Prof. Syabuddin Gade

Oleh Prof. Syabuddin Gade


Basmalah merupakan satu ayat pertama dari al-fatihah, ada juga ulama yang berpendapat bahwa basmalah adalah satu ayat dalam surah an-Namlu. Bagi umat Islam basmalah sudah menjadi bacaan dan amalan keseharian dalam kehidupan mereka. Namun, tidak semua umat Islam memahami bahwa membaca Basmalah mengandung banyak keutamaannya. Karena itu tulisan ringkas ini mencoba mendeskripsikan sejumlah hadis yang menyebutkan keutamaan Basmalah dan penjelasan ringkas.

1. Hadis tentang Keberkahan Memulai dengan Basmalah

Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُبْدَأُ فِيهِ بِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فَهُوَ أَبْتَرُ
“Setiap perkara yang penting yang tidak dimulai dengan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ maka ia terputus (dari keberkahan).”
(HR. Abu Dawud, Ahmad, dan lainnya. Sebagian ulama menilainya hasan dengan penguat.)

2. Hadis tentang Basmalah dalam Makan

Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا، فَلْيَقُلْ: بِسْمِ اللَّهِ، فَإِنْ نَسِيَ أَنْ يَقُولَ بِسْمِ اللَّهِ فِي أَوَّلِهِ، فَلْيَقُلْ: بِسْمِ اللَّهِ فِي أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ
“Jika salah seorang dari kalian makan, hendaklah ia mengucapkan ‘Bismillah’. Jika lupa mengucapkannya di awal, hendaklah ia mengucapkan, ‘Bismillahi fii awwalihi wa akhirihi.’”
(HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi)

3. Hadis tentang Perlindungan dari Setan

Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ: لَا مَبِيتَ لَكُمْ وَلَا عَشَاءَ
“Jika seseorang masuk ke rumahnya dan menyebut nama Allah ketika masuk dan ketika makan, setan berkata, ‘Tidak ada tempat bermalam dan tidak ada makanan bagi kalian (di sini).’”
(HR. Muslim, no. 2018)

4. Basmalah sebagai Awal Wahyu

Allah SWT menyebutkan Bismillahirrahmanirrahim dalam Al-Qur’an:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Makna: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Fatihah: 1)
Hal ini menunjukkan bahwa Basmala adalah lafaz yang penuh dengan keberkahan, bahkan menjadi bagian dari wahyu pertama dalam Al-Qur’an.

Pentingnya Memahami Hadis

Beberapa hadis di atas, meskipun memiliki beragam derajat keabsahan (shahih, hasan, atau dha’if), menunjukkan perhatian Islam terhadap pentingnya mengucapkan Basmalah dalam berbagai aktivitas.

Hal ini menjadi panduan bagi Muslim untuk selalu menyebut nama Allah sebagai bentuk zikir dan pengingat akan kehadiran-Nya. Wa Allahu a’lam.

Oleh Afrizal Refo, MA


Setiap tanggal 25 November, Indonesia memperingati Hari Guru Nasional, sebuah momen yang memberikan kesempatan kepada kita untuk merenung dan mengapresiasi peran besar guru dalam mencetak generasi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, guru adalah sosok yang memiliki pengaruh luar biasa dalam kehidupan kita, karena merekalah yang membimbing, mengajar, dan membentuk karakter serta intelektualitas generasi muda. Namun, meskipun pentingnya peran guru sangat besar, seringkali mereka terlupakan dan tidak mendapatkan perhatian yang memadai, baik dari segi kesejahteraan, profesionalisme, maupun penghargaan terhadap tugas mereka. Oleh karena itu, dalam peringatan Hari Guru kali ini, sudah saatnya kita memberikan lebih banyak perhatian kepada mereka, dengan fokus pada penghapusan kriminalisasi terhadap guru, pengurangan beban administrasi, serta peningkatan kesejahteraan dan pendidikan untuk para pendidik.

Peran dan Tanggung Jawab Guru yang Tidak Tergantikan

Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang memiliki peran sangat penting dalam membentuk karakter dan masa depan bangsa. Mereka tidak hanya mengajar ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan contoh, menanamkan nilai-nilai moral, dan membimbing murid-muridnya dalam proses tumbuh kembang mereka. Tanpa guru, Indonesia tidak akan memiliki generasi muda yang terdidik dan siap menghadapi tantangan global. Dalam konteks ini, guru bukan sekadar pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing dan pembentuk karakter bangsa.

Namun, dalam perjalanan tugas mulia ini, guru seringkali harus menghadapi berbagai tantangan. Salah satu masalah yang mencuat belakangan ini adalah kriminalisasi terhadap guru. Banyak kasus di mana guru dijadikan korban dari tuduhan yang tidak berdasar, terutama dalam konteks kekerasan fisik atau psikis yang terjadi di lingkungan sekolah. Terkadang, seorang guru yang bertujuan mendisiplinkan siswa malah terjerat hukum hanya karena salah paham atau tuduhan sepihak dari pihak tertentu. Situasi ini tentu sangat tidak adil bagi profesi yang seharusnya dihormati dan dihargai.

Kriminalisasi Guru: Sebuah Tantangan yang Harus Dihentikan

Penting untuk dicatat bahwa guru memiliki tanggung jawab untuk mendidik, membimbing, dan menjaga keharmonisan di sekolah. Namun, seringkali mereka berada dalam posisi yang rentan karena berbagai alasan, salah satunya adalah kurangnya perlindungan hukum yang memadai. Guru seringkali dihadapkan pada situasi yang sulit, di mana tindakan mereka, yang seharusnya bertujuan mendidik, malah disalahartikan dan berakhir pada masalah hukum.

Salah satu contoh yang sangat mencolok adalah kasus-kasus kekerasan fisik yang melibatkan guru. Tentu saja, kekerasan dalam bentuk apapun tidak bisa dibenarkan. Namun, kadang-kadang, tindakan guru yang menganggapnya sebagai bentuk disiplin atau pembinaan bisa salah dimengerti oleh pihak lain. Dalam situasi seperti ini, sangat penting untuk memberi perlindungan hukum kepada guru agar mereka tidak menjadi korban kriminalisasi yang merugikan profesi dan mengganggu proses pendidikan itu sendiri.

Oleh karena itu, pada peringatan Hari Guru ini, kita harus menegaskan bahwa guru harus dilindungi oleh hukum, bukan dihukum karena tugasnya mendidik. Negara harus memastikan bahwa tidak ada lagi kriminalisasi terhadap guru hanya karena perbedaan pemahaman mengenai cara mendidik yang benar. Perlindungan hukum bagi guru adalah langkah yang sangat diperlukan agar mereka dapat bekerja dengan tenang dan fokus pada tugas utamanya: mendidik generasi bangsa.

Beban Administrasi yang Menambah Tantangan Guru

Selain masalah kriminalisasi, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi guru saat ini adalah beban administrasi yang semakin bertambah. Meskipun administrasi memang penting untuk kelancaran kegiatan di sekolah, namun banyak guru merasa terbebani dengan banyaknya tugas administratif yang harus diselesaikan di luar jam mengajar. Guru yang seharusnya fokus pada kegiatan mengajar, mendampingi siswa, dan melakukan evaluasi pembelajaran, seringkali terpaksa menghabiskan banyak waktu untuk menyelesaikan laporan, mengisi data, dan memenuhi berbagai kewajiban administratif yang tidak selalu relevan dengan proses pendidikan.

Hal ini tentu saja sangat mengganggu tugas pokok guru, yaitu mendidik. Beban administratif yang berlebihan membuat guru tidak memiliki waktu dan energi untuk fokus pada pengembangan kemampuan mengajar, berinovasi dalam pembelajaran, serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa. Di sisi lain, para siswa pun akan merasa dampaknya, karena pendidikan yang mereka terima tidak optimal.

Maka dari itu, sangat penting untuk segera mengevaluasi dan mengurangi beban administratif yang tidak perlu. Fokuskan perhatian pada kualitas pembelajaran dan biarkan guru memiliki waktu yang cukup untuk mengajar, mendampingi, serta berinteraksi dengan siswa. Administrasi yang tidak perlu harus dipangkas agar guru dapat menjalankan tugasnya dengan lebih baik dan lebih efektif.

Kesejahteraan Guru: Kunci untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan

Selain masalah hukum dan administrasi, kesejahteraan guru juga menjadi faktor penting yang memengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia. Banyak guru yang masih mengalami kesulitan ekonomi meskipun mereka telah mengabdikan diri bertahun-tahun untuk mendidik anak bangsa. Kesejahteraan yang kurang memadai akan berdampak pada motivasi dan semangat kerja para guru, yang pada gilirannya akan memengaruhi kualitas pembelajaran yang mereka berikan.

Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kesejahteraan guru dengan memberikan gaji yang layak, tunjangan, serta fasilitas yang memadai. Pemerintah harus memastikan bahwa guru mendapatkan penghargaan yang sebanding dengan pekerjaan mereka yang sangat mulia. Selain itu, kesejahteraan guru juga mencakup peningkatan profesionalisme melalui pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan. Sebagaimana disampaikan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed, guru harus diberikan ilmu dan pelatihan yang memadai agar mereka dapat terus mengembangkan kemampuan diri dan memberikan pendidikan yang terbaik bagi siswa.

Penulis adalah Dosen Pendidikan Agama Islam IAIN Langsa, Praktisi Pendidikan dan Sekjen Dewan Dakwah Kota Langsa.


Oleh Afrizal Refo, MA


Musibah sering kali datang tanpa peringatan. Di Aceh, disaat berlangsungnya PON XXX di Sumut – Aceh, kita beberapa hari ini saja mengalami angin kencang disertai hujan lebat yang mengakibatkan kerusakan gedung-gedung Arena PON, Gedung sekolah rubuh, banjir dan kesedihan di berbagai tempat.

Momen-momen seperti ini mengingatkan kita akan kekuasaan Allah dan pentingnya untuk kembali mendekat kepada-Nya. Mari kita telaah bagaimana musibah ini dapat menjadi pengingat untuk mengingat Allah dan meningkatkan keimanan kita.

Fenomena Alam yang Tidak Terduga

Musibah alam seperti angin kencang dan hujan lebat bisa datang secara tiba-tiba. Di Aceh, yang dikenal dengan keindahan alamnya, perubahan cuaca yang drastis dapat menyebabkan kerugian yang besar. Beberapa daerah mengalami banjir, pohon tumbang, dan kerusakan pada infrastruktur. Ini semua menimbulkan rasa cemas dan ketidakpastian di kalangan masyarakat.

Perubahan cuaca ini seharusnya menyadarkan kita bahwa sebagai manusia, kita tidak dapat mengendalikan alam. Kita hanya bisa berusaha untuk menghadapinya dengan bijak dan bersabar. Dalam situasi seperti ini, kita diingatkan akan kekuasaan Allah yang lebih besar daripada apapun yang kita alami.

Ketika musibah datang, sering kali hati kita bergetar dan pikiran kita berkecamuk. Di sinilah pentingnya mengingat Allah. Dalam kondisi terdesak, banyak dari kita yang berdoa, berharap akan perlindungan dan pertolongan-Nya. Ini menunjukkan bahwa meskipun kita mungkin terlena dalam kesibukan sehari-hari, ketika menghadapi kesulitan, kita kembali kepada-Nya.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan apabila kamu ditimpa musibah, maka ingatlah kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 153). Ayat ini mengajarkan kita bahwa musibah adalah panggilan untuk kita memperkuat hubungan dengan Sang Pencipta. Dengan berdoa dan berzikir, kita bisa menemukan ketenangan dalam hati dan kekuatan untuk menghadapi ujian.

Setiap musibah membawa pelajaran berharga. Ketika angin kencang menerpa Aceh, kita bisa belajar tentang pentingnya persiapan dan kewaspadaan. Musibah mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap tanda-tanda alam dan menjaga lingkungan sekitar.

Selain itu, musibah juga mengingatkan kita tentang pentingnya solidaritas. Dalam situasi sulit, kita melihat bagaimana masyarakat Aceh saling membantu. Banyak yang memberikan bantuan kepada korban, baik berupa makanan, pakaian, maupun dukungan moral. Ini menunjukkan bahwa kita harus selalu siap untuk membantu satu sama lain, terutama di saat-saat sulit.

Kesadaran akan Ketidakpastian Hidup

Musibah seperti ini mengingatkan kita bahwa hidup ini penuh ketidakpastian. Meskipun kita merencanakan banyak hal, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ketika angin kencang datang, semua rencana bisa terganggu. Inilah saatnya bagi kita untuk merenung dan menyadari bahwa Allah lah yang mengatur segalanya.

Penting bagi kita untuk bersyukur atas nikmat yang telah kita terima dan menyadari bahwa setiap saat bisa menjadi ujian. Dalam surah Al-Anfal (8:28), Allah berfirman, “Dan ketahuilah bahwa harta dan anak-anakmu adalah ujian.” Kita harus ingat bahwa semua yang kita miliki adalah titipan Allah yang bisa diambil kapan saja.

Setiap kali musibah datang, ini adalah waktu yang tepat untuk berdoa. Doa bukan hanya sebagai permohonan, tetapi juga sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Allah. Kita harus berdoa untuk keselamatan, ketabahan, dan pemulihan bagi mereka yang terkena dampak.

Berdoa juga adalah cara kita untuk mengingat kembali semua nikmat yang telah diberikan. Ketika kita mengalami kesulitan, penting untuk tidak melupakan semua hal baik yang ada dalam hidup kita. Dalam keadaan sulit, ingatlah untuk selalu bersyukur.

Musibah adalah ujian yang bisa memperkuat iman kita. Ketika kita menghadapi kesulitan, kita belajar untuk bersabar dan tetap berpegang pada ajaran agama. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk meningkatkan ketahanan diri dan meningkatkan ibadah yang mungkin selama pelaksanaan PON ke XXX di Sumut – Aceh, banyak orang yang melalaikan shalatnya dan musibah yang terjadi saat ini adalah teguran dari Allah SWT.

Dengan menjalani hidup sesuai dengan nilai-nilai agama, kita dapat menemukan ketenangan dan kekuatan untuk menghadapi ujian.Banyak orang yang setelah mengalami musibah, menjadi lebih aktif dalam beribadah dan melakukan amal baik. Ini adalah transformasi positif yang dapat terjadi setelah kita mengalami kesulitan. Dengan mendekatkan diri kepada Allah, kita akan mendapatkan ketenangan hati dan bimbingan dalam menjalani hidup.

Solidaritas dan Kemanusiaan

Dalam situasi bencana, kita sering melihat solidaritas yang luar biasa di antara masyarakat. Orang-orang bersatu untuk membantu sesama, memberikan dukungan, dan berbagi sumber daya. Ini menunjukkan bahwa kita sebagai manusia memiliki tanggung jawab untuk saling membantu, terutama di saat-saat sulit.

Musibah mengingatkan kita bahwa kita tidak hidup sendirian di dunia ini. Kita perlu membangun rasa saling peduli dan empati terhadap orang lain. Dengan saling membantu, kita dapat menghadapi setiap ujian dengan lebih baik.

Oleh karena itu musibah angin kencang disertai hujan yang melanda Aceh adalah panggilan untuk kita semua. Ini adalah waktu untuk merenung, kembali kepada Allah, dan memperkuat iman. Setiap ujian yang datang mengajarkan kita tentang ketidakpastian hidup dan pentingnya bersyukur. Mari kita jadikan musibah ini sebagai kesempatan untuk saling membantu, berdoa, dan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan cara ini, kita dapat menghadapi setiap tantangan dengan penuh harapan dan keyakinan bahwa Allah selalu bersama kita. Musibah adalah bagian dari kehidupan, dan bagaimana kita menyikapinya adalah kunci untuk menemukan kebahagiaan dan ketenangan di hati.

Penulis : Dosen PAI IAIN Langsa , Sekretaris Dewan Dakwah Kota Langsa dan Wakil Ketua PARMUSI Kota Langsa.


Oleh Afrizal Refo, MA


Pada tanggal 12 Rabiul Awal, umat Islam di seluruh dunia memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Hari ini menjadi salah satu hari yang paling ditunggu-tunggu dalam kalender Islam, karena sebagian besar umat Islam bersyukur atas hadirnya seorang nabi yang memperjuangkan kebaikan, menjunjung tinggi nilai-nilai moral, dan menjadi panutan dalam kehidupan sehari-hari.

Kelahiran Nabi Muhammad SAW juga menjadi tonggak penting dalam sejarah umat manusia, karena dalam sosoknya, lahir pemimpin yang amanah, yang membawa pesan kemanusiaan dan keadilan untuk seluruh dunia.

Aceh sebagai salah satu provinsi dengan mayoritas umat muslim di Indonesia, seharusnya dapat mengambil pelajaran dari momentum kelahiran Nabi Muhammad SAW untuk menjadikan dirinya sebagai daerah yang menjalankan syariat Islam, yang ramah dan toleran bagi setiap orang, serta menjadikan kepemimpinan yang amanah..

Pada awalnya Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1511 M. Aceh menjadi salah satu daerah yang menjadi pusat perdagangan, sehingga terkenal dengan kerajaan Islam yang memegang rahasia perdagangan tersendiri. Oleh karena itu, kedudukan Aceh sebagai pusat perdagangan telah menarik banyak pengaruh dari negara-negara luar, terutama dari India, Yaman, Persia, dan Timur Tengah.

Namun, sejak datangnya Belanda di Indonesia pada tahun 1607, Aceh mulai kehilangan kedaulatannya. Kota-kota dan pelabuhan ditaklukkan dan digantikan oleh Belanda sebagai pusat perdagangan di kawasan itu. Dalam era modern, Aceh terkenal karena banyaknya konflik lokal yang terjadi antara daerah-daerah di Aceh, terutama konflik horizontal yang memicu diskriminasi terhadap etnis tertentu dalam masyarakat.

Oleh karena itu, momentum kelahiran Nabi Muhammad SAW dapat menjadi teladan bagi calon gubernur di Aceh untuk memimpin dengan kebaikan dan keadilan, serta menghindari terjadinya diskriminasi atau konflik antara masyarakat.

Nabi Muhammad SAW merupakan sosok yang sangat menghargai keadilan. Oleh karena itu, calon gubernur di Aceh harus memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil harus melibatkan semua pihak dan dapat memberikan manfaat bagi rakyat Aceh. Kebijakan yang diambil harus dijalankan dengan transparansi dan mengacu pada prinsip-prinsip yang adil.

Dalam konteks Aceh, sebagai salah satu provinsi dengan populasi muslim terbesar di Indonesia, momentum kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diperingati setiap tahun juga dapat menjadi pengingat bagi calon gubernur dalam membangun Aceh yang lebih baik. Semoga calon Gubernur Aceh terpilih nantinya dapat memikirkan kepentingan umat Islam yaitu menjalankan syariat Islam secara menyeluruh dan juga membangun daerah yang lebih maju, dan tentunya mindset yang lebih baik tentang diri kita sebagai seorang pemimpin, untuk membangun negeri dengan keadilan dan perdamaian.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami betapa besar pengaruh sosok Nabi Muhammad SAW dalam sejarah umat manusia. Nabi Muhammad SAW bukanlah hanya pemimpin agama, tetapi juga pemimpin sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Sikap-sikap yang dicontohkannya, termasuk amanah, bertanggung jawab, keadilan, saling menghormati, kerja sama, kejujuran, dan integritas harus bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam memperingati momentum kelahiran Nabi Muhammad SAW, kita harus meningkatkan kecintaan kita kepada Allah SWT dan makhluk-Nya, serta meningkatkan kualitas hidup kita melalui perilaku yang baik. Dalam upaya membangun Aceh yang lebih baik, keberadaan calon gubernur yang memiliki prinsip kepemimpinan yang baik dan teladan sangat diperlukan. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama mendukung calon gubernur Aceh yang memiliki komitmen tinggi dalam memimpin Aceh dengan kebaikan dan keadilan.

Pada akhirnya, menjadi pemimpin yang amanah dan berkualitas dalam mengelola Aceh adalah tugas berat dan tak mudah. Namun, jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, membangun Aceh yang maju dan sejahtera dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan sejarah, sosok Nabi Muhammad SAW adalah teladan dalam kepemimpinan yang ideal, mengajarkan umatnya tentang kerja sama, keadilan, dan amanah, serta menghindari kekerasan dan diskriminasi.

Pada akhirnya, tentu saja hal tersebut tidak dapat dicapai dalam waktu singkat dan membutuhkan dukungan dan partisipasi dari seluruh masyarakat Aceh. Tantangan terberat adalah bagaimana masyarakat Aceh juga terlibat aktif dalam menghadapi permasalahan dan melakukan perubahan-perubahan positif untuk meningkatkan kualitas hidup di Aceh dengan mengacu pada nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran. Dengan kerjasama, partisipasi, dan komitmen yang kuat antara pemerintah dan masyarakat, Aceh bisa menjadi daerah yang maju, sejahtera, dan menjadi contoh bagi yang lainnya.

Oleh karena itu penting untuk diingatkan kembali bagi calon gubernur di Aceh ataupun bagi siapa saja yang memiliki peran dan tanggung jawab dalam menentukan arah asa Aceh. Momentum kelahiran Nabi Muhammad SAW harus menjadi momen refleksi bagi setiap individu dalam menjalankan kepemimpinan, guna menciptakan masyarakat Aceh yang ramah, Islami, adil dan sejahtera. Agar cita-cita Aceh sebagai daerah yang maju dan sejahtera dapat tergapai sesuai dengan prinsip yang berlandaskan Alquran dan hadits serta mendukung terhadap peradaban dunia.

Semoga kita dapat terus berjuang dan memperlihatkan kepedulian kepada masyarakat, serta memberikan kontribusi menghasilkan perubahan positif bagi Aceh yang kita cintai. Semangat!

Penulis adalah Sekretaris Umum Dewan Dakwah Kota Langsa

Satu hal menarik dalam muzakarah ulama dunia yang diadakan oleh perhimpunan Ahlul Halli wal ‘Aqdi Dunia yang berpusat di Banyuasin Sumatera Selatan Selasa 2 Juli 2024 adalah kehadiran Tun Dr. Mahathir bin Muhammad mantan Perdana Menteri Malaysia keempat dan ketujuh sebagai Keynot Speaker. Dalam pemaparan taushiyahnya beliau terlihat segar dan mampu berdiri di podium hampir satu jam walaupun usianya tersisa dua bulam menuju 99 tahun. Beliau juga dapat menyampaikan pemikiran dan Analisa kondisi semasa secara cermat dan berhati-hati sehingga hampir tidak nampak kesalahan dari pemaparannya.
Berangkat dari Malaysia dengan pesawat pribadi yang ditemani oleh pengawal, ajudan, dokter, pilot dan disambut oleh Konsulat Jenderal Malaysia dari Medan, tiba di Palembang pada pukul 09.31. di Palembang beliau disambut hangat oleh PJ. Gubernur Sumsel, Bupati Banyuasin, Pangdam, Kapolda, Ketua DPRD Sumsel dan sejumlah pejabat lainnya yang berebut berfoto dengan Tun Dr. Mahathir bin Muhammad. Suasana semakin menarik Ketika ada sebahagian orang tidak sempat berfoto Ketika Tun datang mereka menunggu masa Tun mau Kembali dan mereka minta berfoto di Bandara Sultan Badaruddin II Palembang.
Kondisi tersebut Nampak seperti kerinduan lama belum tertunaikan sehingga sejumlah pejabat berucap sambil jalan: saya mau tengok langsung Tun Dr. Mahathir hari ini karena tidak puas melihat dari foto dan tayangan TV sebelumnya. Suasana semacam itu tersirat makna bahwa seorang Mahathir Mohammad itu merupakan figure dan tokoh dunia yang dirindukan bukan hanya oleh bangsa Malaysia saja melainkan juga bangsa Indonesia dan dunia Melayu lainnya. Sulit dipungkiri kenyataan ini manakala kita melihat kedatangan beliau ke Palembang tersebut berebut orang-orang ingoin berjumpa dan berfoto dengan beliau.
KONDISI UMMAH
Dalam sesi pemaparan taushiyah selama hampir satu jam tersebut Tun. Dr. Mahathir bin Mohammad mengkisahkan tentang eksistensi ummat Islam di dunia hari ini. Menurutnya ummat Islam sekarang kehilangan power, kehilangan gezah, kehilangan kekuasaan dan kekuatan sehingga bisa dibantai, dibunuh, diperkosa oleh penganut agama lain seperti kasus pembantaian muslim Falestin oleh Yahudi laknatillah. Demikian juga dengan kasus pembantaian muslim Rohiongya oleh rezim Budha di Myanmar, pembantaian muslim di India oleh rezim penganut agama Hindu dan lainnya.
Semua itu terjadi karena ummat Islam lemah dari sisi ekonomi, lemah dari sisi politik dan lemah dari pemilikan ilmu pengatahuan. Ditambah lagi dengan kejahatan lima penguasa dunia yang menjadi anggota tetap PBB yang bukan negara mayoritas muslim, mereka yang memiliki hak veto di PBB tersebut adalah Inggeris, Perancis, Rusia, Cina dan Amerika. Mereka yang mengklaim diri sebagai pengerusi pemerintahan dunia memainkan strategi standar ganda terhadap ummat Islam. Kalau ummat Islam terlanggar Hak Azasinya mereka dian seperti kasus Falestin, sebaliknya kalau ada pemimpin negara mayoritas muslim yang menegakkan kebenaran sehingga terganggu kepentingan mereka dihancurkan seperti kasus Saddam Husin di Iraq, kasus Muammar Khaddafi di Libya dan kasus-kasus lainnya.
Kondisi semacam itu menurut Tun Mahathir toidak boleh dibiarkan berlalu begitu saja melainkan harus dilawan dan diselesaikan oleh ummat Islam lewat penguasaan ilmu pengetahuan, lewat penguasaan ekonomi oleh ummat Islam dan lewat penguasaan politik terutama politik antarabangsa yang selama ini didominasi oleh kaum kuffar. Dominasi mata uang dolar Amerika untuk konsumsi dunia ikut disorot oleh Tun Mahathir karena tidak memperoleh keadilan bagi penghuni dunia di berbagai negara hari ini. Beliau mengajak para ulama yang mengikuti acara muzakarah tersebut untuk mengembangkan ekonomi sendiri agar dominasi dolar Amerika yang menjejaskan mata uang lain di dunia dapat segera berakhir.
Diyakini atau tidak kondisi ummat Islam dan negara-negara mayoritas muslim hari ini berada pada posisi dihatur bukan mengatur, dipimpin bukan memimpin, diperas bukan memeras, dihina bukan menghina, disunglap bukan menyunglap, ditipu bukan menipu, dihabisi bukan menghabisi, dirampok dan dirampas bukan merampok dan merampas, demikianlah Nampak tantangan dan kondisi Islam dan ummat Islam di dunia hari ini yang perlu dilepaskan agar menjadi bebas, yang perlu diajari agar menjadi kaum terpelajar, yang perlu disungkit agar segera bangkit dan yang perlu dipompa agar segera bergulir.
Kondisi terjepitnya ummat Islam dan negara-negara mayoritas muslim hari ini bukan factor kebetulan melainkan by design oleh kuasa besar dunia yang dirancang demikian rupa yang sangat bersahaja dan dipertahankan sehingga akhir zaman nantinya. Kalau ummat Islam pasif maka kondisi semisal itu tidak akan pernah berubah, kalau ummat Islam ragu-ragu membela diri sampai kapanpun ummat Islam tidak memiliki pe;uang dan kesempatan untuk memimpim dan menguasai. Sesungguhnya kondisi semisal itulah yang sangat diharapkkan oleh mereka agar kekuasaan dan kekuatan dunia tetap berada dalam genggaman mereka, mereka yang kita maksudkan di sini adalah para penguasa dunia yang serasi dengan sebutan kuasa besar dunia.
BERSEDIH HATI
Dalam penyampain taushiyahnya Tun Dr. Mahathir bin Muhammad berkali-kali mengumandangkan kata-kata sedih terhadap kondisi ummat Islam hari ini. Kesedihan hati beliau tersebut terkait dengan kebiadaban rezim Zionis Israil terhadap ummat Islam Falestin di Ghaza. Kkesedihan hati beliau lagi terkait dengan kelemahan ekonomi ummat Islam dan negara yang dihuni mereka. Juga beliau bersedih hati karena ummat Islam lalai dalam kehidupan sehingga tidak punya waktu untuk menuntut ilmu pengetahuan yang membuat mereka menjadi jahil sementara kaum kuffar terus maju dan berkembang dalam bidang ilmu pengetahuan, dalam bidang ekonomi juga dalam bidang politik.
Kesedihan demi kesedihan yang diucapkan Tun Mahathir bin Mohammad tersebut membuat para peserta muzakarah terpukau dan terlena seperti kehilangan akal pikiran apa yang harus dan mesti dilakukan untuk menebus kesedihan Tun tersebut. Kesedihan hati Tun tersebut boleh jadi terkait dengan usia beliau yang sudah sangat lanjut boleh jadi juga karena beliau tidak sanggup lagi melihat komnndisi ummat Islam yang menjadi objek bagi ummat beragama lain yang terkenal kkejam dan bengis.
Ucapan-ucapannya seperti: saya bersedih hati melihat kondisi ummat Islam yang sangat terpojok hari ini dapat menggambarkan sepertinya beliau berkeinginan untuk membela ummat Islam tetapi tidak punya kuasa lagi untuk melakukan itu. Maka selaras dengan usianya yang menjelang 99 tahun tersebut terasa tidak lagi berdaya dan sepertinya mengajak para generasi muda untuk mengambill alih tugas tersebut. Dalam pemaparannya berkali-kali juga Tun menaruh harapan kepada kaum muda untuk berusaha keras agar dengan cepat dan ligat sanggup menggantikan kaum tua sebagai alternatif Solusi untuk membebaskan keterjepitan ummat Islam.
Bersedih hatinya Tun terkait kondisi ummat Islam yang sangat terjepit hari ini karena tidak ada lagi negara mayoritas muslim yang berkuasa seperti zaman Turki Usmani dahulu kala. Beliau sempat menyinggung keperkasaan Turki Usmani dahulu karena kekhalifahan Turki Usmani Berjaya menguasai ilmu pengetahuaan secara mendalam sehingga sanggup membuat senjata sendiri. Hari ini tidak ada negara mayoritas muslim yang mampu membuat senjata canggih yauntuk menyaingi kemampuan negara-negara barat tersebut.
Sedihnya beliau lagi terkait ambruknya penguasaan ekonomi ooleh ummat Islam sehingga negara-negara mayorits muslim menjadi tukang hutang di mana-mana. Prihal ini dapat menjatuhkan Marwah ummat Islam karena banyak yang kehilangan pekerjaan sampai kepada kehiilangan tempat tinggal karena tidak ada pemasukan terukur hari-harinya. Kelemahan ummat Islam menguasai panggung politik juga menjadi sorotan dalam pemaparan taushiyah Tun dalam arena muzakarah ulama tersebut.
Sebagai kalam khatimah perlu kita ambil Pelajaran dari pemaparan Tun Mahathir tersebut seperti: umat Islam tidak boleh tidak harus bangkit ekonominya, umat Islam tidak boleh tidak wajib menguasai pengetahuannya dan umat Islam wajib menguasai politik selaras dengan system politik yang pernah diasaskan Rasulullah SAW pada periode negara Islam Madinah dahulu kala. Kawula muda tidak boleh lalai dan santai dalam hidup ini karena gaya hidup semacam itu bukan gaya hidupnya Rasulullah AW. Semoga Sahaja dapat direnungkan.-
Oleh: Hasanuddin Yusuf Adan

Kalau kita mau bicara dengan sesungguhnya berdasarkan hati nurani, maka sejak masa presiden Soekarno hingga ke Presiden Joko Widodo belum nampak keadilan dan kejujuran hasil pemilu yang pernah dibuat. Hasil yang nampak dan diakui oleh masyarakat adalah kecurangan, ketidak adilan dan ketidak jujuran. Karena itu dakwah saya kepada segenap bangsa Indonesia agar system pemilu yang yang telah ada dan system pilkada harus dirobah total dengan system Syura yang lebih aman dari segi sogok menyogok atau money politic disamping sangat sedikit menghabiskan kostnya. System yang ada terbuka menganga untuk money politic dan hasil yang curang, namun kalau system syura, pemilihan anggota majlis syura sendiri sangat ketat dalam masalah akhlak, penguasaan ilmu agama, pemahaman tentang adat istiadat, ketokohannya, serta paham akan sejarah perjuangan bangsa.

Utamakan tingkat keilmuan seseorang (tingkat pendidikannya), pengalaman hidupnya, umurnya yang matang sebagaimana Allah contohkan dalam pengangkatan Muhammad SAW sebagai Nabi, akhlaknya yang mulia, ibadahnya yang tidak perlu diragukan, serta kejujuran dan keadilannya dalam beraktivitas sehari-hari di tengah-tengah manusia. Kalau kita mau jujur dan transparan, lihat saja bagaimana Allah memilih Muhammad SAW sebagai Khalifah Allah di bumi, kemudian bagaimana Abubakar dipilih untuk menjadi khalifah setelah Nabi SAW, demikian juga pemilihan Umar bin Khattab. Malah ketika Umar bin Khattab ditikam, oleh Abu Lu’Lu’ yang berketurunan Parsi, ketika Umar mengimami shalat subuh, maka Umar masih sempat memanggil shabat-shabat yang lain untuk memilih penggantinya. Salah seorang shabat mengusulkan bagaimana kalau kami memilih Abdullah bin Umar sebagai penggati Amirul Mukminin atau menjadikannya sebagai salah seorang anggota majlis syura?

Ketika Umar mendengar anaknya, Abdullah bin Umar diusul untuk menggantikannya, maka beliau berkata, “Celaka kamu”. Jangan libatkan anakku dalam urusan ini. Artinya Umar bin Khattab tidak suka melanggengkan kekuasaannya dan membentuk dinasti atau kerajaan agar segala kesalahannya dan kecurangannya terus dilestarikan oleh penerusnya. Makanya yang salah di sini adalah systemnya yang tidak mendukung keberpihakannya kepada keadilan dan kejujuran. Diantara system,-system yang telah ada,system syuralah yang sangat berarti dalam pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah, karena kalau terjadi money politic hanya to some degree, tidak menyeluruh dan menjadi budaya seperti sekarang ini. Saya mendengar video salah seorang anggota DPR-RI, Irma Chaniago yang menyatakan bahwa beliau menghabiskan uang Rp. 2 milyar menuju Senayan, dan beliau membuka kedok semua Partai Politik sebagai biang keterpurukan dan kehancuran system kenegaraan kita. Penulis juga pernah berbincang-bincang dengan beberapa caleg dan cabub dan cagup, bahwa kalau kita ingin mencapai cita-cita tersebut harus punya banyak dollar alias rupiah, karena kalau kita mendatangi kantong-kantong constituent di alam grass-root harus membawa mahar, kalau itu tidak ada, jangan diharap akan ada constituent yang memilih kita. Ini budaya yang berakar umbi dalam komunitas kita, makanya system ini harus diganti total dengan konsep syura.

Kalau tidak ganti dengan system yang lebih amanah dan aman, ditakutkan para wakil rakyat dan para pemimpin yang dihasilkan dengan cara yang tidak amanah, tidak legal, dan tidak manusiawi, nanti hukum dipoles menjadi hukum rimba, para pemimpin seperti serigala yang tiap hari menyantap akan darah rakyatnya, misalnya rakyat dinaikkan pajaknya, para pegawai negara dinaikkan gajinya, korupsi terjadi di setiap kantor dan kementerian, petugas negara membackup kecurangan dan ketiranian para pemegang kuasa, makanya rakyat adalah makanan empuk para penguasa yang sifatnya seperti serigala dan singa di Padang Sahara Afrika. Makanya dakwah saya dalam hal ini yang harus merobah sytem ini adalah rakyat jelata dengan cara apapun yang terbaik. Jika tidak, negara ini akan menjadi negara berhukum rimba dan berpemimpin seperti drakula penghisap darah manusia.

Ingat! Ketika rakyat melakukan sesuatu dalam batas-batas kewajaran seperti berdemonstrasi dan berunjuk rasa, itu masih dapat diotolerir karena tidak melakukan anarkhis dan sebelum jam 6.00 sore sudah bubar. Pemerintah merasa ini hak rakyat dan boleh dilakukan dan kedudukan kita dan singgasana kita tidak terusik, karena kalau sudah capek berunjuk rasa dan berdemonstrasi, nanti mereka berhenti sendiri. Kita boleh berasumsi demikian karena rakyat melampiaskan uneg-unegnya, tetapi ingatlah wahai para penguasa, jika rakyat suatu saat diam seribu Bahasa, dan mereka hanya melaporkan kebejatan pemerintah dan penguasa kepada Penguasa Tertinggi yaitu Allah SWT., tinggal tunggu saja kehancuran yang pernah dirasakan oleh Firaun Laknatullah (Mesir), Gamal Abdun Nasir (Turki), Shah Iran (Iran), Marcos (Filipina), Kaum ’Ad dan Kaum Tsamud. Ingat Allah dalam firman-Nya “Setiap Ummat akan menemui ajalnya, tidak dipercepat dan diperlambat”. Ata- setiap pribadi, setiap kaum, setiap bangsa, dan setiap negara ada ambang batasnya menunggu kehancuran yang pernah dibuatnya, makanya sebelum itu terjadi, maka gantilah system yang amburadul ini jika ingin hidup tenteram dan bahagia dunia dan akhirat.

Utamakan orang-orang yang akan menjadi wakil rakyat (majlis syura) terdiri dari orang -orang yang berilmu baik secara formal atau informal, karena kalau kita memberikan kekuasaan dan tanggungjawab kepada orang-orang yang minim pengetahuannya, maka sama saja menjungkirbalikkan negeri ini, karena itu orang-orang yang merasa dirinya memiliki ilmu dan pengalaman, jangan sampai diperbudak oleh uang dan harta dan tahta, atau ditipu oleh orang-orang yang minim pengetahuannya. Ingat pesan Allah dalam al-Qur’an, “Tanyalah sesuatu kepada para ahlinya.” Dan juga Hadis Rasulullah SAW yang bunyinya, “JIka suatu perkara diberikan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran.” Maka yang punya ilmu dan pengalaman tidak seperti “Keledai Membawa Kitab”. Artinya mengikuti petunjuk bukan mengikuti kedhaliman dan kegelapan. Ingat pesan Allah dalam al-Qur’an bahwa orang-orang yang berilmu akan ditingkatkan derajatnya, selama keilmuannya ditempatkan pada landasannya yang benar. Kalau mereka curang dan bohong, maka kekuasaan dan kekuatan yang ada padanya akan diganti dengan izin Allah, karena Dialah Yang Maha Berkuasa.

Sekali lagi melalui risalah ini saya mengajak seluruh komponen bangsa untuk menggunakan hati nurani agar dapat merobah system pemilu dan pilkada ini kepada system yang bermartabat dan dapat dipertanggung jawabkan dunia dan akhirat. System yang ada penuh dengan money politik, sogok-menyogok, intimidasi, kecurangan, kebohongan, dan pemaksaan, karena itu marilah kita tinggalkan system yang tidak bisa dipertanggung jawabkan dihadapa Mahkamah Allah nanti di Yaumil Mahsyar.

PROF. Dr. Muhammad AR. M.Ed

Dosen Pasca Sarjana Prodi S3 PAI

UIN Ar-Raniry-Banda Aceh.

 


Oleh : Afrizal Refo, MA

Makan dan minum adalah sesuatu yang dilarang dalam menjalankan ibadah puasa bulan suci Ramadhan. Menahan lapar dan haus dari waktu subuh hingga terbenamnya matahari. Faktanya, puasa bukan hanya tentang tidak minum atau makan seharian. Ibadah yang termasuk wajib bagi umat Islam ini memiliki tantangan lain, unik dan menyenangkan. Sebab pada dasarnya ibadah puasa adalah mengendalikan hawa nafsu, menahan emosi dan keinginan bertindak buruk.

Dalam Al-Qur’an pada surat Al Baqarah ayat 183 telah dijelaskan bahwa tujuan utama diperintahkannya puasa adalah terbentuk pribadi muslim yang bertaqwa. Taqwa ini sendiri adalah orang yang melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Ciri-ciri orang yang bertaqwa ini pun telah dijelaskan dalam Al Qur’an pada surat Ali Imran: 134. Salah satunya adalah orang yang mampu menahan amarahnya.

Rasulullah saw menginformasikan bahwa Ramadhan sebagai bulan yang penuh berkah dan maghfirah, turunnya rahmat Allah secara melimpah, sekaligus sebagai ladang perlombaan untuk berbuat baik. Sebagaimana dalam hadits “Telah datang pada kalian bulan Ramadhan. Bulan yang diberkahi. Allah telah mewajibkan atas kalian berpuasa di dalamnya. Pada bulan itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak memperoleh kebaikannya, maka ia tidak memperoleh apa-apa.” (HR Ahmad dan Nasa’i). Hadits yang menggambarkan keistimewaan pahala puasa antara lain adalah sabda Rasulullah saw yang artinya : “Allah berfirman: ‘Setiap amal manusia adalah untuknya, kecuali puasa. Puasa tersebut adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya…” (Mutaffaq ‘Alaih).

Dalam hadits yang lain Rasulullah saw bersabda: “Semua amalan Bani Adam (manusia) akan dilipatgandakan. Satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipatnya. Namun Allah berfirman: ‘Kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya,..” (HR Muslim).

Pertanyaannya kemudian, kualitas puasa seperti apa yang dapat mengantarkan orang yang berpuasa kepada ampunan Allah? Dalam Ihya ‘Ulum ad-Din, Hujjatul Islam al-Ghazali membagi orang yang berpuasa menjadi tiga kelompok dengan tingkatannya masing-masing, yaitu puasa awam (shaum al-‘awam), puasa orang istimewa (shaum al-khawash) dan puasa orang yang sangat istimewa (shaum khawash al-khawash). Menurut imam Al-Ghazali, ibadah puasa awam adalah tingkatan puasa yang paling rendah. Hanya menahan dirinya dari makan, minum, dan syahwat. Namun di luar itu, sikap, tingkah laku, perbuatan, perkataan dan gerak gerik yang dilakukannya masih belum dipuasakannya. Puasa orang istimewa (shaum al-khawash) adalah tingkatan puasa diatas puasa awam. Sebab, pelakunya tidak hanya menahan diri dari makan, minum dan syahwat, melainkan memelihara seluruh panca indra dan anggota tubuhnya dari perbuatan maksiat dan dosa, mampu mempuasakan mata, telinga, tangan, kaki, hidung dan indera yang lain dari larangan Allah. Puasa tingkatan ini juga disebut puasanya orang-orang shaleh (shaum ash-shalihin). Puasa tingkatan tertinggi adalah puasanya orang yang sangat istimewa (shaum khawash al-khawash), yaitu mereka yang selain berhasil mencapai tingkat kedua, juga mampu mempuasakan hatinya dari segala keinginan yang hina dan segala pikiran duniawi, serta mencegah secara total dari memikirkan sesuatu selain Allah SWT (shaum al-qalbi ‘an al-himam al-duniyah wa al-afkar al-dun¬yawiyah wakaffahu ‘amma siwa Allah bi al-kulliyyah). Mereka yang telah mencapai level ini adalah mereka yang senantiasa merasa diawasi Allah, sering disebut mencapai derajat al-ihsan.

Kemampuan seseorang menjaga dan memelihara dari mengurangi pahala puasa adalah ikhtiar tertinggi, dapat dipastikan kualitas ibadah puasanya jauh lebih baik dari yang hanya mampu menjaga dan memelihara ibadah puasa dari yang membatalkannya. Rasulullah saw menyampaikan kualitas ibadah puasa bagi umatnya, seperti dalam hadits yang artinya “Siapa yang berpuasa tapi tidak meninggalkan perkataan dusta tapi malah melakukannya, maka Allah tidak memandang perlu ia meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR Bukhari). Dalam hadits yang lain Rasulullah saw bersabda yang artinya “Lima perkara yang menggugurkan puasa adalah perkataan dusta, ghibah, mengadu domba, melihat dengan syahwat, dan persaksian palsu.” (HR ad-Dailami). Oleh sebab itu ibadah puasa patut dijaga dan dirawat dari hal-hal yang mengurangi pahala meskipun dianggap hal sepele, seperti berbohong. Perbanyak membaca Al-Qur’an dan berzikir dapat membantu meningkatkan kesempurnaan ibadah puasa dihadapan Allah SWT.

Secara keseluruhan, bulan puasa adalah bulan yang sangat berharga bagi umat Islam di seluruh dunia. Bulan puasa bukan hanya sebagai bentuk penghormatan dan ketakwaan kepada Allah SWT, namun juga bulan yang penuh dengan nilai-nilai kebaikan seperti kesabaran, keteguhan hati dan keikhlasan. Maka marilah kita berpuasa dengan benar dan konsisten serta meningkatkan kualitas ibadah dan kegiatan sosial di bulan suci ini.

Penulis adalah Dosen Pendidikan Agama Islam IAIN Langsa, Sekretaris Umum Dewan Da’wah Kota Langsa dan Ketua Komunitas Generasi Rabbani.


Oleh Prof. Dr. Muhammad AR. M.Ed

Adanya penolakan pendaratan kaum imigran Rohingya di beberap tempat  di Aceh adalah sangat menyedihkan dan menyayangkan mereka karena mereka setelah terhempas di laut lepas selama beberapa hari ditambah lagi dengan pengusiran di daerah-daerah yang mereka anggap bisa melepaskan keletihan mereka selama beberpa saat  (bulan dan tahun). Mereka orang yang diusir oleh pemerintah Kafir Budha dan kemudian diambil negerinya oleh penjajah Budha.

Tidak ada tempat bagi mereka lagi untuk tinggal, mencari makan, menyekolahkan anak-anak mereka dan  bersenag ria dan berbahagia. Pupuslah harapan mereka untuk hidup layak seperti manusia lainnya dan kini dialami pula  oleh saudara kita  ummat Islam Palestina di Gaza.

Tetapi saya ada membaca dalam  al-Qur’an dan beberapa  Hadis Rasulullah saw tentang persaudaraan Islam, siapa saudara kita dan siapa musuh ummat Islam  namun  yang jelas mereka orang Islam Rohingya bukan musuh ummat Islam walau mereka memiliki berbagai kekurangan, memang wajar karena mereka adalah ummat yang terusir dari negeri mereka sendiri sehingga  bisa  saja menimbulkan berbagai macam kejanggalan dan  keterbatasan pada diri mereka. Akibat dari penderitaan yang mereka rasakan berbulan-bulan  dan bertahun-tahun hidup dalam pengungsian, mungkin  saja peradaban dan tradisi serta akhlak-pun bisa bergeser.

Berbicara yang benar, mereka adalah penyembah Allah yang Esa, dan mengaku ummat Nabi Muhammad saw.  Cuma nasib mereka yang kurang  beruntung  karena sewaktu mereka  diserang, dibunuh, diusir tidak satupun ummat Islam di belahan dunia ini yang mau menolong mereka, kalau orang Yahudi yang minoritas di tengah-tengah negeri kaum Muslimin Arab, mereka banyak penolongnya dan banyak pula yang  mengakui kebiadaban mereka terhadap ummat Islam  sebagai kebenaran. Inilah yang membedakan antara  Rohingya dan Yahudi Israel.

Kini nasibnya  sedang dirasakan oleh  saudara kita di Palestina karena kebiadaban Pemerintah Yahudi Zionis laknatullah. Jika ummat Islam di dunia ini membiarkannya, maka negara Palestina juga akan dirampas oleh Yahudi Zionis.

Apakah orang Rohingya ini karena berkulit hitam, beragama Islam, atau karena membebani  atau menyengsarakan kita jika mereka berada disini? Tidakkah kita berfikir jernih,  mereka adalah musafir dan kaum muhajirin sementara kita adalah kaum ansar jika kita memakai bahasa itu?  Mungkin banyak orang asing lain di negeri ini yang sudah mati paspor atau habis izin tinggal, tetapi ada tempat-tempat tertentu mereka ditampung kok?

Kita bisa melihat ketika Suriah dilanda perang, Libiya dilanda perang dan Irak dilanda perang, hampir saban hari ummat Islam berbondong-bondong exodus ke Eropa, masuk ke Itali, German, Belanda, dan negara-negara Scandinavia, namun  mereka tidak diusir dan tidak pernah kita lihat mahasiswa mereka datang mengusir mereka dan melakukan sesuatu yang tidak patut dilakukan oleh orang yang berakhlak mulia, bertuhan Allah dan bernabi-Muhammad saw. Itu urusan pemerintah mereka dan  mereka ditampung  atau diberi tempat sementara, kemudian pihak UNHCR mencari dunia ketiga secara bertahap untuk memindahkan mereka. Namun ada juga yang dibiarkan menetap di negara Eropa atas hasil negosiasi puhak UN.

Mengutip pernyataan Ketua MPU Aceh Tgk. H. Faisal Ali (Abu Sibreh), dalam Serambi Indonesia , Kamis 23 November 2023, beliau tidak setuju pengusiran atau penolakan Muslim Rohingya yang mendarat pesisir Aceh. Karena menurut beliau masyarakat Aceh tidak memiliki sifat yang demikian karena mereka juga ummat Islam dan perlu dibantu walau hanya beberapa bulan  atau tahun.

Namun menurut Abu Sibreh  kemungkinan besar ada pihak-pihak tertentu yang mengusir mereka untuk  mendarat di Aceh. Coba dibayangkan, mereka terdiri dari anak-anak, wanita dan juga orang tua. Dan umumnya mereka tidak lagi  berpendidikan karena sudah sekian lama dalam pengungsian. Mungkin kita dulu pada masa konflik juga mengalami nasib yang sama seperti Rohingya, bedanya kita hanya melarikan diri buat sementara dan ketika situasi sudah aman kita bisa pulang kembali. Namun yang paling menyedihkan, mereka tidak tahu lagi mau kembali kemana? Negeri mereka sudah dirampas oleh junta militer Budha Miyanmar, tempat tinggal mereka dibakar semuanya, dan semuanya mereka tidak punya apa-apa.  Yang paling biadab adalah ini terjadi  di zaman modern yang semua orang sudah beradab dan berilmu, tetapi masih ada perlakuan drakula di dunia ini.

Kita mungkin tahu bahwa mereka bukan untuk selamanya di sini, cuma sambil menunggu UNHCR memindahkan mereka ke dunia ketiga secara step by step. Kalau kita berbuat buruk kepada orang, mungkin suatu saat keburukan atau kesedihan serupa akan kita rasakan juga lambat atau cepat. Kalau kita buka Al-Qur’an  Surat Al-Hujurat ayat 10. Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu  mendapat rahmat.”

Mereka adalah saudara kita seiman, seakidah, mungkin tidak salah kalau kita membantunya atau menolongnya karena hampir semua orang tahu bagaimana nasib mereka, apakah karena mereka Islam, lalu kita enggan menerimanya?

Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda yang artinya: Sikap seorang mukmin terhadap mukmin yang lain bagaikan sebuah bangunan yang bahagian-bahagiannya saling menguatkan satu sama lain.(H. R. Muslim)

Dalam hadis berikut Rasulullah saw bersabda yang artinya: Perumpamaan orang-orang mukmin di dalam kecintaan, kasih sayang antara sesama mereka, ibarat seperti satu tubuh.  Apabila ada satu anggota badan yang sakit (mengeluh), maka seluruh tubuhnya tidak bisa tidur dan merasa demam.  (H.R.

Jika kita merenungkan ayat al-Qur’an dan hadis Rasulullah saw, mungkin siapapun kita akan merasa  terbebani dengan tanggung jawab ini karena mereka melarat, sengsara,  sedih, dan diperbodohkan oleh bangsa-bangsa besar dan bangsa beradab yang tidak berdab, kalau bukan sesama muslim, siapa yang akan menolong mereka? Coba lihat Al-Qur’an ayat Al-Qur’an Surat Al-Baqarah firman Allah yang artinya:”Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu sebelum kamu mengikuti agama  mereka…  Contoh yang paling jelas Palestina sudah 25 ribu (Dua Puluh Lima Ribu lebih) orang Islam dibantai Israel, yang paling banyak adalah anak-anak dan wanita, tetapi coba lihat dunia mana yang membantu mereka. Bukankah ummat Islam semuanya? Lihat Amerika, Inggris, Perancis, Jerman, India, Singapura, Thailand, Miyanmar, Filipina, dll semua membela Israel untuk  menggenosidakan ummat Islam Palestina, dan merampas negerinya. Ini yang perlu dicamkan, direnungkan, dan dipikirkan oleh orang-orang yang memiliki hati nurani dan takut kepada Allah.

Kita tidak perlu ikut Demokrasi dan Hak Azasi yang didengung-dengungkan oleh Barat karena  apa yang ada dalam otak mereka adalah demokrasi dan Hak Azasi Manusia adalah untuk kalangan mereka sendiri dan bukan untuk ummat Islam.  Lihat negara-negara demokrasi mana yang membela hak Muslim Rohingya, negara-negara pengusung  HAM mana yang membela hak Muslim Rohingya, demikian pula apa yang terjadi di Palestina, Muslim di India dan di Afrika. Kita sudah muak dengan slogan-slogan kosong yang tidak ada realisasinya, semakin hari-hari merajalela pelanggaran  hak hidup manusia oleh Barat yang mengklaim diri mereka beradab, padahal kalau kita rasakan dan kita lihat saban hari ummat Islam menjadi sarapan mereka, dan yang paling  menyedihkan lagi  apa yang dilakukan oleh Barat terhadap Islam dan kaum Muslimin, diamini oleh para penguasa negeri-negeri Muslim dan segelintir muslim juga.  Lihat contoh Mislim Rohingya yang ingin mendarat untuk kesekian kalinya di daratan Aceh, mereka dihalau ke laut lepas.

Padahal  menurut Kepala  Staf Angkatan Laut  (KASAL) Indonesia Laksamana  TNI  Muhammad Ali  mengatakan bahwa pengungsi Rohingya di Aceh  ditangani oleh  Komisioner Tinggi  Perserikatan Bangsa-Bangsa  untuk Pengungsi (United Nations High Comissioner for Refugees-UNHCR).  Ini disebabkan karena mereka mengungsi akibat perang ataupun  penindasan  dan sebenarnya tidak boleh dihalang-halangi. Demikian  pernyataan KASAL  saat dikonfirmasi oleh  RRI.co.id seusai  menerima  gelar adat  dari Kesultanan Ternate, Selasa  tanggal 12  Desember 2023.

Mungkin apa yang telah terjadi di Aceh dan juga di Palestina serta di negara-negara lainnya bisa menjadi pelajaran penting bagi ummat Islam dalam mensikapi persolan pengungsian, persoalan perlindungan dan bantuan  terhadap orang-orang lemah, orang-orang terdhalimi  dan orang-orang tertindas. Ingatlah  firman Allah dalam  al-Qur’an  dan hadis-hadis Rasululllah saw tentang sifat-sifat orang mukmin  terhadap mukmin yang lain, apa yang harus kita lakukan, dab bagaimana membantu orang-orang yang menderita dan terdhalimi.  Akan tetapi kalau kita merasa diri bukan orang mukmin, maka tidaklah terbebani dengan persoalan-persoalan ini, biarkanlah berlalu apa yang seharusnya terjadi, anggaplan ini kita hidup di negeri akhirat yang setiap orang harus  mengurus dirinya sendiri.

Prof. Dr.  Muhammad AR. M. Ed

Guru Besar Pendidikan Islam, UIN Ar-Raniry

 

Oleh Prof. Dr. Muhammad AR. M.Ed

A. Pendahuluan

Sudah menjadi kebiasaan yang kita lihat bahwa pemikiran seseorang seringkali dipengaruhi oleh pemikiran dan aktivitas gurunya (pendidiknya). Jika guru itu baik, lemah lembut, berilmu dan berwawasan luas, maka harapan kita adalah murid-muridnya nanti akan menjadi ulama, pemikir, dan inteletual Muslim yang bertanggung jawab baik kepada Allah Yang Maha Kuasa ataupun bertanggung jawab kepada ummat. Mereka akan menjadi leader (pemimpin), atau seorang pemikir dalam masyarakat dan ia pula akan menjadi orang yang menyenangkan di manapun ia berada karena eksistensinya, pemikirannya, keahliannya dibutuhkan ummat. Oleh karena itu kita dianjurkan untuk belajar atau menuntut ilmu sebanyak-banyaknya dan di tempat yang jauh dari kampung halamannya dan dengan berguru atau belajar kepada banyak orang (banyak ulama). Coba bayangkan kalau seseorang hanya berguru kepada beberapa orang guru (pendidik) yang hanya belajar di level tingkat rendah, tidak jauh dari tempat tinggalnya, maka apa yang terwariskan kepada murid-muridnya.

Dengan menuntut ilmu, kita akan merobah diri pribadi menjadi orang alim dan pendidik yang propessional. Pendidik atau guru itu merupakan tokoh yang memikirkan tentang pendidikan bangsa dan kelangsungan hidup generasi muda yang akan mengemban tugas-tugas kenabian dan tugas ulama. Dengan ilmu yang dimilikinya dan loyalitas terhadap Penciptanya, maka ia tergolong dalam barisan para pemikir yang selalu merenung Kemahakuasaan Allah. Pemikir itu adalah ulul albab, mereka adalah orang-orang yang selalu mengingat Allah dimanapun ia berada dan tidak terbatas oleh dimensi waktu serta selalu memikirkan yang telah diciptakan Allah. Makanya pemikir selalu tafakkur terhadap keagungan Pencipta.

Dalam Pendidikan Islam, guru atau pemikir itu memiliki tugas mulia sekali karena mereka bekerja, kadang-kadang siang dan malam hanya untuk memikirkan bagaimana orang yang diajarnya atau yang dididiknya suatu saat nanti akan menjadi orang yang berguna bagi agama, bangsa dan tanah air. Banyak energi yang dihabiskan demi melahirkan manusia-manusia yang istiqamah (idealis) dan pembela agama Allah. Inilah bahagian dari kerja pemikir yang selalu memberi perhatian kepada nasib bangsa. Memang para pendidik tidak terlalu jauh dan muluk-muluk keinginannya atau azamnya kepada setiap anak didiknya. Mereka (para pendidik ) senang dan bahagia jika muridnya berhasil dan menjadi orang yang berguna di dalam masyarakat, konon lagi kalau muridnya menjadi pemimpin masyarakat baik pemimpin formal atau pemimpin informal serta pemimpin bangsa sekalipun. Namun semua ini akan lahir orang-orang cerdas dan bermoral tinggi jika guru-guru atau pendidik mereka semua memiliki integritas dan jatidiri sebagai guru pejuang dan pemikir kehidupan anak bangsa.

Allahyarham Pak Dr. Mohammad Natsir (mantan Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia atau mantan Perdana Menteri RI) sangat yakin akan keberhasilan pendidikan Islam di Indonesia jika kampus, masjid dan pesantren bersatu padu memikirkan ummat. Jika tiga institusi ini benar-benar mengesampingkan perbedaan dan mengutamakan Islam dan ummat Islam, maka pendidikan Islam akan berhasil dilaksanakan dengan menghasilkan manusia-manusia yang sesuai dengan harapan ummat.

Pak Natsir seorang pejuang, pendidik ummat, seorang da’I dan tokoh pemikir ummat serta penerus cita-cita Rasulullah khususnya dalam bidang pendidikan Islam di Indonesia. Beliau sebagai guru dan pendidik ummat yang pergi ke seluruh dunia terutama sekali ke Timur Tengah dalam rangka memperkenalkan ummat Islam Indonesia dan persoalan ummat, sehingga banyak donator dan para muhsinin tidak segan-segan membantu umat Islam Indonesia dalam bidang apa saja. Namun Pak Natsir tidak pernah mengatasnamakan untuk pribadinya. Beliau pendiri Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Pendiri Partai Masyumi, Rumah Sakit Islam di Padang (Yarsi), Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, dan sebagainya. Semua itu bukanlah miliknya dan tidak pernah mewariskan kepada keluarganya tetapi hingga sekarang menjadi milik ummat.

B. Pemikir Pendidikan Islam

Para pemikir Pendidikan Islam menulis beberapa hal tentang tugas dan tujuan para pencari ilmu adalah supaya kondusif terhadap agama; membangun kecerdasan manusia; menjadi sahabat dikala sunyi; bermanfaat terhadap masyarakat; dan dapat mendatangkan uang (penghidupan). Disini yang paling diutamakan bahwa pendidikan dan ilmu itu harus dapat membela agama, bukan mendiskreditkan agama, berusaha agar manusia keluar dari kebodohan dan ilmu itu bisa menjadi kawan atau sahabat ketika dalam kesunyian dan kesendirian, ilmu dan pendidikan itu dapat dinikmati manfaatnya oleh manusia, bukan gara-gara kita menuntut ilmu sehingga masyarakat tambah membingungkan, terakhir dengan ilmu dan pendidikan manusia dapat menopang kehidupannya dan kehidupan keluarganya.

Pendidikan Islam adalah sebuah system yang dikembangkan dan disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam menurut Musthafa al-Ghulayaini, bahwa upaya menanamkan nilai-nilai akhlak mulia ke dalam jiwa anak ketika masa pertumbuhannya dan memasukkan nilai-nilai kemuliaan, petunjuk, dan bimbingan, cinta kerja dan cinta tanah air serta mencintai kebaikan dan kejujuran. Jika kandungan atau isi kurikulum pendidikan Islam tidak membangkitkan roh Islam dan tidak berdasarkan pada nilai-nilai Islam, maka kurikulumnya harus disempurnakan. Kurikulum itu sudah seharusnya dapat mengakomodir segala kebutuhan ummat terutama sekali mereka yang berada dilingkungan Lembaga pendidikan.

Menurut Prof. Dr. Muhammad Naquib Al-Attas dalam pengantarnya untuk buku Aims and Objectives of Islamic Education, bahwa beliau mengatakan “It is true that the Muslim mind is now undergoing profound infiltration of cultural and intellectual elements alien to Islam.” Mungkin salah satu tantangan besar ummat Islam sekarang adalah adanya serbuan pemikiran-pemikiran asing yang merusak pendidikan Islam lewat budaya dan pemikiran sekuler dan liberal hingga terkontaminasi kaum intelektual Muslim. Tidak berlebihan kalau dikatakan, bahwa perang bersenjata jauh lebih ringan dibandingkan perang pemikiran yang sangat membahayakan ummat. Perang pemikiran dapat meruntuhkan agama, menghancurkan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa.
Seorang pendidik Islam, Fu’ad al-Shalhub telah menjabarkan beberapa sifat Rasulullah sebagai guru atau pendidik dalam pendidikan Islam, yaitu ikhlas dalam bertugas, jujur dalam perkataan dan perbuatan, sesuai kata dan perbuatan (menjauhi sifat munafik), memilki sifat adil dan egaliter terhadap semua manusia, berakhlak mulia, memilki sifat tawadhu’, sifat berani, jiwa yang sehat, sifat sabar dan menahan amarah, menjaga lisan, sinergi dan musyawarah. Memang sangat pantas dan sesuai bagi setiap pendidik Islam menjadikan Rasulullah saw sebagai panduannya dalam mengajar manusia. Sehingga anak didik yang telah menjalani pendidikan bersama guru-guru yang berakhlak mulia, dan penuh tanggung jawab, serta terhindar dari virus sekularisme dan liberalisme serta pluralisme.

Prof. Dr. K.H. Yudian Wahyudi (mantan Rektor UIN Yogyakarta 2019) dan sekarang Ketua BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) mengatakan ”La ilaha Illallah ´diterjemahkan “Tidak ada sekolah kecuali NEM dan Bahasa Arab” dan Muhammadan Rasulullah diartikan “Siswa Sunan Averros harus lulus UN dengan rata-rata NEM minimal 9.5 dan Bahasa Arab 9.5” Man qaala La ilaha Illallah Dakhalal Jannah diartikan “Siswa Averous yang lulus UN dengan rata-rata NEM minimal 9.5 dan Bahasa Arab 9.5b diterima di manapun juga dan dapat beasiswa”.

Beginilah pemikiran para intelektual Muslim yang kalau kita lihat latar belakang pendidikannya sangat tergantung pada guru dan institusi di mana ia belajar. Memang seseorang murid pada umumnya mengikuti pemikiran dan pendapat para gurunya.

C. Guru yang Bermatabat

Dalam pandangan Islam guru adalah ilmuan dan muaddib (pendidik), karena tugas guru adalah menanamkan adab dan berbagai ilmu kepada anak didik. Dunia pendidikan tahu bahwa sukses dan gagalnya pendidikan tergantung kepada kualitas guru. Ada sebuah mahfuzhat yang terkenal misalnya: …wal-ustaadzu ahammu min al-thariiqah, wa ruuhul ustaz ahammu min-al-ustaz. (…guru lebih penting dari metode, dan jiwa guru lebih penting dari pada guru itu sendiri).

Memang keikhlasan, komitmen, kualitas dan keilmuan seorang guru perlu dan kita tidak menafikan banyak prestasi yang diperoleh murid karena hasil gemblengan guru semata-mata karena kesungguhannya. Itulah kadang-kadang penghargaan yang diterima oleh guru sangat menyedihkan karena tidak sesuai dengan pekerjaan yang mereka kerjakan. Atau lebih sering kita dengar “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa”. Namun kalau ada kekhilafan dan ketimpangan yang dilakukan oleh guru spontan dan ramai-ramai menuntut dan menyalahkan. Begitulah nasib guru.

Pendidik merupakan pengarah atau pembimbing manusia terutama anak didik pada masa-masa perkembangannya. Ia mempersiapkan manusia agar bisa hidup dengan aman damai di masa hadapan yang memilki ilmu dan kepribadian yang mulia sesuai dengan petunjuk Islam. Guru atau pendidik yang bertanggung jawab serta kepeduliannya kepada anak didik karena para pendidik harus menganggap yang dididik itu adalah anak-anak mereka, bukan anak orang lain sehingga timbul kasih sayang kepada murid dan sebaliknya murid-murid-pun sayang kepada guru-guru mereka sebagaimana mereka menyayangi orang tuanya sendiri. Dengan demikian hubungan emosional antara murid dan guru selalu terbina. Ini sangat tergantung pada kurikulum di sebuah institusi pendidikan.

Pendidikan merupakan asas penting untuk sebuah peradaban, tanpa pendidikan mungkin peradaban pun akan punah (tidak akan wujud). Mungkin inilah yang membuat Rasulullah saw memilih tawanan Perang Badr yang tidak sanggup membayar uang tebusan, maka mereka disuruh mengajar anak-anak ummat Islam sebagai syarat untuk membebaskan diri. Setiap tawanan harus mengajar sepuluh orang anak-anak dalam jangka masa tertentu. Malah Umar bin Khattab, meminta semua tawanan Perang Badar itu dipenggal kepalanya saja, tetapi Rasulullah memanfaatkan jasa mereka dan memperlakukan tawanan dengan manusiawi, kelebihan yang ada sama mereka seperti membaca, menulis, berhitung, disuruh ajarkan kepada anak-anak ummat Islam. Ini artinya pada masa awal Islam guru-guru itu banyak dikalangan musyrik namaun mereka dibawah pengawasan Islam. Kemudian pada masa Umar bin Khattab memerintah (sebagai Khalifah), persoalan tatanan pemerintahan dibenahi sehingga para guru semuanya pada masa itu diberikan upah/honorarium yang dirhamnya atau dinarnya dibebankan kepada Baitul Mal. Kepada para ustad, guru, syaikh, atau mauddib akan mendapat upah setiap bulan sebagai kepedulian negara terhadap mereka (para pendidik).

Pada masa Umar bin Khattab nasib guru yang mengajar di Kuttab (madrasah) sangat diperhatikan kehidupannya, dan kepada mereka diberikan jerih payah dari Baitul Mal. Salah satu guru legendaris pada masa itu adalah ‘Amir bin Abdullah al-Khuza’I, yang disuruh mengajar anak-anak kaum muslimin oleh Khalifah Umar bin Khattab. Sehingga pada masa Umar bin Khattab, banyak tokoh dan ilmuan yang lahir dari kuttab misalnya dari golongan lelaki dan peremuan, ‘Atha bin Abi Rabah, Az-Zuhri, Asy-Syifa bintu Abdullah al-Adhawiyah, Ahmad bin Hanbal dan lain-lain. Ini artinya bahwa negara harus memperhatikan nasib guru karena tugas mereka sangat berat, dan menantang khususnya dalam mempersiapkan generasi muda sebagai bakal calon pemimpin di masa depan. Kalau guru tidak serius dan tidak memiliki sifat-sifat yang telah dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat, sudah pasti risalah atau messej yang kan sampaikan kepada masyarakat tidak akan tersampaikan.

D. Pemikir Kurikulum Pendidikan Islam

Para pemikir atau thinkers dalam sebuah organisasi seperti sekolah atau Lembaga pendidikan Islam adalah sangat diperlukan keterlibatan mereka dalam rangka merancang, mengembangkan serta mengevaluasi sebuah kurikulum pendidikan. Memang kita mengakui kurikulum pendidikan Islam itu sudah baku, namun perlu renovasi hal-hal yang menyangkut kebutuhan masyarakat dewasa ini.

Kita tidak hidup pada zaman permulaan Islam yang sudah pasti kebutuhan pada waktu itu dan keperluan masa sekarang sungguh sangatlah berbeda. Mungkin selain dari persoalan ketauhidan, tatacara ibadah, dan banyak hal yang perlu diperhatikan agar kehidupan masyarakat di zaman modern ini tidak terpenuhi.

Kurikulum adalah manhaj atau sebuah pedoman yang didalamnya disebutkan apa yang harus dilaksanakan dan yang tidak boleh dilakukan. Bahasa yang ringkas adalah segala mata pelajaran, atau aturan yang akan dijalankan pada waktu tertetentu yang berlaku di dalam sebuah institusi, itu dianggap kurikulum. Kurikulum ini ada sifatnya tertulis dan ada pula yang sifatnya tersembunyi (hidden Curriculum), atau kurikulum ada yang tersurat atau tersirat, tetapi harus dipatuhi selama kita berada dalam lingkungan tersebut. Misalnya di lingkungan pesantren, ada kurikulum yang tersurat dan ada pula yang tersirat, keduanya sama penting dan harus diikuti oleh siapa saja yang berada dalam lingkungan itu.

Pembentukan kurikulum Islam perlu menghadirkan banyak orang yang memiliki berbagai kemahiran namun dalam hal ini kalau diikut sertakan para politisi boleh-boleh saja tetapi harus hati-hati karena mereka tidak bisa melepaskan diri dari kepentingannya, dan kepentingan kelompoknya. Kalau tokoh agama, stakeholder, tokoh adat, tokoh masyarakat, dan pegiat pendidikan, memang harus dilibatkan karena yang menikmati hasil pendidikan adalah mereka. Hidup di zaman millennium ini sungguh sangat berbeda dengan zaman dahulu kala, kebutuhan manusia dahulu sangat berbeda jika dibandingkan sekarang ini, yang tidak berbeda hanya dari segi ibadat atau tauhid, kalau yang lain semua sudah berubah. Oleh karena itu para pemikir Islam harus benar-benar menghayati dan merenungkan agar konten kurikulum harus disesuaikan dalam batas-batas tertentu.

Pada intinya kurikulum pendidikan Islam adalah bagaimana menanamkan adab ke dalam diri anak didik agar mereka memiliki mlndasan keimanan yang tangguh, keteladanan, pembiasaan yang baik dan benar, dan berusaha agar tidak melanggar hukum. Konsep adab atau akhlak mulia lebih mendasar jika dibandingkan dengan konsep karakter yang tidak menyandarkan pada ketauhidan dan keimanan. Memang kita akui bahwa pendidikan karakter yang dianut oleh bangsa Jepang, Korea Selatan, Cina dan lain-lain telah begitu unggul dalam mencintai kerja, cinta kejujuran, cinta kebersihan, namun dari segi ketauhidan, ketundukan dan ketaatan kepada Pencipta (Tuhan) sangat minim.

Wassalam


Oleh : Afrizal Refo, MA

Alhamdulillah kita telah memasuki Bulan Rajab tanggal 13 Januari 2024 artinya tidak lama lagi akan memasuki bulan suci Ramadhan.

Bulan Rajab diyakini sebagai bulan yang sakral dan penuh keistimewaan dan juga salah satu dari 4 bulan haram yang dimuliakan Allah SWT.

Selain penuh keberkahan, bulan Rajab juga dikenal sebagai bulan terjadinya peristiwa penting dalam Islam. Di bulan ini, Rasulullah untuk pertama kalinya mendapat perintah untuk menegakkan shalat 5 waktu. Keistimewaan bulan Rajab ini tentunya tak boleh terlewatkan.

Keistimewaan bulan Rajab dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadis. Berikut bunyi ayat dan hadisnya:
Dari Abi Bakrah RA bahwa Nabi SAW bersabda:
“Setahun ada dua belas bulan, empat darinya adalah bulan suci. Tiga darinya berturut-turut; Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharam dan Rajab”. (HR. Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ahmad).

Allah Ta’ala berfirman dalam QS. At Taubah: 36
”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.”

Rajab adalah satu dari empat bulan suci, termasuk Muharram, Zulkaidah, dan Zulhijah. Dalam bulan ini diharamkan melakukan pertempuran. Pada bulan ini umat Islam diharamkan berbuat maksiat. Rajab bersama dengan Syabān adalah awal dari bulan suci Ramaḍhan.

Keistimewaan bulan Rajab
1. Peristiwa Isra Mikraj
Rajab merupakan bulan di mana Isra Mikraj berlangsung. Isra Mikraj merupakan perjalanan Nabi Muhammad SAW, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha kemudian ke sidratul muntaha untuk bertemu Allah dan mendapat perintah menjalankan shalat 5 waktu. Kisah tersebut terjadi pada suatu malam pada tanggal 27 Rajab.

2. Bulan tercurahkan banyak nikmat
Rajab juga dikenal sebagai ‘Rajab al-Asabb’ atau ‘Rajab yang Melimpah’. Ini karena Allah mencurahkan banyak berkah dan nikmat-Nya di bulan ini, serta rahmat-Nya yang melimpah. Rajab juga dikenal sebagai Bulan Tawbah (taubat) dan Bulan Istighfar (memohon ampun).

3. Bulan tanpa perang
Rajab adalah bulan kedua dari bulan suci dan oleh karena itu haram untuk berperang atau terlibat dalam konflik selama waktu ini. Selama bulan Rajab, Allah melarang berlangsungnya peperangan. Rajab disebut juga ‘Rajab al-Asamm’ , yang berarti ‘Rajab yang Membungkam’. Hal ini karena siapapun tidak dapat mendengar peperangan pedang selama Rajab, karena pertempuran dilarang.

4. Bulan memohon ampun
Para ulama mengatakan bahwa Rajab adalah bulan untuk memohon ampun, Sya’ban adalah bulan untuk mendoakan Nabi Muhammad SAW, dan Ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an. Di bulan Rajab, Allah membebaskan manusia dari neraka setiap jamnya. Rajab adalah bulan yang sangat baik untuk bertaubat. Sebesar apapun dosa yang dilakukan jika bertaubat dengan ikhlas, maka insya Allah taubat akan diterima.

5. Bulan menyambut Ramadhan
Bulan Ramadhan akan datang setelah bulan Rajab dan Syakban. Penting bagi seluruh umat Islam untuk mulai mempersiapkan diri dari sekarang, meletakkan dasar-dasar kebiasaan yang baik dan membuat rencana tindakan untuk bulan yang penuh berkah ini.

Gambaran ini dengan sempurna menggambarkan pentingnya setiap bulan menjelang Ramadhan. Di bulan Rajab, umat Islam harus meletakkan fondasi dan membuat persiapan; Di bulan Sya’ban, persiapan akan semakin nyata dan ibadah yang meningkat akan menjadi kebiasaan – dan di bulan Ramadhan, amal kebaikan akan melimpah.

6. Bulan yang baik untuk berpuasa
Rajab adalah bulan yang baik untuk berpuasa. Ini sebabnya sangat dianjurkan untuk melakukan puasa sunat di bulan Rajab. Pada dasarnya puasa sunnah memang dianjurkan dilaksanakan untuk memperoleh kemuliaan Allah. Berpuasa di bulan Rajab juga bisa menjadi persiapan menyambut bulan Ramadhan.

Amalan di bulan Rajab
Adapun amalan yang utama dilakukan pada bulan Rajab diantaranya:
1. Memperbanyak membaca istighfar dan dzikir lainnya
Dzikir yang sangat dianjurkan dibaca pada bulan Rajab adalah istighfar yang berbunyi:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ

Latin: Rabbighfirli warhamni watub ‘alayya.

Artinya: Ya Tuhanku ampunilah aku, rahmatilah aku, dan terimalah taubatku.

2. Memperbanyak melakukan puasa sunnah
Rasulullah SAW selalu mengerjakan puasa bulan Rajab. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya:

“Telah menceritakan kepada kami ‘Utsman ibn Hakim al-Anshari berkata, aku bertanya kepada Sa’id ibn Jubair tentang puasa Rajab, padahal pada waktu itu di bulan Rajab, dia menjawab, aku pernah mendengar Ibn Abbas berkata, Rasulullah SAW berpuasa (Rajab) terus hingga kami berkata, beliau tidak berbuka, dan (pada waktu yang lain) beliau berbuka hingga kami berkata, nabi tidak puasa.” (HR. Muslim).

Makruh hukumnya jika dilakukan selama 1 bulan penuh. Disarankan melakukan puasa Rajab dilakukan dengan bertepatan pada hari-hari utama dalam bulan Rajab. Seperti pada ayyâmul bîdh (tanggal 13, 14, dan 15), hari Senin, Kamis, dan Jumat. Puasa Rajab juga bisa dilaksanakan dengan satu hari berpuasa dan satu hari tidak (puasa Daud).

Bagi orang yang memiliki hutang puasa Ramadhan, diperbolehkan untuk mengqadhanya bersamaan puasa sunah Rajab. Bahkan, menurut Sayyid Bakri Syattha’ (w. 1892 M.) dengan mengutip fatwa Al-Barizi, andaikan puasanya hanya niat qadha, maka otomatis juga memperoleh kesunahan puasa Rajab. (Sayid Bakri, Hâsyiyah I’ânah at-Thaâlibîn, juz 2, halaman: 224).

3. Memperbanyak sedekah
Bersedekah termasuk amalan yang sangat baik untuk dilakukan pada saat bulan Rajab. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

“Nabi Muhammad SAW bersabda, siapa yang sedekah di bulan Rajab maka Allah Ta’ala menjauhkan dirinya dari neraka sejauh jarak terbang seekor burung elang yang terbang dari kecil hingga mati.”

4. Memperbanyak shalat sunnah
Memperbanyak shalat sunnah terutama sholat malam menjadi amalan baik pada bulan Rajab. Keutamaan yang besar pada bulan Rajab sangat sayang untuk dilewatkan untuk berdoa baik pada saat shalat maupun diluar sholat. Sedangkan salah satu tempat diijabah doa adalah pada saat shalat.

Penulis adalah Dosen PAI IAIN Langsa, Sekjen Dewan Dakwah Kota Langsa, Wakil Ketua Parmusi Kota Langsa, Ketua KGR Kota Langsa.