ceramah agamaAkademi Dakwah Indonesia (ADI) Aceh yang bernaung dibawah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia melakukan kegiatan Safari Dakwah Perbatasan, bersinergi dengan BKM Ibnu Sina Rumah Sakit Zainoel Abidin dan Rumah Zakat. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari terhitung dari 15-17 Mei 2015 yang dipusatkan di Desa Napagaluh  kecamatan Danau Paris Aceh Singkil yang merupakan daerah perbatasan Aceh dengan Sumatera Utara merupakan daerah minoritas Muslim dari 140 KK hanya 20 KK saja Muslim. Kegiatan tersebut dibungkus dalam beberapa kegiatan yaitu Pengobatan Massal Gratis, Ruqyah Syar’iyyah, penyaluran kornet superqurban, penyaluran sembako dan ceramah agama.

DR. Abizal Muhammad yati, Lc, MA selaku ketua Tim memamparkan kegiatan ini sengaja dilakukan untuk membendung arus kristenisasi yang gencar dilakukan oleh misioneris di daerah perbatasan tersebut, para misioneris giat melakukan pengobatan gratis, pembiayaan operasi bagi yang tidak mampu, bantuan sembako. Namun dibalik kegiatan tersebut mereka menyelipkan program kristenisasi, banyak yang terpengaruh dengan aksi-aksi terebut sehingga mereka meninggalkan Islam (murtad), bahkan sebagian muallaf yang ada disana kembali kepada agama asalnya karena tidak adanya pembinaan yang berkesinambungan. Disamping itu pula bebasnya pergaulan telah mempengaruhi  muda-mudi Islam sehingga mereka terjebak hubungan dengan muda-mudi non muslim yang ujung-ujungnya menikah dengan pasangan yang bukan Islam, mau tidak mau terpaksa melepas agama Islam karena paksaan dari pasangannya yang mensyaratkan harus memeluk agama yang dianutnya.

dr. Nurkhalis SpJP-FIHA selaku Ketua BKM Mesjid Ibnu Sina dari rumah sakit Zainoel Abidin yang ikut langsung dalam rombongan tersebut mengungkapkan bahwa pengobatan massal yang dilakukan sangat efektif, para masyarakat sangat antusias datang untuk berobat sehingga jumlah yang datang untuk berobat melebihi dari target yang direncanakan, tidak hanya umat Islam yang hadir, bahkan sebagian dari non muslim yang menetap di daerah tersebut juga ikut berobat.  Kami tidak hanya sekedar memberikan obat, tapi kami juga menyelipkan nasehat-nasehat untuk menjaga aqidah dan shalat. Kita harus mengambil peran besar dalam hal ini sehingga mampu membalikkan angka jumlah muslim minoritas menjadi mayoritas tambahnya.

Tgk. Jamaluddin selaku da’i yang ditempatkan di desa tersebut sudah 6 tahun lebih beliau mengabdi untuk berdakwah, ia tinggal di sebuah rumah yang tidak layak huni dengan istri dan dua orang anaknya. Ia mengungkapkan kurang adanya perhatian pemerintah dan organisasi Islam tentang daerah perbatasan, padahal banyak Muslim terancam aqidahnya, tidak terbina ibadah dan akhlak mereka, mayoritas mereka berada diibawah garis kemiskinan, dai tidak memiliki rumah yang layak. Tidak semua desa memiliki dai apalagi jarak satu dengan desa lainnya sangat berjauhan sehingga sulit dijangkau.

 Salah satu Muallaf menyebutkan bahwa mereka sangat mengharapkan kehadiran dai di desa mereka, dulu sudah pernah ada dai tapi sudah pergi, sehingga banyak anak-anak yang belum bisa membaca Al-Qur’an, banyak muallaf tidak shalat karena mereka tidak tahu tatacara shalat.

Kegitan ditutup pada malam harinya dengan cermah agama yang sisampaikan oleh Ustaz DR. Abizal Muhammad Yati, Lc, MA, dalam ceramhanya memberikan pesan untuk pentingnya mempertahankan aqidah sehingga tidak terpengaruh dengan iming-iming apapun, menjaga shalat, menutup aurat dan tidak kembali pada kebiasaan-kebiasaan buruk pada masa dahulu. Diperkirakan Jamaah yang hadir lebih dari 350 orang dari berbagai desa yang ada di kecamatan tersebut yang menyesaki mesjid yang dibangun oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) hingga ke luar mesjid di tenda yang telah disiapkan panitia. Salah satu jamaah dari kalangan ibu-ibu menyebutkan bahwa ceramah sangat menyentuh, sehingga banyak dari jamaah yang meneteskan air mata, kami berharap kegiatan ini harus berlanjut tidak hanya sampai disini, karena kami memang benar-benar haus akan ilmu agama dan butuh perhatian khusus dari saudara-saudara muslim lainnya tambahnya. 

Kehadiran ADI sebagai program kaderisasi da’i merupakan salah satu dari tiga program unggulan Dewan Da’wah periode 2010-2015, di samping program penguatan organisasi da’wah dan kemandirian dana da’wah. Tujuan utama pendirian ADI untuk mengembangkan program pendidikan da’wah bagi para calon da’i seluruh wilayah Nusantara dalam sebuah program pendidikan yang khas. Kekhasan pendidikan tersebut tercermin dari orientasi pendidikan yang mengarah kepada penguatan intergritas sebagai da’i illallah, penguatan ulum ad din dan ulum ad da’wah, di samping itu, program ini juga untuk menjawab kebutuhan da’i yang belum berimbang antara jumlah penduduk dengan jumlah da’i. karena Dewan Da’wah meyakini bahwa, sekalipun ada da’i sejauta ummat, satu da’i tidak cukup untuk sejuta ummat.

Dalam mewujudkan tujuan tersebut Dewan Da’wah Aceh juga mendirikan Akademi Da’wah Indonesia (ADI Aceh) sesuai dengan mandat yang diberikan oleh Dewan Dakwah pusat. ADI Aceh mensinergikan tujuan di atas dengan keilmuan lokal yang berkembang di Aceh seperti yang telah berkembang di dayah manyang (Ma’had ‘Aly) yang ada di Aceh. Di samping itu, kehadiran ADI Aceh dapat menjadi lembaga penguat dan penyokong percepatan penegakan Syariat Islam dan menjadi warna baru dalam  dunia pendidikan di Aceh.

Akademi Da’wah Indonesia (ADI) Dewan Da’wah Aceh yang saat ini berusia 6 bulan, kembali menggelar proses belajar mengajar untuk semester genap tahun ajaran 2015. Proses perkuliahan untuk semester genap tahun 2015 resmi dimuai hari ini, Senin, 2 Februari 2015. diawali dengan pengumuman hasil akademik dan pemberian hadiah untuk 3 mahasiswa berpretasi, masih-masing M. Yusuf (dari Tamiang), Sedar Tarigan dan Mukhsin Nyak Ampun (dari Subulussalam) oleh Sekretaris ADI, Dr. Abizal Yati, Lc, MA.

Kuliah perdana secara resmi dibuka oleh Dr. Muhammad AR.,M.Ed selaku Direktur dan diiringi dengan studium general (kuliah umum) oleh Dr. H. A. Mufakhir Muhammad, MA, salah seorang masjlis syura Dewan Da'wah Aceh, dengan topik "Tehnologi Da'wah". Dalam materinya Dr. Mufakhir menjelaskan babhwa da’i yang cerdas harus menguasai tehnologi da’wah, dan yang dimaksud dengan tehnologi da’wah di sini bukan berarti sebatas menguasai komputer, presentasi materi dengan projector, tetapi menguasai dan tahu batasan-batasan suatu ilmu atau materi yang dida’wahkan. Jadi seorang da’i harus tehno, cerdas, tahu sumber, batasan suatu persoalan, yang dalam istilah lain disebut dengan At-tahaddi. Ini nanti secara mendetail akan dipelajari dalam kuliah-kuliah berikutnya, sehingga out putnya da’i alumni ADI akan menjadi probem solver (pemberi solusi) bagi ummat bukan sebaliknya menjadi path of problem (bagian dari masalah) dalam hidup dan kehidupan ummat, demikian Tgk. Mufakhir menutup kuliah umum-nya.

Memasuki semester genap tahun ajaran 2015, mahasiswa ADI akan dibimbing khusus dengan program tahfidh kerjasama antara AMCF (Asia Muslims Charity Foundation) dengan Dewan Da’wah Aceh, yang memfasilitasi satu orang ustadz tahfidh, yakni Ustadz. Muhammad Ihsan,Lc, untuk membimbing mahasiswa. Setelah 2 tahun di ADI, mahasiswa ini akan melanjutkan ke jenjang Sarjana di STID Mohammad Natsir di Jakarta, tentunya harus lulus seleksi dan mampu bersaing dengan mahasiswa ADI dari provinsi lain seluruh Indonesia, mengingat program ini sangat terbatas formasinya dan bagi mahasiswa yang lulus disediakan beasiswa, sejak dari ADI sampai dengan di STID Mohammad Natsir.

 

Banda Aceh, 2 Februari 2014

Sekretaris ADI Dewan Da’wah Aceh,

Dr. Abizal Yati, Lc. MA

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 1435 H bertepatan dengan 2014 M, Dewan Da’wah Aceh kembali melaksanakan program tebar qurban, dengan tema tebar qurban untuk daerah terpencil dan untuk kaum dhuafa.
Prosesi penyembelihan hewan qurban serentak dilaksanakan pada Hari Minggu, tanggal 5 Oktober 2014 di tiga tempat; Markaz Dewan Da’wah Gampong Rumpet Krueng Barona Jaya Aceh Besar, Pesantrean Hidayatullah Gampong Nusa Lhok Nga dan Kabpaten Aceh Barat Daya.

Jumlah hewan qurban yang disembelih 5 ekor Sapi Qurban; masing-masing di Markaz Dewan Da'wah Gampong Rumpet sebanyak 3 ekor, di Abdya satu ekor dan di Pesantren Hidayatullah 1 ekor. Hewan Qurban tersebut adalah 1 ekor sumbangan dari Pengurus dan Simpatisan Dewan Da'wah Aceh yang ada di Aceh dan Luar Negeri (2 org Keluarga Besar Dewan Da'wah di London), 1 ekor berasal dari dua keluarga Orang Aceh yang berada di Malaysia dan bekerja di Timor Laste. selebihnya, satu ekor sumbangan Keluarga Besar Abdullah Agaos Semarang melalui BMH Hidayatullah Semarang (disembelih di Pesantren Hidayatullah Gampong Nusa Lhoknga Aceh Besar), 1 ekor sumbangan dari Yayasan dari Turki dan 1 ekor lagi sumbangan pegawai Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitusalam.

Dewan Da'wah Aceh mengucapkan terima kasih kepada segenap donatur dan semua pihak yang telah menyukseskan program Tebar Qurban Bersama Dewan Da'wah, semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah Swt, dan dapat kita tingkatkan di masa-masa mendatang.

Rabu (18/6/14) Pengurus Wilayah Dewan Dawah Aceh diterima di ruang tamu Kodam Iskandar Muda dalam rangka audiensi. Hadir dalam pertemuan tersebut Ketua Umum Dewan Da’wah Aceh beserta jajaran dari Ketua Majlis Syura (Prof. Dr. Iskandar Usman, MA), pengurus harian (Said Azhar, Nazar Idris, MP, Jamaluddin, MA, Dr. Abizal Yati, Lc, MA, Enzus Tinianus, SH, Murdani Amiruddin) dan dari Dewan Pakar (Dr. Sofyan A. Gani, MA, Dr. Iskandar Budiman, MCL). Sementara dari Kodam Iskandar Muda dihadiri langsung oleh Pangdam Mayjen Pandu Wibowo yang didampingi oleh Kadit Bintal Kolonel Abu Hasan, Letkol Fauzi (Aster Kodam), yang membidangi intelijen (Mayor Iskandar) dan beberapa petinggi Kodam lainnya.

Pertemuan yang berlangsung akrab tersebut diawali dengan ta’aruf tim dari Dewan Da’wah Aceh, dan dilanjutkan dengan memperkenal sejarah lahirnya Dewan Da’wah dan program yang menjadi fokus kerja Dewan Da’wah. Selanjutnya Ketua Umum Dewan Da’wah Aceh, Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL., MA, menyampaikan program yang sudah, sedang dan akan dikerjakan oleh Dewan Da’wah Aceh. Di antara progam yang menjadi prioritas pada tahun ini adalah upaya pendiri Akademi Da’wah Indonesia (ADI) dalam rangka proses pengkaderan untuk melahirkan da’i-dai yang siap pakai dan bersedia terjun ke lapangan untuk mengemban tugas da’wah. Kecuali itu, pihak Dewan Da’wah juga menyatakan siap bekerjasama dengan jajaran Kodam Iskandar Muda khususnya dalam program bintal dan pembinaan keagamaan untuk prajurit di lingkungan Kodam Iskandar Muda, serta dalam rangka bakti sosial yang sering dilakukan oleh TNI. Khusus untuk program ADI, Dewan Da’wah Aceh meminta kepada Pangdam agar dapat membantu program ini sesuai dengan kemampuan dan ketentuan yang ada.

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya jadwal audiensi dengan gubernur Aceh yang disampaikan oleh Pengurus Wilayah Dewan Da’wah Aceh terkabulkan. Melalui staf ahli bidang hukum dan Politik, Tgk. Adli Abdullah, MCL, pertemuan tersebut dillaksanakan di Meuligoe Gubernur Aceh, Selasa (19/8) pagi.

Rombongan Dewan Da’wah Aceh sejumlah enam orang, Dr. Tgk. H. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL, MA, selaku Ketua Umum, didampingi oleh Dr. H.Muhammad AR, M.Ed, Drs. Zulkarnain Gamal, Drs. Bismi Syamaun, Tgk. Jamaluddin,MA dan Said Azhar selaku sekretaris umum. Sementara Gubernur didampingi oleh Kepala Biro Isra Serta Aceh, Drs. Ilyas Nyak Tuy, pejabat bagian Humas, staf pribadi, Tgk. Muzakkir Hamid serta Staf Ahli bidang Politik dan Hukum.

Dalam pertemuan tersebut, di samping silaturrahmi, Dewan Da’wah Aceh juga menyampaikan beberapa program kerja yang sudah dan sedang dikerjakan, seperti pembinaan muallaf di daerah perbatasan bekerjasama dengan Baitul Mal Aceh, sosialisasi Syari’at Islam melaui talk show kerjasama dengan Dinas Syariat Islam, pembinaan remaja dan mahasiswa secara berkala, juga memfasilitasi pendidikan untuk anak-anak muallaf di pesantren-pesantren terpadu yang ada di Aceh dan di Pulau Jawa, serta pengiriman mahasiswa S1 ke Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah (STID) Mohammad Natsir di Jakarta dan S2 ke UIKA (Universitas Ibnu Khaldun) Bogor dalam rangka program kaderisasi ulama kerjasama dengan Baznas.

Sementara program yang prioritas saat ini adalah mendirikan Akademi Da’wah Indonesia (ADI) di Markaz Dewan Da’wah di Gampong Rumpet. Peserta program ini adalah anak-anak fakir miskin dan muallaf di daerah perbatasan yang tidak memiliki kemampuan untuk melanjutkan pendidikan. Mereka dididik selama dua tahun di ADI , kemudian dikirim ke STID Mohammad Natsir untuk melanjutkan program S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Saat ini sudah 13 mahasiswa yang sedang mengikuti program ADI.

Mengisi suasana bulan Syawal 1435 H / 2014 M Pengurus Wilayah Dewan Da’wah Aceh menggelar silaturrahim dengan sesama pengurus dan majlis syura melalui acara Halal bi Halal di Masjid Dewan Da’wah Gampong Rumpet Krueng Barona Jaya Aceh Besar, Minggu (17/8). Acara ini diawali dengan gotong royong, dilanjutkan dengan makan siang bersama dan temu ramah antara pengurus dengan majlis syura.

Dari kalangan majlis syura Dewan Da’wah Aceh hadir Prof. Dr. Iskandar Usman, MA, selaku ketua, Prof. Dr. M. Hasbi Amiruddin, MA, dan beberapa founding father/pendiri Dewan Da’wah Aceh, di antaranya Tgk. Muhammad Yus, Miswar Sulaiman, Zulkifli Amin. Sementara pengurus hadir dari jajaran pengurus harian dan masing-masing bidang.

Dalam temu ramah tersebut, Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, sebagai ketua umum Dewan Da’wah Aceh periode 2011-2015, menyampaikan beberapa hal hasil Rakernas Dewan Da’wah tahun 2014, yang menjadi fokus Dewan Da’wah saat ini baik di pusat maupun provinsi.

Adapun program kerja saat ini adalah; Pertama, Konsolidasi Organisasi Da’wah, dengan target pengurus Dewan Da’wah harus terbentuk dan aktif di semua provinsi di Indonesia, dan ini menjadi tugas pengurus pusat. Sementara tugas Pengurus Wilayah, memastikan terbentuk dan aktifnya Pengurus Daerah di Kabupaten/Kota, dan seterusnya sampai kecamatan. Kedua, Kemandirian Organisasi/Da’wah, langkah ini dilaksanakan dengan membentuk unit usaha, pengumpulan dana melalui ZIS, wakaf tunai/produktif dll dengan sasaran dapat membiayai program-program da’wah di wilayah yang bersangkutan. Ketiga, Pengkaderan, baik informal maupun melalui jalur formal. Di Pusat saat ini sudah ada program pendidikan dari TK sampai dengan program sarjana (milik sendiri) sementara untuk program pascasarjana dan doctoral, dalam rangka kaderisasi ulama, masih bekerjasama dengan beberapa universitas seperti Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, UMJ Surakarta dengan sponsor Baznas.

Menindak lanjuti kunjungan kerja dan pertemuan dengan pimpinan Dewan Da’wah Pusat yang membidangi pendidikan, Dr. Muhammad Noer, MA dan Dr. Imam Zamroji, M.Pd.I, pada Selasa (3/6) di Markaz Dewan Da’wah Aceh yang mengamanahi pendirian Akademi Da’wah Indonesia (ADI di Provinsi Aceh, dan amanah Rakernas Ketiga Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia pada awal Tahun 2014 di Bogor, maka pada tanggal 23 Agustus 2014 ADI Aceh resmi didirikan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Nomor 136 tahun 2014 tentang Pendirian Akademi Da’wah Indonesia (ADI) Provinsi Aceh.

Program kaderisasi da’i melalui Akademi Da’wah Indonesia (ADI) merupakan salah satu dari tiga program unggulan Dewan Da’wah periode 2010-2015, di samping program penguatan organisasi da’wah dan kemandirian dana da’wah. Tujuan utama pendirian ADI untuk mengembangkan program pendidikan da’wah bagi para calon da’i seluruh wilayah Nusantara dalam sebuah program pendidikan yang khas. Kekhasan pendidikan tersebut tercermin dari orientasi pendidikan yang mengarah kepada penguatan intergritas sebagai da’i illallah, penguatan ulum ad din dan ulum ad da’wah.

Nursiah Banurea seluas 2400 M2. Sementara bantuan masjid berasal dari muhsinin Timur Tengah yang difasilitasi oleh Bidang Luar Negeri Dewan Da’wah Pusat di Jakarta.

Dalam jangka waktu lebih kurang enam bulan pembangunan masjid sudah dapat digunakan, sekalipun masih ada fasilitas yang belum lengkap, seperti pemasangan pintu dan jendela serta fasilitas MCK.  Penggunaan pertama kali masjid tersebut dimulai pada tiga Ramadhan 1435 Hijriah bertepatan dengan 1 Juli 2014, diawali dengan buka puasa bersama masyarakat sekitar masjid dan pelaksanaan shalat tarawih. Untuk pelaksanaan shalat Jumat akan dimulai setelah selesainya sarana MCK dan dilaksanakan peresmian secara terbuka dengan berkoordinasi dengan pemerintah Kota Subulussalam. Masjid ini nantinya akan menjadi pusat koordinasi semua aktivitas Pengurus Daerah Dewan Da’wah Kota Subulussalam, demikian keterangan dari ustadz Sabaruddin selaku Ketua Dewan Da’wah Subulussalam.Selain masjid, tahapan selanjutnya di tanah tersebut direncanakan juga dibangun ruang belajar untuk lembaga pendidikan dan markaz Dewan Da’wah Kota Subulussalam. Untuk itu pengurus Dewan Da’wah Subulussalam sangat mengharapkan bantuan dari Pemerintah Daerah, para muhsinin dan aghniya guna mewujudkan rencana mulia ini, demikian permohonan ustadz Aab Syihabuddin, MA, selaku sekretaris Dewan Da’wah Subulussalam.

 

Dewan Da’wah Subulussalam saat ini merupakan periode kedua, dengan fokus kegiatan pembinaan muallaf dan penguatan pelaksanaan syariat Islam melalui pengajian-pengajian dan seminar-seminar keislaman serta membangun solidaritas dengan berbagai ormas Islam lainnya dalam rangka mengawal pelaksanaan syariat Islam dan penegakan amar ma’ruf nahi mungkar.

Tarhib Ramadhan di Masjid Dewan Da’wah Dalam Rangka menyambut Bulan Suci Ramadhan 1435 H, diisi oleh Dr. Tgk. H. A Mufakhir Muhammad, MA (Majlis Syura Dewan Da’wah Aceh), 15 Juni 2014. sebelumnya diawali dengan gotong royong pembersihan dan pemasangan pagar di tanah komplek Markaz Dewan Da’wah. kegiatan ini disudahi dengan makan siang bersama. Dalam ceramahnya Ustadz Mufakhir mengajak peserta untuk mempersiapkan diri dalam menyambut bulan Ramadhan 1435 H.

Iin Supardi,S.S, M.E.I, selaku ketua umum Dewan Da’wah Abdya menyampaikan bahwa workshop dengan  tema  “Strategi  Membangun  Peradaban  Islam  dan  Menjawab  Pemikiran  Kontemporer” tersebut diikuti oeh unsure dari pemerintah, politisi, ulama, dosen, mahasiswa, pengurus ormas, pimpinan pesantren, guru dan pengurus Dewan Da’wah sebagai peserta aktif.

Workshop Ini bertujuan untuk membentuk pemikiran umat Islam yang memiliki semangat untuk membangun peradaban Islam yang kokoh di Aceh Barat Daya serta terbentengi dari Ghazwul Fikri”, ungkap Iin Supardi dalam sambutan dan laporannya.

Workshop ini dibuka oleh Sekda Abdya Drs. Ramli Bahar pada Senin malam di Mesjid Baiturrahim Pante Perak, Susoh. Beliau mengharapkan kerjasama yang baik antara pemerintah dan lembaga da’wah untuk memaksimalkan da’wah di Abdya. Dalam acara pembukaan tersebut, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah  (STIT)  Muhammadiyah  Ust.  Muchlis  Muhdi,  MA menyampaikan ceramah Islam tentang Pemetaan Da’wah Islamiyah dan Upaya Mempersatu Ummat di Aceh Barat Daya. Kegiatan yang berlangsung sampai hari selasa pukul 16.00 WIB tersebut dirangkai dengan penyampaian materi tentang Konsep Adab dan Peradaban dalam Islam, Sejarah Peradaban Islam Aceh, Indonesia dan Dunia, Infiltrasi Sekulerisme dalam Kurikulum 2013 serta Pemikiran Islam Kontemporer. Materi ini memberikan pencerahan yang cukup penting dan bermanfaat bagi peserta.

Selaku narasumber tunggal, Dr. H. Adian Husaini, MA menyampaikan pentingnya mengetahui tentang sejarah peradaban Islam sehingga akan lahir kembali peradaban Islam di masa depan. Beliau mengkritisi  tentang penetapan dan peringatan  Hari  Kartini,  karena secara adab seharusnya masih banyak tokoh wanita besar lainnya yang jauh lebih hebat, seperti Cut Nyak Dhien  dan Laksamana Malahayati  sebagai  Laksamana Perempuan terhebat,  yang pernah ada  di Indonesia yang juga perlu diperingati dan diingat perannya.

Dr. Adian berharap Aceh bisa menjadi kiblat kebangkitan Peradaban Islam tanah air, dikarenakan faktor sejarah Islam pernah jaya di Aceh dan keistimewaan Aceh untuk membangun peradaban yang berbeda dengan Indonesia secara umum. MoU Perdamaian dan UUPA yang ada bisa dijadikan modal penting  untuk  membangun  kembali  Peradaban  Islam di Aceh,  terutama  pendidikan  sebagai  syarat  awal membangun kapasitas manusia.

 

Abdya,  18 Juni 2014

 

Iin Supardi, SS, M.E.I

Ketua