, liberalisme dan nasionalisme serta sejumlah isme-isme lainnya, namun Indonesia yang dimiliki dan dimerdekakan oleh dominasi 99% ummat Islam menjauh dari ideologi Islamisme.

PROFIL INDONESIA

Mengurai sepintas profil Indonesia yang cantik lagi kaya, ia bernama Republik Indonesia, karena bentuk negaranya kesatuan dengan bentuk pemerintahannya republik maka sering juga ia disebut dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebagai negara di Asia Tenggara yang dilalui oleh garis khatulistiwa, ia berada pada daratan benua Asia, Australia, Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.

Ia merupakan sebuah negara kepulauan terbesar di dunia yang mencapai 17.504 pulau, yang dalam tahun 2020 berpenduduk 270.203.917 jiwa, dan ia merupakan negara berpenduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia yang diperkirakan mencapai lebih dari 230 juta jiwa.

Baca Juga:  Kadis DKP Aceh Buka Kegiatan FGD Penyusunan Draf Pergub Rumpon

Di darat NKRI berbatasan dengan negara Papua Nugini di Pulau Papua, Malaysia di pulau Kalimantan dan Timor Leste di Pulau Timor. Sedangkan Negara yang berbatasan laut dengan Indonesia adalah Singapura, Filipina, Australia dan India (Kepulauan Andaman dan Nikobar).

Terkait dengan hubungan luar negeri Indonesia merupakan negara anggota PBB dan negara anggota lembaga-lembaga anderbow PBB, Indonesia juga menjadi negara anggota APEC, ASEAN, G-20, ADB, OKI, IORA dan organisasi-organisasi Internasional lainnya. Ia juga sebagai salah satu negara pendiri ASEAN.

Negara yang beribukota Jakarta tersebut memiliki luas wilayah 1.904.569 km2 dengan agama resmi: Islam 87.2%, Protestan 7%, Katolik 2.9%, Hindu 1.7%, agama lainnya 0.9% (Termasuk Buddha dan Kong Hu Chu) dalam estimasi tahun 2010. Indonesia mempunyai banyak suku bangsa seperti Jawa 40.1%, Sunda 15.5%, Melayu 3.7%, Batak 3.6%, Madura 3%, Betawi 2.9%, Minangkabau 2.7%, Bugis 2.7%, Banten 2%, Banjar 1.7%, Bali 1.7%, Aceh 1.4%, Dayak 1.4%, Sasak 1.3%, Tionghoa 1.2%, suku bangsa lainnya 15%  dalam estimasi tahun 2010.

Bahasa resminya adalah bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu Pasai dengan mata uangnya rupiah (IDR), hari nasionalnya 17 Agustus, dan lagu kebangsaannya Indonesia Raya. Kode teleponnya +62, kode dominan internetnya: id, ia memiliki banyak pulau dan pulau besarnya antara lain: Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Irian Jaya. Pulau-pulau besar tersebutlah yang selalu dilirik oleh pihak asing seperti pria hidung belang melirik gadis cantik yang kaya tetapi bisu.

IBARAT GADIS CANTIK YANG KAYA TETAPI BISU

Tidak ubahnya Indonesia seperti gadis cantik lagi kaya namun bisu sehingga ketika terjadi suatu ancaman terhadap dirinya hanya mampu menggoyang-goyangkan tubuh badan saja tetapi tidak berdaya untuk bersorak meminta bantu karena tidak bersuara. Akibatnya para pecundang dengan semena-mena dan seenaknya saja dapat mencolek, mencium, meremas, dan bahkan memperkosa sang gadis yang tidak berupaya meminta bantu sama pihak lain tersebut. Ia menyadari dirinya cantik lagi berharta sehingga banyak mata memandang kepadanya, manakala pemilik mata mengetahui ia bisu dan tidak bersuara, tatkala itulah ia diganggu dan diperkosa, begitulah permisalan untuk Indonesia.

Setidaknya demikianlah gambaran kondisi Indonesia hari ini yang diserbu oleh kuasa besar dunia untuk kepentingan mereka. Sudah bertahun-tahun warga negara Cina dari Tiongkok memasuki Indonesia dengan bebas dan aman tak kisah legal atau illegal, tidak punya suara (bisu) rakyat Indonesia untuk menolaknya. Manakala perihal tersebut merasa terganggu kuasa besar dunia lain (USA) yang sangat berkepentingan dengan kekayaan dan kecantikan Indonesia maka negara Paman Sam tersebutpun tidak mau kalah dengan saingan utamanya RRT untuk menguasai bodi sigadis nan cantik tetapi bisu. Maka dikirimlah 1000 prajurit angkatan darat AS berkolaborasi dengan 850 prajurit angkatan darat TNI yang berbasis di Palembang, Sumatera dan pulau-pulau lain di wilayah timur Indonesia.

Baca Juga:  Percakapan di Kereta Bawah Tanah (NYC Subway)

Kenapa aktivitas besar dengan membutuhkan biaya besar dapat segera wujud seperti itu tentunya karena keureuleng ngang keu abeuek keureuleng kuek keupaya (mata pandang burung elang ke kolam dan mata pandang burung bangau ke rawa-rawa) karena di sana ada umpan dan makanan bagi keduanya, maknanya mereka melakukan itu semua karena ada sorotan yang ingin dikuasai pada sosok gadis cantik yang tidak berdaya. Makanya siapa saja dapat mengatur dan dapat mencaplok Indonesia sekarang karena negara yang berazas Pancasila tersebut tidak berdaya membela diri ibarat sigadis cantik yang kaya tetapi bisu.

Ia hanya punya dua pilihan; melawan dengan menggerak-gerakkan anggota badan atau menerima dan menikmati prilaku yang dilakukan karena tidak berdaya memanggil orang untuk minta bantuan. Jadilah Indonesia negara yang dipermainkan pihak luar dengan menjajah rakyatnya, merampas hartanya, mengutak atik kedudukannya sebagaimana yang pernah terjadi dalam zaman penjajahan oleh Belanda, Jepang dan penguassaan asing hari ini yang sangat memalukan dan merisaukan.

Dalam situasi semacam ini, Indonesia yang punya pemerintah terkesan pemerintah itu impoten, kalaulah kita ibaratkan pemerintah itu sebagai pihak yang paling berkuasa terhadab dirinya Indonesia namun ianya impoten maka untuk memuaskan syahwat Indonesia ia menerima pemuas nafsunya dari wilayah luar, itulah yang sedang terjadi sekarang di Indonesia.

Yang dikhawatirkan selanjutnya adalah; manakala mereka telah puas merampas mahligai dan mahkota dalam tubuh Indonesia, salah satu pihak berkeras untuk dapat menguasai penuh Indonesia tetapi ditantang oleh pihak lain maka mereka bisa saja berdamai dengan memecah belahkan Indonesia menjadi negara-negara kecil agar masing-masing mereka mendapatkan porsi darinya. Kalau opsi ini yang terjadi maka pengalaman Uni Soviet, Yugoslavia dan India akan terulang di Indonesia.

ALTERNATIF SOLUSI

Alternatif solusi untuk mengatasi suasana yang sudah sangat mencekam tersebut tidak ada lain melainkan rakyat Indonesia harus berani dan siap menampakkan identitasnya sebagai sebuah bangsa yang berdaulat di bawah naungan dan perlindungan lembaga dunia Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Ketika ia sudah berani menampakkan identitasnya kepada orang lain maka orang lainpun tidak berani mempretelinya lagi dalam kondisi dan situasi bagaimanapun juga.

Alternatif solusi selanjutnya adalah rakyat Indonesia harus lugas dan tegas mempertahankan harga diri (dignity) sebagai sebuah bangsa yang berbasis ideologi yang diakui dunia internasional. Dengan demikian, pencaplokan wilayah, pemasukan warganegara asing, pemaksaan nafsu serakah asing ke Indonesia harus berani ditolak, dilawan, dan bila perlu diperangi dengan penuh perhitungan. Kalau tidak demikian NKRI ini akan kehilangan marwah, tidak bergezah, dan malah membuat rakyat semakin hari semakin susah.

Baca Juga:  Negara Karut Marut

Alternatif solusi lainnya dan ini yang paling urgen sekali adalah; negara mayoritas muslim tersebut harus mengedepankan doktrin Islamnya dalam mengurus negara. Karena Islam merupakan salah satu agama besar dunia yang diakui oleh lembaga dunia maka tidak ada pihak yang boleh menghambat dan melarang praktik doktrin Islam terhadap ummatnya termasuk dalam mengurus dan mengelola negara sebagaimana penganut agama Hindu mengelola negara India, penganut agama Budha mengelola negara Myanmar dan Thayland, seperti penganut agama Khatolik dan Protestan yang mengelola negara-negara di belahan benua Eropa dan Amerika.

Kalau tiga hal tersebut tidak berani dan malah tidak mau dilakukan maka terus meneruslah Indonesia itu menjadi gadis cantik lagi kaya tetapi bisu yang hari-hari menjadi mangsa kuasa besar dunia untuk memperkosanya baik secara langsung maupun tidak langsung. Punca yang paling inti dari tiga alternatif solusi itu adalah dimensi religy karena ummat Islam diajarkan oleh pembawa Islam Muhammad Rasulullah SAW dengan cara demikian.

Sebagai contoh konkrit, Yatsrib pada mulanya dikuasai oleh bangsa Yahudi dengan agama Yahudinya, Majusi dengan kepercayaan Majusinya, Nashrani dengan keyakinan Nashraninya, namun ketika ideologi Islam ditebarkan Muhammad di sana kemudian Yatsrib dapat digantikan nama dengan Madinah, aturan hidup dapat diwujudkan yang bernama Shahifah Madinah (Konstitusi Madinah), Massjid dapat didirikan dengan megah yang kini terkenal dengan Masjid Nabawi, ummat Islam (Muhajirin dan Anshar) dapat dipersatukan sehingga menjadi kekuatan besar yang tidak sanggup dilawan musuhnya, dan sumber ekonomi dapat diwujudkan yang dimulai dengan pewujudan pasar tradisional sehingga wujud sistem ekonomi Islam.

Pertanyaan yang muncul sekarang adalah; kenapa dahulu ummat Islam yang minoritas mampua menaklukkan wilayah yang dikuasai oleh kaum mayoritas dan sekarang ummat Islam mayoritas di negeri sendiri dijadikan seperti gadis bisu oleh musuh-musuh Islam? Jawabannya ada pada masing-masing kita, coba ambil ibrah dari perjalanan sirah, ambil pengalaman dari perjalanan zaman, ambil pengetahuan dari sumber tuhan, dan ambil kekayaan dari sumber alam. Semoga sahaja menjadi bahan pemikiran kalau seorang gadis cantik secantik apapun apabila dia bisu maka tidak mampu membebaskan diri dari perkosaan orang. Sebaliknya seorang gadis jelek sejelek apapun dia namun punya suara dan mau bersuara serta melawan kedhaliman luar insya Allah pengalaman Yatsrib akan dapat di aplikasikan di Indonesia.

Wallahu a’lam… mau berbuat atau mau diaaaammmm,,,,,,,…

Penulis adalah Dosen Siyasah pada Fakultas Syari’ah dan HukumUIN Ar-Raniry.

Email : diadanna@yahoo.com
Terbit : Banda Aceh, 04 Agustus 2021.

Kalam Pembuka

Membaca judul artikel ini: “Indonesia ibarat gadis cantik yang kaya tetapi bisu” boleh menimbulkan banyak interpretasi selaras dengan kemampuan, tujuan dan kapasitas seseorang yang menafsirkannya. Ia dapat ditafsirkan Indonesia sebagai sebuah negara yang memiliki keindahan panorama alam, dapat juga ditafsirkan ia memiliki banyak hasil alam, dan juga dapat diartikan ia mempesonakan dengan banyaknya kekosongan lahan dan semisalnya.

Penafsiran tersebut dapat mengundang banyak orang asing untuk berdomisili penuh di dalamnya, dapat juga mengundang orang asing untuk berniaga di sana, boleh jadi juga menjadi pesona bagi orang asing untuk mencari rizki di sana, yang paling ekstrim dapat kita maknai; boleh jadi dapat mengundang orang asing untuk menguasai sepenuhnya sicantik bisu tersebut.

Untuk penguasaannya dapat terjadi melalui beberapa jalur; politik, perdagangan, pinjaman uang, pendidikan dan pemasukan tim ekspert. Semua itu sangat didambakan oleh negara luar terkait dengan potensi terpendam di bumi Indonesia yang apabila dilakukan sesuatu oleh pihak asing Indonesia tidak dapat berteriak apa-apa karena bisu.

Bisu itupun disebabkan oleh beberapa faktor: faktor keterbatasan kemampuan anak bangsa Indonesia, faktor keserakahan para penguasa terhadap rakyatnya dengan menjadikan pihak asing sebagai majikannya, faktor terlanjur meminjam dana sehingga ketika digertak menjadi bisu karena tidak mampu, dan bisu karena rakyat Indonesia tidak punya dignity, identity dan tidak berpegang kuat kepada religy.

Tiga poin terakhir itu menjadi tolak ukur sehingga membuat Indonesia menjadi gadis cantik lagi kaya tetapi bisu. Rakyat Indonesia tidak punya harga diri sehingga dengan mudah infiltrasi asing mengatur kehidupannya, mereka juga sudah meninggalkan identitas murni Indonesia yang berjaya mengusir penjajah suatu ketika sehingga menjadi sebuah negara berdaulat, satu bangsa beradab dan satu territorial yang mahal harga.

Yang paling penting lagi adalah rakyat Indonesia sudah melepaskan diri dari ikatan doktrin agama (faktor religy) sehingga dengan mudah menerima doktrin dan budaya agama dari bangsa luar. Faktor ini mendominasi kebisuan Indonesia, mendominasi ketertinggalan Indonesia dan mendominasi kedunguan Indonesia berbanding dengan negara lain yang masih komit dengan ideologi bangsa dan negaranya seperti kapitalisme, komunisme, sosialisme, sekularisme, pluralisme, liberalisme dan nasionalisme serta sejumlah isme-isme lainnya, namun Indonesia yang dimiliki dan dimerdekakan oleh dominasi 99% ummat Islam menjauh dari ideologi Islamisme.

PROFIL INDONESIA

Mengurai sepintas profil Indonesia yang cantik lagi kaya, ia bernama Republik Indonesia, karena bentuk negaranya kesatuan dengan bentuk pemerintahannya republik maka sering juga ia disebut dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebagai negara di Asia Tenggara yang dilalui oleh garis khatulistiwa, ia berada pada daratan benua Asia, Australia, Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.

Ia merupakan sebuah negara kepulauan terbesar di dunia yang mencapai 17.504 pulau, yang dalam tahun 2020 berpenduduk 270.203.917 jiwa, dan ia merupakan negara berpenduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia yang diperkirakan mencapai lebih dari 230 juta jiwa.

Baca Juga:  Dewan Dakwah Aceh dan Forum Dakwah Perbatasan Gelar Sunatan Massal Gratis

Di darat NKRI berbatasan dengan negara Papua Nugini di Pulau Papua, Malaysia di pulau Kalimantan dan Timor Leste di Pulau Timor. Sedangkan Negara yang berbatasan laut dengan Indonesia adalah Singapura, Filipina, Australia dan India (Kepulauan Andaman dan Nikobar).

Terkait dengan hubungan luar negeri Indonesia merupakan negara anggota PBB dan negara anggota lembaga-lembaga anderbow PBB, Indonesia juga menjadi negara anggota APEC, ASEAN, G-20, ADB, OKI, IORA dan organisasi-organisasi Internasional lainnya. Ia juga sebagai salah satu negara pendiri ASEAN.

Negara yang beribukota Jakarta tersebut memiliki luas wilayah 1.904.569 km2 dengan agama resmi: Islam 87.2%, Protestan 7%, Katolik 2.9%, Hindu 1.7%, agama lainnya 0.9% (Termasuk Buddha dan Kong Hu Chu) dalam estimasi tahun 2010. Indonesia mempunyai banyak suku bangsa seperti Jawa 40.1%, Sunda 15.5%, Melayu 3.7%, Batak 3.6%, Madura 3%, Betawi 2.9%, Minangkabau 2.7%, Bugis 2.7%, Banten 2%, Banjar 1.7%, Bali 1.7%, Aceh 1.4%, Dayak 1.4%, Sasak 1.3%, Tionghoa 1.2%, suku bangsa lainnya 15%  dalam estimasi tahun 2010.

Bahasa resminya adalah bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu Pasai dengan mata uangnya rupiah (IDR), hari nasionalnya 17 Agustus, dan lagu kebangsaannya Indonesia Raya. Kode teleponnya +62, kode dominan internetnya: id, ia memiliki banyak pulau dan pulau besarnya antara lain: Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Irian Jaya. Pulau-pulau besar tersebutlah yang selalu dilirik oleh pihak asing seperti pria hidung belang melirik gadis cantik yang kaya tetapi bisu.

IBARAT GADIS CANTIK YANG KAYA TETAPI BISU

Tidak ubahnya Indonesia seperti gadis cantik lagi kaya namun bisu sehingga ketika terjadi suatu ancaman terhadap dirinya hanya mampu menggoyang-goyangkan tubuh badan saja tetapi tidak berdaya untuk bersorak meminta bantu karena tidak bersuara. Akibatnya para pecundang dengan semena-mena dan seenaknya saja dapat mencolek, mencium, meremas, dan bahkan memperkosa sang gadis yang tidak berupaya meminta bantu sama pihak lain tersebut. Ia menyadari dirinya cantik lagi berharta sehingga banyak mata memandang kepadanya, manakala pemilik mata mengetahui ia bisu dan tidak bersuara, tatkala itulah ia diganggu dan diperkosa, begitulah permisalan untuk Indonesia.

Setidaknya demikianlah gambaran kondisi Indonesia hari ini yang diserbu oleh kuasa besar dunia untuk kepentingan mereka. Sudah bertahun-tahun warga negara Cina dari Tiongkok memasuki Indonesia dengan bebas dan aman tak kisah legal atau illegal, tidak punya suara (bisu) rakyat Indonesia untuk menolaknya. Manakala perihal tersebut merasa terganggu kuasa besar dunia lain (USA) yang sangat berkepentingan dengan kekayaan dan kecantikan Indonesia maka negara Paman Sam tersebutpun tidak mau kalah dengan saingan utamanya RRT untuk menguasai bodi sigadis nan cantik tetapi bisu. Maka dikirimlah 1000 prajurit angkatan darat AS berkolaborasi dengan 850 prajurit angkatan darat TNI yang berbasis di Palembang, Sumatera dan pulau-pulau lain di wilayah timur Indonesia.

Baca Juga:  Hasil Akreditasi Dayah 2021 Akan Dijadikan Referensi Kualifikasi Dayah di Banda Aceh

Kenapa aktivitas besar dengan membutuhkan biaya besar dapat segera wujud seperti itu tentunya karena keureuleng ngang keu abeuek keureuleng kuek keupaya (mata pandang burung elang ke kolam dan mata pandang burung bangau ke rawa-rawa) karena di sana ada umpan dan makanan bagi keduanya, maknanya mereka melakukan itu semua karena ada sorotan yang ingin dikuasai pada sosok gadis cantik yang tidak berdaya. Makanya siapa saja dapat mengatur dan dapat mencaplok Indonesia sekarang karena negara yang berazas Pancasila tersebut tidak berdaya membela diri ibarat sigadis cantik yang kaya tetapi bisu.

Ia hanya punya dua pilihan; melawan dengan menggerak-gerakkan anggota badan atau menerima dan menikmati prilaku yang dilakukan karena tidak berdaya memanggil orang untuk minta bantuan. Jadilah Indonesia negara yang dipermainkan pihak luar dengan menjajah rakyatnya, merampas hartanya, mengutak atik kedudukannya sebagaimana yang pernah terjadi dalam zaman penjajahan oleh Belanda, Jepang dan penguassaan asing hari ini yang sangat memalukan dan merisaukan.

Dalam situasi semacam ini, Indonesia yang punya pemerintah terkesan pemerintah itu impoten, kalaulah kita ibaratkan pemerintah itu sebagai pihak yang paling berkuasa terhadab dirinya Indonesia namun ianya impoten maka untuk memuaskan syahwat Indonesia ia menerima pemuas nafsunya dari wilayah luar, itulah yang sedang terjadi sekarang di Indonesia.

Yang dikhawatirkan selanjutnya adalah; manakala mereka telah puas merampas mahligai dan mahkota dalam tubuh Indonesia, salah satu pihak berkeras untuk dapat menguasai penuh Indonesia tetapi ditantang oleh pihak lain maka mereka bisa saja berdamai dengan memecah belahkan Indonesia menjadi negara-negara kecil agar masing-masing mereka mendapatkan porsi darinya. Kalau opsi ini yang terjadi maka pengalaman Uni Soviet, Yugoslavia dan India akan terulang di Indonesia.

ALTERNATIF SOLUSI

Alternatif solusi untuk mengatasi suasana yang sudah sangat mencekam tersebut tidak ada lain melainkan rakyat Indonesia harus berani dan siap menampakkan identitasnya sebagai sebuah bangsa yang berdaulat di bawah naungan dan perlindungan lembaga dunia Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Ketika ia sudah berani menampakkan identitasnya kepada orang lain maka orang lainpun tidak berani mempretelinya lagi dalam kondisi dan situasi bagaimanapun juga.

Alternatif solusi selanjutnya adalah rakyat Indonesia harus lugas dan tegas mempertahankan harga diri (dignity) sebagai sebuah bangsa yang berbasis ideologi yang diakui dunia internasional. Dengan demikian, pencaplokan wilayah, pemasukan warganegara asing, pemaksaan nafsu serakah asing ke Indonesia harus berani ditolak, dilawan, dan bila perlu diperangi dengan penuh perhitungan. Kalau tidak demikian NKRI ini akan kehilangan marwah, tidak bergezah, dan malah membuat rakyat semakin hari semakin susah.

Baca Juga:  Megawati, Soekarno Dan Komunisme

Alternatif solusi lainnya dan ini yang paling urgen sekali adalah; negara mayoritas muslim tersebut harus mengedepankan doktrin Islamnya dalam mengurus negara. Karena Islam merupakan salah satu agama besar dunia yang diakui oleh lembaga dunia maka tidak ada pihak yang boleh menghambat dan melarang praktik doktrin Islam terhadap ummatnya termasuk dalam mengurus dan mengelola negara sebagaimana penganut agama Hindu mengelola negara India, penganut agama Budha mengelola negara Myanmar dan Thayland, seperti penganut agama Khatolik dan Protestan yang mengelola negara-negara di belahan benua Eropa dan Amerika.

Kalau tiga hal tersebut tidak berani dan malah tidak mau dilakukan maka terus meneruslah Indonesia itu menjadi gadis cantik lagi kaya tetapi bisu yang hari-hari menjadi mangsa kuasa besar dunia untuk memperkosanya baik secara langsung maupun tidak langsung. Punca yang paling inti dari tiga alternatif solusi itu adalah dimensi religy karena ummat Islam diajarkan oleh pembawa Islam Muhammad Rasulullah SAW dengan cara demikian.

Sebagai contoh konkrit, Yatsrib pada mulanya dikuasai oleh bangsa Yahudi dengan agama Yahudinya, Majusi dengan kepercayaan Majusinya, Nashrani dengan keyakinan Nashraninya, namun ketika ideologi Islam ditebarkan Muhammad di sana kemudian Yatsrib dapat digantikan nama dengan Madinah, aturan hidup dapat diwujudkan yang bernama Shahifah Madinah (Konstitusi Madinah), Massjid dapat didirikan dengan megah yang kini terkenal dengan Masjid Nabawi, ummat Islam (Muhajirin dan Anshar) dapat dipersatukan sehingga menjadi kekuatan besar yang tidak sanggup dilawan musuhnya, dan sumber ekonomi dapat diwujudkan yang dimulai dengan pewujudan pasar tradisional sehingga wujud sistem ekonomi Islam.

Pertanyaan yang muncul sekarang adalah; kenapa dahulu ummat Islam yang minoritas mampua menaklukkan wilayah yang dikuasai oleh kaum mayoritas dan sekarang ummat Islam mayoritas di negeri sendiri dijadikan seperti gadis bisu oleh musuh-musuh Islam? Jawabannya ada pada masing-masing kita, coba ambil ibrah dari perjalanan sirah, ambil pengalaman dari perjalanan zaman, ambil pengetahuan dari sumber tuhan, dan ambil kekayaan dari sumber alam. Semoga sahaja menjadi bahan pemikiran kalau seorang gadis cantik secantik apapun apabila dia bisu maka tidak mampu membebaskan diri dari perkosaan orang. Sebaliknya seorang gadis jelek sejelek apapun dia namun punya suara dan mau bersuara serta melawan kedhaliman luar insya Allah pengalaman Yatsrib akan dapat di aplikasikan di Indonesia.

Wallahu a’lam… mau berbuat atau mau diaaaammmm,,,,,,,…


Penulis adalah Dosen Siyasah pada Fakultas Syari’ah dan HukumUIN Ar-Raniry.

Pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Aceh foto bersama seusai dilantik Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, yang diwakili Kadis Pendidikan Dayah Aceh, Zahrol Fajri SAg MH di Anjong Mon Mata, Banda Aceh, Sabtu (20/2/2021) malam.

BANDA ACEH – Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, yang diwakili Kadis Pendidikan Dayah Aceh, Zahrol Fajri SAg MH, Sabtu (20/2/2021) malam, melantik pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Aceh di Anjong Monmata, Banda Aceh. Acara itu turut dihadiri Wakil Ketua Umum dan Wakil Sekretaris Umum Dewan Dakwah Pusat, Dr Amlir Syaifa Yasin MA dan Ade Salamun MM, Kadis Syariat Islam Aceh, Dr EMK Alidar, Kakanwil Kemenag Aceh, Dr H Iqbal SAg MAg, serta sejumlah tamu undangan lainnya.

Zahrol Fajri saat membacakan sambutan Gubernur Aceh mengatakan, untuk mewujudkan program ‘Aceh Meuadab,’ tentu pemerintah tidak dapat berjalan sendiri, tapi perlu dukungan dari semua pihak termasuk organisasi-organisasi Islam di Aceh. “Dewan Dakwah Islamiyah sebagai salah satu organisasi Islam, kami harapkan dapat mengambil peran terutama dalam penguatan pelaksanaan syariat Islam di Aceh,” ujarnya.

Zahrol Fajri menyampaikan, arah pembangunan ‘Aceh Meuadab’ adalah melahirkan generasi Aceh yang memiliki kualifikasi terbaik lahir dan batin, berkarakter, memiliki mental juang tinggi dengan semangat pantang menyerah dan ber-akhlakul karimah.

“Untuk itu, dalam rangka menyukseskan program Pemerintah Aceh ini, kami mendorong agar Dewan Dakwah terus melakukan studi dan perencanaan dakwah dengan baik dan benar,” ungkap Gubernur melalui Kadis Pendidikan Dayah Aceh. Ia juga berharap Dewan Dakwah dapat berkiprah secara maksimal dalam kegiatan dakwah di Aceh. Apalagi, Dewan Dakwah menjadi wadah berkumpulnya para cendikiawan dan intelektual muslim.

Terakhir, Gubernur Aceh mengucapkan selamat kepada ketua dan para pengurus Dewan Dakwah Aceh masa bakti 2021-2026. “Kami berharap, amanah yang diemban ini mudah-mudahan dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya,” harap Gubernur, dalam rilis Dinas Pendidikan Dayah Aceh, kepada Serambi, Sabtu (20/2/2021).

Sementara itu, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Aceh, dr H Muhammad Ar MEd, mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Gubernur dan Pemerintah Aceh atas dukungan penuh dalam memfasilitasi acara pelantikan itu, sehingga terlaksana dengan baik. (jal)

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Pengurus Dewan Dakwah Aceh Dilantik, https://aceh.tribunnews.com/2021/02/22/pengurus-dewan-dakwah-aceh-dilantik.

Semakin hari semakin meningkat kekerasan terhadap anak walaupun pelakunya adalah ayah kandungnya, pamannya, abang kandungnya, kakeknya, ayah tiri-nya, ustad atau guru ngaji-nya, dan sebagainya. Kejadian ini bukan hanya berlaku di Aceh, bahkan di seluruh Indonesia kerapkali terjadi.

Kalau kita mengkaji lebih dalam, apa kesalahan anak-anak yang masih dibawah umur sehingga mereka rela diperlakukan sesuatu yang tidak seharusnya mereka rasakan. Apakah manusia sudah bernafsu seperti binatang sehingga ayah kandung,  rela memperkosa anaknya sendiri, paman rela melecehkan keponakannya,  kakek rela berbuat tidak senonoh terhadap cucunya, guru atau ustad atau teungku bergairah sekali untuk mencabuli murid-muridnya yang masih dibawah umur?

Mungkin pada saat melakukan  tindakan bejat itu, mereka telah dirasuki oleh setan sehingga tidak nampak pada matanya itu anak-anak, anaknya sendiri, keponakannya sendiri, muridnya sendiri dan  cucunya sendiri. Inilah tindakan manusia akhir zaman yang hampir tidak bisa dibedakan antara binatang dengan manusia yang sesungguhnya. Mungkin inilah sebabnya  hukuman yang dikenakan ke atas mereka tidak membuat efek jera, sehingga keadaan ini selalu saja terjadi, bahkan pelakunya itu-itu saja, yang beda hanya korbannya. Semua ini dilakukan dengan modus operandi yang berbagai macam cara.

Menyikapi persoalan yang telah terjadi selama ini kekerasan terhadap anak, dilakukan dengan cara misalnya seorang ayah tiri tega melakukan pencabulan anak tirinya yang sudah meninggal ayah kandungnya, ibunya kawin lagi sehingga ayah tirinya oleh sebab apa, mungkin kerasukan setan sehingga mencabuli anak tirinya seperti yang terjadi di  Aceh Singkil (Lihat  Harian SI Jum’at 29 Januari 2021). Ini kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang terdekatnya yaitu ayah tirinya. Oleh karena itu seorang ibu bukan hanya memperhatikan suaminya yang baru, tetapi harus melihat juga anak-anaknya dan kelakuan suaminya yang baru, jangan-jangan ayah tiri  bukan hanya perlu kepada ibu, bahkan anaknya sekalian harus digarap.

Ada juga kasus  yang ibunya mengetahui bahwa suaminya mencabuli anaknya tetapi ia (ibunya) tidak berani melapor. Ketika kita bertanya kepada ibunya, mengapa tidak melapor ke pihak kepolisian, jawabnya karena takut tidak ada yang bisa menanggulangi kebutuhan keluarganya. Ini pengakuan seorang perempuan yang akhirnya suaminya juga di bereukah (ditangkap) oleh polisi karena kebejatannya  mencabuli anak tirinya.  Kalau ayah tiri yang melakukan perkara semacam ini, maka labelnya bisa  dikatakan bahwa ini “ayah tiri setan”. Karena ia tidak mempunyai  rasa  dan hati nurani kemanusiaan, ia hanya memiliki naluri kebinatangan yang hanya mementingkan nafsu ammarah yang merajalela dalam pikiran dan hatinya sehingga tidak ada istilah tebang pilih padanya dalam hal melakukan sex.

Kemudian penelantaran anak juga terjadi di Lhokseumawe karena ibunya perlu kaya cepat atau karena kebutuhan tiga orang anak, yang masih sekolah SMA, SMP dan SD setelah bercerai dengan suaminya, makanya ibunya rela menjadi pengedar sabu-sabu sehingga ia ditangkap polisi hingga tiga orang anaknya harus menderita selama ia dikurung dalam penjara. Memang niatnya baik untuk memenuhi kebutuhan tiga orang anaknya, namun cara yang dilaluinya melawan hukum. (Lihat pemberitaan Harian SI 27 Januari 2021).

Kejadian ibu  (wanita) yang terlibat sabu-sabu bukan hanya sekali terjadi, sudah beberapa kasus terjadi dan ditangkap pihak kepolisian tentang kurir sabu-sabu antar kota dan antar provinsi. Kalau ditanya kepada mereka, mengapa melakukan tindakan yang nekat dan melanggar hukum tersebut, mereka hanya menjawab, “semua ini kulakukan  demi kebutuhan keluarga”.

Kemudian ada juga orang tua yang melakukan penganianyaan terhadap anak,  dan melakukan kekerasan terhadap anak, membujuk anak untuk melakukan persetubuhan dengannya, melakukan ancaman kekerasan kepada anak untuk melakukan perbuatan cabul dengannya (yang ini kerap sekali terjadi), banyak sekali kasus seperti ini yang sudah  masuk ke pengadilan dan hampir di semua kabupaten /kota berlaku, namun kebanyakan luput dari pantauan pihak kepolisian dan komunitas peduli anak.

Selanjutnya, ada juga orang tua yang  melakukan exploitasi  secara ekonomi terhadap anak seperti menjadikan anak untuk mengemis, menyewakan anak-anaknya untuk dijadikan alat mengemis, menyuruh anak untuk mencuri dan barang curiannya ditampung oleh mereka dan  sebagainya. Semua kasus ini  sudah terjadi dan bahkan sudah diputuskan oleh hampir semua  pengadilan di Aceh.

Kasus  pencurian yang dilakukan oleh anak-anak di bawah umur telah banyak terjadi dan kasusnya berakhir dengan damai dan penjara yaitu pembinaan dalam masa tertentu di pusat-pusat pemulihan anak.   Kasus pencurian ini bisa saja didukung oleh orang  tua mereka karena kebutuhan hidup  keluarga  yang mendesak, dan adapula karena pihak-pihak tertentu yang sengaja merekrut anak-anak untuk mencuri seperti mencuri HP, Lap Top, sepeda, sepeda motor, sepatu dan sandal, yang  nantinya  dijual kepada mereka (penadah) dengan harga murah. Ini merupakan penyakit kota besar yang sudah melembaga dalam mengexploitasi anak demi kepentingan perut mereka. Namun perkara yang demikian lebih banyak terlupakan, padahal ianya penyakit social yang semua orang merasakannya.

Kemudian anak dibawah umur juga sudah memiliki  tanaman ganja  atau maryuana dan sudah ada kasus yang terungkap oleh pihak berwajib dan telah dijatuhkan hukuman oleh pengadilan anak, selain dari itu juga terdapat anak yang kedapatan sudah kerap kali  menghisap ganja (narkotika) padahal  ia masih di bawah umur, namun kasus seperti ini sudah banyak  juga ditangkap oleh pihak berwajib dan dibawa ke pangadilan anak, kalau yang model ini bisa diprediksi bahwa kepedulian orang tua mereka sangat tidak maksimal terhadap pergerakan anak-anak mereka. Artinya orang tua lalai dalam memantau  setiap gerak gerik anak-anak mereka, bahkan ada orang tua yang membiarkan anak-anaknya  merokok padahal mereka masih usia sekolahan. Jadi, merokok bagi anak-anak sama dengan membuka jalan bagi mereka untuk menjadi calon penghisap ganja dan penghirup sabu-sabu.

Namun demikian ada juga  hal  lain yang paling tragis, yaitu orang tua memaksa anak-anaknya yang dibawah umur untuk mencari uang/mencari nafkah  dan disuruh mengemis, kalau mereka tidak mau dan tidak membawa pulang uang yang banyak, maka mereka akan dipukul atau dirantai oleh orang tuanya, perkara ini juga sudah pernah diputuskan di pengadilan anak dan barang buktinya telah-pun disita. Jadi, pertanyaannya timbul, orang tua macam  apa mereka  ini,  dan  orang tua seperti ini yang tega menjadikan anak-anaknya  sebagai pencari rezeki  dan memenuhi kebutuhan mereka. Orang seperti ini sama seperti kerbau atau sapi yang hendak disembelih pada musim hari raya Qurban.

Kasus yang paling banyak terjadi adalah kekerasan terhadap anak yaitu orang tua sering memukul atau menyiksa anaknya karena kesal. Mereka (orang tua)  kebanyakan kurang terdidik baik pendidikan umum ataupun pendidikan agama sehingga anak kecil-pun jadi sasaran amukan orang tuanya, dan kepedulian masyarakat-pun  sangat kurang terhadap eksistensi tetangganya  yang melakukan kekerasan terhadap anak kecil, dan tempat tinggal yang berjauhan dengan lingkungan masyarakat serta pihak-pihak berwajib juga bisa menjadi pemicu kekerasan terhadap anak.

Hasil survey KPPAA ke beberapa daerah menunjukkan bahwa di daerah-daerah terpencil kasus pelecehan, pencabulan, kekerasan terhadap anak banyak terjadi khasnya di daerah-daerah  terpencil.

Mereka tidak  berani melapor  karena beberapa alasan: pertama karena itu aib dan ianya tidak bisa dibuktikan secara hukum, akhirnya didiamkan saja dan apa yang terjadi, maka terjadilah sesuatu yang tidak seharusnya terjadi. Kedua karena  lokasi atau tempat kejadian perkara jauh dari kantor Polisi, KPPAA, Dinas Pemberadayaan Perempuan dan Anak, LSM anak, dan pihak-pihak yang peduli terhadap anak. Karena itu banyak kasus  tersebut ditelan masa, dan para pelakunya  terus mencari mangsa baru di tempat atau lokasi lainnya.

Kemudian  kasus melarikan anak perempuan dibawah umur juga tidak sepi dalam masyarakat kita karena HP android sangat berjasa untuk terlaksananya acara tersebut. Jika orang tua melarang kawin dan pacaran, maka para remaja tidak segan-segan mengambil jalan tengah atau jalan keluar dengan melarikan anak perempuan dari rumah orang tuanya dan menikah di tempat-tempat tertentu selain dari petugas negara (KUAKEC).  Di sini tidak dipandang batas umur yang penting menyelamatkan anak-anak dari perzinahan,  kuakec liar ini yang penting  ada amplop beres semuanya, dan  langsung dinikahkan walaupun  wali tidak hadir.  Kawin lari seperti ini sangat sering terjadi di zaman teknologi informasi seperti sekarang ini. Memang kita tidak menyalahkan teknologi, namun para pengelola dan petugas yang berekepentingan terhadap terknologi ini harus dapat mengekang dan meminimalisir persoalan yang merusak akhlak generasi muda.

Mungkin solusi yang tepat adalah adanya  peran  dan tanggung jawab keluarga dalam memantau gerak gerik anak. Pengawasan dari berbagai unsur lembaga yang peduli terhadap kasus anak dan  Dinas-dinas  terkait harus selalu siap  sedia  dalam memantau kasus anak.

Kemudian para pihak yang membuat hukum atau undang-undang tentang perlindungan anak harus senantiasa memantau jalannya  kasus persidangan ini di setiap pengadilan, sehingga para terdakwa atau para pesalah harus dihukum yang berat kepadanya, dan Negara juga harus melindunginya para korban, direrehabilitasi nama baiknya, diberikan ganti rugi (kompensasi) kepadanya dalam masa tertentu.

Rehabilitasi psikisnya,  traumatiknya, dan membangkitkan gairah hidupnya khususnya para korban adalah sebuah keniscayaan yang harus dilakukan oleh pihak-pihak terkait  khususnya  pemerintah. Jika negara gagal mengurus dan menjaga eksisteni anak-anak, maka kehabisan stock kepemimpinan akan berlaku sepanjang hayat. Sebab, anak-anak sekarang dalam waktu yang tidak terlalu lama, mereka akan menjadi pemimpin masa depan.  Apabila kehidupannya  diamputasi sejak dini, maka  terombang-ambinglah negara ini karena para pemimpinnya terdiri dari orang-orang cacat dan ampas kemanusiaan yang sangat tidak layak untuk memimpin. Camkanlah wahai para pecinta anak-anak dan selamatkanlah mereka demi  kelanjutan kepemimpinan di masa depan.


Oleh Dr. Muhammad AR. M.Ed

Penulis adalah Ketua Komisioner Pengawasan dan Perlindungan Anak Aceh